IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EP
Tanggal Lahir/umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Wedarijaksa, Pati, Jawa Tengah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Status Pernikahan : Menikah
II. ANAMNESIS
Tanggal Pemeriksaan : 23 Juli 2016 di Poli Mata RSUD RAA Soewondo Pati
Diambil dari : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Mata kanan tidak dapat melihat
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/90
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Status Oftalmologikus
OD OS
Segmen Anterior
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Palpebra Superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Palpebra Inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Konjungtiva tarsus Hiperemis (-) Hiperemis (-)
superior Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva tarsus Hiperemis (-) Hiperemis (-)
inferior Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva bulbi Sekret (+) Sekret (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-) Injeksi silier (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Edema (+) Edema (-)
Infiltrat (+) Infiltrat (-)
Ulkus (+) Ulkus (-)
Bilik Mata Depan Kedalaman cukup Kedalaman cukup
Iris Coklat, bulat, reguler Coklat, bulat, regular
Pupil Bulat, sentral Bulat, sentral
Refleks cahaya langsung Refleks cahaya langsung
dan tidak langsung (+) dan tidak langsung (+)
Lensa Sulit dinilai Jernih
IX. RESUME
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 34 tahun datang ke poli
Mata RSUD RAA Soewondo Pati dengan keluhan mata kanan tidak dapat
melihat sejak 3 minggu. Pasien mengaku saat sedang memasak di dapur mata
kanan pasien kelilipan. Pasien merasa sangat terganggu sehingga mengucek
mataranya. Setelah 2 minggu mata kanan semakin sakit, merah disertai kabur,
silau dan belekan, tampak putih-putih pada manik mata yang berukuran kecil.
Penderita sudah berobat ke dokter namun belum kunjung membaik. Keluhan
flu dan demam disangkal pasien. Riwayat penyakit dahulu pasien tidak pernah
sakit seperti ini, alergi, asma, darah tinggi dan kencing manis disangkal.
Riwayat keluarga pasien juga tidak pernah sakit seperti ini. Pada pemeriksaan
fisik, status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologi,
didapatkan secret purulent pada konjungtiva, pada kornea tampak edema,
infiltrate dan terdapat jaringan nekrotik. Pada pemeriksaan penunjang
floresein test hasil positif dan pada Seidel test didapatkan hasil negative.
X. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Ulkus Kornea Sentral
Diagnosis Banding : Keratomalasia, infiltrate sisa karat benda asing
XI. TATALAKSANA
Gentamisin + cefazolin tetes mata dimulai tiap ½ jam
Diamox/KCl 2x250 mg
Sulfas Atropin 1% tetes mata 2x gtt 1 OD
Ciprofloxacin 2x500 mg
Natrium diclofenac 2x50 mg
XII. USUL
Rawat inap
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas
Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan darah lengkap & GDS
Debridement jaringan nekrotik
XIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia
TINJAUAN PUSTAKA
ULKUS KORNEA
I. Definisi
Ulkus kornea adalah kehilangan epitel sampai ke stromal kornea, yang
mempunyai batas, dinding, dan dasar.1,2
III. Patogenesis
Karena kornea terletak paling luar maka kornea dapat dengan mudah terpapar
mikroorganisme dan faktor lingkungan lainnya. Sebenarnya lapisan epitel kornea
merupakan barier utama terhadap paparan mikroorganisme namun jika epitel ini rusak
maka stroma yang avaskuler dan membran bowman akan mudah terjadi infeksi oleh
berbagai macam organisme seperti bakteri, amuba dan jamur. Apabila infeksi ini
dibiarkan atau tidak mendapat pengobatan yang tidak adekuat maka akan terjadi
kematian jaringan kornea atau ulkus kornea.4
Lokasi ulkus kornea it sendiri ada 4, sentral, parasentral, perifer, dan marginal :1
IV. Diagnosis
Diagnosis dari ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
oftalmologi dan pemeriksaan laboratorium.4
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma, benda asing dan
abrasi pada kornea, riwayat pernah terkena kerattis yang berulang, pemakaian
lensa kontak, serta kortikosteroid yang merupakan presdiposisi infeksi virus
dan jamur, dan juga gejala klinis yang ada.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca
pembesar dan pencahayaan terang. Dari slit lamp kita bisa melihat dasar,
batas, dinding, dan warna dari ulkus, desematokel, dan hipopion.
