Anda di halaman 1dari 6

LEUKEMIA KRONIK

Definisi
Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos yang berarti "putih"; dan aima artinya "darah"),
atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker pada darah
atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara abnormal atau transformasi maligna
dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada
leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel abnormal.
Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi.
Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan
imunitas tubuh penderita.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau
banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel
leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik
ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai
tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas
tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Pada leukimia Kronis dibagi menjadi 2 yaitu leukemia limfositik kronik (LLK), leukemia
mielositik kronik (LMK).
· Leukemia limfositik kronik (LLK) adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada
limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang
berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK dimanifestasikan oleh
proliferasi dan akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil dalam sumsum tulang, darah
perifer, dan tempat-tempat ekstramedular dengan kadar yang mencapai 100.000+/mm3 atau
lebih.
· Leukemia mielositik kronik (LMK) atau sering disebut juga leukemia granulositik kronik
merupakan penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel
granulosit yang relatif matang. LMK merupakan leukimia kronis dengan gejala yang timbul
perlahan-lahan dan sel leukemianya berasal dari transformasi sel induk myeloid dan secara
terus-menerus terkait dengan gen gabungan BCR-ABL. Leukemia mielositik kronik yang
paling umum adalah disertai dengan kromosom Philadelphia (Ph).
Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti:
• Radiasi. Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia. Angka kejadian LMK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan.
Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko
menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut.
• Faktor leukemogenik. Racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia industri seperti
insektisida, serta obat untuk kemoterapi dapat meningkatkan frekuensi terjadinya leukimia.
• Herediter. Penderita sindrom Down memiliki insidens leukemia akut 20 kali lebih besar dari
orang normal. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik
2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik. Orang dengan riwayat
keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita 3 kali lebih besar dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita leukemia.
• Virus. Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1
pada dewasa.

Epidemiologi
• Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang dewasa berusia 50-70 tahun
(umur median 60 tahun) dengan perbandingan 2:1 umtuk laki-laki. Kadang-kadang juga
diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak. LLK merupakan 25% dari
seluruh leukemia di Negara barat, tetapi amat jarang ditemukan di Jepang, Cina, dan
Indonesia. Usia rata-rata saat diagnosis 65 tahun, hanya 10-15% kurang dari 50 tahun.
Angka kejadian di negara barat 3/100.000. Pada populasi geriatri, insidens di atas usia 70
tahun sekitar 50/100.000. Resiko terjadinya LLK meningkat seiring usia. Perbandingan
resiko relatif pada pria tua adalah 2,8:1 perempuan tua. Kebanyakan pasien memiliki ras
kaukasia dan berpendapatan menengah.
• Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi
pada anak-anak, namun sangat sedikit. LMK merupakan 15-20% dari leukimia dan
merupakan leukimia kronis yang paling sering dijumpai di Indonesia, sedangkan di negara
Barat leukimia kronis lebih banyak ditemui dalm bentuk LLK. Insiden LMK di negara Barat
adalah 1-1,4/100.000/tahun.

Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang
lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti
biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap
infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel
darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal
yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliput i perubahan
angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur
termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua
kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah
dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Hal ini dijumpai pada LMK dimana terdapat kelainan genetic spesifik yaitu pada
krosomom nomor 22 (Ph’ kromosom. Pada lebih dari 90 % pasien terdapat pergantian sumsum
tulang normal oleh sel dengan kromosom golongan G abnormal (nomor 22)-kromosom
Philadelphia atau Ph. Abnormalitas terjadi karena adanya translokasi bagian lengan panjang (q)
kromosom 22 ke kromosom lain, biasanya kromosom 9 pada golongan “C”. Ini adalah
abnormalitas akuisita yang ada dalam semua sel granulositik, eritroid dan megakariositik yang
sedang membelah dalam sumsum tulang dan juga dalam sel limposit B. Peningkatan besar dalam
massa graulosit total tubuh bertanggung jawab untuk kebanyakan gambaran klinisnya.
Akibat kromosom lain (sering kromosom 9) menerima translokasi lengan panjang (q)
kromosom 22 maka akan terbentuk gen hybrid, yang dapat memproduksi fosfoprotein-P210,
yang memiliki aktivitas tirosin kinase yang berbeda dari normal. Perubahan aktivitas tirosin
kinase inilah yang menyebabkan terjadinya transformasi selular yang mendasari timbulnya
LMK. Terjadinya krisis blastik pada LMK dihubungkan dengan munculnya gen yang
memproduksi cyklin-dependent kinase-2 inhibitor (CDKN-2) atau dikenal dengan Ph’-2
kromosom pada kromosom nomor 9, dimana gen tersebut memiliki sifat mengaktifkan
pertumbuhan sel ganas. Di samping itu ada penelitian mendapatkan adanya T-sel resptor
abnormal denan teknik polimerase pada darah tepi penderita LMK. Khususnya fase akselerasi
dan blas.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai
sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang
normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar
getah bening, ginjal, dan otak.

