Anda di halaman 1dari 6

Rhinitis alergi pada orang dewasa dengan Otitis Media Supurativa Kronik

Pengantar

Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan masalah utama yang dihadapi sistem
kesehatan di seluruh dunia. Kondisi ini ditandai dengan peradangan yang persisten dari telinga
tengah dan rongga mastoid yang berkaitan dengan keluarnya cairan melalui perforasi pada
membran timpani, yang bertahan selama lebih dari 6 minggu. Kejadian OMSK di seluruh dunia
adalah 65-33 juta orang, dan sekitar 60% secara klinis menderita gangguan pendengaran yang
signifikan. Patogenesis OMSK diperkirakan multifaktorial, dan kebanyakan pasien dengan
OMSK memiliki riwayat otitis media akut sebelumnya atau otitis media dengan efusi.
Patogenesis ini diduga karena disfungsi tuba Eustachius, gangguan imunologi, infeksi saluran
pernapasan bagian atas, riwayat keluarga, jenis kelamin laki-laki, perokok pasif dan faktor
lainnya. Namun, faktor risiko untuk OMSK belum sepenuhnya ditentukan.

Rhinitis alergi (RA) adalah gangguan alergi yang paling umum terjadi, dan muncul
berhubungan dengan sejumlah penyakit lainnya, terutama sinusitis, asma, konjungtivitis alergi,
dan dermatitis atopik. Hubungan antara RA dan OMSK telah diteliti selama bertahun-tahun.
Bukti mekanisme patofisiologis yang menghubungkan dua penyakit ini terus berkembang.
Karena hubungan anatomis yang erat antara tuba Eustachius dan nasofaring, gangguan alergi
seperti RA dapat menyebabkan disfungsi tuba Eustachius dengan peradangan dan pembengkakan
di daerah ini, dan beberapa studi telah menunjukkan bahwa alergi menyebabkan obstruksi pada
tuba Eustachius. Analisis mediator inflamasi menunjukkan bahwa mukosa telinga tengah dapat
merespon antigen dengan cara yang sama seperti halnya mukosa dari saluran pernapasan bawah.
Meskipun hubungan kausal yang pasti antara RA dan OMSK masih harus dibuktikan, sejumlah
studi mendukung hubungan ini.

Meskipun ada beberapa penelitian, masih ada kontroversi tentang hubungan RA dan
OMSK, dan dibutuhkan studi lebih lanjut berkaitan dengan prevalensi dan peran alergi dalam
patogenesis OMSK. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian ini untuk menyelidiki hubungan
antara rhinitis alergi dan OMSK pada populasi pasien dewasa di Rumah Sakit Universitas THT-
HNS di Rasht, kota terpadat di utara Iran.
Bahan dan metode

Dalam studi case-kontrol, 62 pasien yang akan ditimpanoplasti dan mastoidectomy


karena OMSK dipilih dan 61 kontrol. Kontrol dipilih dari pasien yang dirujuk ke rumah sakit
yang sama karena trauma ringan pada kepala leher, yang tidak memiliki riwayat OMSK atau
gejala telinga. Salah satu kasus dan tiga dari kontrol dikeluarkan dari penelitian karena
ketidakmampuan untuk menghentikan pengobatan saat ini atau tidak bisa hadir karena alasan
tertentu. Semua subjek diperiksa oleh spesialis THT, dari riwayat kesehatan menyeluruh dan
pemeriksaan fisik termasuk dilakukan rhinoskopi anterior dan otoscopy.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Amiralmo-menin dan ENT Research
Center of Guilan University of Medical Sciences (GUMS) di Rasht, Iran. Izin tertulis diperoleh
dari semua peserta. Protokol penelitian telah disetujui oleh komite etik GUMS.

OMSK didiagnosis ketika ada riwayat otorrhea kronis (yang bertahan minimal 3 bulan),
akumulasi eksudat mukopurulen di dalam saluran pendengaran luar atau telinga tengah dan/atau
perforasi membran timpani pada otoscopy.