Cara lain untuk melihat ulkus adalah dengan tes fluoresein. Pada tes
fluoresein defek epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijau.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosa kausa dan juga
penting untuk pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan.
V. Pembagian
Ulkus kornea secara umum dibagi 2:
1. Infeksi
i. Ulkus kornea karena bakteri
ii. Ulkus korneakarena jamur
iii. Ulkus kornea karena virus
2. Non – infeksi
i. Ulkus dan infiltrate marginal
ii. Ulkus mooren
iii. Keratokonjungtivitis Fliktenular
iv. Keratitis marginal pada penyakit autoimun
v. Ulkuskornea akibat defisiensi vitamin A
vi. Keratitis neurotropik
vii. Exposure Keratitis
A. INFEKSI
1. Ulkus Kornea Bakteri
Ulkus kornea bakteri adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
infiltrate supuratif disertai defek epitel kornea yang bergaung. Ulkus kornea bakteri
memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya
komplikasi seperti desemetokel, perforasi, endolftalmitis dan kebutaan.4
Gambaran ulkus bakteri dapat membantu menentukan kausa penyebab ulkus
kornea, secara umum, gambaran ulkus kornea karena bakteri adalah :
2. Hipopion di COA, dengan permukaan rata dan reaksi radang hebat, sel dan flare
positif2
Manifestasi Klinik
Untuk menegakkan diagnosis klinik dapat dipakai pedoman berikut
1. Riwayat trauma terutama tumbuhan, pemakaian streoid topikal lama.
2. Lesi satelit
3. Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang irregular dan
tonjolan seperti hifa di bawah endotel utuh.
4. Plak endotel
5. Hipopion, kadang-kadang rekuren
6. Formasi cincin sekeliling ulkus
7. Lesi kornea yang indolen
Reaksi di atas timbul akibat investasi jamur pada kornea yang memproduksi
mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi nekrosis kornea dan
reaksi radang yang cukup berat.
Diagnosis Laboratorium
Sangat membantu diagnosis pasti
1. Melakukan pemeriksaan kerokan kornea
pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula kimura
yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan
pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India, dengan angka
keberhasilan masing-masing 20-30%,50-60%,60-75% dan 80%.
2. Biopsi Jaringan kornea
Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.
3. Nomarski differential interference contrast microscope
Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea ( metode Nomarski ) yang
dilaporkan cukup memuaskan.
Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari
jamur.
1.Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya
berikan topikal amphotericin B 0,25 mg/ml, Thimerosal 10 mg/ml, Natamycin >
10 mg / ml, golongan imidazole.
I. Jamur berflamen
topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin, imidazole.
II. Ragi (yeast)
Amphotericin B, Natamycin, imidazole
III. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati
Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.
c. Adenovirus keratitis
Kebanyakan infeksi Adenovirus pada mata terdiri 1 dari 3 sindrom dibawah:
1. simple follicular conjuctivitis (multiple serotype)
2. pharyngoconjunctival fever ( serotype 3 or 7)
3. epidemic keratoconjunctivitis (EKC; serotype 8, 19, or 37, subgroup D)
Sindrom ini susah dibedakan pada awal infeksi dan boleh bermanifestasi unilateral
atau bilateral
Follicular conjunctivitis adalah self limited dan tidak terkait penyakit sistemik.
