Anda di halaman 1dari 91

Penulis:

RISKA FARASWATI, M.Keb

UNIVERSITAS KADIRI – FAKULTAS KESEHATAN


PROGRAM STUDIDAFTAR
D – IVISI
KEBIDANAN KLINIK
2016
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

MODUL 1 ONKOLOGI DALAM GINEKOLOGI

Konsep kanker dalam ginekologi 1


Kanker 2
 Definisi kanker
 Faktor resiko
 Penyebab dan mekanisme
Upaya pencegahan kanker dalam ginekologi 10
Vaksinasi HPV 12

MODUL 2 DITEKSI DINI KANKER SERVIKS

Kenapa fokus pada kanker serviks 16


Definisi skrining 17
Metode 17
Sasaran pemeriksaan 18
Anatomi serviks 18
Histologi epitel pada serviks dan perubahan yang terjadi
selama usia produktif 27
Metode skrining 27
 IVA dan Lugol Yodium
 Pap tes
Anamnesa riwayat kesehatan pasien dan pemeriksaan
panggul 55

MODUL 3 KONSELING DAN KIE

KIE 59
Penyuluhan/pendidikan kesehatan dan konseling 61
Pesan kunci untuk penyuluhan kanker serviks 61
Bagaimana memberikan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan 64
Sasaran 65
Mengembangkan dan memberikan presentasi pendidikan
kesehatan preventif 66
Tempat atau lokasi pemberian penyuluhan/pendidikan
kesehatan 67
Siapa yang perlu diberikan konseling 67
Konseling pada wanita setelah hasil tes skrining positif 68

MODUL 4 PERSIAPAN TINDAKAN GINEKOLOGI

Tindakan bedah dalam ginekologi 72


Pengobatan pilihan untuk pra-kanker 77
PENDAHULUAN

Tujuan dari pembuatan modul ini adalah untuk memberikan pemahaman ilmiah
tentang kanker, epidemiologi dan patologi, dan untuk menempatkan ini dalam konteks klinis.
Kami kemudian akan membahas bagaimana pengetahuan ini efek pendekatan terapi, dan
manajemen penyakit.
Pada program tingkat diploma IV ini akan mengharuskan anda tidak hanya untuk
mempelajari fakta-fakta, tetapi juga mempertimbangkan beberapa tantangan filosofis yang
mendasari pengobatan kanker.

Tujuan Umum

Setelah mengikuti pembelajaran dalam modul ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
tentang konsep onkologi dalam kebidanan.

Tujuan Khusus

- Mahasiswa mampu memahami konsep kanker dalam pandangan gynekologi sosial


- Mahasiswa memiliki kemampuan melakukan skrining kanker serviks dengan teknologi
sederhana dan pengambilan sampel yang tepat guna pemeriksaan skrining kanker
serviks berbasis sitologi
- Mahasiswa mampu melakukan dan meberikan pendidikan kesehatan baik secara
personal maupun kelompok
- Mahasiswa mampu melakukan persipan pada tindakan ginekologi
MODUL 1

METODE TUJUAN UMUM


PEMBELAJARAN: Sesi dalam modul ini memberikan ilmu pengetahuan pada
Perkuliahan tatap muka 2 mahasiswi kesehatan kanker dalam perspektif gynekologi
x 50 menit sosial dan proses terjadi kanker
Diskusi 4 x 50 menit
TUJUAN KHUSUS
 Mahasiswa mampu memahami teori konsep kanker
 Mahsiswa mampu menjelaskan konsep tentang kanker
terutama kanker yang berkaitan dengan reproduksi wanita
 Mahasiswa memahami upaya apa saja guna mencegah
serta menurunkan mobiditas dan mortalitas akibat kanker
terutama kanker dalam gynekologi

1. MATERI POKOK
 Kanker dalam perspektif ginekologi
 Konsep penyebab penyakit kanker dalam ginekologi
 Kanker, meliputi: definisi, faktor resiko, dan penyebab kanker beserta mekanismenya
 Upaya pencegahan penyakit kanker ginekologi

2. PEMBAHASAN
Hingga kini penyebab beberapa kanker masih belum jelas. Masing-masing kanker
memiliki kekhasan dan ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, etnis, pola hidup, latar
belakang genetik dan berbagai faktor lain. Bukti menunjukkan bahwa ada tiga aspek yang
saling berinteraksi mempengaruhi perkembangan tumor; antara lain: penyebab penyakit,
kondisi lingkungan, dan reaksi tubuh.
2.1 Konsep penyebab penyakit kanker dalam ginekologi
Pada tahun 1970, dikenal istilah triad epidemiologi yang berisi 3 faktor penyebab
penyakit, yaitu agen, host dan lingkungan; yang berinteraksi secara dinamis sehingga
mampu menimbulkan ketidakseimbangan sehingga timbul penyakit.
Seiring dengan perkembangan penyakit, maka apa yang disebut “penyebab” dalam
epidemiologi pun berubah. Disebut sebagai “penyebab” jika telah memenuhi 8 kriteria, yang
lebih dikenal dengan “Postulat Hills”, yang menyebutkan:
a. Hubungan temporal, yaitu penyebab selalu mendahului akibat

1
b. Plausibility, yaitu hubungan penyebab dan akibat konsisten dengan pengetahuan saat
ini
c. Konsisten, yaitu apakah penelitian lain menghasilkan kesimpulan yang sama tentang
sebab-akibat
d. Hubungan dosis respon yaitu, yaitu peningkatan dosis pejanan dan paparan akan
meningkatkan resiko
e. Timbal balik, yaitu penghilangan penyebab dari hubungan sebab akibat akan
mengurangiresiko
f. Desai penelitian, yaitu apakah hubungan antara sebab dan akibat dihasilkan dari desain
studi yang lebih kuat
g. Judging the evidance, yaitu apakah ada bukti lain yang mendukung hubungan sebab
akibat tersebut
Dan kemudian timbullah rujukan baru dari WHO (1993) yang menyatakan penyebab
terdiri dari 4 jenis yaitu:
1. Faktor predesposisi; seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit sebelumnya
2. Faktor pemudah; seperti penghasilan yang rendah, sosial ekonomi buruk, nutrisi buruk,
perumahan yang buruk, dan ketidak cukupan pelayanan kesehatan
3. Faktor presipitasi; adalah pejanan oleh agen spesifik tertentu
4. Faktor penguat; terjadi pejanan berulang oleh suatu faktor tertentu

2.2 Kanker
2.2.1 Apakah Kanker?
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk pertumbuhan ganas, otonom dan tidak
terkendali dari sel dan jaringan. Pertumbuhan tersebut membentuk tumor, yang dapat
menginvasi jaringan sekitar (metastasis) melalui cairan limfe serta pembuluh darah; dan
menyebabkan pertumbuhan baru yang mirip dengan tumor asli di bagian yang jauh dari
tubuh. Berdasarkan hal tersebut maka kanker dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
benigna (jinak) dan maligna (ganas). Hampir semua kanker menimbulkan pembengkakan
(tumor) kecuali leukemia yang tidak ada pembengkakan. Tumor yang telah berubah menjadi
kanker dan tumbuh tumbuh, ia akan menghancurkan jaringan normal dan bersaing untuk
nutrisi dan oksigen. Ilmu yang mempelajari mengenai kanker dinamakan “oncology”.
2.2.2 Faktor resiko
Faktor resiko terbagi atas faktor resiko minor dan mayor. Beberapa faktor resiko yang
ditemukan antara lain:
a. Penggunaan tembakau atau merokok. Telah banyak penelitian yang mempublikasikan
keterkaitan merokok dengan peningkatan resiko menderita kanker seperti kandung
kemih, kanker pankreas, kanker ginjal, leukimia, kanker serviks, kanker sel skuamosa
pada serviks, dll. Wanita perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker

2
serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir
serviks pada wanita perokok, mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di
dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks (efek imunosupresif)
di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Ali dkk bahkan membuktikan bahwa
bahan-bahan dari tembakau dan rokok dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel
serviks sehingga dapat menyebabkan neoplasma serviks.
b. Nutrisi atau berhubungan dengan diet. Peran sayur-sayuran dan buah-buahan terutama
yang mengandung β-karoten atau retinol, asam folat, vitamin C, dan E, termasuk di
dalamnya pengurangan penggunaan lemak,keseimbangan pemasukan kalori, dan diet
selenium. Banyak studi menyatakan bahwa selain makanan yang bervariasi dan kaya
serat, olahraga teratur juga melindungi diri dari kanker terutama kanker usus besar.
Terdapat beberapa penelitian yang meyatakan bahwa defisiensi asam folat akan
meningkatkan resiko terjadinya displasia ringan dan sedang, dan ini memungkinkan
meningkatkan resiko menderita kanker serviks pula (terutama pada kasus defisiensi β-
karoten dan retinol). Peningkatan berat badan yang bermakna terutama pasca
menopause, diet ala barat yang tinggi lemak, dan minum-minuman beralkohol; akan
memperberat faktor faktor resiko. Penyebab obesitas mampu meningkatkan resiko
menderita kanker payudara pascamenopause, disebabkan jumlah hormon endogen
pada wanita obesitas turut meningkat, termasuk hormon seks, estradiol, dan testoteron.
Hormon estrogen yang berasal dari perubahan androstenedion menjadi estron pada
jaringan adiposa
c. Faktor genetik meski prosentasenya tidak besar terutama pada kasus kanker di usia
muda; dalam hal ini masih bisa diterima sebagai bagian dari faktor yang meningkatkan
resiko menderita kanker misalnya pada kasus kanker payudara, ovarium, kolon, dan
prostat. Secara genetik kanker payudara dan kanker ovarium mempunyai hubungan
yang sangat dekat. Studi menunjukkan bahwa wanita yang orang tuanya (first-degree
relative) memiliki riwayat kanker payudara, mempunyai resiko untuk berkembang
menjadi kanker payudara adalah sebesar 1,7 sampai dengan 4,0 kali dibanding populasi
yang ada. Misalkan saja pada kasus kanker ovarium, kanker ini 5-10% dipengaruhi
faktor heriditer. Faktor genetik dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lingkungan dan
interaksi genetik yang menyebabkan perubahan pada gen-gen yang ada.
d. Hormon. Pada banyak studi menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal
dalam jangka panjang, terutama bila mulai menggunakannya di usia masih muda,
meningkatkan resiko menderita kanker dua kali lipat di usia 35 tahun. Studi cohort yang
dilakukan oleh Grabick melaporkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral, berhubungan
dengan peningkatan resiko kanker yang signifikan dengan RR=3,3. Pada penelitian
yang terkait lama menyusui, ditemukan bahwa waktu menyusui lebih lama memiliki efek

3
kuat menurunkan resiko kanker payudara; ini dikarenakan adanya penurunan level
estrogen dan sekresi bahan-bahan karsiogenik saat menyusui.
Pada penggunaan terapi sulih hormon (TSH) baik yang menggunakan estrogen tunggal
maupun kombinasi estrogen-progesteron; didapatkan peningkatan resiko kanker
payudara sebesar 30-40%.
e. Infeksi dinilai memberikan peran kuat pada naiknya resiko menderita kanker, contohnya
pada infeksi yang disebabkan oleh virus HPV tipe 16 & 18 yang banyak menyebabkan
kanker serviks. Sedangkan virus HIV, lebih banyak menyebabkan beberapa macam
kanker seperti kanker limfoma non hodgkin; yang disebabkan karena penurunan sistem
imun.
f. Sinar radioaktif. Studi terhadap orang-orang Jepang yang masih hidup setelah bom
atom di Jepang ternyata meskipun kejadian leukimia meninggi dengan makin tingginya
paparan radioaktif; namun dengan berjalannya waktu, resiko tersebut mengalami
penurunan. Dalam studi lain pada pekerja radiologik menunjukkan kenaikkan ringan
tingkat penyinaran memberikan akibat ringan. Iradiasi pelvis untuk kondisi jinak dan
maligna juga dilaporkan berhubungan dengan peningkatan insidens kanker
endometrium.
g. Sinar ultraviolet. Tingginya peran sinar ultraviolet pada terjadinya karsinoma sel
skuamosa basal dan planoselular kulit, dapat dilihat pada banyak penelitian.tampaknya
sinar matahari juga berhubungan dengan efek penekanan daya tahan tubuh. Cahaya
sinar matahari juga berhubungan dengan efek penekanan daya tahan tubuh. Melanoma
maligna berhubungan erat dengan pembakaran yang berat oleh cahaya matahari.
2.2.3 Penyebab kanker dan mekanismenya
Sel mempunyai dua tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung
kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya.
Proliferasi sel adalah proses fisiologis yang terjadi hampir pada semua jaringan tubuh
manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. Homeostasis antara proliferasi
sel dan kematian sel yang terprogram (apoptosis) secara normal dipertahankan untuk
menyediakan integritas jaringan dan organ.
Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma sehingga terdapat
gangguan pada proses regulasi homeostasis sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi
genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau
neoplasma. Jadi neoplasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya
dan tidak berguna bagi tubuh.
Pada sel neoplasma terjadi perubahan sifat, sehingga sebagian besar energi digunakan
untuk berkembang biak. Pertumbuhan tak terkontrol yang seringnya terjadi dengan cepat itu
dapat mengarah ke pertumbuhan jinak (benign) maupun ganas (malignant atau kanker).

4
Tumor jinak biasanya tidak menginvasi dan tidak menyebar ke jaringan lain sekitarnya.
Tumor jinak biasanya juga tidak mengancam jiwa kecuali bila ia terletak pada area struktur
vital. Sedangkan tumor ganas dapat menginvasi jaringan lain dan beranak sebar ke tempat
jauh (metastasis) bahkan dapat menimbulkan kematian. Sel-sel malignant ini mempunyai
sifat resisten terhadap apoptosis, tidak sensitif terhadap faktor anti pertumbuhan dan contact
inhibition-nya disupresi.
Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi. Bahkan pada
kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen tertentu diperlukan untuk
mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel kanker. Hanya mutasi pada jenis gen tertentu
yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA repair yang akan
mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi (pengaturan) terhadap proliferasinya.
Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi karsinogenik.
Mutasi yang sering terjadi dan berakibat pada perubahan sel menjadi sel maligant adalah
mutasi pada sel DNA akibat ransformasi sejumlah gen. Sel tersebut mengalami proses
evolusi klonal yang akan menambah resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens
mutan. Sel-sel yang hanya memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan
bersumber dari tumor jinak. Ketika mutasi berakumulasi, maka sel dari tumor jinak itu akan
menjadi tumor ganas.
Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak
terkontrol dan pembentukan neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-onkogen
dan gen supresor tumor, yang menimbulkan abnormalitas pada sel somatik. Sel-sel ini tidak
melalui proses apoptosis (tidak mati) sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel terus
berlangsung tanpa kendali. Sel normal yang telah berubah menjadi sel neoplasma
mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan yang akhirnya
menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antar sel.

Mekanisme karsinogenesis
Penyakit kanker pada dasarnya merupakan penyimpangan gen yang menimbulkan
proliferasi berlebihan, progresif dan irreversible (penambahan substansi disertai perubahan
bentuk atau struktur sel dan perubahan susunan kimia, sehingga terjadi pertumbuhan searah
dan tidak dapat kembai ke bentuk asal). Knudson menyatakan bahwa karsinogenesis
memerlukan dua hit. Proses pertama menyangkut inisiasi dan karsinogen penyebab disebut
inisiator. Proses kedua, yang menyangkut pertumbuhan neoplastik adalah promosi dan
agennya disebut promoter.
Sekarang dipercaya bahwa sebenarnya terjadi hit multipel (lima atau lebih) dan berbagai
faktor dapat menyebabkan hit ini. Setiap hit menghasilkan perubahan pada genom dari sel
terpapar yang ditransmisikan kepada progeninya (sel turunannya yang disebut sebagai klon
neoplastik). Periode antara hit pertama dan berkembangnya kanker klinis disebut sebagai

5
lag periode. Proses karsinogenesis adalah proses bertahap suatu multisteps process.
Setidaknya ada tiga tahapan, yaitu:
1) Inisiasi
Tahap pertama sebagai permulaan atau inisiasi; di mana sel normal berubah menjadi
pre-maligna. Karsinogen harus merupakan mutagen yaitu zat yang dapat menimbulkan
mutasi gen. Karsinogen dapat berupa bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar matahari
yang berperan sebagai organ inisiator dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan
DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan DNA. Pada tahap inisiasi karsinogen
bereaksi dengan DNA, menyebabkan amplifikasi gen dan produksi banyak gen. Dosis
paparan karsinogen cukup sekali tetapi dapat menyebabkan kerusakan yang permanen
(irreversible). Namun pada tahap ini tidak sampai mengubah ekspresi gen. Pada tahap
ini kerusakan masih mungkin untuk diperbaiki atau sebaliknya berlanjut menjadi mutai
genetik. Tahap inisiasi yang irreversible terjadi jika telah melewati satu siklus
pembelahan sel.
2) Promosi
Pada tahap ini, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Tahap promosi merupakan hasil interaksi antara faktor kedua dengan sel yang terinisiasi
pada tahap sebelumnya. Di tahap ini agen promotor bekerja mengubah informasi
genetik dalam sel, meningkatkan sintesis DNA, meningkatkan salinan pasangan gen
dan merubah pola komunikasi antar sel. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat
menaikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan aplifikasi gen. Sifat-sifat promotor
adalah:
 Mengikuti kerja inisiator
 Perlu paparan berkali-kali
 Keadaan dapat reversible
 Dapat mengubah ekspresi gen seperti: hiperplasia, induksi enzim, dan induksi
deferensia
3) Progresi
Pada tahap progresi, terjadi aktivasi, mutasi, atau hilangnya gen. Mulai terjadi
perubahan dari sel benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Di tahap progresi, difusi
nutrisi ke dalam sel tidak efisien lagi sehingga tumor membentuk tumor Angiogenesis
Factor (TAF) yang mendorong pembentukan kapiler dan pembuluh darah yang
membentuk cabang baru ke dalam tumor. Tahap ini melibatkan perubahan fenotif dan
morfologi dalam sel yang menunjukkan peningkatan perilaku keganasan seperti invasi
terhadap jaringan sekitar dan metastase ke bagian tubuh yang lain yang jauh.

6
Gambar 1.1 proses karsinogenesis

Proses karsinogenesis memerlukan waktu tahunan, tergantung beberapa faktor tumor dan
pasien. Proses transformasi sel kanker terjadi melalui pengaturan proliferasi oleh beberapa
jenis gen yaitu:
a. Protoonkogen dan onkogen
Protoonkogen berfungsi mengatur proliferasi dan diferensiasi sel normal. Rangsangan
faktor pertumbuhan ekstraselular diterima oleh reseptor faktor pertumbuhan (gen ras) di
permukaan membran (aktivasi tyrosine kinase) dan diteruskan melalui transmembran sel
(guanine nucleotide/binding protein) ke dalam sitoplasma dan ke dalam inti sel. Bila
kemudian terjadi hit oleh bahan karsinogen maka akan terjadi proliferasi sel abnormal yang
berlebihan dan tak terkendali, dimana protoonkogen berubah menjadi onkogen. Onkogen
dapat menginduksi timbulnya kanker.
Kerusakan atau informasi protoonkogen dan supresor gen menyebabkan perubahan
cetakan protein yang telah terprogram sebelumnya; kemudian berikutnya terjadi kekeliruan
transkripsi dan translasi gen sehingga terbentuklah protein abnormal yang terlepas dari
kendali pengaturan normal, koordinasi pertumbuhan dihilangkan, pada akhirnya diferensiasi
sel menjadi tidak terkendali.
b. Anti onkogen (suppressor gene)
Terjadinya kanker tidak semata disebabkan oleh aktivasi onkogen tapi dapat oleh
inaktifasi anti onkogen (growth suppressor gen). Pada sel normal terdapat keseimbangan
antara onkogen dan anti onkogen. Anti onkogen yang sudah dikenal secara umum adalah
TP53. Apabila TP53 gagal mengikat DNA, maka kemampuan mengontrol proliferasi menjadi
hilang dan proliferasi sel berjalan terus menerus dan tidak terkendali. Inaktifasi p53 dapat
terjadi oleh translokasi atau delesi. Gen TP53 ini merupakan tumor supresor gen yang paling
sering mengalami mutasi dalam kanker. Dalam sel-sel non-stressed, gen TP53 mempunyai

7
waktu paruh yang singkat yaitu hanya 20 menit. TP53 bekerja dengan menginduksi gen
penginduksi apoptosis yaitu gen BAX.
c. Gen repair DNA (DNA repair)
Dalam keadaan normal, kerusakan gen akibat faktor-faktor endogen maupun eksogen
dapat diperbaiki oleh mekanisme excission repair DNA lession. Kebalikannya bila kerusakan
transkripsi dapat diperbaiki dengan sempurna, maka pada replikasi sel berikutnya terbentuk
sel baru yang normal. Bila tidak dapat diperbaiki dengan sempurna, akan terbentuk sel baru
yang defektif. Walaupun begitu, tubuh akan tetap berusaha mereparasi kerusakan transkripsi
tersebut. Kegagalan mekanisme ini menimbulkan DNA yang cacat dan diturunkan pada
keturunan berikutnya sebagai mutasi permanen yang potensial menjadi kanker.
d. Gen anti apoptosis
Pada berbagai sel organ tubuh terdapat kematian sel secara terprogram yang disebut
apoptosis. Seperti misalnya protein ABL yang terdapat dalam nukleus. Ia berperan untuk
memulai proses apoptosis sel yang menderita kerusakan pada DNA. Sel nekrosis tanpa
reaksi radang diabsorbsi oleh makrofag.
e. Gen anti metastasis
Para pakar telah mengidentifikasikan gen nmE1 dan nmE2 sebagai anti metastasis.
Pada beberapa kasus insiden metastase tinggi , hilangnya fungsi gen tertentu tampaknya
berpotensi sebagai petanda agresifitas tumor.
f. Imunitas
Peran imunitas ikut mempengaruhi proses pertumbuhan kanker baik imunitas humoral
maupun selular. Bukti-bukti menunjukkan bahwa adanya keterlibatan proses immune dalam
neoplasia dengan insidens tinggi terutama pada pasien dengan imunodefisiensi dan pasien
pasca transplantasi yang diberi obat imunosupresif.
g. Karsinogen
Karsinogen adalah substansi yang dikenal menyebabkan kanker atau setidaknya
menghasilkan peningkatan insidens kanker pada hewan atau populasi manusia.
1) Onkogen kemikal; contohnya adalah hidrokarbon polisiklik, tembakau, aflatoksin,
nitrosamine, agen kemoterapi, asbes, metal berat, vinyl chloride, dll
2) Onkogen radiasi; contoh: radiasi oleh ultraviolet, X ray, radioisotop, dan bom nuklir
3) Onkogen viral; contohnya: onkogen virus RNA (retrovirus) seperti HIV, dan onkogen
oleh virus DNA (papilloma virus, molluscum contangiosum, herpes simpleks, EBV,
Avian, hepatitis B, CVM, dsb)
4) Onkogen hormonal; contoh: estrogen, diethylstilbestrol (DES), steroid
5) Onkogen genetik

8
Perbedaan tumor jinak dan tumor ganas antara lain:
 Tumor Jinak ( Benigna )
a) Pertumbuhannya ekspansif
Pertumbuhan ekspansif yaitu mendesak jaringan sehat sekitarnya sehingga jaringan
sehat yang terdesak membentuk simpai atau kapsul dari tumor, maka dikatakan
tumor jinak umumnya bersimpai atau berkapsul. Karena tidak ada pertumbuhan
infiltratif biasanya tumor jinak dapat digerakkan dari dasarnya.
b) Tidak bersifat residif
Tumor jinak yang berkapsul bila diangkat mudah dikeluarkan seluruhnya sehingga
tidak ada jaringan tumor tertinggal dan tidak menimbulkan kekambuhan.
c) Tidak bermetastase
Tumor jinak biasanya tidak dapat bermetatase sehingga tumor jinak tidak dapat
menyebar kejaringan sekitarnya.
d) Pertumbuhan yang lambat
Dengan pertumbuhan yang lambat tumor tidak cepat membesar dan dari
pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan gambaran mitosis abnormal. Adanya
gambaran mitosis sugestif tumor itu ganas.