Gejala Klinik
Gejala klinik yang khas pada leukemia ialah pucat, panas, perdarahan disertai
splenomegali dan kadang-kadang hepatomegali serta limfadenopati. Penderita yang
menunjukkan gejala lengkap seperti tersebut di atas, secara klinis dapat didiagnosa sebagai
leukemia. Pucat terjadi secara mendadak dan sebab terjadinya sukar diterangkan serta perdarahan
berupa ekimosis, peteki, epistaksis, perdarahan gusi, dan sebagainya. Pada stadium permulaan
mungkin tidak terdapat splenomegali.
Pada awal diagnosis, kebanyakan pasien LLK tidak menunjukkan gejala (asimptomatik).
Pada pasien yang menunjukkan gejala sering ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan
berat badan, kelelahan, splenomegaly, infiltrasi alat tubuh lain (paru, pleura, tulang, kulit) anemia
hemolitik, trombositopenia, hipogalagamaglobulinemia dan gamopati monoclonal sehingga
penderita mudah terserang infeksi. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan dan penurunan
kemampuan latihan (olah raga). Demam, keringat malam dan infeksi jarang terjadi pada
awalnya, tetapi semakin menyolok sejalan dengan perjalanan penyakitnya. Akibat penumpukan
sel neoplastic, pasien yang asimptomatik pada saat diagnosis pada akhirnya akan mengalami
limfadenopati, splenomegaly, dan hepatomegaly.
Pada LMK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada
fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan
lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi
ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai
infeksi.

Pemeriksaan Penunjang
1. Hematologi Rutin. Pada fase kronis, kadar Hb umumnya normal atau menurun, lekosit
antara 20-60.000/mmk. Eosinofil dan basofil jmlahnya meningkat dalam darah. Jumlah
trombosit biasanya meningkat 500-600.000/mmk, tetapi dalam beberapa kasus dapat normal
atau menurun.
2. Hapus Darah Tepi. Biasanya ditemukan eritrosit normositik normokrom, sering ditemukan
adanya polikromasi eritroblas asidofil atau polikromatofil. Seluruh tingkatan diferensiasi dan
maturasi seri granulosit terlihat, presentasi sel mielosit dan metamielosit meningkat,
demikian juga presentasi eosinofil dan basofil.
3. Hapus Sumsum Tulang. Selularitas meningkat (hiperselular) akibat proliferasi dari sel-sel
leukemia, sehingga rasio mieloid : eritroid meningkat. Megakariosit juga meningkat.
Dengan pewarnaan retikulin, tampak bahwa stroma sumsum tulang mengalami fibrosis.
4. Kariotipik. Menggunakan metode FISH (Flourescen Insitu Hybridization), beberapa aberasi
kromosom yang sering ditemukan pada leukemia mieloid kronik antara lain : +8, +9, +19,
+21, i(17).
5. Laboratorium lain. Sering ditemukan hiperurikemia.

Tata Laksana
Modalitas pengobatan leukemia(6) :
• Radioterapi
Radioterapi umumnya dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyebaran sel leukemia ke
otak. Berhasil tidaknya pengobatan radioterapi tergantung dati factor sensitivitas sel kanker,
efek samping yang timbul, pengalaman radioterapi, serta pasien yang kooperatif.
• Kemoterapi
Kemoterapi pada penderita leukemia mempunyai peran penting karena dapat digunakan untuk
mencapai kesembuhan (complete remission) dan mencapai masa bebas penyakit (disease free
survival).

• Pembedahan
Merupakan salah satu modalitas dalam penanganan penderita kanker. Pada umumnya
pembedahan dilakukan pada penderita dengan tumor padat yang masih dini atau untuk
pengobatan paliatif dekompresif, tetapi pembedahan tidak dapat digunakan pada keganasan
hematologi.

Anda mungkin juga menyukai