Keratitis pada epitel kornea adalah ringan
Pharyngoconjuctivitis fever berkarakteristik dengan demam, nyeri kepala, pharyngitis,
follicular conjunctivitis, dan perauricular adenopathy. Keratitis epitel juga ringan
Epidermic keratoconjuctivitis adalah infeksi Adenovirus yang melibatkan kornea
secara signifikan dan majoritas penderita mendapat infeksi bilateral. Sering dikaitkan
dengan infeksi saluran pernafasan atas. Terjadi follicular konjucktivits7-10 hari
setelah inokulasi di ikuti bintik bintik kecil pada epitel kornea
Terdapat pesudomembran atau true membrane pada konjuktiva tarsal dan petechial
subconjuktival hemorrhage
Symptom- lakrimasi, sensitivitas cahaya dan sensasi benda asing di mata
Diagnosa- dengan ditemukan pseudomembran di konjuktiva dan pada slit lamp
kelihatan infiltrasi di subepitel kornea
Tatalaksana-
1. suportif- kompres dingin dan air mata buatan
2. Topical corticosteroid- mengurang fotofobia dan mengelak scar
3. Mengangkat pseudomembran secara manual dengan forsep atau swab
setiap 2-3 hari
Defisiensi vitamin A ringan harus diterapi pada orang dewasa dengan dosis 30.000
unit/hari selama 1 minggu. Kasus lanjut memerlukan dosis awal yang jauh lebih
tinggi( 20.000 unit/ kg/ hari ). Salep sulfanamida atau antibiotic dapat digunakan
secara local pada mata untuk mencegah infeksi bakteri sekunder.5
5. Ulkus Mooren
Ulkus yg penyebabnya masih belum diketahui
Merupakan ulkus marginal
60-80% pada kasus ini unilateral dan ditandai dg exavacation(penggalian)
limbus dan kornea perifer
Progresif dan sering berakibat kehilangan mata
Sering dijumpai pada usia tua
Ulkus ini tidak responsif thd antibiotik dan kortikosteroid
Unilateral biasanya pada orang tua, bilateral pada orang muda
Tata Laksana :
Bare Sklera dan dengan flap amnion
Eksisi konjungtiva pada bagian limbus > guna menghilangkan substansi yg
menimbulkan sensitisasi
Sebagian kasus yg masi tahap awal dilakukan keratoplasti tektonik lamelar
dan berhasil baik
Untuk kontrol pada tahap menengah sampai lanjut dilakukan terapi
imunosupresif sistemik
6. Ulkus Neurotropik
Disebabkan karna disfungsi nervus trigeminus sehingga hilangnya refleks
kedip pada mata
Akibatnya mekanisme pertahanan epitel kornea melemah
Pada tahap awal terdapat edema epitel bebercak difus
Dilanjutkan dg meluasny daerah yg kehilangan epitel mencakup sebagian
besar kornea
Khas pada kasus ini sensasi pada kornea telah hilang, jadi pasien tidak
merasakan gangguan keseharian meski pada kasus berat sekalipun
Tata Laksana
Pasien harus diperingatkan untuk memperhatikan kemerahan atau sekret
berlebihan, ataupun gangguan penglihatan pada matanya untuk segera
diperiksa
Menjaga kornea agar tetap basah dg air mata buatan dan salep pelumas
Penggunaan kacamata renang di malam hari untuk melindungi mata
Ptosis buatan yg diinduksikan dg zat toksin butolinum
Dan yg paling penting kasus2 infeksi sekuder pada kornea harus ditangani
sebaik2nya
VI. Komplikasi
Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan
komplikasi yaitu :3
1. Terbentuknya jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata.
2. Perforasi kornea
3. Iritis dan iridosiklitis
4. Descematokel
5. Glaukoma sekunder
6. Endoftalmitis atau panoftalmitis
7. Katarak
VII. Prognosis
Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat
sembuh,mungkin tanpa harus terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi, dapat
merusak kornea secara permanen. Dan juga dapat mengakibatkan perforasi dari
interior mata, sehingga menimbulkan penyebaran infeksi dan meningkatkan resiko
kehilangan penglihatan yang permanen. Semakin telat pengobatan ulkus kornea, akan
menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan parut yang luas.3