Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PERTEMUAN 5 AKUNTANSI SYARIAH

AKAD ISTISHNA’, AKAD IJARAH, dan REVIEW JURNAL

Oleh Kelompok 7:
1. Marissa Catur 14080694093
2. Inkha Maylalang S 14080694095
3. Rika Septianingrum 14080694099

S1 AK 14 A
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Karakteristik Akad Istishna’
a. Pengertian dan Skema Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustahni’) dan penjual (pembuat/shani’). Shani’ akan menyiapkan
barang yang dipesan, sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati di mana ia
dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ paralel).
Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan harus memiliki kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan (customized), bukan produk
massal
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Dalam istishna’ paralel, penjual membuat akad istishna’ kedua dengan
subkontrak untuk membantunya memenuhi kewajiban akad isthisna’ pertama
(antara penjual dan pemesan). Pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap
terletak pada penjual dan tidak dapat dialihkan pada subkontrak karena akad
terjadi antara penjual dan pemesan, buka pemesan dengan subkontraktor.
Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor.
Pembeli memiliki hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a)
jumlah yang telah dibayarkan; dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan
spesifikasi dan tepat waktu
Dalam akad, spesifikasi aset yang dipesan harus jelas, bila produk yang
dipesan adalah rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus
jelas, misalnya menggunakan bata merah, kayu jati, lantai keramik merk Romawi
ukuran 40 x 40, toileteries merk TOTO dan lain sebagainya. Dengan spesifikasi
yang rinci, diharapkan persengketaan dapat dihindari.
Harga pun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah
pembayarannya 100% dibayarkan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan
sampai waktu tertentu. Begitu harga disepakati, maka selama masa akad harga
tidak dapat berubah walaupun biaya produksi meningkat, sehingga penjual harus
memperhitungkan hal ini. Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila
spesifikasi atas barang yang dipesan berubah.
Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan
pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Akad berakhir apabila kewajiban pihak telah terpenuhi atau kedua belah
pihak bersepakat untuk menghentikan akad.
Perbedaan Salam dengan Istishna’
SUBJEK SALAM ISTISHNA ATURAN DAN KETERANGAN
Pokok Muslam Mashnu’ Barang di tangguhkan dengan
Kontrak Fiihi spesifikasi.
Harga Di bayar Bisa saat Cara penyelesaian pembayaran
saat kontrak, bisa merupakan perbedaan utama antara
kontrak di angsur, bisa salam dan istishna’.
dikemudian
hari
SifatKontrak Mengikat Mengikat Salam mengikat semua pihak sejak
secara asli secara ikutan semula, sedangkan istishna’
(thabi’i) (taba’i) menjadi pengikat untuk melindungi
produsen sehingga tidak di
tinggalkan begitu saja oleh
konsumen secara tidak
bertanggung jawab.
Kontrak Salam Istishna’ Baik salam pararel maupun
Pararel Pararel Pararel istishna’ pararel sah asalkan kedua
kontrak secara hukum adalah
terpisah.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.
B. Jenis Akad Istishna’
Menurut jenisnya akad Istishna dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani).
Skema Istishna’

(1)

(2) Pembeli
Penjual
(3)

Keterangan:
1) Melakukan akad Istishna
2) Barang diserahkan kepada pembeli
3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
b. Istishna Paralel adalah suatu bentuk akad Istishna antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan
akad istishna’ dengan pihak lain (subkontrak) yang dapat memenuhi aset yang
dipesan pemesan. Syaratnya akad Istishna pertama (antara penjual dan pemesan)
tidak bergantung pada istishna kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu
akad antara pemesan dengan penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual
tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.
Skema Istishna’ Pararel

(1)

Penjual (4) Pembeli


(5)

(2) (3)
Produsen/Pemasok
Keterangan:
1) Melakukan akad Istishna’
2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
3) Barang diserahkan dari produsen
4) Barang diserahkan kepada pembeli
5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

Dasar Syariah
Sumber Hukum Akad Istishna’
Amr bin Auf berkata:
“Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengaharamkan yang
halal dan menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi).
Abu Sa’id al-Khudri berkata: “Tidak Boleh membahayakan diri sendiri maupun
orang lain. “ (HR. Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
Masyarakat telah mempraktikan Istishna’ secara luas dan terus menerus tanpa ada
keberatan sama seakli. Hal demikian menjadikan Istishna sebagai kasus ijmak atau
consensus umum. Istishna atau aturan syariah. Segala sesuatu yang memiliki
kemaslahatan atau kemanfaatan bagi umum serta tidak dilarang syariah, boleh
dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah di praktikkan secara umum
atau tidak.
Rukun dan Ketentuan Akad
Ketentuan syariah mengenai rukun tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh
2. Objek akad:
a. Ketentuan tentang pembayaran
1.Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang,
atau manfaat, demikian juga dengan cara pembayarannya.
2. Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi
apabila setelah akan ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam
akad maka penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi tanggung jawab
pembeli.
3. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan.
4. Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b. Ketentuan tentang barang
1. Barang pesanan harus memenuhi kriteria: (a) memerlukan proses pembuatan
setelah akad disepakati, (b) sesuai dengan spesifikasi pemesan (costumized),
bukan produk massal; dan (c) harus diketahui karakteristiknya secara umum
yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya sehingga
tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dihindari.
2. Barang pesanan diserahkan kemudian.
3. Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
4. Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
5. Dalam hal terdapat kecacatan atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad.
6. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya
mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia
telah menjalankan kewajibannya sesuai kesepakatan.
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.