RA didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda dan gejala klinis rhinitis, termasuk


rhinorrhea encer, sumbatan hidung atau kongesti, gatal pada hidung, dan bersin, terutama
paroksismal (menurut kuesioner standar). Post-nasal drip, pucat dan pembengkakan pada hidung
dan konka mukosa yang bukan karena flu biasa baru-baru ini bisa meningkatkan diagnosis
klinis. Pasien dengan dua atau lebih gejala sugestif tersebut yang berlangsung selama lebih dari 1
jam yang hampir setiap hari secara klinis didiagnosis sebagai RA. Rhinitis kemudian
dikonfirmasi dengan skin-prick test (SPT) yang positif. Diagnosis RA dilakukan oleh seorang
spesialis THT yang tidak tahu dengan situasi otologic pasien.

Semua subjek menjalani SPT untuk 23 alergen umum (AllergoPharma Produk, Reinbeck,
Jerman) yang relevan di utara Iran yang dilakukan oleh satu ahli imunologi, yang tidak tahu
situasi otologic dan rhinologic peserta. Alergen termasuk enam jenis rumput, empat gulma,
sembilan pohon, dua tungau, alergen kucing dan Cladosporium.

Kontrol positif dengan histamin HCl (10 mg /mL) dan kontrol negatif dengan pengencer
(AllergoPharma). Nilai rata-rata dari ukuran bercak dievaluasi setelah 15 menit, dan SPT
dinyatakan positif ketika bercak yang diamati berdiameter rata-rata minimal 3 mm lebih besar
dari bercak di lokasi kontrol negatif. Semua subjek yang sedang hamil atau memiliki riwayat
mengkonsumsi antihistamin, imunoterapi dengan alergen tertentu, atau dermographism
dikeluarkan dari penelitian tersebut. Hasil SPT positif bisa memastikan diagnosis klinis yang
kuat dari RA, dan hasil negatif dianggap sebagai non-RA.

Semua data dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 16. χ2 dan tes Fisher digunakan
untuk menguji signifikansi perbedaan antara kedua kelompok. Sebuah p-value kurang dari 0,05
didefinisikan sebagai signifikan. odds ratio dan interval kepercayaan 95% juga dihitung.

Hasil

Sebanyak 61 kasus (22 laki-laki dan 39 perempuan) dengan usia rata-rata 37,1 ± 14,3
tahun (kisaran 15-70 tahun) dan 58 kontrol (27 laki-laki dan 31 perempuan) dengan usia rata-rata
28,3 ± 11,7 tahun (kisaran 15- 70 tahun) telah menyelesaikan studi. Ada perbedaan yang
signifikan secara statistik diantara kelompok dalam hal usia (P = 0,047). Di antara 61 kasus
dengan OMSK, 26 (42,6%) pasien pada telinga kanan, 25 (41%) pada telinga kiri, dan 10
(16,4%) pada kedua telinga. Rasio perempuan :laki-laki adalah 1,7: 1, tetapi perbedaannya tidak
signifikan secara statistik. Tiga puluh tujuh (60,7%) pasien memiliki riwayat OMSK dari masa
kanak-kanak (<18 tahun); lainnya penyakit di masa dewasa. Waktu yang tepat untuk
memperlihatkan gejala OMSK bagi mereka yang OMSK sejak kecil tidak tersedia.

Proporsi pasien dengan rhinitis (alergi dan non-alergi) secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol (62,5% vs 37,5%, P = 0,02). Prevalensi RA (yaitu
rhinitis dengan SPT positif) adalah 24,6% (n = 15) dan 13,8% (n = 8) kontrol. Namun RA ini
lebih sering pada pasien dengan OMSK dibandingkan dengan kontrol, walaupun perbedaannya
tidak signifikan secara statistik (P = 0,065) (Table.1).
Menggunakan model regresi logistik, setelah mengoreksi faktor usia, perbedaan antara
kedua kelompok menjadi signifikan. Pasien dengan RA dan non-RA memiliki 3.27- (95% CI =
1,15-9,29; P = 0,036) dan 2.57- (95% CI = 1,01-6,57; P = 0,048) kali lipat peningkatan risiko
OMSK, dibandingkan dengan orang yang sehat. Pasien dengan riwayat OMSK masa anak lebih
mungkin untuk memiliki RA dari pada kelompok kontrol (29,7% vs.13.8%, P = 0,038). Di antara
semua peserta dengan RA, 52,2% (n = 12) memiliki post nasal drip, 34,8% (n = 8) memiliki
hipertrofi konka, dan 60,7% (n = 14) memiliki pembengkakan dan mukosa konka yang pucat.
Alergen dalam ruangan, terutama tungau (Dermatophagoides farina dan Dermatophagoides
pteronyssinus) adalah alergen yang paling umum pada kedua kelompok, sementara alergen luar
ruangan seperti serbuk sari rumput dan gulma kurang lazim (Tabel. 2).
Diskusi