Gambar 1.2 estimasi faktor penyebab kanker

e) Tidak menyebabkan kematian


Tumor jinak tidak membahayakan atau mengancam jiwa, namun bila tumor tersebut
tumbuh didaerah vital maka tumor tersebut dapat mengancam jiwa.
f) Inti sel tidak berubah

9
Ukuran inti sel tidak berubah dengan perbandingan inti sel dan sitoplasma masih
sama 1:4. Jumlah sitoplasma tidak berkurang, kromatin inti tidak bertambah, bentuk
inti sel masih beraturan dan uniform, inti sel masih menyerupai inti sel jaringan asal.
g) Tidak kehilangan polaritas, sel-selnya masih dalam susunan tertentu, misal: sel
epidermisnya masih terdiri atas lapisan basal, spinosum, granulosum, dsb
 Tumor Ganas ( Maligna atau Kanker )
a) Pertumbuhan infiltratif
Pertumbuhan infiltratif yaitu tumbuh bercabang menyebuk kedalam jaringan sehat
sekitarnya, menyerupai jari kepiting sehingga disebut kanker. Karena itu tumor ganas
biasanya sulit digerakkan dari dasarnya.
b) Residif
Tumor ganas sering tumbuh kembali ( residif ) setelah diangkat atau diberi
pengobatan dengan penyinaran. Keadaan ini disebabkan adanya sel tumor yang
tertinggal, kemudian tumbuh dan membesar membentuk tumor ditempat yang sama.
c) Metastase
Walaupun tidak semua, umumnya tumor ganas sanggup mengadakan anak sebar
ditempat lain melalui peredaran darah ataupun cairan getah bening.
d) Pertumbuhan yang cepat
Secara klinik tumornya cepat membesar dan secara mikroskopik ditemukan mitosis
normal ( bipolar ) maupun abnormal ( atipik ). Sebuah sel membelah menjadi dua
dengan membentuk bipolar spindle. Pada tumor yang ganas terjadi pembelahan
multiple pada saat bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat menjadi tiga atau
empat anak sel. Pembelahan abnormal ini memberikan gambaran mikroskopik
mitosis atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar.
e) Tumor ganas bila tidak diobati akan menyebabkan kematian
Berbeda dengan tumor jinak biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya
tidak berada didaerah vital.
f) Inti selnya berubah.
Ukiran inti sel bertambah, membesar dengan perbandingan 1:1 atau 1: 2 dengan
sitoplasma. Pertambahan ini disertai dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda
(pleomorfik). Jumlah kromatin inti bertambah, tampak kasar, dan berkumpul di tepi
inti (hiperklomasi). Inti sel menjadi tidak beraturan, dengan beberapa inti, mitosis
yang cepat. Inti sel sudah tidak meyerupai inti sel jaringan asal.
g) Kehilangan polaritas
Pada sel kanker letak sel satu dengan yang lain sudah tidak lagi teratur, susunannya
menghilang; sebagai contoh karsinoma in situ serviks uteri.

2.3 Upaya pencegahan kanker ginekologi

10
Pecegahan secara umum terdapat 3 tingkat yaitu primer, sekunder, dan tersier. Semua
tingkat pencegahan sangat penting dan saling melengkapi. Program pencegahan dan kontrol
terhadap kanker serviks bertujuan untuk mencegah dan mengurangi morbiditas dan
mortalitas akibat kanker serviks. Tujuan dari setiap pencegahan dan kontrol program kanker
serviks antara lain untuk menurunkan jumlah penderita infeksi HPV, menditeksi dan
mengobati lesi pra-kanker serviks, memberikan pengobatan tepat waktu dan perawatan
paliatif untuk kanker invasif.

PENCEGAHAN PRIMER PENCEGAHAN SEKUNDER PENCEGAHAN TERSIER


Gadis usia 9-13 th Wanita usia >30th Wanita usia >30th
Vaksinasi HPV Skrining & pengobatan yang Pengobatan untuk kanker
Untuk gadis & remaja pria dibutuhkan invasif untuk segala usia
 Peringatan akan bahaya  Skrining & layanan o Operasi ablatif (kuratif)
merokok dan penyuluhan pengobatan yang murah o Radioteraphy
kesehatan teknologi seperti IVA & o Perawatan paliatif
 Pendidikan kesehatan cryoteraphy kemoteraphy
disesuaikan dengan usia  Tes lab untuk HPV, termasuk
dan budaya type HPV
 sunat

Gambar 1.3 program pencegahan komprehensif

Pencegahan primer
 Pemberian vaksin pada gadis usia 9-13 tahun (usia berdasarkan referensi pedoman
nasional) sebelum mereka aktif secara seksual;
 Pendidikan kesehatan berkaitan dengan seks untuk gadis dan remaja pria, disesuakan
dengan usia dan budaya setempat; dengan tujuan mengaurangi resiko penyebaran
infeksi HPV (dan penyakit menular seksual lainnya termasuk HIV). Informasi yang harus
diberikan meliputi menunda melakukan hubungan seksual dini dan mengurangi perilaku
seksual yang beresiko tinggi;
 Bagi remaja pria dianjurkan melakukan sunat;
 Melindungi tubuh atau menghindari kontak dengankarsinogen atau faktor-faktor yang
dapat menimbulkan kanker;
 Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kanker.

Pencegahan sekunder
Penceghan sekunder bertujuan untuk mengurangi insiden dan prevalensi kematian terkait
kanker serviks, dengan mencegah perkembangan dari pra-kanker untuk kanker invasif.
Intervensi meliputi:
 Konseling dan KIE yang berkaitan dengan kanker, pencegahannya serta skrining;
 Skrining bagi semua wanita berusia 30-49 th (atau usia dapat ditentukan dengan standar
nasional yang digunakan oleh masing-masing negara. Indonesia menggunakan usia 30-

11
50 tahun sebagai batasan target skrining) untuk mengidentifikasi lesi pra-kanker yang
seringnya asimtomatik;
 Pengobatan lesi pra-kanker diidentifikasi sebelum mereka berkembang menjadi kanker
invasive.

Pencegahan tersier
Tujuan pencegahan adalah untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan (baik dari
segi anatomis maupun psikologis) akibat kanker serviks, intervensi yang dilakukan meliputi:
 Terapi rehabilitatif, terapi faal, psikologis, serta nutrisi dan pelatihan;
 Mekanisme rujukan dari penyedia layanan kesehatan primer terutama pada fasilitas
kesehatan yang menawarkan diagnosis dan pengobatan kanker;
 Diagnosis kanker yang akurat dan tepat waktu, dengan mengeksplorasi luasnya invasi;
 Pengobatan yang tepat untuk setiap tahap, berdasarkan diagnosis:
- Kanker Awal: Jika kanker terbatas pada serviks dan daerah sekitarnya (daerah
panggul), pengobatan yang diberikan harus memberikan efek menyembuhkan;
memberikan pengobatan yang paling tepat dan menawarkan bantuan berkenaan
gejala yang dirasakan berkaitan dengan kanker yang diderita oleh pasien atau
pengobatannya;
- Kanker lanjutan/sudah berkembang: Jika kanker telah invasi atau metastase ke
jaringan di luar serviks dan daerah panggul, pengobatan yang diberikan adalah
pengobatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup, kontrol gejala dan meminimalkan
penderitaan; memberikan pengobatan yang paling efektif dan perawatan paliatif di
fasilitas tersier serta di tingkat masyarakat, termasuk akses ke penggunaan terpai
opioid;
- Perawatan paliatif untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan.

Vaksin HPV
Tenaga kesehatan baik di tingkat primer maupun sekunder adalah pelaksana dari
program vaksinasi di tingkat pusat dan daerah. Dalam program vaksinasi HPV, peran
mereka antara lain:
1. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memperoleh vaksinasi HPV untuk
mencegah kanker serviks, menetukan target di masyarakat luas, sebagai pengelola lokal
kesehatan di masyarakat bersama pemerintah daerah, tokoh agama dan para wakil
masyarakat madani;
2. Memberikan pendidikan kesehatan pada anak perempuan dan orang tua mereka dan
anggota masyarakat lainnya tentang manfaat vaksin HPV dan strategi pencegahan
kanker serviks yang tersedia lainnya;

12
3. Meluruskan kesalahan informasi dan rumor yang melemahkan penerimaan vaksinasi,
dengan memberikan informasi yang akurat;
4. Memperoleh informed consent dari orang tua;
5. Memfasilitasi gadis-gadis yang menginginkan vaksinasi HPV;
6. Mengingatkan anak perempuan dan keluarga mereka untuk mendapatkan dosis
berikutnya guna memperoleh perlindungan penuh;
7. Vaksinasi anak perempuan, baik di masyarakat, di sekolah atau tempat yang dipilih
lainnya, dan / atau mendokumentasikan kegiatan yang berhubungan dengan vaksinasi;
dan
Saat ini, telah tersedia dua macam vaksin HPV yang dapat memberikan perlindungan
terhadap risiko tinggi HPV tipe 16 dan 18 dan telah memperoleh lisensi. Salah satu atau
kedua-nya telah tersedia di sebagian besar Negara, yaitu:
- Vaksin bivalen (perlindungan terhadap tipe 16 dan 18 saja)
- Vaksin quadrivalent (mengandung perlindungan tambahan terhadap tipe 6 dan 11,
yang bertanggung jawab untuk 90% dari kutil anogenital jinak atau kondiloma).
Kedua vaksin mengandung partikel mirip virus (VLP), dari human papillomavirus. Karena
vaksin VLP ini tidak mengandung virus, mereka TIDAK BISA menyebabkan infeksi HPV.
Vaksin merangsang perkembangan antibodi terhadap VLP dan akan mencegah infeksi HPV
dalam kasus eksposur.
Vaksin tidak mengobati infeksi HPV atau penyakit terkait dengan HPV yang ada, juga
tidak memiliki efek pada perkembangan penyakit (pre-kanker dan kanker) jika diberikan
kepada wanita yang sudah terinfeksi HPV pada saat vaksinasi.

Atribut Quadrivalent Bivalent


Nama dagang Gardasil® Silgard® Cervarix®
(Merck) (GlaxoSmithKline)
Gardasil 9
Vaksin HPV type Gardasil : 6, 11, 16, 18 16, 18
Gardasil 9 : 31, 33, 45, 52,
& 58
Perlindungan pada peny. Ca cerviks & kondiloma Ca Cerviks
Dosis 2 dosis, dosis kedua 6 2 dosis, dosis kedua 6 bulan
bulan setelah dosis setelah dosis pertama (tidak
pertama (tidak ada interval ada interval maksimum)
maksimum)
Durasi proteksi 8 tahun 9 tahun
Sediaan 1 dosis vial 1 dosis & 2 dosis vial
Cara pemberian IM: 0,5 suspensi cair IM: 0,5 suspensi cair
Kontra indikasi  reaksi alergi yang parah  reaksi alergi yang parah
terhadap komponen terhadap komponen
vaksin atau setelah vaksin atau setelah
menerima vaksin menerima vaksin
 penyakit demam parah  penyakit demam parah
 tidak dianjurkan selama  tidak dianjurkan selama
kehamilan kehamilan

13
Pemberian bersama hepatitis B diphtheria/tetanus/
vaksinasi lain diphtheria/tetanus/ pertussis poliomyelitis
pertussis
poliomyelitis
Daya simpan 36 bulan di suhu 2–8°C 1 dosis vial: 48 bulan di
suhu 2–8°C
2dosis vial: 36 bulan di suhu
2–8°C
Penggunaan / transportasi  Kedua vaksin harus diberikan sesegera mungkin setelah
dikeluarkan dari lemari es. botol dibuka dari produk harus
dibuang pada akhir sesi imunisasi atau setelah enam
jam, mana yang lebih dulu.
 Vaksin sensitif terhadap cahaya, harus tetap tersimpan
dalam kemasan asli hingga vaksin akan digunakan
 “kondisikan” es sebelum di letakkan bersama-sama
dengan vaksin dalam termos. Biarkan es dalam suhu
ruangan selama 5-10 menit. Beri dinding pemisah antara
es dan vaksin agar tidak terjadi pembekuan pada vaksin
 Kotak termos dan tempat penyimpanan harus selalu
dalam suhu -8 C
 ntuk kunjungan singkat, penggunaan air yang bersuhu
-8 C lebih disarankan dibanding menggunakan es batu
 Vaksin yang beku atau diletakkan di suhu di bawah C,
cek dulu apakah masih dapat digunakan atau tidak.
Kocok. Bila berubah warna dan terdapat partikel yang
jelas mengambang dalam cairan vaksin; maka artinya
vaksin sudah tidak dapat digunakan

Kontra indikasi pemberian vaksi HPV:


1. Mengalami alergi parah setelah pemberian vaksin HPV sebelumnya atau setelah
terpapar salah satu komponen (misalnya: ragi). Gejala reaksi alergi dapat mencakup:
gatal, ruam, urtikaria atau lecet. Jika gejala-gejala tersebut terjadi pasca vaksinasi HPV
meski dosis yang diberikan tidak melebihi anjuran atau setelah pemberian vaksin
dengan komponen yang sama, maka vaksin tidak boleh diberikan;
2. Gadis yang sedang mengalami demam berat;
3. Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui. Jika seorang gadis hamil setelah
memulai seri pemberian vaksin, maka seri pemberian vaksin berikutnya ditunda hingga
gadis tersebut tidak hamil ataupun menyusui; meski dalam beberapa pengamatan, tidak
ada data yang menunjukkan bahwa vaksin akan membahayakan janin/bayi ataupun
kehamilan. Jadi bila vaksin telah terlanjur diberikan pada wanita hamil, tidak ada
tindakan apa pun yang perlu dilakukan.

3. RANGKUMAN
Sel menjadi kanker karena akumulasi cacat, atau mutasi, dalam DNA mereka. cacat
tertentu diwariskan genetik (misalnya, BRCA1 dan BRCA2 mutasi) dan infeksi dapat
meningkatkan risiko kanker. faktor lingkungan (misalnya, polusi udara) dan pilihan gaya
hidup miskin - seperti merokok dan penggunaan alkohol berat - juga dapat merusak DNA
dan menyebabkan kanker.

14
Kanker disebabkan karena adanya ketidak normalan materi genetik dari sel karena
terjadinya perubahan tersebut. Abnormalitas pada sel disebabkan oleh pengaruh pemaparan
bahan yang bersifat karsinogenik, seperti asap rokok, radiasi, bahan kimia atau agen infeksi.
Agen lain yang memicu terjadinya abnormalitas dari gen adalah terjadinya kesalahan
replikasi dari DNA atau gen yang diturunkan dari orangtuanya, sehingga gen yang salah
tersebut terdapat dalam seluruh sel tubuhnya. Penyakit kanker yang diturunkan biasanya
dipengaruhi oleh interaksi yang komplek antara pemaparan bahan karsinogenik dengan
genom penderita. Abnormalitas dari genetik pada penderita kanker terciri pada dua
kelompok gen. Onkogen yang memicu terbentuknya kanker adalah dengan jalan
mengaktifkan sel kanker, yang menyediakan dan memfasilitasi sel tersebut untuk
berkembang seperti hiperaktif pertumbuhan dan pembelahan sel, mencegah terjadinya
program kematian sel (apoptosis), kehilangan sifat normal dari sel, dan mampu bertahan dan
berkembang dalam jaringan lingkungannya. Pada kondisi tersebut gen yang bertugas
menghambat sel tumor dihambat/diinaktifkan yang mengakibatkan sel tidak berfungsi
normal, hal tersebut menyebabkan replikasi DNA yang mengontrol siklus sel tidak bekerja.

4. EVALUASI
o Tanya jawab
o Tugas reading jurnal (kelompok) dan dipresentasikan
o Ujian Tulis (10 soal)

15
MODUL 2

METODE TUJUAN UMUM


PEMBELAJARAN: Sesi dalam modul ini memberikan ilmu pengetahuan pada
Perkuliahan tatap muka 4 mahasiswi kesehatan tentang anatomi dan fisiologi serviks
x 50 menit normal wanita dan perubahan pada serviks yang terjadi dalam
Diskusi 1 x 50 menit seluruh daur ulang kehidupannya; dari bayi hingga
Praktik dengan Video 3 x menopause. Hal ini juga akan menjelaskan bagaimana
50 menit perubahan di serviks berkaitan dengan pencegahan kanker
serviiks.

TUJUAN KHUSUS
 Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi dan
perubahan serviks
 Mahsiswa mampu berkomunikasi dengan wanita,
keluarga, dan masyarakat tentang pencegahan kanker
serviks, skrining, diagnosis, dan pengobatan pra-kanker
 Mahasiswa mampu menafsirkan hasil pemeriksaan, hasil
laboratorium dan prosedur laporan
 Mahasiswa mampu berkomunikasi secara efektif dengan
semua penyedia layanan kesehatan di semua tingkat
layanan kesehatan

1. MATERI POKOK
 Kanker serviks
 Anatomi Serviks
 Metode skrining

2. PEMBAHASAN
2.1 Kenapa fokus pada kanker serviks
 Di seluruh dunia, setiap tahun 266 000 wanita meninggal karena kanker serviks.
 Sebagian besar kematian ini dapat dicegah melalui akses universal untuk pencegahan
kanker serviks dan kontrol program yang komprehensif, yang memiliki potensi untuk
mencapai semua wanita dengan vaksinasi human papillomavirus (HPV) dan melakukan
skrinig serta pengobatan pra kanker terutama untuk semua wanita yang beresiko.
 Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi persisten dengan satu atau
lebih dari yang "berisiko tinggi" (atau onkogenik) yaitu jenis HPV.
 Memahami perjalanan infeksi HPV dan perkembangan yang sangat lambat dari penyakit
pada wanita imunokompeten; dari normal menjadi pra-kanker (sehat), kanker invasif, yang
berpotensi fatal.

16
 Masa perubahan pra kanker dan kanker akan terjadi setelah 10 sampai 20 tahun; oleh
karenanya masih ada kesempatan untuk menyaring, mendeteksi dan mengobati pra-kanker
dan menghindari perkembangannya untuk menjadi kanker. Namun, perempuan sistim imun
yang buruk (misalnya mereka yang hidup dengan HIV), perubahan pra kanker menjadi
kanker, terjadi lebih sering dan lebih cepat.
 Ada beberapa tes yang tersedia dan terjangkau yang dapat secara efektif mendeteksi pra
kanker, serta beberapa pilihan pengobatan yang terjangkau.
 Vaksin HPV sekarang tersedia; jika diberikan kepada semua gadis usia 9-13 tahun
sebelum mereka aktif secara seksual.

2.2 Definisi skrining


Skrining adalah penggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengetahui apakah
seseorang memiliki penyakit atau kondisi tertentu sebelum menyebabkan gejala apapun.
Untuk banyak penyakit (misalnya, kanker) pengobatan dini mengarahkan hasil yang lebih
baik. Tujuan skrining adalah menemukan penyakit ini sehingga pengobatan dapat dimulai
sedini mungkin.

2.3 Metode skrining


a. Pemeriksaan klinik atau anamnesis, yaitu dengan melihat tanda-tanda pada satu atau
lebih organ tubuh; namun bukan pemeriksaan klinik secara lengkap.
b. Sitologi, yaitu pemeriksaan sel-sel yang terlepas secara alamiah atau dilepaskan dari
permukaan tubuh, misal dengan cara penghapusan, gosokan, kerokan, dsb pada
berbagai organ.
c. Radiografi yaitu dengan menggunakan sinar-X, seperti monografi untuk kanker
payudara.
d. Termografi, yaitu dengan merekam jejak panas. Pada kasus kanker jejak panas lebih
banyak ditimbulkan dibandingkan jaringan tubuh normal, dan ini bisa dilakukan denga
thermometer atau kamera inframerah.
e. Endoskopi, merupakan suatu teknik atau metode yang ditujukan untuk melihat lebih jauh
bagian-bagian yang ada dalam tubuh dengan cara memasukkan sebuah alat berupa
tabung yang fleksibel dilengkapi kamera kecil di ujung alat tersebut. Sedangkan alat
yang digunakan untuk melakukan meteode ini disebut dengan endoskop.
f. Tes immunologi. Beberapa jenis kanker menghasilkan enzim, protein, metabolit,
antibodi, dan sejenisnya; yangmerupakan pertanda adanya kanker (marker) yang dapat
dideteksi dalam darah atau kencing
Metode skrining pada kanker serviks antara lain pap smear, tes lugol yodium, tes IVA
(inspeksi visual asam asetat), serta kolposkopi. Skrining kanker serviks secara tradisional
menggunakan Pap smear (sitologi konvensional atau berbasis cairan). Baru-baru ini, sitologi

17
telah dilengkapi dengan tes human papillomavirus (HPV). Sampel untuk tes ini dapat diambil
selama pemeriksaan panggul, bersama dengan inspeksi visual serviks, tetapi pemeriksaan
panggul itu sendiri bukan bagian dari proses skrining untuk kanker serviks.

2.4 Sasaran pemeriksaan


Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara dilakukan pada kelompok sasaran
perempuan 20 tahun ke atas, namun prioritas program deteksi dini di Indonesia pada
perempuan usia 30-50 tahun dengan target 50 % perempuan sampai tahun 2019.

Bagan 2.1 Alur pemeriksaan skring payudara dan serviks

2.5 Anatomi serviks wanita


2.5.1 Identifikasi genetalia interna dan eksterna
a. Vagina
Vagina terdiri dari otot elastis dengan beberapa lipatan yang berjalan dari introitus
vagina menuju serviks atau leher rahim. Bagian bawah serviks atau disebut ektoserviks

18
tampak sedikit menjorok hingga bagian ujung atas vagina, sedangkan daerah sekitarnya
disebut forniks.

b. Serviks
Serviks adalah yang bagian ketiga bawah rahim. Pada wanita yang tidak hamil namun
dalam usia subur, panjang serviks berukuran sekitar 2,5 cm hingga 3 cm dengan posisi
mengarah ke belakang dan ke bawah. Bagian bawah serviks (ectocervix) terletak di dalam
vagina dan dapat terlihat dengan spekulum; di batasi oleh forniks; dua pertiga dari leher
rahim adalah bagian endoserviks yang terletak di atas vagina dan tidak terlihat. Kanker
serviks seringkali terjadi dari daerah di mana endoserviks dan ektoserviks bergabung.
Ektoserviks ditutupi oleh epitel skuamosa yang tampak mengkilat dan berwarna merah
muda. Gambar 2.1 menunjukkan rahim dan ukuran relatif serviks sebagai bagian dari rahim
pada wanita di usia reproduktif.

Gambar. 2.1 uterus dan serviks wanita usia reproduktif

Mulut serviks bagian luar atau os ekterna dihubungkan dengan os interna oleh kanalis
servikalis. Serviks terdiri dari jaringan otot fibro yang padat. Kanalis servikalis berbentuk
lonjong dengan panjang 2,5 cm dengan lebar 5 – 8 mm. Kanalis servikalis dilapisi oleh
lipatan mukosa yang memanjang.

