Oleh Kelompok 7:
1. Marissa Catur 14080694093
2. Inkha Maylalang S 14080694095
3. Rika Septianingrum 14080694099
S1 AK 14 A
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Karakteristik Akad Istishna’
a. Pengertian dan Skema Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustahni’) dan penjual (pembuat/shani’). Shani’ akan menyiapkan
barang yang dipesan, sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati di mana ia
dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ paralel).
Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan harus memiliki kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan (customized), bukan produk
massal
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Dalam istishna’ paralel, penjual membuat akad istishna’ kedua dengan
subkontrak untuk membantunya memenuhi kewajiban akad isthisna’ pertama
(antara penjual dan pemesan). Pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap
terletak pada penjual dan tidak dapat dialihkan pada subkontrak karena akad
terjadi antara penjual dan pemesan, buka pemesan dengan subkontraktor.
Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor.
Pembeli memiliki hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a)
jumlah yang telah dibayarkan; dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan
spesifikasi dan tepat waktu
Dalam akad, spesifikasi aset yang dipesan harus jelas, bila produk yang
dipesan adalah rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus
jelas, misalnya menggunakan bata merah, kayu jati, lantai keramik merk Romawi
ukuran 40 x 40, toileteries merk TOTO dan lain sebagainya. Dengan spesifikasi
yang rinci, diharapkan persengketaan dapat dihindari.
Harga pun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah
pembayarannya 100% dibayarkan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan
sampai waktu tertentu. Begitu harga disepakati, maka selama masa akad harga
tidak dapat berubah walaupun biaya produksi meningkat, sehingga penjual harus
memperhitungkan hal ini. Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila
spesifikasi atas barang yang dipesan berubah.
Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan
pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Akad berakhir apabila kewajiban pihak telah terpenuhi atau kedua belah
pihak bersepakat untuk menghentikan akad.
Perbedaan Salam dengan Istishna’
SUBJEK SALAM ISTISHNA ATURAN DAN KETERANGAN
Pokok Muslam Mashnu’ Barang di tangguhkan dengan
Kontrak Fiihi spesifikasi.
Harga Di bayar Bisa saat Cara penyelesaian pembayaran
saat kontrak, bisa merupakan perbedaan utama antara
kontrak di angsur, bisa salam dan istishna’.
dikemudian
hari
SifatKontrak Mengikat Mengikat Salam mengikat semua pihak sejak
secara asli secara ikutan semula, sedangkan istishna’
(thabi’i) (taba’i) menjadi pengikat untuk melindungi
produsen sehingga tidak di
tinggalkan begitu saja oleh
konsumen secara tidak
bertanggung jawab.
Kontrak Salam Istishna’ Baik salam pararel maupun
Pararel Pararel Pararel istishna’ pararel sah asalkan kedua
kontrak secara hukum adalah
terpisah.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.
B. Jenis Akad Istishna’
Menurut jenisnya akad Istishna dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani).
Skema Istishna’
(1)
(2) Pembeli
Penjual
(3)
Keterangan:
1) Melakukan akad Istishna
2) Barang diserahkan kepada pembeli
3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
b. Istishna Paralel adalah suatu bentuk akad Istishna antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan
akad istishna’ dengan pihak lain (subkontrak) yang dapat memenuhi aset yang
dipesan pemesan. Syaratnya akad Istishna pertama (antara penjual dan pemesan)
tidak bergantung pada istishna kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu
akad antara pemesan dengan penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual
tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.
Skema Istishna’ Pararel
(1)
(2) (3)
Produsen/Pemasok
Keterangan:
1) Melakukan akad Istishna’
2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
3) Barang diserahkan dari produsen
4) Barang diserahkan kepada pembeli
5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
Dasar Syariah
Sumber Hukum Akad Istishna’
Amr bin Auf berkata:
“Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengaharamkan yang
halal dan menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi).
Abu Sa’id al-Khudri berkata: “Tidak Boleh membahayakan diri sendiri maupun
orang lain. “ (HR. Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
Masyarakat telah mempraktikan Istishna’ secara luas dan terus menerus tanpa ada
keberatan sama seakli. Hal demikian menjadikan Istishna sebagai kasus ijmak atau
consensus umum. Istishna atau aturan syariah. Segala sesuatu yang memiliki
kemaslahatan atau kemanfaatan bagi umum serta tidak dilarang syariah, boleh
dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah di praktikkan secara umum
atau tidak.
Rukun dan Ketentuan Akad
Ketentuan syariah mengenai rukun tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh
2. Objek akad:
a. Ketentuan tentang pembayaran
1.Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang,
atau manfaat, demikian juga dengan cara pembayarannya.
2. Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi
apabila setelah akan ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam
akad maka penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi tanggung jawab
pembeli.
3. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan.
4. Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b. Ketentuan tentang barang
1. Barang pesanan harus memenuhi kriteria: (a) memerlukan proses pembuatan
setelah akad disepakati, (b) sesuai dengan spesifikasi pemesan (costumized),
bukan produk massal; dan (c) harus diketahui karakteristiknya secara umum
yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya sehingga
tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dihindari.
2. Barang pesanan diserahkan kemudian.
3. Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
4. Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
5. Dalam hal terdapat kecacatan atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad.
6. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya
mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia
telah menjalankan kewajibannya sesuai kesepakatan.