OMSK dikaitkan dengan serangan berulang dari otitis media dan alergi memberikan
kontribusi untuk otitis media kronis dengan efusi, jadi masuk akal bahwa alergi juga memberikan
kontribusi untuk OMSK. Studi sebelumnya telah melaporkan prevalensi RA pada otitis media
dengan efusi, mulai 24-89%.. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
OMSK dan RA. Temuan ini sejalan dengan hasil beberapa penelitian sebelumnya, tapi ini
berbeda dengan studi Fliss et al. dan Bakhshaee et al. . Perbedaan-perbedaan ini mungkin karena
metode yang berbeda dari evaluasi RA. Dalam studi Lasisi, serum konsentrasi Total
imunoglobulin E (IgE) dianggap sebagai penilaian tes alergi, sementara penyelidikan terbaru
menunjukkan bahwa karena sensitivitas dan spesifisitas rendah, serum total level IgE bukan
merupakan parameter yang dapat diandalkan untuk skrining penyakit atopik. Bakhshaee et al.
melaporkan 29,41% prevalensi dari AR dengan OMSK pada orang dewasa, yang mana lebih
tinggi dari prevalensi yang dilaporkan dalam penelitian kami, namun mereka menggunakan
serum total level IgE sebagai alat penilaian untuk diagnosis alergi. Dalam penelitian ini, kriteria
diagnostik untuk RA terdiri dari SPT positif paling sedikit satu alergen dan / atau IgE total serum
yang tinggi, serta pemeriksaan klinis positif dan riwayat untu rhinitis. Kadar IgE total yang tinggi
dari 100 IU / ml dianggap sebagai uji pelengkap dalam kasus dengan riwayat RA.

OMSK bisa menjadi komplikasi dari otitis media akut atau otitis media dengan efusi,
yang keduanya lebih umum pada anak usia dini. Bigitupun, RA lebih sering berkembang
sebelum usia 20 tahun. Ini merupakan studi pertama di wilayah ini yang dikategorikan pasien
dengan OMSK yang menjadi dua kelompok sesuai dengan waktu onset penyakit. Dalam
penelitian kami, RA lebih umum pada orang-orang yang mempunyai OMSK sejak kecil. Selain
itu, sebagian besar penelitian sebelumnya mengevaluasi hubungan RA dan otitis media kronis
pada anak-anak. Sebaliknya, penelitian kami, seperti yang dilakukan oleh Mion, pada orang
dewasa. Kita bisa menemukan tidak ada hubungan antara SPT positif dan OMSK (Tabel 1),
meskipun kami melaporkan hubungan antara RA dan OMSK dalam penelitian kami. Dalam
penelitian kami, prevalensi SPT positif di OMSK juga mirip dengan studi yang disebutkan
(masing-masing, 26,2% dan 26,74%). Selanjutnya, dalam penelitian ini, alergen dalam ruangan
adalah yang lebih umum dalam kasus-kasus OMSK. Prevalensi yang tinggi ini mungkin karena
iklim lembab di bagian utara Iran, seperti yang ditunjukkan sebelumnya.

Kesimpulan

RA lebih sering terjadi pada pasien OMSK, dan dapat menjadi faktor risiko untuk
OMSK. Penghindaran terhadap alergen diakui dapat mengurangi risiko ini dan meningkatkan
hasil terapi bedah.

Anda mungkin juga menyukai