Squamocolumnar junction (SCJ)

Endocervix (columnar epithelium)

Ectocervix (squamous epithelium)

19
Foto di atas menunjukkan terdapat pembukaan yang sedikit kurang teratur pada kanalis
servikalis atau os eksterna yang dapat ditemukan pada wanita usia reproduktif yang belum
pernah melahirkan. Pada wanita yang pernah melahirkan satu atau lebih, os akan terlihat
lebar, seperti mulut dengan celah yang tidak teratur. Dalam gambar ini, daerah gelap yang
mengelilingi os adalah perpanjangan dari epitel kolumnar melapisi kanal; daerah yang lebih
ringan di sekitarnya terdiri dari epitel skuamosa berlapis membentang dari vagina. Garis di
mana dua epitel bergabung adalah persimpangan skuamokolumnar/squamo columnar
junction (SCJ).

c. Uterus
Uterus atau rahim berbentuk buah pir, berongga, merupakan organ berotot dan
berdinding tebal. Bila tidak diperbesar oleh kehamilan atau tumor, panjang uterus sekitar 10
cm dari fundus ke bagian bawah ektoserviks (lihat Gambar 2.5). Uterus ditunjang oleh
beberapa ligamen yang dibentuk oleh selaput membran yang sangat tipis dari dinding perut
(peritonium), yang melekat pada dinding panggul. Daerah antara rahim dan dinding panggul
disebut parametrium. Endometrium merupakan lapisan epitel yang mengandung banyak
kelenjar; endometrium mengalami perubahan dramatis selama siklus menstruasi dan selama
kehamilan.

d. Ovarium
Ovarium terdiri dari dua organ di kedua sisi panggul. Pada wanita yang mengalami haid
normal, sel telur dihasilkan oleh salah satu dari ovarium (ovulasi) setiap bulan.

e. Peredaran darah dan pembuluh darah limfa


Arteri dan vena yang memasok darah ke uterus dan serviks, berjalan turun di kedua sisi

20
sepanjang serviks; pembuluh nadi berasala terutama dari pembuluh cabang servikovaginal
arteri uterina, dan dari arteri vaginal, dan secara langsung dari arteri uterina. Hal ini penting
untuk diingat saat memberikan suntikan bius lokal ke dalam pembuluh ketika anestesi
serviks. Kelenjar getah terletak dekat dengan pembuluh darah dan dapat bertindak sebagai
jalur bagi penyebaran kanker serviks. Pada tahap akhir kanker, tumor yang membesar dapat
menghalangi drainase limfatik dan menyebabkan kaki membengkak (lymphoedema). Kanalis
servikalis memperoleh darah dari cabang-cabang langsung arteri uterina, sedangkan bagian
lain serviks di aliri darah dari arteri uterina cabang servakovaginal.

f. Sistim saraf
Serviks diinervasi oleh saraf sensorik dan susunan saraf otonom baik susunan saraf
simpatis maupun susunan saraf parasimpatis. Pada serviks, inervasi lebih lebih banyak di os
ekterna daripada os interna karena otot lebih banyak terdapat di sekitar os interna.
Ektoserviks tidak memiliki saraf nyeri; dengan demikian, prosedur yang hanya melibatkan
daerah ini (misalnya biopsi dan cryotherapy) dapat ditoleransi dengan baik tanpa anestesi.
Sebaliknya, endoserviks memiliki banyak ujung saraf sensorik yang akan menyebabkan
seorang wanita akan merasa sakit selama prosedur yang melibatkan daerah ini (mis
endoserviks kuretase, cedera dan peregangan).
Jaringan saraf pada serviks merupakan jaringan sistem saraf otonom, yang terlibat
dalam pengendalian denyut jantung, tekanan darah dan fungsi tubuh lainnya. Prosedur yang
melibatkan kanalis endoserviks, seperti penyisipan sebuah spekulum endoserviks atau kuret,
dapat merangsang saraf dan menyebabkan reaksi vasovagal, ditandai dengan berkeringat,
denyut jantung lambat, tekanan darah rendah dan pingsan.
Paraservikal blok, untuk menghasilkan anestesi lokal untuk prosedur tertentu, dilakukan
dengan menyuntikkan anestesi pada berbagai titik dalam tubuh ektoserviks atau forniks
vagina, tapi menghindari memasukkan jarum pada 3 dan 09:00, di mana terdapat pembuluh
darah.

2.6 Histologi epitel pada serviks dan perubahan yang terjadi selama usia reproduktif
2.6.1 Histologi
Permukaan serviks dilapisi oleh dua jenis epitel, yang merupakan lapisan seperti yang dapat
ditemukan pada kulit dan di dalam organ berongga; yaitu epitel skumosa berlapis dan epitel
kolumnar. Ektoserviks ditutupi oleh epitel skuamosa berlapis (multi-layered) dengan jumlah
lapisan 15-20 lapis, epitel yang kuat, protective, nonkeratinizing, mengandung glikogen, yang
merupakan kelanjutan dari epitel yang melapisi vagina. Pada pemeriksaan visual tampak
berwarna merah muda pucat. Pada epitel ini kandungan glikogen terbanyak berada di
bagian sitoplasma di tengah dan superfisial, sehingga saat dilakukan pewarnaan dengan
lugol yodium di epitel skuamosa, maka epitel akan berubah warna menjadi coklat mahoni

21
atau berwarna hitam. Pada wanita menopause sel-sel di epitel skuamosa yang tidak mature
berada di luar lapisan parabasal, dan tidak menumpuk seperti pada beberapa lapisan sel di
bagian tengah dan superfisial. Akibatnya, epitel skuamosa menjadi tipis dan atrofi, tampak
pucat dan rapuh, dengan petechiae sub epitel, karena mudah rentan terhadap trauma.

Gambar 2.2 Serviks normal

Epitel skuamosa berlapis, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.8, terdiri dari lemak,
lapisan dalam ditutup oleh beberapa lapisan semakin seperti ubini, sel datar.
Kanal ditutupi oleh lapisan sel kolumnar tinggi (epitel columnar) yang sejalur servikokanalis
kadang disebut epitel glandular. Epitel kolumnar, satu lapisan sel meninggi dengan inti gelap
pewarnaan, sejalur dengan leher rahim dan meluas keluar untuk sebagian variabel
ektoserviks. Ini jauh lebih tipis dan lebih rapuh dari epitel skuamosa ektoserviks dan berisi
beberapa kelenjar yang melumasi kanal. Pada pemeriksaan visual, muncul sebagai
permukaan yang kasar, warnanya menyolok kemerahan; karena lapisan sel tunggal tipis
yang mendasari, memungkinkan pewarnaan pada stroma lebih mudah dilihat. Sel-sel
kolumnar mensekresi lendir yang melumasi serviks dan vagina. Pada batas atas, menyatu
dengan epitel endometrium dalam badan uterus, dan pada batas yang lebih rendah epitel
kolumnar bertemu dengan epitel skuamosa di persimpangan skuamokolumnar/
Squamokolumnar junction (SCJ).
Squamokolumnar junction (SCJ) adalah daerah di mana dua jenis epitel bertemu. SCJ
terlihat pada gambar 2.3 sebagai garis tajam dengan tingkatan yang disebabkan oleh
ketebalan yang berbeda dari dua epitel. Lokasi SCJ bervariasi dipengaruhi usia wanita,
status hormonal, riwayat trauma kelahiran, status kehamilan dan penggunaan kontrasepsi
oral. Selama masa kanak-kanak dan perimenarche, SCJ terletak di atau sangat dekat

22
dengan os eksternal. Setelah pubertas dan selama masa reproduksi, organ genital
perempuan tumbuh di bawah pengaruh estrogen. Dengan demikian, leher rahim membesar
dan kanal endoserviks memanjang. Epitel kolumnar eversi ke ektoserviks, terutama pada
bibir anterior dan posterior, menghasilkan ektropion atau ektopi. Dengan demikian, SCJ
terletak di ektoserviks, jauh dari os eksternal selama di usia reproduksi dan kehamilan
(Gambar 2.5). Pada pemeriksaan visual, ektropion terlihat sebagai ectocervix (Gambar 2.5)
berwarna kemerahan mencolok berbeda dengan daerah epitel skuamosa sekitarnya yang
berwarna merah muda mengkilat.

Gambar 2.3 Epitel skuamosa dan epitel kolumnar serta daerah


squamokolumnarjunction (SCJ)

Proliferasi lokal dari epitel kolumnar berentuk polip terkadang terlihat sebagai massa
kemerahan yang menonjol di os eksternal. Epitel kolumnar tidak menghasilkan glikogen oleh
karenanya tidak berubah warna setelah aplikasi Lugol yodium, atau sedikit berubah warna
dengan lapisan tipis dari larutan yodium.

Gambar 2.4 Serviks pada wanita yang pernah melahirkan; tampak ke dua SCJ, epitel skuamosa
metaplastik, dan zona transformasi

23
Gambar 2.5 Lokasi squamocolumnar junction (SCJ)

2.6.2 Perubahan epitel serviks di usia reproduktif


Ketika terkena lingkungan asam dari vagina, epitel kolumnar menjadi lebih rapuh dan
memanjang keluar dari saluran serviks ke arah luar digantikan oleh epitel yang lebih kokoh
yaitu epitel skuamosa. Proses penggantian ini normal, disebut metaplasia skuamosa; proses
tersebut menimbulkan SCJ kedua. Daerah antara SCJ asli dan SCJ baru terdapat daerah
transformasi disebut zona transformasi, zona ini selalu meluas ke arah kanalis servikalis.
Perubahan epitel kolumner menjadi epitel skuamosa selain disebabkan karena pH vagina
yang rendah, juga disebabkan kadar estrogen yang tinggi. Sel-sel dari zona transformasi
sangat rentan terhadap infeksi HPV dan di daerah ini pula sel karsinoma skuamosa paling
berkembang. Meski demikian tujuan perubahan tersebut terjadi adalah untuk melindungi
jaringan stroma di bawahnya. Gambar dibawah (2.6) menunjukkan perubahan yang
mencolok dari lahir hingga post menopause, meskipun pada kehidupan nyata tidak serapi
gambar di bawah.

24
Gambar 2.6 penampakan serviks selama daur kehidupan wanita
a. Dari lahir hingga masa pubertas
SCJ asli pada anak perempuan saat lahir, dan ditemukan di atau dekat os eksternal.
b. Dari menarche hingga usia reproduktif awal
Saat ovarium mulai memproduksi estrogen di usia pubertas, ukuran serviks bertambah, sel kolumnar
dari endoserviks dan SCJ asli mulai menghilang ke ektoserviks
c. Wanita di usia 30-an
Dibawah pengaruh estrogen, terjadi perubahan epitel skuamosa menjadi matur (metaplasia skuamosa)
dan ini adalah normal, pada serviks tampak SCJ asli dan SCJ yang baru. Terdapat zona transformasi di
antara area kedua SCJ.
d. Wanita perimenopause
Pengaruh estrogen di usia ini menurun; ukuran serviks berkurang, epitel kolumnar dan zona
transformasi mundur kembali dari ektoserviks masuk ke kanal serviks
e. Postmenopause
Tanpa stimulasi estrogen, SCJ asli masih terlihat dipemeriksaan spekulum, tapi SCJ baru dan epitel
kolumnar metaplastik serta zona transformasi akan mundur ke kanal serviks.

Perubahan progresif mungkin tidak merata; namun pada beberapa wanita menopause, leher
rahim mereka mungkin terlihat seperti gambaran sebelumnya (pramenopause) dengan SCJ
baru sebagian atau seluruhnya masih terlihat.
Dengan mata telanjang, kita dapat mengidentifikasi batas bagian dalam zona transformasi
dengan menelusuri persimpangan skuamokolumnar dan batas luar dengan menemukan
bagian distal dari kista nabothian (jika ada) atau celah crypt (biasanya terlihat di bawah
perbesaran). Pada wanita premenopause, zona transformasi dapat ditemukan di ektoserviks.
Setelah menopause atau melalui usia tua, dengan menurunnya kadar estrogen yang

25
mengakibatkan penyusutan serviks; zona transformasi dapat bergerak secara parsial, dan
kemudian sepenuhnya, ke dalam kanal endoserviks. Hampir semua neoplasia serviks terjadi
di zona ini, dekat dengan persimpangan skuamokolumnar.

Gambar 2.7
A. (kanan): gamb. Serviks meradang, dengan ulserasi, perdarahan, nekrosis, keluar cairan berwarna
kuning kehijauan dan eksudat inflamasi.
B. (kiri): gamb. Serviks kemerahan tampak marah, serviks meradang dengan hilangnya vili di epitel
kolumnar dan ditutupi dengan eksudat inflamasi.

Gambar di atas menunjukkan peradangan sebagai kondisi patologis yang paling umum
terjadi pada serviks. Sebagian besar disebabkan oleh infeksi (biasanya polymicrobial) dan
yang kurang umum adalah oleh benda asing (tampon tertahan, dll), trauma dan iritasi kimia
seperti gel dan krim. Agen infeksius yang menyebabkan peradangan pada serviks meliputi:
Trichomonas vaginalis; Candida albicans; pertumbuhan berlebih dari bakteri anaerob seperti
Gardnerella vaginalis, G. Mobiluncus dan Peptostreptococcus; infeksi bakteri lain seperti
Haemophilus ducreyi, Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli,
streptococci, dan staphylococci; dan infeksi virus seperti Herpes simpleks.
Epitel kolumnar lebih rentan terhadap infeksi daripada epitel skuamosa. Kami menggunakan
istilah servisitis, untuk menunjukkan semua kondisi peradangan servikovaginal. Secara
klinis, servisitis mungkin berhubungan dengan gejala seperti sekresi berlebihan, gatal pada
vulva dan vagina, rasa sakit dan sensasi terbakar selama hubungan seksual dan nyeri perut
bagian bawah. Tanda-tanda klinis lainnya adalah keluar sekret berlebihan, berwarna (keabu-
abuan, greyishwhite, dadih putih (dalam kasus infeksi candidial), kuning atau kehijauan-
kuning), berbau busuk atau tidak berbau, berbusa atau tidak berbusa, lembut, serviks
tampak kemerahan dengan atau tanpa vesikel, ulserasi dan / atau fibrosis; epitel kolumnar
mungkin terlihat datar; dan mungkin ada tanda ekskoriasi (kerusakan sampai tampak seperti
ada bintik-bintik kemerahan) pada vulva, eritema vulva dan edema, vagina dan bagian dalam
paha dan perineum. Secara mikroskopis, servisitis ditandai dengan serpihan-serpihan selular

26
dan sekresi berlebihan yang mengandung epitel di dalamnya, sel-sel membengkak dan
meradang, deskuamasi dari glikogen yang mengandung sel-sel superfisial dan menengah,
epitel mengalami erosi, menjadi dangkal atau lebih dalam, ulserasi dan terdapat stroma pada
serviks. Peradangan kronis dan ulserasi berulang dapat sembuh namun menimbulkan
fibrosis.
Diagnosis servisitis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis. Pada pemeriksaan
visual; servisitis karena infeksi non candida dapat ditandai dengan eritema vulva dan edema.
Tanda ekskoriasi dan kemerahan di vulva dan vagina, serviks lembut dengan sekret berbau
busuk, berwarna kuning kehijauan atau kehijauan mukopurulen putih, dengan atau tanpa
ulserasi. Candida ditandai dengan edema vulva dan eritema, ekskoriasi, dan tebal, sekret
seperti dadih putih, tidak berbau. Infeksi herpes dikaitkan dengan ditemukannya vesikel dan
ulkus di alat kelamin eksternal, vagina dan serviks. Wanita dengan servisitis non-candida
dapat diobati dengan kombinasi metronidazole 400 mg ditambah doksisiklin 100 mg secara
oral, dua kali sehari selama tujuh hari. Mereka dengan servisitis candida dapat diobati
dengan clotrimazole atau micanazole 200 mg dalam vagina, setiap hari selama tiga hari.

2.7 Metode skrining kanker serviks


2.7.1 Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Lugol Yodium
a. Pengertian
Inspeksi visual asam asetat (IVA) merupakan sebuah metode untuk mengidentifikasi lesi
pra-kanker, yaitu dengan mengusapkan pada leher rahim asam asetat 3-5% dengan
aplikator kapas lesi pra-kanker, lalu hasilnya dapat diamati dengan mata telanjang selama
20-30 detik (Laila, 2009). Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang sudah dilatih dengan pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam
asetat yang sudah di encerkan. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan
batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim
mungkin memiliki lesi prakanker. Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada perempuan
yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS.
Metode tes Lugol iodine juga disebut sebagai Schiller’s test / Schiller’s iodine test adalah
tes medis di mana larutan iodine diaplikasikan pada serviks dalam rangka untuk
mendiagnosa kanker serviks. Kemudian mengidentifikasi perubahan warna pada serviks
dengan mata telanjang. Iodine diserap oleh glikogen dalam epitel serviks normal;
memberikan warna cokelat. Daerah yang kurang glikogen akan berwarna putih atau kuning
keputihan, dan mungkin menunjukkan leukoplakia (lesi putih) atau jaringan kanker. Meskipun
tes ini tidak mendiagnostik kanker tetapi dapat membantu dalam memilih lokasi yang tepat
untuk biopsi.
b. Patofisiologi pada pemeriksaan IVA

27
Aplikasi dari 3-5% asam asetat diyakini menyebabkan koagulasi reversibel atau
pengendapan protein seluler. Hal ini juga menyebabkan pembengkakan pada jaringan epitel,
kolumnar dan terutama setiap daerah epitel skuamosa yang abnormal, dehidrasi sel, dan
membantu dalam koagulasi dan membersihkan sekresi mukosa pada serviks. Pantulan
cahaya dari stroma yang mendasari, yang kaya akan pembuluh darah menyebabkan epitel
skuamosa berwarna merah muda dan epitel kolumnar berwarna merah. Jika epitel
mengandung banyak protein seluler, asam asetat akan menggumpalkan protein ini, yang
mungkin melenyapkan warna stroma. Acetowhitening yang dihasilkan terlihat jelas
dibandingkan dengan warna epitel skuamosa normal yaitu berwarna merah muda. Dengan
demikian, efek dari asam asetat tergantung pada jumlah protein seluler yang hadir dalam
epitel. Area dengan aktifitas inti sel dan kandungan DNA-nya meningkat akan menunjukkan
perubahan warna putih paling dramatis.
Ketika asam asetat diaplikasikan ke epitel skuamosa normal, terjadi koagulasi pada
lapisan sel superfisial, karena lapisan ini memiliki sedikit inti. Sedangkan asam asetat tidak
mampu menembus sel-sel yang lebih dalam, oleh karenanya endapan yang dihasilkan tidak
cukup untuk menghilangkan warna stroma yang mendasari. Pada daerah yang di curigai CIN
dan kanker invasif, terjadi koagulasi maksimal karena kandungan inti mereka lebih tinggi dari
inti protein (sejumlah sel dalam epitel terdiferensiasi) sehingga mencegah cahaya melewati
epitel. Akibatnya, pola sub-epitel pembuluh hilang dan muncul epitel berwarna putih padat.
Pada CIN, acetowhitening terbatas pada zona transformasi dekat dengan persimpangan
skuamokolumnar, sementara pada kanker sering melibatkan seluruh leher rahim. Sementara
acetowhite pada epitel pada kasus yang di duga CIN dan kanker invasif awal tampak lebih
padat, tebal dan buram dengan margin berbatas tegas dari epitel normal di sekitarnya;
acetowhitening pada metaplasia skuamosa dewasa, peradangan dan regenerasi epitel
warnanya sedikit lebih pucat, tipis, transparan, dan bercak dengan margin tidak terlalu jelas.
Acetowhitening yang muncul disebabkan karena inflamasi dan proses penyembuhan
biasanya didistribusikan secara luas di serviks, tidak terbatas pada zona transformasi dan
mungkin cepat hilang (dalam satu menit). Sedang leukoplakia dan kondiloma setelah aplikasi
asam asetat akan berwarna sangat putih keabu-abuan.
c. Patofisiologi pada pemeriksaan dengan Lugol Iodine
Epitel skuamosa metaplastik banyak mengandung glikogen, sedangkan CIN dan sel-sel
kanker invasif mengandung sedikit atau tidak ada glikogen. Epitel kolumnar tidak
mengandung glikogen. Epitel skuamosa metaplastik immatur biasanya hanya sedikit
mengandung glikogen atau tidak sama sekali. Iodine bersifat glycophilic dan karenanya
setelah aplikasi iodine, iodine akan diserap oleh epitel dan epitel menjadi megandung
glikogen. Dan peneyerapan ini menyebabkan perubahan warna pada epitel skuamosa,
menjadi berwarna coklat mahoni atau kehitaman.

28
Sedang epitel kolumnar, karena tidak mengandung glukosa sehingga tidak mampu
menyerap iodine, oleh karenanya tidak mengalami perubahan warna atau berubah sedikit
namun tipis. Sedang epitel skuamosa yang matur akan terjadi perubahan warna dan tampak
seperti noda atau bercak-bercak. jika di sekitar serviks terdapat peradangan atau erosi,
amaka setelah aplikasi iodine, warnanya akan tetap tidak berubah dibelakang atau diantara
warna coklat mahoni. Daerah dengan CIN atau kanker invasif tidak menyerap iodine, warna
yang muncul setelah aplikasi iodine adalah warna kuning mustard atau kuning kunyit dan
tampak tebal. Daerah dengan leukoplakia (hiperkeratosis) tidak noda dengan iodine baik,
dan kondiloma tidak mungkin, atau kadang-kadang mungkin hanya sebagian, noda dengan
iodine. Area yang mengalami leukoplakia (hiperkeratosis) atau kondiloma, tidak ditemukan
noda atau kadang ada hanya sebagian setelah aplikasi lugol iodine.
d. Keuntungan menggunakan metode IVA - Lugol Iodine
1) Mudah dan praktis
2) Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
3) Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
4) Sesuai dengan pusat pelayanan sederhana
e. Syarat dilakukannya test IVA – Lugol Iodine
1) Sudah pernah melakukan hubungan seksual (tidak lagi gadis)
2) Tidak sedang datang bulan / haid
3) Tidak sedang hamil
4) 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
f. Langkah – langkah pemeriksaan IVA – Lugol Iodine
1) Persiapan pasien
 Melakukan informant consent
 Menyiapkan lingkungan sekitar klien yang privasi
 Memposisikan pasien di meja ginekologi dengan posisi litotomi.
2) Persiapan Alat
a) Tes dengan lugol iodine
 Sumber cahaya yang baik (sebaiknya lampu halogen terang yang dapat dengan
mudah diarahkan ke serviks);
 Meja obgyn;
 Spekulum steril;
 Sepasang sarung tangan;
 Kapas swab besar atau kasa;
 Ring tang, forcep tang;
 larutan Lugol yodium 5% dalam cucing kecil;
 0,5% larutan klorin untuk merendam sarung tangan;

29
 Ember plastik atau wadah dengan larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
instrumen;
 Kantong plastik untuk membuang kapas terkontaminasi dan lainnya.
b) Tes IVA
 Meja Obgyn;
 Sumber cahaya yang baik (sebaiknya lampu halogen terang yang dapat dengan
mudah diarahkan pada leher rahim);
 Spekulum steril;
 Sepasang sarung tangan;
 Kapas swab, cotton buds, kasa;
 Ring tang, forcep tang;
 5% asam asetat atau cuka siap pakai (jika menggunakan cuka dapur maka perlu
memeriksa kekuatan asam asetat dalam cuka);
 Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi sarung tangan;
 Ember plastik atau wadah dengan larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
instrumen;
 Kantong plastik untuk membuang kapas yang terkontaminasi dan barang-barang
limbah lainnya.
3) Bahan:
a) Persiapan larutan Lugol iodine
Larutkan 10 g kalium iodida dalam 100 ml air suling. Tambahkan 5 g yodium
setelah kalium iodida sepenuhnya dibubarkan. Aduk sampai semua serpihan
yodium telah sepenuhnya dilarutkan. Larutan harus disimpan dalam wadah
tertutup dan gelap untuk mencegah penguapan iodine dan hilangnya aktivitas
pewarnaan.
b) Persiapan asam asetat
Asam asetat 5% dibuat dengan menambahkan 5 ml asam asetat glasial dalam 95
ml air suling.Jika menggunakan cuka dapur yang dibeli dari toko, memeriksa
kekuatan untuk memastikan bahwa itu adalah 5%.
Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudian diencerkan
menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asam cuka dicampur dengan 4
bagian air); contohnya: 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 40 ml air akan
menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau 20 ml asam cuka 25 % dicampur
dengan 80 ml air akan menghasilkan 100 ml asam asetat 5%.
Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 % diencerkan dengan air
dengan perbandingkan 1:7 (1 bagian asam cuka dicampur 7 bagian air);
contohnya : 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 70 ml air akan menghasilkan
80 ml asam asetat 3%