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Mengeluarkan biaya
perolehan istishna’
Pada akhir periode Akad istishna’
tahun buku, pengakuan dalam penyelesaian 200
pendapatan (tergantung Beban istishna’ 1.000
presentase penyelesaian Pendapatan istishna’1.200
yang telah diakui)
Pada saat penagihan Piutang istishna’ 1.200 Aset 1.200
dan penyerahan aset Termin istishna’ Utang istishna’
istishna’ kepada 1.200 1.200
pembeli Piutang istishna’ 300 Beban istishna’
Pendapatan istishna’ tangguh
Termin istishna’ tangguh 300 300
sebagai contra account Termin istishna’ 1.200 Utang istishna’
dari aset istishna’ dalam Akad istishna’ 300
penyelesaian dalam penyelesaian
1.200
Pada saat kas diterima.
Diangsur selama 3 Kas 500
tahun, jadi setiap tahun Piutang istishna’ 500 Utang istishna’
membayar Rp. 500 Pendapatan istishna’ 500
tangguh 100 Kas
Pendapatan istishna’ 500
100 Beban istishna’
100
Beban istishna’
tangguh 100
Jika pembeli
melakukan kewajiban
pembayaran istishna’
lebih awal dan penjual
memberikan potongan
sebesar Rp. 75. Maka
potongan : Pendapatan istishna’ Utang istishna’
- Jika potongan tangguh 75
diberikan pada saat 75 Beban istishna’
pelunasan Piutang istishna’ 75 tangguh 75
Kas 425 Utang istishna’
Pendapatan istishna’ 425
tangguh 25 Beban istishna’
Piutang istishna’ 25
- Jika potongan 425 Beban istishna’
diberikan setelah Pendapatan istishna’ 25 tangguh 25
pelunasan Kas 500 Kas 425
Pendapatan istishna’ Utang istishna’
tangguh 500
100 Beban istishna’
Piutang istishna’ 500 100
Pendapatan istishna’ Kas 500
100 Beban istishna’
tangguh 100
Pendapatan istishna’
75 Kas 75
Kas 75 Beban istishna’
75
Mengeluarkan biaya
perolehan istishna’
Ternyata biaya Aset istishna’ dalam
perolehan yang penyelesaian
diperkirakan Rp. 1000, 250
realisasinya Rp. 1250 Kas/utang/persediaan 250
Saat akhir periode, Beban istishna’ 1.250
pengakuan kerugian Aset istishna’ dalam
dari istishna’ penyelesaian (kerugian) 50
Pendapatan istishna’ 1.200
Pada saat penagihan Piutang istishna’ 1.200 Aset 1.200
dan penyerahan aset Termin istishna’ 1.200 Utang
istishna’ kepada istishna’1.200
pembeli
Termin istishna’ 1.200
Termin istishna’ Aset istishna’ dalam
sebagai contra account penyelesaian 1.200
dari aset istishna’
dalam penyelesaian
Dasar Syariah
Sumber Hukum Akad Ijarah
1. Al-Qur’an
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-mu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan rahmat
Tuhan-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”(QS 43:32)
2. As-Sunah
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “berbekamlah
kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR
Bukhari dan Muslim)
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.” (HR ‘Abd ar-
Razzaq dari Abu Huraurah dan Sa’id Al Khudri)
“Rasulullah melarang dua akad sekaligus dalam satu objek.” (HR Ahmad dari
Ibnu Mas’ud)
DALAM IAS 17
1. Pengertian Ijarah : perjanjian
dimana lessor menyampaikan
kepada lessee sebagai imbalan atas
hak sewa untuk menggunakan aset
dalam jangka waktu yang
disepakati.
2. Klasifikasi Ijarah :
Standar IAS 17
mengklasifikasikan Ijarah sebagai:
a. Sewa pembiayaan
b. Sewa operasi
3. Hak kepemilikan dan hak pakai
Pada IAS 17 tidak terdapat
perbedaan antara hak kepemilikan
dan hak pakai oleh IAS 17 dan
MASB 10. Dengan kata lain, tidak
akan pernah ada transfer
kepemilikan risiko dalam
kontrak Ijarah karena hanya
berhubungan dengan hasil transfer
hak pakai.
4. Pengakuan pendapatan dan efek
nilai sisa sejak kontrak Ijarah :
Dalam IAS 17 lessor melakukan
pencatatan atas ketidakpastian
kolektibilitas pendapatan sewa dan
tingkat suku bunga di masa depan.
Dalam IAS 17 terdapat pengakuan
pendapatan dan pembayaran sewa
minimum masa depan yang akan
diterima untuk pembayaran di
masa depan harus diungkapkan.
DALAM MASB 10
1. Pengertian Ijarah : perjanjian
dimana lessor menyampaikan
kepada lessee mengenai
pengembalian atas suatu
pembayaran atau serangkaian hak
yang diperoleh atas pembayaran,
dimana hak tersebut yaitu untuk
dapat menggunakan aset dalam
periode waktu yang disepakati.
2. Klasifikasi Ijarah :
Standar MASB 10
mengklasifikasikan Ijarah sebagai:
c. Sewa pembiayaan
d. Sewa operasi
3. Hak kepemilikan dan hak pakai
Pada MASB 10 tidak terdapat
perbedaan antara hak kepemilikan
dan hak pakai oleh IAS 17 dan
MASB 10. Dengan kata lain, tidak
akan pernah ada transfer
kepemilikan risiko dalam
kontrak Ijarah karena hanya
berhubungan dengan hasil transfer
hak pakai. IAS 17 dan MASB 10
dalam hal ini memiliki kesamaan.
4. Pengakuan pendapatan dan efek
nilai sisa sejak kontrak Ijarah :
Dalam MASB 10 lessor melakukan
pencatatan atas ketidakpastian
kolektibilitas pendapatan sewa dan
tingkat suku bunga di masa depan.
Dalam MASB 10 terdapat
pengakuan pendapatan dan
pembayaran sewa minimum masa
depan yang akan diterima untuk
pembayaran di masa depan harus
diungkapkan.