30
4) Sistem jaminan kualitas untuk akurasi
Tenaga kesehatan yang melakukan tes ini harus memiliki pengetahuan yang baik
tentang anatomi, fisiologi dan patologi serviks dalam kaitannya dengan pemeriksaan
visual. Dia harus tahu gambaran klinis dari kondisi jinak, peradangan, lesi prakanker
dan kanker invasif serviks.
5) Prosedur tes Lugol Iodine
 Pasien datang untuk tes ini harus telah memperoleh penjelasan secara rinci
tentang tes Lugol iodine. Informed consent harus diperoleh sebelum skrining
dilakukan. Riwayat obstetri dan ginekologi yang relevan harus diperoleh dan
dicatat. Pasien itu harus diyakinkan bahwa prosedur tidak menyakitkan, dan setiap
upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa dia sepenuhnya santai dan tetap
tenang selama tes berjalan.
 Pasien di baringkan dalam posisi litotomi. Setelah posisinya tepat, amati jika ada
keputihan. Mengamati genitalia eksterna dan daerah perineum untuk setiap tanda-
tanda ekskoriasi, edema, vesikel, papula, luka, koreng dan kutil. Carilah edema di
daerah inguinal / femoral. Kemudian dilanjutkan untuk membersihkan daerah
introitus vagina dan perineum sekitarnya dengan kapas atau kasa yang dibasahi
dengan cairan antiseptik.
 Setelah itu, perlahan masukkan spekulum steril ke vagina, yang sebelumnya telah
direndam dalam air hangat (agar dalam suhu yang nyaman), dan buka spekulum
hingga serviks tampak. Mengatur sumber cahaya sehingga ada cahaya yang
memadai dalam vagina dan serviks. Mengamati ukuran dan bentuk serviks.
 Mengidentifikasi os eksternal, epitel kolumnar (berwarna merah), epitel skuamosa
(pink) dan persimpangan skuamokolumnar. Lanjutkan untuk mengidentifikasi zona
transformasi, batas atas yang dibentuk oleh persimpangan skuamokolumnar.
Carilah ektropion, polip serviks, kista nabothian, bekas laserasi di bibir serviks,
leukoplakia, kondiloma dan tanda-tanda servisitis. Anda dapat mencatat bahwa
pada wanita menopause, serviks tampak pucat dan rapuh karena penipisan dan
atrofi epitel skuamosa. Menilai karakteristik sekret dalam hal kuantitas, warna, bau
dan ketebalan. Sekret tipis seperti benang dari os eksternal menunjukkan ovulasi.
 Pada ektropion, serviks sekitar os eksternal dan persimpangan skuamokolumnar
tampak warna merah, jauh dari os. Jika ada kista nabothian, kista akan tampak
menggembung dengan nodul biru-putih atau kuning-putih, memiliki lapisan halus
mulus dengan percabangan pembuluh darah. Pada beberapa wanita, kista
nabothian dapat menjadi besar dan merusak bentuk serviks; namun, jarang hingga
memborok dan menjadi nekrotik. Polip serviks muncul sebagai massa halus
menonjol di serviks di luar os eksternal, yang mungkin tampak gelap merah atau
pink-putih. Kadang-kadang polip yang nekrotik menyerupai kanker serviks.

31
Laserasi yang sudah sembuh tampak seperti air mata di bibir serviks, dengan os
eksternal yang tidak teratur. Leukoplakia tampak seperti permukaan yang licin,
area putih pada serviks yang tidak dapat dilepas atau digores. Kondiloma serviks
tampak seperti daerah abu-abu-putih di dalam atau di luar zona transformasi di
epitel skuamosa dan bisa disertai dengan lesi serupa di vagina dan vulva.
 Mencari adanya ulserasi, erosi dengan disertai sekret pada serviks. Pada
peradangan serviks yang berat, yang disebabkan infeksi; tampak daerah yang
berwarna merah meluas di serviks hingga vagina. Amati apakah ada perdarahan
dari serviks, terutama pasca sentuhan, atau pertumbuhan ulceroproliferative.
Kanker invasif sangat awal akan tampak sebagai bentuk yang kasar, kemerahan,
dengan daerah granular, yang mungkin berdarah pasca sentuhan. Kanker invasif
yang telah berkembang tampak sebagai pertumbuhan eksofitik yang besar dengan
ulceroproliferative, massa yang menggembung dengan papiler, tampak ulserasi
mendominasi sebagian besar serviks. Perdarahan pasca sentuhan dan nekrosis
adalah ciri klinis dominan. Bau yang tidak sedap dari sekret juga umum karena
infeksi yang berlebihan. Kadang-kadang, kanker invasif nampak sebagai lesi
infiltrasi dengan serviks membesar dan tidak teratur.
 Setelah pemeriksaan visual, dengan lembut aplikasikan Lugol iodine dengan
menggunakan kapas pada serviks. Hati-hati untuk tidak sampai menodai, baik
pasien atau pakaian anda sendiri dengan yodium! Setelah aplikasi dilakukan,
dengan hati-hati melihat ke arah serviks untuk daerah iodine non-uptake
(nonstaining) apakah tampak pucat atau putih kekuningan, terutama di zona
transformasi, dekat dengan persimpangan skuamokolumnar. Setelah pemeriksaan
selesai, bersihkan sisa iodine dalam forniks vagina dengan kapas kering.
 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan pemeriksaan
lagi, serta rencana tata laksana jika diperlukan.
 Setelah penilaian selesai. tarik spekulum dengan lembut, dan memeriksa dinding
vagina untuk kondiloma dan lesi acetowhite.
 Sebelum melepas sarung tangan kotor, merendam tangan sebentar dalam wadah
diisi dengan larutan klorin 0,5%. Dekontaminasi sarung tangan yang digunakan
dengan direndam dalam larutan klorin 0,5% dalam ember plastik selama 10 menit.
 Spekulum dan instrumen lain yang telah digunakan untuk melakukan tes harus
direndam dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi 10 menit, sebelum
dibersihkan dengan deterjen dan air. Instrumen yang dibersihkan dapat digunakan
kembali setelah disinfeksi tingkat tinggi dengan merendamnya dalam air mendidih
selama 20 menit atau dengan sterilisasi instrumen menggunakan autoclave.
6) Prosedur pada tes IVA

32
 (Langkah awal dari persiapan pasien hingga observasi serviks secara visual, sama
dengan di atas)
 Sekret yang ada harus bersihkan terlebih dahulu secara lembut. Kemudian
dengan lembut tapi tegas asam asetat 5% diterapkan menggunakan kapas yang
telah direndam dalam asam asetat. Buang kapas habis pakai ke tempat yang telah
disediakan. Sekret seperti dadih putih terkait dengan candidiasis sifatnya sangat
lengket, dan jika tidak dibersihkan terlebih dahulu dengan benar, mungkin meniru
lesi acetowhite; sehingga mengarah ke hasil positif palsu. Langkah selanjutnya
adalah dengan hati-hati perhatikan perubahan epitel serviks untuk melihat apakah
ada lesi putih muncul (acetowhite), padat, tidak dapat dilepaskan daerah di epitel
kolumnar terutama di zona transformasi dekat dengan persimpangan
skuamokolumnar. Setelah satu menit aplikasi asam asetat, hasil harus dilaporkan /
dicatat. Perhatikan betapa cepatnya lesi acetowhite muncul dan kemudian
menghilang.
 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan pemeriksaan
lagi, serta rencana tata laksana jika diperlukan
 Hati-hati dalam mengamati:
o Intensitas perubahan warna putih dari lesi acetowhite: apakah putih berkilau,
putih keruh / kabur, putih pucat atau putih kusam.
o Batasan dan garis batas dari lesi putih: margin membaur jelas dan tegas / tajam
atau margin membaur tapi tidak tajam atau tidak jelas; margin tampak “timbul”
atau margin datar; margin teratur atau tidak teratur.
o Apakah seluruh lesi berwarna putih, atau memiliki intensitas warna bervariasi,
atau ada daerah erosi dalam lesi.
o Lokasi lesi: dekat atau jauh dari zona transformasi? Apakah berbatasan
(menyentuh) dengan persimpangan skuamokolumnar? Apakah itu meluas ke
kanal endoserviks? Apakah itu menempati seluruh atau sebagian dari zona
transformasi? Apakah melibatkan seluruh serviks (yang biasanya menunjukkan
awal praklinis kanker invasif)?
o Ukuran (batas atau dimensi) dan jumlah lesi.
 Jika ragu, lebih aman untuk mengulang tes beberapa kali. Wanita yang diduga
kanker invasif harus dirujuk untuk investigasi dan perawatan lebih lanjut.
 (Tindakan berikutnya adalah membereskan alat, langkah-langkahnya sama seperti
langkah-langkah membereskan alat pada tes dengan Lugol Iodine)
7) Pembacaan hasil:
a) Hasil tes Lugol iodine
Jika hasil tes negatif, yakinkan dan mungkin sarankan pasien untuk mengulang tes
setelah lima tahun. Jika tes ini positif, pasien harus dirujuk untuk tes lebih lanjut

33
seperti kolposkopi dan biopsi serta konfirmasi pengobatan untuk lesi. Jika dicurigai
kanker invasif, pasien harus dirujuk ke fasilitas yang lebih memadai.
Hasil NEGATIF (-)
o Serviks normal; epitel skuamosa berwarna coklat mahoni atau hitam dan epitel
kolumnar tidak berubah warna (gambr. 2.8);
o Tidak berubah warna atau sebagian berwarna coklat, tampak sebagai bercak,
warna kabur, tidak terdefinisi dengan baik (gambr 2.9 – 2.12);
o Jika ada polip, maka setelah aplikasi iodine; area polip akan berwarna pucat
atau sebagian menyerap iodine sebagian (gambr 2.14);
o Penampilan seperti kulit macan tutul (gambr 2.13), biasanya ini berhubungan
dengan infeksi T. Vaginalis;
o Epitel skuamosa berubah warna, tampak seperti biji-biji lada karena menyerap
iodine; jauh dari SCJ (gambr 2.15);
o Tampak satelit, tipis, berwarna kuning, tampak daerah yang membentuk sudut
angular atau margin yang digitating seolah-olah seperti membentuk kepulauan
namun tampak jauh dari SCJ (gambr. 2.16)

Gambar 2.8 VILI negatif: epitel skuamosa hitam Gambar 2.9 VILI negatif: Tampak seperti
dan epitel kolumnar tidak berubah warna bercak-bercak, area yang tidak menyerap iodine
setelah aplikasi iodine tidak terdefinisi dengan baik (panah tipis) dan
pada area yang menyerap iodine

Gambar 2.10 tampak terdapat bercak, tidak Gambar 2.11 epitel skuamosa berubah warna
terdefinisikan dengan baik, hampir seluruh menjadi coklat. Pada zona transformasi ada
serviks tidak menyerap iodine, melampaui zona sebagian daerah yang menyerap iodine ada
transformasi; hal ini disebabkan peradangan yang tidak, dan tampak seperti bercak-bercak.
pada serviks
34
Gambar 2.12 tampak terdapat bercak, terdapat Gambar 2.13 tampak epitel yang tidak menyerap
area yang tidak menyerap iodine namun tidak iodine dan tampil seperti bercak-bercak yang
terdefinisi dengan jelas (panah tipis), namun menyebar di seluruh serviks, melewati zona
terdapat sebagian area yang menyerap iodine transformasi. Ini merupakan karakteristik dari
(panah tebal) servitis kronis

Gambar 2.14 pada polip; ada daerah yang Gambar 2.15 di epitel skuamosa tampak area
menyerap sebagian dari iodine (panah tebal), ada yang tidak menyerap iodine dan tampak
daerah yang tidak menyerap iodine (panah tipis). berbentuk seperti lada, biasanya hal ini
Epitel skuamosa berwarna hitam disebabkan ulserasi dan peradangan serviks

Gambar 2.16 iodine negatif, SCJ berwarna


kuning yang irregular, terdapat lesi satelit

35
Hasil POSITIF
Hasilnya dinyatakan positif jika zona transformasi tidak menyerap iodine, berwarna
kuning mustard atau kuning kunyit, padat, tebal, terang, dekat atau berbatasan
dengan SCJ atau dekat dengan os jika sambungan skuamokolumner tidak terlihat
( gambr 2.17 – 2.20) atau ketika seluruh serviks ternyata berwarna kuning padat
(gambr 2.22)

Gambar 2.17 tampak area berwarna kuning tapi Gambar 2.18 tampak lesi berwarna kuning
tidak menyerap iodine di bagian bibir anterior mustard dan tidak menyerap iodine di bibir
berbatasan dengan SCJ anterior bersentuhan dengan SCJ

Gambar 2.19 tampak area yang tidak menyerap Gambar 2.20 tampak area yang cukup luas dan
iodine berwarna kuning mustard di bibir anterior tidak menyerap iodine, tebal, berwarna kuning
berbatasan dengan SCJ mustard di bibir atas dan bawah serviks yang
meluas hingga kanal serviks

Gambar 2.21 terdapat area yang tidak menyerap Gambar 2.22 terdapat area yang tidak menyerap
iodine berwarna kuning mustard, padat, dan iodine berwarna kuning kunyit padat yang cukup
berbatasan dengan SCJ di bibir anterior serviks luas dengan permukaan yang irregular,
dengan margin yang jelas dan teratur melibatkan empat kuadran, meluas hingga ke
dalam kanal serviks
36
Hasil POSITIF dengan dugaan KANKER INVASIF
Di duga kanker invasif ketika setelah aplikasi iodine; epitel serviks berubah warna
kuning padat, tampak nyata, terdapat nodular tidak teratur, terdapat pertumbuhan
ulceroproliferative (gambr 2.23 – 2.25)

Gambar 2.23 VILI positif, kanker invasif: terjadi Gambar 2.24 tampak kontur permukaan serviks
penebalan yang padat dan luas, berwarna kuning nodular,permukaan serviks berwarna kuning
mustard, dengan permukaan yang tidak teratur mustard tebal dan luas
dan nodular, melibatkan semua kuadran serviks,
os eksternal hilang

Gambar 2.25 VILI positif, kanker invasif: tampak


membesar, tebal, irregular, nodular berwarna
kuning mustard lesi sugestif kanker invasif

b) Hasil tes IVA


Jika hasil tes negatif, yakinkan dan mungkin sarankan pasien untuk mengulang tes
setelah lima tahun. Jika tes ini positif, pasien harus dirujuk untuk tes lebih lanjut
seperti kolposkopi dan biopsi serta konfirmasi pengobatan untuk lesi. Jika dicurigai
kanker invasif, pasien harus dirujuk ke fasilitas yang lebih memadai.

37
Hasil NEGATIF
o Tidak tampak lesi acetowhite pada serviks (gambr 2.26);
o Tampak polip menonjol dan tampak acetowhite berwarna putih kebiruan (gambr
2.27);
o Kista nabothian yang tampak seperti tombol atau jerawat berwarna putih
(gambr 2.28);
o Tampak bintik-bintik berbentuk anggur yang muncul di endoserviks pada epitel
kolumnar setelah aplikasi asam asetat (gambr 2.29)
o Serviks tampak mengkilap, berwarna merah muda pucat, putih, putih kebiruan,
secara samar tampak bercak-bercak lesi yang meragukan, tampak terdapat
margin namun tidak berbatas jelas, menyatu dengan sisa area serviks (gambr
2.29 – 2.32)
o Tampak seperti ada area yang membentuk sudut, irregular, lesi acetowhite
digitating yang menyerupai kepulauan jauh (terpisah) dari SCJ (lesi satelit)
(gambr 2.33)
o Acetowhite di SCJ dalam garis-garis samar atau tidak jelas (gambr 2.33 – 2.35)
o Di epitel kolumnar tampak acetowhite yang seperti garis-garis (gambr 2.33)
o Setelah aplikasi asam asetat muncul acetowhite yang tidak jelas atau tidak
terdefinisi, seperti bercak, berwarna pucat, dan putus-putus (gambr 2.35 – 2.36)

Gambar 2.26 IVA negatif, tidak tampak area Gambar 2.27 IVA negatif: , tidak tampak area
acetowhite. Tampak metaplasia skuamosa di acetowhite pada polip dan serviks setelah
bibir anterior dan posterior (tanda panah) aplikasi asam asetat

Gambar 2.28 kista nabothian tampak seperti Gambar 2.29 tampak area putih seperti awan
tombol setelah aplikasi asam asetat namun tidak jelas dengan margin yang juga tidak
terbatas bercampur dengan sisa epitel. SCJ
tampak jelas
38
Gambar 2.30 IVA negatif: ada bintik-bintik seperti Gambar 2.31 serviks tampak berwarna merah
anggur, tampak area acetowhite di epitel muda-putih (pink pucat) dengan margin yang
kolumnar di bibir anterior. SCJ sepenuhnya tidak jelas, namun SCJ sepenuhnya terlihat
terlihat

Gambar 2.32 serviks berwarna merah muda-putih


Gambar 2.33 setelah aplikasi asam asetat,
(pink pucat) dan tampak margin yang menyatu
serviks tampak putih pucat, terdapat satelit,
pada sisa epitel. SCJ sepenuhnya terlihat
terdapat lesi sperti kepulauan dan membentuk
sudut (panah tipis jauh dari SCJ (panah
tebal). Perhatikan pada epitel kolumnar
(dalam lingkaran oval) tampak acetowhite
seperti
coretan di epitel kolumnar

Gambar 2.34 serviks tampak padat menebal dengan mukus (sebelum aplikasi dengan
asam asetat. Setelah aplikasi asam asetat, asal mukus tampak jelas, SCJ menonjol

39
Gambar 2.35 IVA negatif: setelah aplikasi asam Gambar 2.36 IVA negatif: serviks tidak sehat,
asetat, SCJ menonjol. Tampak ektropion terjadi radang dengan ulserasi, nekrosis,
perdarahan, dan terdapat inflamasi dengan
exudate. Tampak acetowhitening dengan warna
merah muda-putih dan margin yang tidak jelas,
menyatu dengan sisa epitel (tanda panah)

Hasil POSITIF
Bila ditemukan IVA Positif, dilakukan krioterapi, elektrokauterisasi atau eksisi LEEP/LLETZ.
Krioterapi dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau
konsultan onkologi ginekologi. Elektrokauterisasi, LEEP/LLETZ dilakukan oleh dokter
spesialis obstetri dan ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi.
o Ada yang berbeda, yang jelas, tampak padat (buram, dull- atau seperti tiram putih)
tampak acetowhite dengan margin teratur atau tidak teratur, dekat dengan atau
berbatasan persimpangan skuamokolumnar di zona transformasi atau dekat dengan os
eksternal jika sambungan skuamokolumner tidak terlihat (gambr 2.37 – 2.45 ),
o Daerah acetowhite tampak mencolok, padat terlihat di epitel kolumnar (gambr 2.46 –
2.46),
o Seluruh serviks menjadi padat putih setelah aplikasi asam asetat (gambr 2.47);
o Kondiloma dan leukoplakia terjadi dekat dengan persimpangan skuamokolumnar,
berubah menjadi intens putih setelah aplikasi asam asetat.

Gambar 2.37 IVA positif: terdefinisi dengan Gambar 2.38 IVA positif: terdefinisi dengan
baik, tampak daerah acetowhite buram baik, daerah acetowhite buram, perdarahan
dengan digitating margin yang tidak teratur di pasca sentuh di bibir anterior,
bibir anterior dan posterior, berbatasan berbatasan/bersinggungan dengan SCJ
dengan SCJ dan meluas hingga ke saluran yang sepenuhnya terlihat
serviks

40
Gambar 2.39 IVA positif: tampak perubahan Gambar 2.40 IVA positif: perubahan epitel yang
terdefinisi dengan baik, area acetowhite buram terdefinisi dengan baik, area acetowhite buram
dengan margin regular di bibir bawah, dengan regular margin, di bibir anterior
bersinggungan dengan SCJ yang tampak jelas bersinggungan dengan SCJ yang tampak jelas

Gambar 2.41 perubahan epitel serviks terdefinisi Gambar 2.42 tampak perubahan epitel serviks
dengan baik, tampak area acetowhite dengan yang terdefinisi dengan baik, tampak area
margin regular di bibir anterior bersinggungan acetowhite buram dengan margin regular di bibir
dengan SCJ yang tampak jelas. Tampak lesi anterior bersinggungan dengan SCJ yang tampak
satelit di bibir posterior jelas. Perhatikan! Ada warna putih yang tidak
jelas di bibir posterior. Lesi meluas hingga ke
kanal serviks

Gambar 2.43 IVA positif: perubahan epitel Gambar 2.44 IVA positif: perubahan epitel yang
terdefinisi dengan baik, warna serviks tampak terdefinisi dengan baik, tampak memadat,
pudar, epitel tampak memadat, terdapat area berwarna kusam, dengan daerah acetowhite di
acetowhite yang buram dan tampak menonjol di bibir anterior bersinggungan dengan SCJ yang
bibir anterior bersinggungan dengan SCJ yang sepenuhnya terlihat
sepenuhnya terlihat. Lesi meluas hingga kanal
serviks

41
Gambar 2.45 IVA positif: perubahan epitel yang Gambar 2.46 IVA positif: tampak area acetowhite
terdefinisi dengan baik, warna serviks menjadi di epitel kolumnar pada bibir anterior dan
pudar, menebal, dan terdapat area acetowhite di posterior
bibir posterior yang meluas hingga kanal
endoserviks

Gambar 2.47 IVA positif: terdapat area Gambar 2.48 IVA positif: terdapat area
acetowhite yang berwarna pekat pada seluruh acetowhite pekat di epitel kolumnar di bibir
serviks pada seluruh kuadran yang meluas ke anterior
kanal serviks

Hasil POSITIF dengan dugaan KANKER INVASIF


Secara klinis ditemukan lesi yang berproliferasi (ulceroproliferative) pada serviks
yang berubah menjadi putih padat setelah aplikasi asam asetat dan berdarah
pasca sentuhan.

Gambar 2.49 IVA positif, kanker invasif: terdapat


Gambar 2.50 IVA positif, kanker invasif: terdapat
perubahan epitel pada serviks menjadi tampak
daerah acetowhite dengan kontur permukaan
kusam dan area acetowhite yang memadat,
yang irregular
melewati margin, permukaan serviks yang
irregular, ada perdarahan pasca sentuh di bibir
posterior. Lesi meluas hingga kanal. Perdarahan
membuat acetowhitening lenyap
42
Gambar 2.51 IVA positif, kanker invasif: terdapat Gambar 2.52 IVA positif, kanker invasif:
pertumbuhan ulceroproliferative disertai pertumbuhan ulceroproliferative disertai
perdarahan dan acetowhitening yang tebal perdarahan dan tampak acetowhitening

Namun tes skrining dengan metode visual ini tidak direkomendasikan bagi wanita
pascamenopause, karena daerah zona transisi sudah tidak tampak atau sudah berada pada
kanalis servikalis pada pemeriksaan inspekulo.
2.7.2 Skrining dengan metode Pap (metode sitologi)
Ada dua cara untuk melakukan skrining sitologi serviks: Pap smear konvensional atau
sitologi berbasis cairan/ liquid-based cytology (LBC). Kedua metode menggunakan sampel dari
sel serviks (dari daerah zona transformasi) yang diambil selama pemeriksaan panggul
dengan menggunakan spekulum. Pada tes dengan metode Pap smear konvensional,
sampel dioleskan ke slide dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Sedang pada tes
dengan metode LBC, sampel tersebut dipindahkan ke larutan pengawet khusus terlebih
dahulu dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk diproses. Jika sel-sel abnormal terlihat
pada pemeriksaan mikroskopis, tingkat kelainan mereka diklasifikasikan menggunakan
Sistem Bethesda.
Ketika sel-sel epitel abnormal ditemukan pada skrining sitologi, dilaporkan sebagai positif.
Namun kebanyakan temuan positif tersebut bukan kanker; mereka terkait dengan kelainan
radang sekunder misalnya infeksi pada serviks atau vagina untuk pra-kanker mulai dari yang
ringan sampai berat. Oleh karena itu, sebagian besar wanita dengan hasil positif pada
skrining sitologi membutuhkan tes lebih untuk mengkonfirmasi diagnosis (termasuk Pap
smear ulangi, IVA, kolposkopi, biopsi dan/atau kuretase endoserviks) untuk menentukan
apakah pengobatan dibutuhkan. Sampel untuk tes ini dapat diambil selama pemeriksaan
panggul, bersamaan dengan inspeksi visual serviks, tetapi pemeriksaan panggul itu sendiri
bukan bagian dari proses skrining untuk kanker serviks.
a. Pap smear konvensional
Pap smear (juga dikenal sebagai test Pap) adalah suatu tindakan medis yang mana
mengambil sampel sel dari serviks seorang wanita (serviks merupakan bagian ujung dari
uterus yang masuk ke dalam vagina), kemudian dioleskan pada slide. Sel tersebut diperiksa
dengan mikroskop untuk mencari lesi prekanker atau perubahan keganasan. Tindakan pap

43
smear sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif kurang rasa nyerinya. Pemeriksaan ini
spesifisitas dan sensitifitasnya tidak terlalu tinggi, sehingga ada beberapa wanita
berkembang menjadi karsinoma serviks meskipun secara teratur melakukan pemeriksaan
test Pap.
Cara pengambilan sel pada serviks menggunakan spatula dan serviks brush yang
dioleskan secara hati-hati pada permukaan serviks dan kedalam serviks (endoserviks).
Kemudian spatula dan serviks brush di oleskan pada slide kaca, kemudian difiksasi dengan
alkohol 95%. Kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop untuk mencari
abnormalitas sel.
1) Kenapa dilakukan pap smear ?
Test Pap merupakan suatu skrining untuk mencari abnormalitas dari serviks pada
wanita yang tidak mempunyai keluhan. Tindakan medis ini dapat mendeteksi perubahan
sel sebelum berkembang menjadi kanker atau kanker pada stadium yang sangat dini.
Pada keadaan ini, pengobatan akan mencapai keberhasilan yang maksimum. Jika
terlambat, pengobatan kanker serviks yang besar dan telah menyebar tidak akan
mencapai hasil yang baik.
2) Siapa yang di pap smear?
Kehamilan tidak mencegah seorang wanita dari pemeriksaan test Pap. Pap smear
dilakukan secara aman selama kehamilan. Test Pap tidak diindikasikan pada seorang
wanita yang telah diangkat rahimnya (histerektomi total) karena tumor jinak. Wanita yang
telah diangkat rahimnya dengan meninggalkan serviks (histerektomi subtotal) harus tetap
dilakukan pemeriksaan test Pap secara rutin seperti seorang wanita yang tidak dilakukan
histeretomi. Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim karena diduga ada
keganasan di serviks, tetap harus melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin. Ketika
seorang wanita yang mempunyai gejala mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan test
Pap. Gejala-gejala yang harus dilakukan pemeriksaan test Pap :
 Perdarahan diantara siklus haid
 Perdarahan sesudah menopause
 Perdarahan sesudah intercouse / hubungan senggama
 Bercak kecoklatan atau darah beku dari vagina
Perubahan dini sel (displasia) dan kanker stadium dini biasanya tidak menimbulkan
gejala dan mungkin tidak terdeteksi oleh pemeriksaan Pap Smear.
3) Kapan dilakukan test pap?
Pap smear dapat dilakukan secara rutin pada seorang wanita 3 tahun sesudah
intercourse pertama kali atau tidak melebihi umur 21 tahun. Dan dilakukan pemeriksaan
rutin setiap tahun (peralatan pap smear konvensional) atau setiap 2 tahun (dengan
peralatan liquid-based) sampai umur 30 tahun. Dan dilakukan setiap 2-3 tahun bila dalam
3 kali pemeriksaan berturut-turut denganhasil normal pada usia diatas 30 tahun.

44
Pemeriksaan pap smear bisa lebih sering bila didapat hasil pap smear yang abnormal
atau mencurigakan adanya lesi ganas. Hasil pap smear tidak memuaskan bila dilakukan
selama menstruasi, sehingga dianjurkan pada hari 10-20 siklus haid.
Pada wanita dengan risiko tinggi seperti: infeksi HPV, jumlah mitra seksual yang
banyak, suami atau mitra seksual yang berisiko tinggi, imunitas yang terganggu (infeksi
HIV, transplantasi organ, kemoterapi, atau pengobatan lama kortikosteroid), ada riwayat
terpapar Dietilbestrol in utero. Dua hari (2 x 48 jam) sebelum tes, hindari pembilasan
vagina, penggunaan tampon, spermisida foam, krim atau jelly atau obat-obatan
pervaginam. Tidak melakukan hubungan seksual paling sedikit 24 jam sebelum dilakukan
tes Pap. Tabel dibawah ini merupakan petunjuk yang penting untuk melakukan
pemeriksaan pap smear.

Tabel 2.1 pedoman skrining kanker serviks

Kapan mulai tes Pap Frekuensi tes Pap Usia berhenti tes
Organisasi smear smear Pap
1. Total hysterectomy
untuk tumor jinak
Setiap tahun, kecuali:
2. Usia ≥ 70 th dengan
 Setiap 2 th bila tes
3 x hasil
dengan metode LBC
pemeriksaan Pap
3 th setelah aktif  Tiap 2-3 th jika 3 kali
American Cancer smear dinyatakan
seksual, tidak lebih tes beruntun,
Society (2004) normal dan tidak
dari usia 21 th hasilnya normal,
ada hasil yang
terutama pada
menyatakan
wanita usia lebih
abnormal
dari 30 th
setidaknya dalam 10
th
1. Usia ≥ 65 th tidak
perlu melakukan
Pap smear jika
skrining
menunjukkan hasil
normal dan tidak
3 th setelah aktif memiliki resiko
United States
seksual, atau usia 21 menderita kanker
Preventative Services Setiap 3 th
th (yang mana terlebih serviks
Task Force 2003
dahulu) 2. Di rekomendasikan
tidak melakukan
Pap smear pada
wanita yang telah
menjalani total
hysterectomy untuk
tumor jinak
Sulit untuk
menentukan batas
Tiap tahun hingga
teratas usia
usia 30 th, setelah itu
postmenopause untuk
3 th setelah aktif jika 3x hasil
American College of skrening dengan jarak
seksual, atau usia 21 pemeriksaan Pap
Obstetrics and skring 2-3 th dan
th (yang mana terlebih smear dinyatakan
Gynecology memiliki resiko
dahulu) negatif; maka Pap
rendah terhadap
smear dapat di ulang
kanker serviks untuk
tiap 2-3 th sekali
menilai abnormal
skrining
American College of 1. Usia < 21 th tidak 1. Usia > 65 th dapat
Obstetricians and perlu skrining berhenti skrining bila

45
Gynecologists (ACOG) (riwayat seksual 3x tes sitologi Pap
2015 tidak menjadi smear dintayakan
pertimbangan) normal atau dalam
2. 21 – 29 th, sitologi 10 th terakhir 2x
tiap 3 th hasil tes sitologi dan
3. 30 – 65 th, sitologi HPV hasilnya
saja tiap 3 th; negatif
sedang pada 2. Setelah menjalani
skrining HPV, tiap 5 total hysterectomy,
th tidak perlu skrining.
4. Wanita dengan Berlaku untuk
riwayat neoplasia wanita yang sudah
intraepithelial tidak memiliki
serviks (CIN) 2, serviks dan tanpa
CIN 3, atau riwayat CIN 2, CIN
adenokarsinoma in 3, adenokarsinoma
situ harus terus in situ, atau kanker
rutin skrining dalam 20 tahun
setidaknya selama terakhir
20 tahun
1. Jika fasilitas
tersedia, lakukan
tiap 10 tahun pada
wanita usia 35-55
th
2. Jika fasilitas cukup
WHO, 2002 banyak, maka tiap
5 th pada wanita
usia 35-55 th
3. Ideal atau optimal,
bila dilakukan tiap 3
tahun pada wanita
usia 20 – 60 th

4) Bagaimana membaca hasil ?


Bila hasil normal, pemeriksaan ulang pap smear dapat dilakukan secara rutin sesuai
dengan prosedur standar. Jika didapatkan abnormalitas sedang, mungkin dapat dilakukan
pemeriksaan lanjutan seperti kolposkopi atau dianjurkan test Pap ulang 6 bulan lagi untuk
memastikan lesi yang abnormal tersebut. Kolposkopi merupakan tehnik pemeriksaan
serviks dengan alat pembesaran tertentu sehingga dapat ditemukan lesi-lesi yang kecil
yang dapat dibiopsi untuk diagnosis.
Terminologi Pap Smear (Sistem Pap dan Sistem Bethesda)
Cara klasifikasi metoda Pap saat ini sudah jarang digunakan, terutama di luar negeri
karena :
 Tidak merefleksikan ketidaktahuan dari patologi
 Pembagian klasifikasi tidak transparan terutama gambaran histologi
 Tidak klasifikasi untuk lesi non kanker
 Tidak sama keseragamannnya
 Eksperimen bertahun-tahun menunjukan adanya kekurangan hasil keterangan Pap.

Revisi sistem Bethesda 2001


 Normal

46
Sebuah hasil yang normal berarti tidak ada sel serviks yang abnormal. Tes Pap tidak
100% akurat. Dalam beberapa kasus (sebagian kecil), kanker serviks dapat dapat
saja lolos dari skrining. Hal ini disebabkan kanker serviks berkembang sangat lambat,
oleh karenanya tes Pap harus diusahakan secara rutin dilaksanakan guna perawatan
dini.
 Low-grade squamous lntraepithelial lesion (low-grade SIL)/Low-grade dysplasia
a) Kelas rendah untuk perubahan pada skuamosa lesi intraepitel. Di bawah sistem
klasifikasi lama, kategori ini disebut CIN grade I.
b) Perubahan selular berhubungan dengan HPV
c) Mild (slight) dysplasia/CIN 1
d) Terdapat perubahan yang dapat berubah ke arah kanker terutama bila tidak
ditangani segera
e) Gambaran sel-sel pada LSIL yaitu sel-sel besar poligonal berukuran sebesar sel
intermedier normal dan sitoplasma basofilik atau orangephil
Tabel 2.2 terminologi Pap

 High-grade squamous intraepithelial lesion (high-grade SIL)/High-grade


(moderate/severe) dysplasia
a) Termasuk kelas lebih tinggi untuk perubahan skuamosa lesi intraepitel. Di bawah
sistem klasifikasi lama, kategori ini disebut CIN grade II, CIN grade III, atau CIS.
b) Sel-sel menunjukkan pembesaran inti nyata dan hanya lingkaran kecil sitoplasma
yang terlihat jelas. Kromatin granuler atau menggumpal nyata, inti seringkali
hiperkromatik dan membran inti ireguler
c) Moderate dysplasia/CIN II
d) Severe dysplasia/CIN III

47
e) Carcinoma in situ/CIN III
f) Resiko terjadi kanker lebih besar
 Atypical Squamous Cells (ASC), perubahan abnormal telah ditemukan dan mungkin
LSIL
a) Tumor ganas invasif menunjukkan perbedaan diantara sel epitel. Karsinoma
mikroinvasif dapat didiagnosis dengan pemeriksaan sitologi, dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut: sel-sel tersusun dalam lempengan, rasio
nukleus sitoplasma tinggi, inti hiperkromatik dan kromatin menggumpal.
b) Unspecified (ASC-US/ atypical squamous cells of undetermined significance atau
AGC-US) – perubahan sel squamous atipikal yang belum diketahui (belum bisa
diklasifikasikan), termasuk yang tidak terklasifikasi seperti tumor jinak atau
inflamasi
 Hasil ini berarti ada sel atipikal, tetapi tidak pasti atau tidak jelas apa
perubahan arti ini
 Perubahan mungkin karena HPV
 Mereka juga bisa berarti ada perubahan yang dapat menyebabkan kanker
c) ASC-H
Ini berarti ditemukan sel-sel atipikal dan HSIL tidak bisa dikesampingkan. Kata
"squamous" menggambarkan sel datar dan tipis yang terletak pada permukaan
serviks. "Intraepithelial" menunjukkan bahwa lapisan permukaan sel. "lesi" berarti
bahwa ada jaringan abnormal. Sebuah laporan Pap smear yang abnormal atau
tidak memadai mungkin berisi diagnosa berikut.
 Atypical Glandular Cells of Uncertian Significance (AGC)
Perubahan sel yang dapat menyebabkan kanker terlihat di bagian atas serviks atau di
dalam uterus
 Atypical glandular cells, seperti neoplastik (AGC-H)
 Carcinoma in situ (CIS)
Hasil ini seringkali berarti perubahan abnormal cenderung menyebabkan kanker
serviks jika tidak diobati
Ketika tes Pap menunjukkan perubahan abnormal, dilakukan tes lebih lanjut atau tindak
lanjut yang diperlukan. Langkah berikutnya tergantung pada hasil tes Pap, riwayat dari tes
Pap dan faktor-faktor risiko yang mungkin dimiliki untuk kanker serviks. Untuk perubahan
sel yang minor, dokter akan merekomendasikan tes Pap lain dalam 6 sampai 12 bulan.
5) Bagaimana teknik pengambilan pap smear
Alat-alat yang diperlukan:
o Sabun dan air untuk cuci tangan (atau handrub berbasis alkohol) untuk cuci
tangan
o Sinar lampu yang terang

48
o Meja obgyn yang bersih dengan alas kain bersih
o Spekulum/cocor bebek DTT
o Sarung tangan DTT
o Spatula ayre (plastik atau kayu), cytobrush,
o Object glass

Gambar 2.53 Perangkat untuk pengambilan sampel serviks untuk skrining berbasis sitologi

o Alcohol 95 % atau larutan lain untuk fiksasi misal hairspray


o Air DTT
o Larutan klorin 5% untuk dekontaminasi sarung tangan dan alat
6) Teknik pengambilan pap smear :
i. Menjelaskan prosedur, apa hasil tes positif atau negatif akan berarti, dan
mengapa penting untuk kembali untuk hasil tes dan tindakan selanjutnya secara
tepat. Pastikan bahwa pasien itu telah paham dan mendapatkan persetujuan
(inform consent).
ii. Beri label nama pada ujung kaca objek.
iii. Masukkan spekulum perlahan ke vagina, dapat diberikan air DTT jika perlu.
iv. Lakukan pemeriksaan spekulum. Lihat adanya abnormalitas pada serviks
v. Identifikasi zone transformasi
vi. Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona
transformasi
vii. Menggunakan spatula, masukkan ujung bifida dengan ujung lebih memanjang
masuk ke os serviks sehingga spatula horizontal pada posisi 3 dan 9. Putar
spatula 360° dengan permukaan epitelial. Dengan putaran searah jarum atau
berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3, hasil yang terkumpul
dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika instrumen dikeluarkan.
viii. Jangan memulas sampel pada saat ini jika belum akan difiksasi. Pegang spatula
antara jari dari tangan yang tidak mengambil sampel (atau letakkan pada kaca
obyek dengan spesimen muka diatas), sementara sampel dari cytobrush
dikumpulkan.

49
ix. Cytobrush mempunyai bulu sikat sirkumferen yang dapat kontak dengan seluruh
permukaan mulut serviks ketika dimasukkan. Masukkan cytobrush dengan lembut
sepanjang jalan ke os serviks tetapi tidak lebih dari akhir bulu dan cytobrush hanya
perlu diputar minimal ¼ - 1 putaran searah jarum jam (90°), tergantung keadaan
ostium serviks.
x. Pulas sampel pada spatula ke kaca obyek dengan satu gerakan halus. Terapkan
sampel lembut di separuh dari slide (horizontal) dalam gerakan seragam. Jangan
menggosok kembali dan sebagainya karena ini akan merusak sel-sel.
xi. Pulas sapel pada cytobrush dengan memutar gagangnya berlawanan dengan arah
jarum jam (secara horisontal) dengan satu gerakan. Terlalu banyak tekanan dapat
menghancurkan sel-sel.

xii. Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan besar sebisanya
tapi juga hindari manipulasi berlebihan yang dapat merusak sel, pindahkan sampel
dari kedua instrumen ke kaca objek dalam beberapa detik. Jika Anda melihat
kelainan di luar daerah sampel, mengambil spesimen terpisah dan
mengoleskannya ke slide lain.
xiii. Fiksasi spesimen secepatnya (bahkan tampa mengeluarkan spekulum
sebelumnya) untuk menghindari artefak karena pengeringan oleh udara yang akan
menyebabkan perubahan degeneratif yang akan menyebabkan kehilangan bentuk
sel (sel menjadi cacat) dan ini akan membuat tidak mungkin untuk membaca slide
secara akurat di laboratorium. Slide direndam dengan cepat dalam tempat tertutup
yang berisi larutan ethanol 95% selama 20 menit (minimal 5 menit). Atau segera
semprot sitologi larutan fixative seperti hairspray merata di seluruh slide pada
jarak 15-25 cm (6-10 ") dari sudut kanan.
xiv. Perlahan-lahan lepaskan spekulum, bereskan alat, dekontamisai alat dan sarung
tangan yang telah digunakan.
xv. Keringkan/angin-anginkan 10 menit dan kirimkan ke bagian sitologi patologi
anatomi/laboratorium.
xvi. Seluruh hasil pemeriksaan visual yang diperoleh, harus dicatat. Termasuk:
visibilitas dari zona transformasi, peradangan, ulkus atau lesi lainnya, cairan
abnormal yang keluar. Perhatikan apakah ada sampel lainnya yang diambil (mis
Pap smear dari daerah lain dan setiap tes IMS) dan perhatikan jika wanita pernah
telah melakukan pemeriksaan di tempat lain (kepada siapa dan kapan).
xvii. Tanyakan apakah pasien mempunyai pertanyaan yang ingin ditanyakan.
xviii. Hasil pemeriksaan dibaca dengan sistem Bethesda.

50
xix. Katakan padanya kapan dan bagaimana dia akan menerima hasil tes dan
menekankan pentingnya kembali untuk hasil nya. Idealnya, hasilnya harus dikirim
kembali ke klinik dari laboratorium dalam waktu 2-3 minggu. Hal ini tidak dapat
diterima jika laboratorium mengembalikan hasil sampel lebih dari satu bulan.
xx.Jika Anda melihat sesuatu dan ingin merujuk pasien ke tingkat fasilitas layanan
yang lebih tinggi, jelaskan mengapa, di mana dan kapan ia harus pergi, dan siapa
yang harus dia temui; tekankan pentingnya menjaga janji ini.
7) Point penting pemeriksaan pap smear
i. Mempunyai efektifitas yang tinggi untuk skrining dan bukan untuk diagnostik.
Test Pap hanya untuk mengidentifikasi adanya risiko tinggi dysplasia atau
kanker.
ii. False Negatif Pap Smears antara = 5 - 50% (biasanya sekitar 10 - 29%). 80%
adalah true false negatif dan 20% karena kesalahan laboratorium.

Gambar 2.54 memulaskan specimen sel serviks ke objek


glass
iii. Pengulangan pap smear :
 Penelitian LSUHSC: "Tindakan pengulangan pap smear untuk monitor pasien
dengan Low Grade SIL tidak disarankan. Tindakan yang paling tepat adalah
pemeriksaan kolposkopi."
 ASCCP Consensus Guidelines merekomendasikan tindakan kolposkopi bila
diketahui test Pap menunjukkan abnormalitas dan terjadi kesulitan follow up
rutin.
iv. Adanya skrining Pap smear yang tidak adekuat, disebabkan :
 False negatif test Pap.
 Kesalahan diagnostik.
 Tidak akurat atau tidak komplit laporan dari lab ke klinik dan juga ke pasien

51
 Tidak adekuatnya cara pengambilan atau folow-up.
 Ketakutan pada pasien.
v. Faktor-faktor tidak tepatnya hasil Pap smear yang disebabkan faktor pemeriksa :
 Terkontaminasi oleh darah dan minyak untuk lubrikasi
 Slide yang salah label atau tidak berlabel
 Pemeriksaan klinis yang tidak lengkap
 Pengambilan sampling yang tidak benar pada daerah transformasi
 Usapan slide terlalu tebal atau kurang
 Adanya infeksi
vi. Faktor-faktor tidak tepatnya hasil Pap smear yang disebabkan faktor laboratorium
 Kesalahan slide atau nama pasien
 Kesalahan untuk mengidentifikasi sel yang mengalami dysplasia
 Tehnik pemrosesan yang tidak benar
Catatan:
 Cara terbaik adalah untuk tidak mengambil sampel serviks dari perempuan yang
aktif menstruasi atau memiliki gejala infeksi akut. Perdarahan ringan masih dapat
diterima.
 Kehamilan bukan waktu yang ideal untuk mengambil sampel serviks untuk skrining
sitologi, karena dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Namun, jika wanita
dalam kelompok usia target dan kemungkinan bahwa dia tidak akan kembali
setelah melahirkan, lanjutkan melakukan Pap smear.
8) Apakah abnormalitas pap smear
Jika seorang wanita didapatkan abnormalitas pada test Pap , maka perlu
pemeriksaan lebih lanjut untuk memutuskan kapan dilakukan pengobatan pada
abnormalitas tersebut. Pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan dapat mencegah kanker.
Kelainan-kelainan tersebut antara lain dapat dijelaskan dibawah ini :
 Spesimen tidak memuaskan
Pap smear dengan spesimen yang tidak memuaskan harus diulang. Jika dilakukan
pengulangan 3 kali spesimen tetap tidak memuaskan, maka direkomendasikan
pemeriksaan kolposkopi.
 Daerah Transformasi tidak tampak
Artinya komponen endoserviks pemeriksaan Pap tidak adekuat atau salah,
sehingga hasil untuk komponen endoserviks dapat menjadi false negative. Wanita
dengan daerah endoserviks atau transformasi zone yang tidak tampak dapat
dilakukan skrining dengan tes Pap lagi dalam waktu 12 bulan. Tes Pap ulang
dalam waktu 6 bulan direkomendasikan pada wanita risiko tinggi terkena kanker
(immunocompromised, HPV positif, Pap smear sebelumnya dengan ASC-US atau
lesi yang lebih berat)

52
 Evaluasi ASC-US
Pasien dengan keadaan ASC-US dapat dikelola sebagai berikut: Bila hasil negatif
untuk test high risk HPV dapat dilakukan pemeriksaan pap smear ulang 12 bulan
lagi. Bila hasil positif untuk tes high risk (termasuk intermediate) HPV DNA dapat
di evaluasi dengan kolposkopi.
 Evaluasi ASC-H
Wanita dengan ASC-H pada pemeriksaan sitologi dapat dilakukan pemeriksaan
kolposkopi dan endoservikal sampling (Endocervical curettage/ECC) tanpa
dilakukan tes HPV.
 Evaluasi LSIL
Wanita dengan low-grade squamous intraepithelial lesions (LSIL) pada
pemeriksaan sitologi servik dapat dilakukan pemeriksaan segera kolposkopi.
 Evaluation of women with HSIL
Semua wanita dengan high-grade squamous intraepithelial lesions (HSIL) pada
pemeriksaan Pap smear dapat segera dilakukan pemeriksaan kolposkopi.
 Atypical glandular cells
Gambaran atypical glandular cells pada sitologi serviks merupakan marker yang
signifikan untuk lesi premaligna atau maligna neoplasia ginekologi dari
endoserviks atau endometrium terjadi dalam 10-40 % kasus. Semua wanita
dengan atypical glandular cells atau adenocarcinoma in situ harus dilanjutkan
dengan pemeriksaan kolposkopi, biopsi serviks dan sampling endoserviks.
Semua wanita diatas 35 tahun dan wanita muda dengan perdarahan tidak
diketahui penyebabnya atau perdarahan anovulatori juga harus dilakukan biopsi
endometrium.

b. Pap smear berbasis cairan/thin prep


Metode baru ini dikenal dengan Liquid Based Cytologi (LBC); Pemeriksaan Sitologi
(Sel) Berbasis Cairan yang dikombinasikan dengan pemeriksaan Human Papilloma Virus
(HPV). LBC diperkenalkan pada pertengahan 1990-an; itu merupakan penyempurnaan dari
sitologi konvensional dan semakin banyak digunakan oleh negara dengan berkembang.
Untuk LBC, bukannya mengolesi sampel ke slide, namun sampel ditempatkan dalam wadah
larutan pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopis.
Ada beberapa perbedaan dalam langkah-langkah yang harus diikuti - terutama untuk
mengambil dan menyiapkan sampel. Seperti Pap smear, spesimen juga dikirim ke
laboratorium untuk diproses, dan hasilnya juga dilaporkan dengan cara yang sama.
Penelitian membuktikan, LBC memiliki sensitivitas (keakuratan) 60%-80%, lebih tinggi
daripada pap smear konvensional yang sensitivitasnya 56%.
1) Bagaimana teknik pengambilan sampel pada thin prep

53
Alat-alat yang diperlukan:
o Sabun dan air untuk cuci tangan (atau handrub berbasis alkohol) untuk cuci
tangan
o Sinar lampu yang terang
o Meja obgyn yang bersih dengan alas kain bersih
o Spekulum/cocor bebek DTT
o Sarung tangan DTT
o Cytobrush
o Larutan PreservCyt
o Air DTT
o Larutan klorin 5% untuk dekontaminasi sarung tangan dan alat
2) Teknik pengambilan sampel :
i. Menjelaskan prosedur, apa hasil tes positif atau negatif akan berarti, dan
mengapa penting untuk kembali untuk hasil tes dan tindakan selanjutnya secara
tepat. Pastikan bahwa pasien itu telah paham dan mendapatkan persetujuan
(inform consent).
ii. Masukkan spekulum perlahan ke vagina, dapat diberikan air DTT jika perlu.
iii. Lakukan pemeriksaan spekulum. Lihat adanya abnormalitas pada serviks
iv. Identifikasi zone transformasi
v. Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona
transformasi
vi. Menggunakan spatula, masukkan ujung bifida dengan ujung lebih memanjang
masuk ke os serviks sehingga spatula horizontal pada posisi 3 dan 9. Putar
spatula 360° dengan permukaan epitelial. Dengan putaran searah jarum atau
berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3, hasil yang terkumpul
dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika instrumen dikeluarkan.
Cytobrush mempunyai bulu sikat sirkumferen yang dapat kontak dengan seluruh
permukaan mulut serviks ketika dimasukkan. Masukkan cytobrush dengan lembut
sepanjang jalan ke os serviks tetapi tidak lebih dari akhir bulu dan cytobrush hanya
perlu diputar minimal ¼ - 1 putaran searah jarum jam (90°), tergantung keadaan
ostium serviks.
vii. Mengambil spesimen dari kuas atau spatula dan transfer ke solusi pengawet
khusus (larutan PreservCyt) dalam sebuah tabung.
viii. Perlahan-lahan lepaskan spekulum, bereskan alat, dekontamisai alat dan sarung
tangan yang telah digunakan.
ix. Labeli wadah dengan hati-hati dengan nama klien, no register klinik, dan tanggal
pengambilan sampel.

54
x. Seluruh hasil pemeriksaan visual yang diperoleh, harus dicatat. Termasuk:
visibilitas dari zona transformasi, peradangan, ulkus atau lesi lainnya, cairan
abnormal yang keluar. Perhatikan apakah ada sampel lainnya yang diambil (mis
Pap smear dari daerah lain dan setiap tes IMS) dan perhatikan jika wanita pernah
telah melakukan pemeriksaan di tempat lain (kepada siapa dan kapan).
xi. Tanyakan apakah pasien mempunyai pertanyaan yang ingin ditanyakan.
xii. Hasil pemeriksaan dibaca dengan sistem Bethesda.
xiii. Katakan padanya kapan dan bagaimana dia akan menerima hasil tes dan
menekankan pentingnya kembali untuk hasil nya. Idealnya, hasilnya harus dikirim
kembali ke klinik dari laboratorium dalam waktu 2-3 minggu. Hal ini tidak dapat
diterima jika laboratorium mengembalikan hasil sampel lebih dari satu bulan.
xiv. Jika Anda melihat sesuatu dan ingin merujuk pasien ke tingkat fasilitas layanan
yang lebih tinggi, jelaskan mengapa, di mana dan kapan ia harus pergi, dan siapa
yang harus dia temui; tekankan pentingnya menjaga janji ini.

2.8 Anamnesa riwayat kesehatan pasien dan pemeriksaan panggul


2.8.1 Anamnesa riwayat
Dalam melakukan skrining kanker serviks dan pengobatan termasuk di dalamnya adalah
anamnesa riwayat pasien untuk menilai jika wanita memiliki faktor risiko tertentu atau gejala
sugestif. Beberapa informasi yang yang diperoleh sangat penting dalam beberapa kasus,
tetapi memperoleh informasi tersebut bisa sulit karena hambatan umum tentang
pembahasan hal-hal seksual. Tenaga kesehatan pemberi pelayanan harus siap dengan
bahasa budaya sensitif dan tepat sebelum mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan
informasi ini. Informasi yang dapat diperoleh antara lain:
a. Umur, pendidikan, jumlah kehamilan, kelahiran dan anak yang hidup, periode
menstruasi terakhir, pola menstruasi, kontrasepsi sebelumnya dan sekarang;
b. Tes skrining kanker serviks sebelumnya, tanggal dan hasilnya;
c. Riwayat kesehatan, termasuk obat atau alergi terhadap obat-obatan;
d. Faktor perilaku yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks (misalnya tembakau
merokok, dll);
e. Gejala dan tanda-tanda kanker serviks dan penyakit lainnya;
f. Dan, jika situasi dan konteks budaya memungkinkan: sejarah seksual, termasuk usia
inisiasi seksual dan kehamilan pertama, jumlah mitra, sebelumnya menular seksual
infeksi (IMS), dan setiap perilaku yang mungkin menyarankan peningkatan risiko kanker
serviks.
2.8.2 Pemeriksaan panggul
Setelah melakukan anamnesa, dilanjutkan dengan pemeriksaan panggul di ruang tertutup
dan di atas meja obgyn. Pemeriksaan panggul meliputi:

55
a. Pemeriksaan genetalia luar
 Gunakan sarung tangan pada kedua tangan. Dengan lembut menyentuh genetalia
luar; lihat apakah berwarna kemerahan, benjolan, bengkak, debit yang tidak biasa,
luka, air mata dan bekas luka di sekitar alat kelamin dan di antara lipatan kulit vulva. Ini
dapat menjadi tanda-tanda IMS.
b. Pemeriksaan dengan spekulum
 Masukkan spekulum secara perlahan-lahan dan hati-hati ke dalam vagina. Hati-hati
untuk tidak menekan pada uretra atau klitoris karena daerah ini sangat sensitif.
Dengan lembut, buka spekulum dan mencari serviks. Pindahkan spekulum perlahan
dan lembut sampai seluruh bagian serviks terlihat. Kencangkan sekrup (atau
sebaliknya mengunci spekulum dalam posisi terbuka).
 Periksa serviks; serviks harus tampak merah muda, bulat dan halus. Mungkin ada kista
kekuningan kecil, daerah kemerahan di sekitar mulut serviks (os serviks) atau sekresi
berlendir yang jelas; ini adalah temuan normal.
 Perhatikan apakah ada yang abnormal seperti:
1) Keputihan dan kemerahan pada dinding vagina, yang merupakan tanda-tanda
umum dari vaginitis (jika sekret putih dan seperti dadih, mungkin ada infeksi jamur);
2) Bisul, luka atau lecet, yang mungkin disebabkan oleh sifilis, chancroid, herpes
(alasan yang paling umum) atau dalam beberapa kasus kanker;
3) Perdarahan pasca sentuh setelah swab, atau discharge mukopurulen, yang
keduanya merupakan tanda-tanda infeksi serviks;
4) Pertumbuhan abnormal atau tumor, yang mungkin kanker serviks dan biasanya
membutuhkan biopsi
c. Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan bimanual memungkinkan anda untuk merasakan organ reproduksi dalam
daerah perut
 Tes untuk nyeri gerak serviks. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah di dalam vagina
pasien. Putar telapak tangan anda ke atas. Rasakan serviks untuk melihat apakah itu
adalah tegas dan bulat. Kemudian menempatkan satu jari di kedua sisi leher rahim dan
memindahkan serviks lembut sambil menonton ekspresi wajah wanita itu. Jika ini
menyebabkan rasa sakit (anda dapat melihat wanita meringis), ini menunjukkan nyeri
gerak serviks, dan ia mungkin memiliki infeksi rahim, tuba atau ovarium (yaitu penyakit
radang panggul, atau PID). Jika leher rahim terasa lembut, dia mungkin hamil.
 Rasakan uterus dengan lembut dengan mendorong di bagian bawah perutnya dengan
tangan lain. Gerak uterus, tuba dan ovarium lebih dekat ke jari-jari di dalam vaginanya.
Rasakan untuk ukuran dan bentuk uterus. Harus terasa tegas, halus dan lebih kecil
dari lemon.

56
 Rasakan tuba dan ovarium. Normal bila keduanya sulit untuk diraba. Jika anda merasa
ada benjolan yang lebih besar dari almond atau yang menyebabkan sakit parah,
mungkin pasien mengalami infeksi atau kondisi lain yang membutuhkan perawatan
mendesak. Jika teraba benjolan dan menyakitkan atau menstruasi terlambat, dia
mungkin memiliki kehamilan ektopik; dalam kasus ini, dia membutuhkan bantuan
medis segera.
 Gerakkan jari untuk merasakan bagian dalam vagina. Pastikan tidak ada benjolan yang
tidak biasa.
 Meminta pasien itu untuk batuk atau mengejan. Apakah sesuatu menonjol keluar dari
vagina. Jika hal tersebut terjadi, mungkin pasien mengalami prolaps kandungan kemih.

3. RANGKUMAN
a. Deteksi dini dengan melakukan skrining pada semua wanita dalam kelompok usia
tertentu, diikuti dengan pengobatan lesi pra-kanker yang terdeteksi dapat mencegah
sebagian besar kanker serviks.
b. Skrining kanker serviks harus dilakukan setidaknya sekali bagi setiap wanita dalam
kelompok usia target yaitu di usia antara 30-49 tahun.
c. Skrining kanker serviks setidaknya sekali bagi setiap wanita dalam kelompok usia
target, tapi ini dapat dilakukan follow up untuk wanita yang lebih muda dari usia 30
jika ada bukti risiko tinggi untuk CIN2 +.
d. Pengujian HPV, sitologi dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) atau dengan
metode Lugol iodine merupakan metode tes skrining yang dianjurkan.
e. Agar pencegahan kanker serviks menjadi efektif, wanita dengan hasil tes skrining
positif harus menerima pengobatan yang efektif.
f. Keputusan untuk melakukan skrining dan pendekatan yang digunakan untuk
pengobatan di fasilitas kesehatan tertentu; harus didasarkan pada berbagai faktor,
termasuk manfaat dan bahaya, potensi pasien tidak akan kembali untuk
menindaklanjuti, biaya, dan ketersediaan peralatan yang diperlukan dan sumber
daya manusia.
g. Dalam pemberian pengobatan harus berdasarkan hasil tes skrining. Dan
pengobatan segera diberikan setelah tes skrining positif (yaitu tanpa menggunakan
tes diagnostik).
h. Jika hasil tes dengan metode IVA atau Lugol Iodine atau sitologi negatif, maka
interval untuk kembali melakukan skrining adalah tiga sampai lima tahun.
i. Jika hasil tes HPV negatif, maka pasien dapat melakukan pemeriksaan ulang
dengan interval minimal lima tahun.

57
j. Jika dicurigai kanker pada wanita yang telah melakukan skrining, mereka harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang memiliki fasilitas lebih dalam penanganan kanker
untuk diagnosis lanjut dan pengobatan kanker.

4. EVALUASI
o Tanya jawab
o Tes tulis (15 soal)

58
MODUL 3

METODE TUJUAN UMUM


PEMBELAJARAN: Sesi dalam modul ini memberikan kemampuan mahasiswi
Perkuliahan tatap muka 1 kesehatan dalam memberikan informasi yang akurat dan
x 50 menit mudah dipahami sebagai langkah pertama dalam membantu
Diskusi 1 x 50 menit perempuan dan keluarga mencapai akses layanan guna
mencegah kanker serviks. Mahasiswa dapat menggunakan
pesan-pesan ini untuk mengembangkan pembicaraan dalam
promosi kesehatan berkaitan dengan pencegahan kanker
serviks.

TUJUAN KHUSUS
 Mahasiswa mampu memahami perbedaan konseling dan
KIE
 Mahsiswa mampu memberikan pendidikan kesehatan
berkaitan dengan pencegahan kanker serviks
 Mahasiswa mampu memberikan konseling tentang
pencegahan kanker serviks
 Mahasiswa mampu memberikan konseling pada klien
dengan hasil skrining positif

1. MATERI POKOK
 KIE
 Penyuluhan/pendidikan kesehatan dan konseling
 Pesan-pesan kunci untuk penyuluhan kanker serviks
 Bagaiman memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
 Sasaran
 Mengembangkan pendidikan kesehatan preventif
 Tempat dan lokasi pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan
 Siapa yang perlu konseling

2. PEMBAHASAN
2.1 KIE
KIE adalah penyampaian secara langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima
pesan untuk mendapatkan efek. KIE merupakan suatu proses yang sangat penting dalam
pelayanan di bidang kebidanan. Untuk itu sangat penting pula bagi kita untuk mengetahui
pengertian KIE itu sendiri sehingga diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik
bagi kesehatan ibu dan anak, serta keluarga. KIE itu sendiri adalah:

59
 Komunikasi
Penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran komunikasi
kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek (DEPKES RI, 1984). Menurut
Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka
menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya hubungan yang
baik antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan,
opini atau emosi antara dua orang atau lebih.Komunikasi kesehatan adalah usaha yang
sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi
antar pribadi maupun komunikasi massa (Notoatmodjo, 2003).
 Informasi
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui
oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut DEPKES, 1990 Informasi adalah
pesan yang disampaikan.
 Edukasi
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI, 1990).
Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang
dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus
dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Tujuan dilaksanakan program KIE, yaitu untuk mendorong terjadinya proses perubahan
perilaku kearah yang positif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien)
secara wajar sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang
sehat dan bertanggung jawab. Faktor – faktor yang mempengaruhi KIE Menurut Effendy
(1998), yaitu :
a. Faktor penunjang faktor yang dapat menunjang kelancaran proses KIE antara lain:
pengetahuan dan keterampilan dari komunikator/pelaksana (tenaga kesehatan. Jika
seorang komunikator atau memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam
proses KIE, tentunya akan membawa hasil yang lebih baik.
b. Faktor penghambat, antara lain:
(1) Komunikator tidak menguasai isi pesan yang disampaikan
(2) Kurang pengalaman, pengetahuan dan keterampilan serta penampilan kurang
meyakinkan
(3) Pesan yang disampaikan kurang jelas karena suara terlalu kecil atau terlalu cepat
sehingga sulit ditangkap oleh penerima, atau menyampaikannya terlalu
menggunakan bahasa asing yang tidak dimengerti
(4) Media yang digunakan tidak sesuai dngan topik permasalahan yang disampaikan.

60
(5) Pengetahuan komunikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan ya
disampaikan
(6) Lingkungan tempat KIE berlangsung terlalu bising sehingga pesan yang disampaikan
tidak jelas.

2.2 Penyuluhan/pendidikan kesehatan dan Konseling


Pendidikan kesehatan adalah pertukaran informasi dengan tujuan meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan tentang bagaimana untuk tetap sehat dan mencegah penyakit
(seperti kanker serviks), termasuk informasi tentang sumber daya yang tersedia dan manfaat
mengakses layanan kesehatan yang tesedia. Pendidikan kesehatan yang berkualitas
melibatkan komunikasi informasi yang akurat di sederhana, bahasa yang mudah dimengerti
untuk individu atau kelompok dengan tujuan meningkatkan kesadaran, mengubah perilaku
dan mengurangi penyakit dan kematian. Pendidikan kesehatan bukan peristiwa satu kali; itu
harus menjadi kegiatan yang berkesinambungan dan membutuhkan usaha yang terus
menerus
Konseling merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematis dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan
dan penguasaan keterampilan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya
untuk mengatasi masalah tersebut.
Konseling mengacu pada saran atau bimbingan (biasanya satu-satu/antar dua individu)
dari orang yang berpengetahuan untuk memfasilitasi pengambilan keputusan pribadi.
Konseling umumnya dilakukan secara pribadi dan rahasia. Konseling membutuhkan
kemampuan mendengar yang baik dan komunikasi serta pengetahuan tentang subjek yang
sedang dibahas. Seorang konselor yang baik menggunakan keterampilan komunikasi verbal
dan nonverbal dan membantu klien untuk berada dalam situasi nyaman dengan berempati
dengan situasinya, meyakinkan, dan memupuk rasa kemitraan dalam menangani
masalahnya.
Isi dari pertemuan konseling akan bervariasi sesuai dengan masalah klien atau masalah
dan keadaan individual. Hal ini dapat mencakup pencegahan, skrining, tindak lanjut, rujukan,
diagnosis, pengobatan lesi prakanker, pengobatan kanker invasif dan / atau perawatan
paliatif.

2.3 Pesan-Pesan Kunci Untuk Penyuluhan Kesehatan Kanker Serviks


Pesan-pesan kunci di bawah ini dapat digunakan untuk mengembangkan isi promosi
kesehatan berkaitan dengan kanker serviks. Upaya dalam pendidikan kesehatan harus
menghasilkan perempuan dan laki-laki yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut:

61
1. APA yang disebut dengan pra-kanker?
2. APA yang disebut dengan kanker serviks?
3. CARA mencegah kanker serviks bagaimana?
4. SIAPA yang harus divaksinasi?
5. SIAPA yang harus melakukan skrining?
6. DIMANA layanan kesehatan lokal yang melayani pencegahan kanker serviks?
7. KAPAN dapat ini layanan lokal ini dapat diakses?
2.3.1 Kata kunci Pesan:
Kanker serviks dapat dicegah dengan vaksinasi, deteksi dini dan pengobatan!
Pesan khusus berikut adalah yang paling penting untuk disampaikan dalam penyuluhan
kesehatan di masyarakat. Pelajari lima pesan sederhana ini dan gunakan secara konsisten.
a. Kanker serviks adalah penyakit yang dapat dicegah.
b. Ada tes untuk mendeteksi perubahan awal pada serviks (dikenal sebagai pra-kanker)
yang dapat menyebabkan kanker jika tidak dirawat.
c. Ada pengobatan yang aman dan efektif untuk perubahan awal pada serviks.
d. Semua wanita berusia 30-49 tahun harus diskrining untuk kanker serviks setidaknya
sekali.
e. Ada vaksin untuk anak perempuan yang dapat membantu mencegah kanker serviks.
2.3.2 Pesan Lebih Rinci Tentang Kanker Serviks Yang Untuk Digunakan Dalam Promosi
Kesehatan
a. Siapa yang berisiko
1) Kanker serviks merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker.
2) Wanita berusia 30-49 tahun adalah yang paling berisiko untuk kanker serviks.
3) Setiap wanita yang telah memiliki hubungan seksual berisiko terkena kanker serviks.
b. Infeksi HPV
1) Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus yang disebut HPV. Virus ini ditularkan
selama hubungan seksual dan sangat umum terjadi di kalangan pria dan wanita.
2) Hampir semua pria dan wanita akan pernah terkena HPV dalam hidup mereka.
Kebanyakan infeksi HPV hilang dalam waktu singkat tanpa pengobatan.
3) Pada beberapa wanita, infeksi HPV yang terjadi terus menerus; perlahan-lahan dapat
mengubah sel-sel pada leher rahim. Perubahan ini disebut pre-kanker. Jika tidak
diobati, mereka dapat berkembang menjadi kanker serviks.
c. Vaksinasi
1) Semua anak perempuan usia antara 9 dan 13 harus divaksinasi dengan vaksin HPV.
2) Vaksinasi mencegah infeksi dengan jenis HPV yang merupakan penyebab paling
sering dari kanker serviks.
3) Vaksin HPV aman dan efektif. Bila ada reaksi yang merugikan atau efek samping,
biasanya ringan.

62
4) Vaksin HPV tidak berdampak pada kesuburan seorang gadis dan tidak
mempengaruhi kemampuannya untuk hamil dan memiliki anak yang sehat di
kemudian hari.
5) Vaksin HPV paling efektif harus diberikan sesuai dengan jumlah, waktu dan dosis
seperti yang disarankan.
6) Meskipun telah melakukan vaksinasi, semua wanita berusia 30-49 tahun tetap
membutuhkan skrining kanker serviks.
d. Skrining dan pengobatan
1) Ada tes skrining untuk kanker serviks yang dapat mendeteksi perubahan awal sel
serviks (pre-kanker).
2) Tes skrining untuk pra-kanker serviks sederhana, cepat dan tidak sakit.
3) Jika hasil tes skrining positif, itu berarti mungkin ada perubahan awal (pra kanker)
yang dapat diobati. Sebuah hasil tes skrining positif TIDAK berarti kanker.
4) Untuk mencegah kanker serviks, semua wanita dengan hasil tes skrining positif harus
menerima perawatan.
5) Perempuan harus pernah melakukan tes skrining setidaknya sekali di antara usia 30
dan 49 tahun. Dan penting untuk mengikuti rekomendasi dari petugas kesehatan,
kapan untuk kembali untuk skrining.
6) Wanita yang hidup dengan HIV beresiko tinggi untuk menderita kanker serviks.
Skrining untuk pra-kanker serviks dan kanker harus dilakukan pada wanita dan anak
perempuan yang telah memulai aktivitas seksual segera setelah wanita atau gadis
telah dinyatakan HIV positif, tanpa memandang usia. Wanita dan anak perempuan
yang hidup dengan HIV harus kembali melakukan skrining 12 bulan setelah
pengobatan untuk pra-kanker, atau dalam waktu tiga tahun setelah hasil skrining
negatif.
e. Tanda dan gejala kanker serviks
1) Tanda-tanda kanker serviks meliputi: keputihan berbau busuk, perdarahan vagina,
perdarahan setelah hubungan seksual, atau perdarahan setelah menopause, atau
perdarahan pasca sentuh. Wanita dengan gejala-gejala ini harus mencari perawatan
medis segera.
2) Tidak ada tanda-tanda atau gejala untuk perubahan awal pra-kanker. Skrining adalah
satu-satunya cara untuk mengetahui apakah anda menderita pra-kanker.
f. Membuat keputusan tentang kesehatan
1) Perempuan memiliki hak untuk membuat keputusan sendiri tentang kesehatan
mereka. Untuk membuat keputusan, wanita membutuhkan informasi yang benar.
2) Perempuan mungkin ingin melibatkan pasangan atau keluarga mereka pada saat
pengambilan keputusan mereka. Sementara skrining untuk kanker serviks dan

63
pengobatan pra-kanker sangat dianjurkan, wanita harus tahu mereka bebas untuk
menolak tes atau pengobatan.

2.4 Bagaimana memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan


Seorang pemberi penyuluhan pendidikan kesehatan yang efektif harus memiliki dasar
yang kuat, pengetahuan informasi yang relevan, serta kenyamanan dengan topik dan sensitif
dalam pilihan kata. Seorang pemberi penyuluhan kesehatan yang efektif juga harus mahir
dalam presentasi untuk memastikan bahwa pesan sepenuhnya dipahami dan peserta tetap
terlibat di dalamnya. Karakteristik dan ketrampilan komunikasi yang efektif seorang pemberi
penyuluhan kesehatan berkaitan dengan topik kanker serviks adalah:
1. Berpengetahuan luas: memiliki pemahaman yang benar tentang kanker serviks dan
bagaimana mencegahnya, termasuk alasan untuk memprioritaskan kelompok usia
tertentu untuk menerima layanan. Dapat mengantisipasi dan menjawab pertanyaan,
serta mencari informasi lebih lanjut yang diperlukan.
2. Nyaman dengan topik: Jadilah nyaman berbicara tentang anatomi perempuan, seks dan
seksualitas.
3. Jelas dan konsisten: pesan kunci yang diberikan mudah dimengerti dan tepat untuk
audiens, dan konsisten dengan pesan-pesan ini.
4. Sensitif dan tidak menghakimi: Isu yang terkait dengan kesehatan seksual bisa sangat
sensitif. Gunakan bahasa dan nada yang tepat. Pastikan bahwa kata-kata tidak
berkontribusi pada stigma atau mempromosikan stereotip gender tertentu yang
berbahaya.
5. Mendukung: jadilah pendengar yang baik. Tampilkan kesabaran dan pengertian; bantu
perempuan dan keluarganya menemukan solusi untuk masalah mereka dan membuat
keputusan yang baik tentang perawatan yang mereka butuhkan.
6. Menyambut dan mendorong: ketika orang merasa diterima, mereka lebih cenderung
untuk kembali melakukan perawatan ketika mereka membutuhkannya.

Beberapa tips presentasi:


 Berikan informasi yang akurat dengan cara yang sensitif dan tidak menghakimi.
 Pastikan bahan yang mudah dimengerti dan sesuai untuk audien.
 Pesan inti harus konsisten; pesan yang baik adalah yang memperhatikan budaya lokal
dan menyesuaikan bahasa dengan audien; menggunakan istilah yang umum dan
mudah dipahami bila memungkinkan.
 Mengembangkan pesan sesuai dengan pedoman nasional, tetapi juga memperhatikan
masukkan atau kebutuhan masyarakat; menggunakan umpan balik dan saran mereka
untuk merevisi pesan guna memastikan bahwa pesan sepenuhnya dipahami dan
disampaikan secara efektif.

64
 Mengembangkan pesan untuk mengatasi ketakutan umum dan kesalahpahaman, serta
stigma kadang-kadang melekat pada kanker dan infeksi menular seksual
 Meningkatkan keterampilan komunikasi melalui praktek. Sangat penting untuk
mengatasi rasa tidak nyaman dalam berbicara tentang hal-hal seksual atau penyakit
yang mempengaruhi alat kelamin.

2.5 Sasaran
Tujuan dari menentukan sasaran adalah untuk memaksimalkan cakupan dan
pemanfaatan layanan pencegahan dan kontrol terhadap kanker serviks. Untuk mencapai hal
ini ada lima sasaran atau prioritas kelompok yang perlu dicapai dengan pesan yang
berkaitan dengan pencegahan kanker serviks:
1. Remaja (dan keluarga mereka): penelitian menunjukkan bahwa vaksin HPV paling
efektif jika diberikan pada anak perempuan dan / atau perempuan sebelum onset
aktivitas seksual mereka atau sebelum terpapar infeksi HPV; Oleh karena itu, seperti
yang direkomendasikan oleh WHO bahwa target populasi untuk vaksin HPV adalah
gadis remaja berusia 9-13 tahun.
2. Wanita dewasa: kelompok yang dimaksud adalah wanita usia antara 30-49 tahun,
seperti yang direkomendasikan oleh WHO. Hal ini karena sebagian besar perempuan
terinfeksi HPV pada usia remaja dan usia dua puluhan; dan virus biasanya memakan
waktu 10-15 tahun untuk menghasilkan perubahan prakanker.
3. Kelompok rentan: bukti menunjukkan bahwa layanan cenderung digunakan setidaknya
oleh mereka yang paling berisiko. Namun hal ini tidak cukup untuk menganggap bahwa
anak perempuan dan perempuan yang berisiko akan datang untuk memanfaatkan
layanan tersebut. upaya khusus perlu dilakukan untuk mencapai populasi yang paling
rentan. Kelompok-kelompok ini meliputi:
 Gadis remaja yang sulit dijangkau, terutama mereka yang tidak mengikuti pendidikan
formal;
 Wanita yang tinggal jauh dari layanan kesehatan dan memiliki sumber daya yang
lebih sedikit;
 Pekerja migran, pengungsi dan kelompok terpinggirkan lainnya;
 Perempuan dan anak perempuan yang hidup dengan HIV, dan individu dengan
imunosupresi lainnya yang mungkin memerlukan jadwal skrining yang lebih intensif.
4. Pemimpin dan tokoh masyarakat: tokoh masyarakat dapat memfasilitasi upaya
menjangkau masyarakat dalam pemberian penyuluhan kesehatan, pencegahan dan
perawatan kanker serviks. Tokoh masyarakat dapat mendatangkan dukungan di
masyarakat dan mungkin dapat berkontribusi dalam pengumpulan dana batuan dari
orang local, termasuk mengamankan dukungan keuangan untuk keluarga yang

65
membutuhkan, mengatur transportasi ke layanan kesehatan atau menyediakan tempat
untuk bicara atau penyuluhan kesehatan.
5. Laki-laki: seperti pada aspek lain dari kesehatan reproduksi perempuan, sangat penting
untuk melibatkan kaum pria. Pria kadang menemani pasangan / istri atau dan anak
perempuan mereka saat mengakses layanan kesehatan, sehingga dukungan mereka
(atau, dalam kasus yang ekstrim, izin mereka) mungkin diperlukan. Dengan
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang isu-isu kesehatan perempuan,
diharapkan laki-laki / pasangan dapat membantu keluarga mereka dalam membuat
keputusan kesehatan yang lebih baik bagi dirinya dan mitra mereka.

2.6 Mengembangkan dan memberikan presentasi pendidikan kesehatan preventif


Agar penyluhan berjalan efektif, penting untuk memahami topik dengan baik dan telah
mencoba mempraktekan cara menyajikan informasi. Fakta bahwa kanker serviks terkait
dengan HPV yang mana penularannya melalui hubungan seksual; dapat menimbulkan
beberapa pertanyaan sulit, tenaga kesehatan sebagai penyuluh perlu mempersiapkan
jawaban dari seluruh kemungkinan pertanyaan yang akan muncul. Pesan yang
dikembangkan harus dengan menggunakan bahasa non-teknis dan sesuai dengan budaya.
2.6.1 Menggunakan pesan kunci
Pendidikan kesehatan tentang pencegahan kanker serviks di masyarakat, dapat menjadi
topik yang rumit. Oleh karenanya pesan utama diuasahakan singkat dan sederhana untuk
membantu orang memahami dan membuat pilihan yang baik.
Lima pesan penting tentang vaksin HPV:
a) Ada vaksin yang aman dan efektif yang dapat melindungi diri terhadap kanker serviks.
b) Vaksin HPV bekerja baik jika diterima sebelum aktivitas seksual dimulai.
c) Semua gadis di kelompok usia atau kelas sekolah / kelas / tahun diidentifikasi sebagai
target populasi penerima vaksin HPV dan merupakan program nasional.
d) Vaksin HPV tidak mengobati atau menyingkirkan infeksi HPV yang ada.
e) Gadis yang sudah aktif secara seksual juga dapat diberikan vaksin HPV, meskipun
mungkin kurang efektif.

Lima pesan penting tentang screening dan pengobatan:


a) Kanker serviks adalah penyakit yang dapat dicegah.
b) Tersedia tes untuk mendeteksi perubahan awal pada serviks (dikenal sebagai pra-kanker)
yang dapat menyebabkan kanker jika tidak dirawat.
c) Ada pengobatan yang aman dan efektif untuk perubahan awal.
d) Semua wanita berusia 30-49 tahun harus diskrining untuk kanker serviks setidaknya
sekali.
e) Tidak ada yang perlu untuk meninggal akibat kanker serviks.

66
2.6.2 Sumber / sarana-prasarana
Untuk membantu upaya pendidikan kesehatan, bahan tambahan dan sumber daya dapat
dikembangkan. Masukan dari anggota sasaran dapat digunakan untuk menyunsun strategi
komunikasi dan bahan yang paling efektif untuk disampaikan pada khalayak sasaran.
Pertimbangkan untuk menggunakan alat-alat dan sumber daya berikut untuk menyampaikan
pesan pendidikan kesehatan tentang pencegahan kanker serviks: flipchart, brosur, roleplay,
radio dan program video / televisi.

2.7 Tempat atau lokasi pemberian penyuluhan / pendidikan kesehatan


2.7.1 Di fasilitas kesehatan
Bila mungkin, pendidikan pencegahan dan pengendalian kanker serviks (termasuk informasi
tentang vaksinasi HPV dan screening) harus sudah tersedia di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan untuk setiap layanan, baik untuk diri sendiri atau untuk anggota keluarga.
Informasi dapat diberikan kepada kelompok-kelompok di ruang tunggu melalui poster,
pembicaraan kesehatan, video dan / atau materi tertulis. Informasi dan pendidikan tentang
pencegahan kanker serviks dapat diberikan baik pada pria dan wanita dengan
mengintegrasikan ke dalam pembicaraan kesehatan pada antenatal dan postnatal care,
keluarga berencana, perawatan untuk penyakit kronis, dan infeksi menular seksual (IMS),
termasuk HIV / AIDS.
2.7.2 Di komunitas
Pendidikan kesehatan di masyarakat dapat diberikan di mana saja dan kapan saja seperti di
pusat-pusat komunitas, tempat ibadah dan sekolah, di kegiatan olahraga, atau dalam
konteks kampanye tentang skrining kanker serviks. Pesan tentang manfaat vaksin HPV (jika
tersedia) harus disesuaikan untuk anak perempuan, anak laki-laki dan orang tua atau wali,
sementara pesan tentang manfaat pemeriksaan harus ditargetkan pada wanita dan
pasangannya.

2.8 Siapa yang perlu diberikan konseling


Semua wanita dan laki-laki yang harus membuat keputusan tentang kesehatan mereka
baik saat mereka datang untuk memperoleh layanan kesehatan, pengobatan ataupun
perawatan; mereka dapat mengambil manfaat dari konseling yang mencakup penyediaan
informasi yang benar dan dua arah, percakapan pribadi tentang pilihan yang tersedia,
termasuk bagaimana pilihan untuk menerima atau menolak layanan tersebut (misalnya tes
skrining) dapat mempengaruhi dirinya atau kesehatannya sekarang dan di masa mendatang.
Anak perempuan dan orang tua mereka dapat diberi konseling secara bersamaan atau
sendiri-sendiri tentang vaksinasi HPV. Konseling bersama memberikan kesempatan untuk
memiliki percakapan tentang kesehatan seksual dengan gadis-gadis tersebut dan untuk
mendorong ibu mereka untuk melakukan skrining kanker serviks.

67
Perempuan dan anak perempuan yang hidup dengan HIV harus menerima informasi
dan konseling tentang kerentanan yang lebih besar mereka untuk terinfeksi HPV dan
meningkatkan kemungkinan mereka terkena kanker serviks pada usia lebih dini. Perempuan
dan anak perempuan yang hidup dengan HIV harus dinasihati untuk memulai skrining rutin
sesegera mungkin setelah mereka dinyatakan positif dan segera menerima pengobatan
untuk kelainan yang ditemukan.
Setiap wanita yang melakukan tes dan hasil tes skrining serviks menunjukkan positif
untuk lesi prakanker, akan membutuhkan konseling. Konseling harus terstruktur untuk:
1. Memberikan pendidikan kesehatan pada wanita tentang infeksi HPV dan kanker serviks;
2. Mereview dan menjelaskan hasil pemeriksaan dan pentingnya perawatan dan
pengobatan sebagai tindak lanjut, jika diperlukan;
3. Menunjukkan bahwa dalam perawatan terdapat beberapa alternatif layanan dan
prosedur yang dapat dipilih;
4. Menjawab semua pertanyaan dan kekhawatiran klien dengan informasi yang tepat. Saat
anda tidak memiliki jawaban langsung ke semua pertanyaan, akan lebih baik bila anda
berterus terang dan mengatakan bahwa Anda akan menemukan informasi yang benar
dan baik; kemudian anda yakinkan kepada klien bahwa anda akan menghubunginya
secara langsung dengan informasi atau menemukan penyedia layanan kesehatan lain
yang dapat melakukan hal ini.

2.9 Konseling wanita setelah hasil tes skrining positif


2.9.1 Konseling wanita setelah hasil tes positif yang tidak mencurigakan untuk kanker
Ketika menjelaskan kepada seorang wanita bahwa tes skrining nya positif, tapi tidak
mencurigakan untuk kanker, informasi berikut harus disediakan dalam bahasa yang jelas
dan sederhana:
a. Ucapkan selamat padanya telah menjaga kesehatannya; kemudian menjelaskan bahwa
tes ini membantu untuk MENCEGAH kanker serviks dari terjadi.
b. Katakan padanya bahwa hasil tesnya positif dan menjelaskan apa artinya ini, sementara
meyakinkannya bahwa itu tidak berarti dia memiliki kanker serviks.
Dalam kasus sitologi positif atau tes IVA:
 Jelaskan padanya bahwa tes dilakukan untuk mencari perubahan awal, yang
disebut pre-kanker, yang bisa suatu hari menjadi kanker jika tidak ditangani.
 Jelaskan bahwa ada pengobatan sederhana dan aman yang tersedia untuk
menangani atau menyembuhkan perubahan awal, yang sangat efektif dalam
menyembuhkan pra-kanker.
Dalam kasus tes HPV positif:

68
 Jelaskan kepadanya bahwa tes HPV positif berarti bahwa ada infeksi dengan
virus yang ada dalam leher rahim / serviks. Yakinkan dia bahwa sangat sedikit
wanita dengan HPV-positif terkena kanker serviks.
 Jika dia memiliki hasil tes HPV positif namun tes IVA negative; jelaskan
kepadanya bahwa ini berarti bahwa ia memiliki infeksi persisten dengan HPV,
tetapi itu belum menyebabkan perubahan sel di serviks.
c. Jelaskan jenis pengobatannya (jika ada), berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan apa
yang bisa ia harapkan.
d. Tekankan fakta bahwa jika dia tidak menerima pengobatan (atau melakukan tindak
lanjut, dalam kasus tes HPV positif dikombinasikan dengan IVA negatif atau tes skrining
sitologi), beberapa tahun kemudian, ia bisa terkena kanker serviks.
e. Jelaskan bahwa jika dia ingin bisa diobati hari itu juga atau sesegera mungkin, atau dia
ingin memperoleh pengobatan tempat lain. Membuatkan janji atau surat pengantarnjika
diperlukan.
2.9.2 Informasi lebih lanjut dalam kasus tes HPV positif
Meskipun hasil tes HPV positif tidak berarti bahwa akan berkembang menjadi kanker serviks
atau memiliki masalah di masa depan, atau menunjukkan dia menderita pra-kanker.
Menjawab pertanyaan pasien sekitar infeksi HPV, dan berikan dia informasi umum berikut:
a. HPV ditularkan selama aktivitas seksual, tetapi tidak mungkin untuk mengetahui kapan
atau dari siapa pasien mendapatkannya (kecuali jika pasien hanya memiliki kontak
seksual dengan satu pasangan).
b. HPV bukanlah tanda dari pergaulan bebas ataupun perselingkuhan.
c. HPV sangat sulit untuk dicegah. Sementara kondom melindungi terhadap HIV dan
kehamilan yang tidak diinginkan, mereka tidak memberikan perlindungan lengkap dari
HPV.
d. Memiliki hasil tes dengan HPV-positif atau sedang diobati untuk itu; tidak akan membuat
pasien menjadi sulit untuk hamil atau memiliki bayi yang sehat.
e. Meskipun nama-nama yang mirip, HPV tidak berhubungan dengan HIV.
2.9.3 Konseling wanita setelah hasil tes positif DAN curiga kanker
a. Jelaskan kepada klien bahwa hasil tes skriningnya positif, terdapat perubahan pada sel
serviks dan jelaskan bahwa dia perlu tes tambahan untuk mempelajari lebih lanjut
tentang perubahan ini.
b. JANGAN katakan padanya apa yang anda pikir yaitu dia kemungkinan menderita
kanker; ini perlu dipastikan dengan biopsi.
c. Tanyakan apakah dia bersama dengan seseorang hari ini (pasangan/suami/keluarga)
dan bertanya apakah dia akan mengijinkan orang tesebut untuk bergabung dengan
anda untuk mendengar informasi yang klien butuhkan untuk mendiskusikan tentang
langkah-langkah berikutnya.

69
d. Yakinkan padanya bahwa meskipun ada kekhawatiran, hal yang paling penting adalah
bahwa dia telah datang untuk skrining.
e. Jelaskan padanya bahwa dalam banyak kasus, ada pengobatan yang dapat
menyembuhkannya; itulah yang dia butuhkan untuk fokus.
f. Tanyakan padanya apakah ada masalah yang dapat mencegahnya untuk pergi ke
pemeriksaan selanjutnya; jika ada, diskusikan solusi yang mungkin dapat membantunya
membuat rencana untuk mendapatkan layanan yang dia butuhkan.
g. Tetapkan tanggal untuk tindaklanjut, memastikan klien menerima perawatan yang
diperlukan.
Tenaga kesehatan memainkan peran penting dalam memastikan bahwa seorang wanita
dengan hasil yang mencurigakan untuk kanker menerima perawatan lanjutan yang dia
butuhkan. Tenaga kesehatan harus:
 Mempertimbangkan untuk menyiapkan sebuah sistem guna melacak yang semua
arahan dan memastikan bahwa klien menerima tes tambahan yang diperlukan dan
pengobatan.
 Pastikan bahwa klien dan anggota keluarganya memahami pentingnya akan semua
janji dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh semua penyedia layanan kesehatan
yang terlibat dalam perawatan nya.
 Follow-up klien dan keluarganya, untuk memastikan bahwa mereka memahami hasil
tes tambahan dan pengobatan.

3. RANGKUMAN
a. Menggerakkan mobilisasi masyarakat terutama di bidang kesehatan; pendidikan
kesehatan dan konseling merupakan komponen penting dari pelaksanaan program
pencegahan dan pengendalian kanker serviks yang efektif untuk memastikan
cakupan vaksinasi yang tinggi, cakupan skrening tinggi dan kepatuhan yang tinggi
terhadap pengobatan.
b. Strategi yang digunakan untuk program pencegahan dan pengendalian kanker
serviks harus mampu menjangkau gadis-gadis muda dan wanita yang akan paling
diuntungkan sebagai penerima manfaat dari vaksinasi dan manfaat melakukan
skrining. Tidak luput dari sasaran program antara lain: anak laki-laki, pria dewasa,
pemimpin di masyarakat, dan stakeholders.
c. Dalam menggerakkan masyarakat; pendidikan kesehatan adalah alat penting untuk
mengatasi tantangan umum yang menghambat akses dan pemanfaatan layanan
kesehatan pencegahan kanker serviks; hambatan umum ini termasuk pembicaraan
yang dinilai tabu secara sosial, hambatan bahasa, kurangnya informasi dan
kurangnya transportasi ke pemberi layanan kesehatan.

70
d. Pendidikan kesehatan memastikan bahwa perempuan, keluarga dan masyarakat
pada umumnya memahami bahwa kanker serviks dapat dicegah.
e. Pesan Pendidikan kesehatan tentang kanker serviks harus mencerminkan kebijakan
nasional dan harus sesuai dengan budaya serta konsisten di semua tingkat sistem
kesehatan.
f. Fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki ruang pribadi yang dapat digunakan
untuk pertukaran informasi dan konseling, sehingga dapat membantu mereka
membuat pilihan terbaik untuk kesehatan mereka.
g. Penyedia layanan kesehatan harus dilatih untuk membahas seksualitas dengan
cara tidak menghakimi dan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kanker
serviks dan human papillomavirus (HPV) sekaligus melindungi kerahasiaan pasien.
h. Sangat penting bahwa pesan pendidikan kesehatan berkaitan dengan kanker
serviks; menekankan bahwa wanita dengan hasil skrining yang abnormal harus
kembali untuk memperoleh tindak lanjut.

4. EVALUASI
o Tes tulis (10 soal)

71
MODUL 4

METODE TUJUAN UMUM


PEMBELAJARAN: Sesi dalam modul ini memberikan kemampuan mahasiswi
Perkuliahan tatap muka 1 kesehatan untuk mempersiapan pasien sebelum memperoleh
x 50 menit tindakan operasi ginekologi.
Diskusi 1 x 50 menit
TUJUAN KHUSUS
 Mahasiswa mampu memberikan perawatan persiapan
tindakan operasi ginekologi
 Mahsiswa mampu memberikan dukungan secara fisik dan
psikologi pada pasien pre operasi ginekologi

1. MATERI POKOK
 Tindakan bedah dalam ginekologi
 Pengobatan pilihan untuk pra kanker serviks

2. PEMBAHASAN
2.1 Tindakan bedah dalam ginekologi
2.1.1 Prinsip pembedahan
Operasi ginekologi adalah tindakan pembedahan pada wanita akibat adanya tumor di
alat reproduksi, baik itu berasal dari uterus, ovarium maupun dari vulva, dan kelainan
bawaan dari uterus seperti kelainan bentuk uterus. Secara umum dalam tindakan operasi
tumor kandungan ada dua pilihan mengangkat tumor saja atau mengangkat tumor dan alat
kandungan (uterus dan ovarium). Operasi atau pembedahan ginekologi terbagi 3:
a. Operasi vulva: pembedahan pada vulva tidak tergolong operasi besar kecuali operasi
vulvektomi radikal akibat ca vulvae
b. Operasi pada vagina; pembedahan pada vagina dilakukan untuk kondisi :
 Kelainan bawaan trauma dan radang (ginatrestastenosis, pada vaginaabses
cavum duoglosi)
 Kelainan akibat partus seperti prelapsus uteri, listula vesikel vaginalis
 Pengangkatan uterus perviganae untuk keperluan diagnosis seperti kerokan dsb
c. Operasi laparatomi; yang termasuk dalam pembedahan laparatomi adalah :
 Berbagai jenis operasi uterus

72
 Operasi pada tuba fallopi
 Operasi ovarium
2.1.2 Jenis pembedahan antara lain:
a. Pembedahan elektif: pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa
membahayakan nyawa pasien; operator akan menentukan waktu pembedahan bila
segala sesuatunya telah siap.
b. Pembedahan darurat: pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat darurat
untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk menyelamatkan
jiwa pasien.
c. Pembedahan paliatif: pembedahan yang tidak dirancang untuk menyembuhkan
kanker, tetapi untuk membantu meringankan ketidaknyamanan dan meminimalkan
masalah yang timbul dari kanker atau pengobatan kanker.
d. Bedah percobaan: pembedahan ini dilakukan untuk mendapat kepastian jenis
penyakit; seperti biopsi, laparatomi, eksplorasi
Indikasi pembedahan dalam ilmu ginekologi:
a. Keperluan diagnostik : biopsi, kerokan, laparoskopi
b. Tindakan untuk mengangkat tumor jinak atau ganas
c. Tindakan untuk mengoreksi kelainan bawaan, atau kelainan akibat operasi
Keputusan untuk melakukan operasi tertentu diambil setelah dibuat diagnosis tentang
penyakitnya dan tentang kondisi penderita, dan setelah dipertimbangkan jenis operasi yang
paling tepat baginya. Pada sebagian besar operasi, tindakan dapat dilakukan setelah segala
persiapan selesai, dan dipilih waktu yang paling menguntungkan; operasi demikian
dinamakan operasi elektif.

2.1.3 Persiapan Pembedahan


a. Persispan pre operatif
1) Pemeriksaan yang teliti untuk menegakkan diagnosis
2) Persiapan sebelum operasi seperti anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat
menentukan dalam pengambilan keputusan. Hal ini penting untuk menentukan
apakah terdapat kontra indikasi atau tidak.
3) Persetujuan operasi harus diminta setelah pasien mendapat penjelasan tentang
risiko-risiko yang relevan. Keinginan untuk tahu bervariasi antara satu pasien
dengan pasien lain.
4) Nilai keadaan penderita: nilai apakah sistem kardiovaskular dan sistem respirasi
baik
5) Jika terdapat penyakit lain, sebaiknya disembuhkan terlebih dahulu, untuk
mengurangi risiko operasi.

73
6) Jika muncul masalah medis atau riwayat masalah pembiusan yang sebelumnya
tidak diketahui, hubungi dokter bedah dan spesialis anestesi yang bersangkutan,
dan buat rencana yang pantas untuk menghadapinya.
7) Jika operasi darurat : pemeriksaan yang esensial perlu dilakukan
8) Lakukan pemeriksaan rutin sebagaimana diuraikan pada Tabel 1.2. Sebelum
operasi mayor, golongan darah harus diperiksa dan disimpan atau diuji silang
menurut protokol setempat.
9) Lakukan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang diindikasikan oleh penyakit penyerta
(misal uji saring pembekuan bila ada penyakit hati).
10) Tanyakan apakah pasien keberatan jika anda berkomunikasi langsung dengan
keluarganya. Kerahasiaan adalah sangat penting, dan kerabat atau keluarga pasien
tidak berhak memperoleh informasi tentang pasien tanpa persetujuan pasien
bersangkutan.
11) Jika diperbolehkan oleh pasien, apakah keluarga dekat memahami prosedur yang
direncanakan dan tawarkan untuk berbicara kepada mereka.
12) Catat semua temuan anda dan berikan salinan penjelasan kepada pasien.
13) Tanyakan riwayat alergi.

Tabel 2.1 pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien pre operasi

Urinalisis Semua pasien: untuk gula, hematuria, protein


Usia >50 tahun
Riwayat penyakit jantung, hipertensi atau penyakit paru menahun
Hasil EKG normal dalam 1 tahu bisa diterima kecuali jika ada keluhan jantung
EKG baru-baru ini
Usia >40 tahun
Semua wanita
Semua pembedahan mayor
Hitung darah lengkap Bila dicurigai anemia
Usia >60 tahun
Semua pembedahan mayor
Obat-obat diuretik
Kreatinin dan elektrolit Suspek penyakit ginjal
Pasien diabetes
Glukosa darah Glikosuria
Pasien kulit hitam dengan status sabit tak diketahui. Jika positif maka elektroforesis
Tes sel sabit hemoglobin harus dikerjakan
Tes kehamilan Wanita usia subur
Tidak rutin
Penyakit jantung atau paru akut
Penyakit jantung atau paru menahun yang memburuk dalam tahun terakhir
X-foto toraks Risiko tbc paru

74
Penyakit keganasan

Keberhasilan operasi ginekologi tergantung pada evaluasi menyeluruh pra operasi,


persiapan sebelum operasi, kemampuan pembedah (operator) dan penguasaan teknik
operasi, serta perawatan pasca operasi yang tepat. Kontra indikasi bedah laparaskopi
meliputi :
 Obstruksi usus
 Ileus
 Peritonitis
 Perdarahan intraperitoneal
 Hernia diafragmatika
 Penyakit kardiorespirasi
Tiga kontraindikasi pertama berhubungan dengan perforasi. Walaupun peritonitis difusa
merupakan kontraindikasi, tetapi laparaskopi berguna pada diagnosis PID dan abses
tuboovarial. Juga berguna pada kehamilan ektopik dengan tanda vital yang stabil dimana
gambarannya menyerupai peritonitis.
b. Persiapan pasien:
1) Persiapan sebelum operasi meliputi persiapan kolon, hal ini sangat membantu
dekompresi usus, sehingga lapang pandang menjadi jauh lebih jelas. Selain itu
konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pasca bedah setelah puasa dan imobilitas,
oleh karena itu lebih baik bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi.
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu.Intervensi keperawatan yang
bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya
puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul
24.00). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan.
2) Pengosongan kandung kemih. Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan
melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
3) Premedikasi. Premedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan.
Sebagai persiapan atau bagian dari anastesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam
berbagai bentuk sesuai kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetic, analgesic dll.
Pemberian antibiotik sebelum operasi hanya atas indikasi.

75
4) Keseimbangan cairan dan elektrolit. Balance cairan perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan
pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l),
kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50
mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-
obatan anastesi.Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan
baik.Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal
akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi
ginjal.Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
5) Status Nutrisi. Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di
koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan.Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami
berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit.Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca
operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
6) Pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien
yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
7) Monitoring psikologis. Dukungan psikologis yang dilakukan antara lain: memberikan
dukungan emosional pada pasien dan mengkaji status emosional klien
8) Prinsip asepsis pasien. Pasien yang akan menjalani pembedahan harus
diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur
yang digunakan untuk membuat medan operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara
lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan tindakan drapping.
9) Bila pasien telah siap secara fisik dan mental, serta semua prosedur operasi telah
dijalankan, maka dapat diharapkan hasil yang optimal.

2.1.4 Pasca Operasi


Asuhan pasca operasi harus dilakukan diruang pemulihan tempat adanya akses yang
cepat ke oksigen, pengisap, peralatan resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan staf
terampil dalam jumlah dan jenis yang memadai. Asuhan pasca operatif meliputi:

76
meningkatkan proses penyembuhan luka serta mengurangi rasa nyeri, pengkajian suhu
tubuh, pengkajian frekuensi jantung, mempertahankan respirasi yang sempurna,
mempertahankan sirkulasi, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
cara memonitor input serta output-nya, mempertahankan eliminasi, dengan cara
mempertahankan asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine, pengkajian
tingkat kesadaran, pemberian posisi yang tepat pada ibu, mempertahankan aktivitas dengan
cara latihan memperkuat otot sebelum ambulatori, mengurangi kecemasan dengan cara
melakukan komunikasi secara terapeutik.

2.1.5 Masalah yang mungkin terjadi pasca operasi


a. Perdarahan; masalah ditandai dengan adanya perdarahan yang disertai perubahan tanda
vital seperti adanya peningkatan denyut nadi, kenaikan pernapasan, penurunan tekanan
darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta keadaan kulit yang dingin dan
lembab.
b. Infeksi terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demam atau panas, rasa
nyeri dan timbul bengkak, jaringan di sekitar luka mengeras, serta adanya kenaikan
leukosit.
c. Dehiscene/eviserasi; merupakan pecahnya luka secara sebagian atau seluruhnya yang
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi, terjadinya
trauma, dan lain-lain. Sering ditandai dengan kenaikan suhu tubuh (demam), takikardia,
dan rasa nyeri pada daerah luka.
d. Retensi urin merupakan masalah yang sering muncul setelah pembedahan ginekologi,
dengan insidensi 7-80% bergantung pada prosedur pembedahan yang dilakukan
(Stanton, 1979; Tammela, 1986). Over distensi dapat menyebabkan kesulitan miksi
jangka panjang dan kerusakan detrusor secara permanen.
e. Komplikasi paru yang sering ditemui oleh para ginekolog adalah atelectasis dan
pneumonia. Lima faktor resiko signifikan untuk komplikasi paru yang muncul setelah
pembedahan abdomen adalah umur yang lebih dari 60 tahun, IMT lebih dari 27, riwayat
kanker, merokok dalam waktu 8 minggu terakhir, dan insisi pembedahan yang dilakukan
pada abdomen bagian atas
f. Pada kasus ginekologi, penyebab utama syok adalah perdarahan yang berakhir ke
hipovolemia. Meskipun syok kardiogenik, sepsis dan neurogenik dapat juga
dipertimbangkan selama observasi. Penilaian tehadap perfusi oksigen dan status
hemodinamik cukup penting dalam masa postoperasi awal. Sayangnya, tanda-tanda
berupa tekanan darah dan denyut jantung saat istirahat tidak berdampak sepanjang
kompensasi awal. Contohnya, setelah kehilangan darah yang lebih dari 25-30% dari
volume tubuh total, hipotensi biasanya muncul terlambat dibanding tanda-tanda disfungsi
organ lainnya yang berupa oliguri, dan perubahan status mental.

77
g. Salah satu masalah yang sering ditemukan setelah operasi adalah demam. Dengan
mengamati gejala persisten, pendekatan sistemik dalam mengevaluasi pasien akan
menolong membedakan inflamasi dari etiologi infeksi. Demam merupakan sebuah respon
inflamasi yang dilakukan oleh mediator, dikenal dengan pyrogen, yang berasal dari dari
endogen atau eksogen. Pyrogen bersirkulasi menyebabkan pengeluaran prostaglandin
(utamanya PGE2), yang mengubah set point pada termoregulator. Reaksi infalamasi ini
menghasilkan sejumlah sitokin (Interleukin-1, interleukin-6, dan TNF) yang ditemukan
dalam sirkulasi setelah beragam kejadian seperti pembedahan, kanker, trauma, dan
infeksi. Demam setelah operasi berkembang lebih dari 2 hari setelah pembedahan yang
biasanya disebabkan oleh infeksi.
h. Tromboflebitis. Komplikasi ini jarang ditemukan pada penderita pascaoperasi di
Indonesia. Penyakit ini terdapat pada vena yang bersangkutan sebagai radang, dan
sebagai trombosit tanpa tanda radang. Pada tromboflebitis dalam minggu kedua pasca
operasi suhu naik, nadi mencepat, timbul nyeri spontan pada perabaan vena yang
bersangkutan, dan tampak edema pada kaki, terutama jika vena femoralis yang terkena.
Trombus disini melekat kuat pada dinding pembuluh darah, dan tidak banyak bahaya
akan emboli paru-paru. Pada trombosis vena tidak terdapat banyak gejala, mungkin suhu
agak naik; thrombus tidak melekat erat pada dinding pembuluh darah, dan bahaya emboli
paru-paru lebih besar.

2.2 Pengobatan pilihan untuk pra-kanker serviks


Wanita dengan pra-kanker harus menerima pengobatan dan terapi yang efektif,
pengobatan berikut diberikan setelah tes skrining positif tanpa konfirmasi diagnostik.
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau menghapus area serviks yang
diidentifikasi sebagai pra-kanker. Metode pengobatan mungkin ablatif (menghancurkan
jaringan yang abnormal dengan membakar atau pembekuan) atau eksisi (pengangkatan
jaringan yang abnormal).
Dengan metode ablatif, tidak ada spesimen jaringan yang dapat diambil lagi untuk
pemeriksaan histopatologi selanjutnya. Setiap metode pengobatan memiliki kriteria
kelayakan yang harus dipenuhi. Pada modul ini, kita akan membahas penggunaan
cryotherapy, prosedur loop electrosurgical excision (LEEP) dan konisasi/cold knife conization
(CKC). Histerektomi jarang digunakan untuk menangani pra-kanker. Histerektomi tidak boleh
dilakukan untuk pra-kanker, ecuali ada alasan kuat untuk melakukannya Pilihan
pengobatan/perawatan tergantung pada:
a. Manfaat dan bahaya dari setiap metode
b. Lokasi, luas dan keparahan lesi
c. Biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk memberikan perawatan
d. Pelatihan dan pengalaman dari provider.

78
2.2.1 Krioterapi
Cryotherapy adalah membekukan daerah abnormal serviks dengan menempelkan logam
yang sangat dingin (cryo) di area yang abnormal. Dibutuhkan hanya beberapa menit (± 15
menit) dan dapat ditoleransi dengan baik tanpa anastesi, biasanya menyebabkan sedikit
kram.

Gambar 4.1 peralatan cyroteraphy


Sumber: Sellors JW, Sankaranarayanan R. Colposcopy and treatment of cervical intraepithelial neoplasia:
a beginners’ manual. Lyon: International Agency for Research on Cancer; 2003

Persiapan:
1. Jelaskan prosedur dan mengapa penting untuk kembali pengobatan selanjutnya seperti
yang diminta.
2. Pastikan bahwa pasien telah memahami dan memperoleh persetujuan.
3. Tunjukkan padanya peralatan cryotherapy dan menjelaskan bagaimana alat tersebut
akan digunakan untuk membekukan area abnormal pada serviks.
4. Siapkan pasien untuk pemeriksaan ginekologi dan melakukan pemeriksaan speculum.
5. Jika tidak ada tanda-tanda infeksi, lanjutkan dengan cryotherapy.
6. Jika ada tanda-tanda infeksi pada serviks, berikan terapi lebih dahulu dan meminta pada
pasien untuk meminum obat dosis pertama saat masih dengan petugas. Kemudian
cryotherapy dapat dilanjutkan, atau dapat diberikan setelah infeksi sembuh, jika demikian,
minta pasien untuk kembali.
Prosedur
1. Usap serviks dengan kapas yang telah direndam garam dan tunggu beberapa menit.
2. Terapkan asam asetat untuk menggambarkan kelainan dan menunggu beberapa menit
untuk melihat mungkin daerah putih (acetowhite) berkembang.
3. Beritahu pasien, bahwa dia mungkin akan merasa tidak nyaman atau kram saat serviks
dibekukan.
4. Bersihkan permukaan yang akan dilakukan cryotherapy dengan garam untuk
memastikan efektivitas optimum.

79
5. Terapkan ujung cryoprobe di pusat os dan pastikan probe mencapai lesi. Jika cryoprobe
tidak menutupi seluruh lesi, maka tidak dilanjutkan dengan pembekuan dan menjelaskan
alasannya ke pasien.
6. Jika cryoprobe dapat mencakup area pada serviks, sebelum dilanjutkan dengan
pembekuan pastikan bahwa dinding vagina tidak bersentuhan dengan cryoprobe,
karena ini dapat menyebabkan cedera pembekuan ke vagina.
7. Mengatur timer dan melepaskan pemicu gas untuk mendinginkan probe.
8. Es akan terbentuk di ujung cryoprobe dan pada serviks. Ketika daerah beku meluas 4-5
mm di luar tepi cryoprobe itu, pembekuan dinilai cukup.

Gambar 4.2 posisi cyroprobe di serviks dan bentuk pembekuan

9. Biarkan dua kali pembekuan dan pencairan: tiga menit pembekuan, diikuti oleh lima
menit pencairan, diikuti oleh lebih tiga menit beku.
10. Setelah pembekuan kedua selesai, memberikan waktu untuk mencair sebelum mencoba
untuk mengangkat probe dari serviks; karena akan menarik jaringan di serviks.
11. Dengan lembut angkat probe dari serviks denga memutar probe. Daerah telah
dibekukan akan tampak putih.
12. Periksa serviks apakah ada perdarahan. Jika ada perdarahan, usapkan pasta Monsel.
13. Jangan tutup vagina/jagan beri tampon.
14. Keluarkan speculum dengan hati-hati.
15. Anjurkan pasien untuk menggunakan kondom terlebih dahulu bila berhubungan seksual.
16. Menginformasikan kemungkinan komplikasi dan memintanya untuk segera kembali jika
komplikasi dirasakan. Bentuk komplikasi antara lain:
- Demam dengan suhu 38 ° C atau lebih dan menggigil
- Sakit perut bagian bawah yang parah
- Keluar sekret/keputihan seperti nanah dan berbau busuk

80
- Perdarahan selama lebih dari dua hari atau perdarahan dengan gumpalan.
17. Minta pasien untuk kembali dalam 12 bulan untuk tes skrining serviks ulang, atau lebih
cepat jika perlu.
2.2.2 Koniasiasi
Konisasi/ cold knife conization (CKC) adalah mengankat daerah serviks yang
abnormal, berbentuk daerah yang diangkat adalah kerucut; area yang diambil termasuk
bagian-bagian dari serviks bagian luar (ectocervix) dan serviks dalam (endoserviks). Jumlah
jaringan diangkat tergantung pada ukuran lesi dan area yang diduga berubah menjadi
kanker invasif. Jaringan akan dikirim ke laboratorium patologi untuk diagnosis histologis dan
analisis lebih lanjut untuk memastikan bahwa jaringan abnormal telah sepenuhnya dihapus.
CKC biasanya dilakukan di rumah sakit.
Menjelaskan seluruh prosedur kepada pasien terlebih dahulu sebelum tindakan
diberikan. Penjelasan yang diberikan meliputi prosedur, anestesi, dan kemungkinan efek
samping serta komplikasi dari tindakan konisiasi.
Persiapan
1. Berika rincian prosedur, waktu mulai, durasi, kemungkinan efek samping dan komplikasi
dan serta bagaimana mengurus dirinya sendiri ketika dia pulang ke rumah pada pasien.
2. Berikan petunjuk tentang persiapan apa yang harus dilakukan pasien sebelum tiba
untuk operasi (yaitu pakaian dan obat-obatan yang dia bawa). Anjurkan pasien untuk
puasa delapan jam sebelum operasi, dan untuk mandi sebelum datang ke rumah sakit.
3. Minta pasien untuk menandatangani informed consent.
Operasi
1. Anastesi yang diberikan adalah general atau dapat spinal
2. Dokter bedah akan memasukkan spekulum ke dalam vagina untuk memvisualisasikan
serviks.
3. Larutan yodium akan diaplikasikan pada daerah abnormal dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan serviks.
4. Untuk mengurangi risiko perdarahan berat akan disuntikkan obat ke dalam serviks atau
ahli bedah akan menjahit arteri kecil yang mengalirkan darah ke serviks terlebih dahulu.
5. Area berbentuk kerucut dari serviks, termasuk kanal endoserviks akan diangkat dengan
menggunakan pisau khusus. Jaringan tersebut akan ditempatkan dalam toples dengan
formalin dan dikirim ke laboratorium. Seringkali spesimen yang akan dibawa ke
laboratorium patologi, terlebih dahulu diberi tanda dengan jahitan; lokasi jahitan ini harus
dicatat pada formulir histology (mis dijahit pada pukul 12).

81
Gambar 4.3 pengankatan jaringan pada serviks

6. Pasca eksisi, area tersebut akan dibakar/dikauter.


7. Bila ditemukan perdarahan aktif, tekanan dengan menggunakan kapas kemudian
aplikasikan pasta Monsel, atau dikauter.
8. Pasang tampon dalam vagina untuk memberika tekanan dan mengontrol perdarahan,
tetapi ini tidak perlu dilakukan jika telah menggunakan pasta Monsel.
9. Setelah operasi, pasien akan dipantau di ruang pemulihan.
10. Jika kondisi pasien membaik, tidak ada perdarahan yang signifikan, dan tinggal di dekat
rumah sakit, pasien diijinkan pulang beberapa jam kemudian. Kecuali bila ada
komplikasi.
11. Jelaskan kepada pasien bahwa luka yang ada pada serviks, akan benar-benar sembuh
setelah 4-6 minggu.
12. Untuk mencegah infeksi dan agar terjadi proses penyembuhan yang tepat, selama
enam minggu ke depan, pasien tidak boleh memasukkan jari atau tampon, atau
melakukan hubungan seksual atau memasukkan sesuatu seperti obat suppositoria
vagina.
13. Berikan konseling tentang bagaimana mengurus dirinya sendiri dan informasi terkait
gejala atau komplikasi yang mungkin saja terjadi; minta pasien untuk segera kembali
kontrol..
14. Minta pasien untuk kembali kontrol 2-6 minggu setelah CKC.

82
Manajemen penanganan pada kemungkinan komplikasi yang muncul pada saat Konisiasi
Komplikasi Tanda & Gejala Penanganan
Infeksi Nyeri abdomen bag. bawah Berikan terapi untuk kasus PID
Cairan kuning berbau busuk
dari vagina
Perdarahan Perdarahan berat dari vagina  Lakukan pemeriksaan
dengan spekulum, hilangkan
bekuan darah, identifikasi
area perdarahan
 Mengkauterisasi daerah
perdarahan dengan ball
electrode
 Oleskan pasta Monsel
dengan kasa

Catatan: pasta Monsel adalah cairan lengket, tebal, cepat bereaksi untuk menghentikan
pendarahan pada area serviks, berguna untuk membendung aliran darah. Ini
berguna setelah prosedur cryotherapy, biopsi dan loop electrosurgical eksisi
(LEEP). Karena merupakan produk kaustik yang dapat merusak jaringan jika
dibiarkan terlalu lama, tidak termasuk keharusan dalam penggunaannya pada
vagina setelah tindakan.

3. RANGKUMAN
Operasi ginekologi adalah tindakan pembedahan pada wanita akibat adanya tumor yang
berhubungan di alat reproduksi, baik itu berasal dari rahim/uterus, ovarium/indung telur
maupun dari vulva, dan kelainan bawaan dari uterus seperti kelainan bentuk uterus. Secara
umum dalam tindakan operasi tumor kandungan ada dua pilihan mengangkat tumor saja
atau mengangkat tumor dan alat kandungan (uterus dan ovarium).
Keputusan untuk melakukan operasi tertentu diambil setelah dibuat diagnosis tentang
penyakitnya dan tentang kondisi penderita, dan setelah dipertimbangkan jenis operasi yang
paling tepat baginya.
Pada sebagian besar operasi, tindakan dapat dilakukan setelah segala persiapan
selesai, dan dipilih waktu yang paling menguntungkan; operasi demikian dinamakan operasi
elektif.
Keberhasilan operasi ginekologi tergantung pada evaluasi menyeluruh pra operasi,
persiapan sebelum operasi, kemampuan pembedah (operator) dan penguasaan teknik
operasi, serta perawatan pasca operasi yang tepat. Tujuan perawatan pasca operasi adalah
pemulihan kesehatan fisiologi dan psikologi wanita kembali normal.

4. EVALUASI
o Ujian tulis (5 soal)

83
ACUAN

nd
Beaglehole BRR. Kjellstroem T. Basic Epidemiology. 2 Ed. Geneva. WHO. 1993
Berek, Jonathan S. Properative Evaluation and Postoperative Management. In: berek & Novak’s
th
Gynecologu. 14 Edition. Lippincott Williams & Walkins: USA. 2007
Desen W. Buku Ajar Onkologi Klinik. Ed 2. Balai Penerbit fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2008
Kementerian Kesehatan RI. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Bakti Husada. Jakarta. 21 APRIL 2015
Kementerian Kesehatan RI. Panduan Layanan Integrasi Infeksi saluran Reproduksi/Infeksi
Menular Seksual (ISR/IMS)/Diteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Inspeksi Visual Acetat
(IVA) dan Diteksi Dini Kanker Serviks. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Bakti Husada. Jakarta. 2014
Klinikandalas. Ed. Operasi Ginekologi dan Fungsi Alat Reproduksi. Online 4 Agustus 2008. Cited
on 27 Desember 2009
Rasjidi. Imam. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Sagung Seto. Jakarta. 2010
Sankaranarayanan R. A Practical Manual on Visual Screening for Cervical Neoplasia.
International Agency for Research on Cancer. Lyon, France. WHO. 2003
Winknjosastro. Hanifa. Prinsip-prinsip Pembedahan dalam Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pusaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2005
World Health Organization (WHO). Comprehensive cervical cancer control: A guide to essential
nd
practice. 2 Ed. Geneva. WHO. 2014

Anda mungkin juga menyukai