Berakhirnya Akad Istishna’


Berakhirnya akad istihsna’ dapat berdasarkan kondisi-kondisi berikut:
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak;
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak;
3. Pembatalan hukum kontrak. Hal ini jika muncul sebab yang masuk akal
untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan
masing-masing pihak bisa menuntut pembatalannya.
Perlakuan Akuntansi
Akuntansi untuk Penjual
Pengakuan untuk setiap aset tergantung dari akadnya. Jika proposal,
negosiasi dan biaya serta pendapatan aset dapat diidentifikasi terpisah, maka
akan dianggap akad terpisah. Jika tidak, maka akan dianggap satu akad. Jika ada
pesanan tambahan dan nilainya signifikan atau dinegosiasikan terpisah, maka
dianggap akad terpisah
Biaya perolehan aset istishna' terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya yang secara langsung
berhubungan dengan produksi barang pesanan, contohnya biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja. Adapun biaya tidak langsung (indirect cost) merupakan
biaya yang tidak dapat diidentifikasikan kepada produk secara langsung,
contohnya biaya overhead pabrik (biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja
tidak langsung, biaya akad, dan biaya praakad). Berdasarkan PSAK 104,
dijelaskan bahwa biaya perolehan isthisna' paralel meliputi:
a. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor
kepada bank syariah.
b. Biaya tidak langsung, biaya overhead pabrik termasuk biaya praakad dan
biaya akad.
c. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi
kewajibannya, jika ada.
Biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang
diterima dari produsen/kontraktor akan diakui sebagai aset istishna’ dalam
penyelesaian, sehingga jurnal yang dilakukan bila entitas melakukan
pengeluaran untuk akad istishna’ adalah:
Dr. Aset Istishna’ dalam penyelesaian xxx
Kr. Persediaan, Kas, Utang, dan Lain-lain xxx
Untuk akun yang kredit akan tergantung apa yang digunakan oleh
perusahaan untuk memenuhi kewajiban akad tersebut.
Beban pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan
sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati. Jika tidak disepakati maka biaya
tersbut dibebankan pada periode berjalan.
Saat dikeluarkan baiya pra akad, dicatat:
Dr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
Kr. Kas xxx
Jika akad disepakati, maka dicatat:
Dr. Beban Istishna’ xxx
Kr. Biaya Pra Akad Di tangguhkan xxx
Jika akad tidak disepakati, maka dicatat:
Dr. Beban xxx
Kr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
2. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan
penjual memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai
pengurang pendapat istishna’.
3. Pengakuan pendekatan dapat dapat diakui dengan 2 metode:
a.metode persentase penyelesaian, adalah system pengakuan pendapatan
yang dilakukan seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad
istishna’
b.metode akad selesai adalah sestem pengakuan pendapatan yang
dilakukan ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.
4. Untuk metode persentse penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan
sejumlah bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang
telah diselesaikan tersebut sebagai pendapatan istishna’ pada periode
yang bersangkutan.
a. pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan
biaysanya estimasi menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya
yang dilakukan dibandingkan dengan total biaya, kemudian persentase
tersebut dilakukan dengan nilai akad.
b. Margin keuntungan juga di akui berdasarkan cara yang sama dengan
pendapatan.
Persentase penyelesaian = biaya yang di perlukan
Total biaya untuk penyelesaian
Pengakuan pendapatan = presentase penyelesaian x nilai akad
Pengakuan margin = presentase penyelesaian x nilai margin
Di mana nilai margin tersebut adalah: nilai akad – total biaya
Untuk pengakuan pendapatan di tahun-tahun berikutnya jika proses
pembangunannya lebih dari satu tahun:

𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 =

𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑘𝑢𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖 −

𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑘𝑢𝑖

5. untuk metode presentase penyelesaian, bagian margin keuntungan


istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada
asset istishna’ dalam penyelesaian.
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan margin keuntungan:
Dr. Asset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar margin
keuntungan) xxx
Dr. beban istishna’(sebesar biaya yang telah
dilahirkan) xxx
Kr. Pendapatan istishna’ (sebesar pendapatan yang
harus di akui di periode berjalan) xxx
6.Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok
istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai
periode tersebut.
7. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga
pokok dan keuntungan sampai pekerjaan telah dilakukan. Sehingga
pendapatan diakui pada periode di mana pekerjaan telah selesai
dilakukan .
8. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya prolehan istishna’
akan melebihi pendapatan istishna’ maka taksiran kerugian harus
segera diakui.
9. Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akad
selesai, maka jurnal:
Dr. piutang istishna’ (sebesar nilai tunai) xxx
Kr. Terima istishna xxx
10. Pada saat penerimaan tagihan, jurnal:
Dr. kas (sebesar uang yang diterima) xxx
Kr. Piutang usaha xxx
11.Penyajian penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai
berikut:
a.piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
sejumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
b. termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
12.Pengungkapan, penjual mengungkapan transaksi istishna’ dalam
laporan keuangan, tetepi tidak terbatas, pada:
a. metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan
kontrak istishna’.
b. metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian
kontrak yang sedang berjalan.
c. rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan
kualitas piutang.
d. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang
penyajian laporan keuangan syariah.
Jika akad istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka
pengakuan pendapatan dibagi menjadi 2 bagian:
1. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila
istishna’ dilakukan tunai, akan diakui sesuai persentase penyelesaian.
2. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui
selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah
pembayaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka perbedaan jurnal istishna’ tangguhan
dengan istishna’ yang dibayar tunai terletak pada 2 jurnal yang terdiri
atas jurnal untuk pengakuan dan jurnal untuk pengakuan margin
keuntungan.
1. Jurnal pengakuan margin keuntungan pembuatan barang adalah:
Dr. asset istishna dalam penyelesaian (sebesar margin
keuntungan) xxx
Dr. beban isthisna’ (sebesar biaya yang dikeluarkan) xxx
Kr. Pendapatan istishna (sebesar pendapatan yang
harus Diakui di periode berjalan) xxx
2. Jurnal pengakuan pendapatan selisih antara nilai akad dan nilai
tunai pada saat penandatangan akad.
Dr. piutang istishna’ (sebesar selisih nilai tunai dan nilai
akad) xxx
Kr. Pendapatan istishna tangguh xxx
3. Pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan selisih nilai tunai
dan nilai akad:
Dr. pendapatan istishna’ tangguh (secara proporsional periode) xxx
Kr. Pendapatan akad istishna’ xxx
Dr. Piutang istishna’ (sebesar kas yang diterima) xxx
Kr Kas xxx
Untuk membedakan apakah suatu akad istishna’ yang pembangunan
aset istishna’nya dilakukan lebih dari satu tahun itu dikelompokkan
sebagai akad tunai dan/ akad tangguh, maka yang harus menjadi dasar
adalah sesuai waktu serah terimanya.
Akuntansi untuk pembeli
1. Pembeli mengakui asset istishna’ dalam penyerahan sebesar jumlah
termin yang sitagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang
istishna’ kepada penjual. Jurnal:
Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian xx
Kr. Utang kepada penjual xxx
2. Asset istishna’ yang di peroleh melalui transaksi istishna’ dengan
pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar: biaya
perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam
akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai
beban istishna’ tangguh.
Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar nilai tunai)
xxx
Dr.beban istishna’ tangguh (selisih nilai tunai dengan harga beli)
xxx
Kr. Utang kepada penjual xxx
3. Beban istishna’ tangguh diamortisasi secara proporsional sesuai
dengan porsi penulasan utang istishna’ jurnal:
Dr. beban istishna’ xxx
Kr. Beban istishna’ tangguh xxx
Pembayaran utang, jurnal:
Dr. utang kepada penjual xxx
Kr. Kas xxx
4. Jika pesanan diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual,
dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut
dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah
diserahkan penjual.
Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, maka selisihnya diakui
sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika di perlukan
dibentuk penyisihan kerugian piutang . jurnal:
Dr.piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Kr. Kerugian asset istishna’ xxx
5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai
dengan spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah
uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang
belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian
piutang.
Dr.piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Kr.aset istishna’ dalam penyelesaian xxx
6. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang
lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang
terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian (nilai wajar) xxx
Kr. Kerugian xxx
7. Penyajian menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai
berikut:
a. utang istishna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang
belum dilunasi.
b. asset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
(i) peresentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada
pembeli akhir, jika istishna’ parallel; atau
(ii) kapitalis biaya perolehan, jika istishna’.
8. Pengungkapan, pembeli mengungkapan transaksi istishna’ dalam
keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
a. rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu;
b. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
penyajian laporan keuangan syariah.

Ilustrasi Akuntansi Akad Istishna’


Kasus Metode Persentase Penyelesaian dan Pembayaran secara Tunai
Transaksi Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
Sebelum melakukan Beban praakad
akad dikeluarkan ditangguhkan 250
biaya sebesar Rp. 250 Kas 250
untuk melakukan
survei
Jika ternyata Beban istishna’ 250
dikemudian hari Beban praakad
dilakukan akad ditangguhkan 250

Jika tidak terjadi akad Beban praakad 250


Beban praakad
ditangguhkan 250
Dilakukan akad
dengan informasi
sebagai berikut :
- Biaya perolehan
(produksi) Rp.
1.000
- Margin keuntungan
Rp. 200
- Nilai tunai saat
penyerahan Rp.
1.200
Aset istishna’ dalam
Mengeluarkan biaya penyelesaian 1.000
perolehan istishna’ kas/utang/
persediaan 1.000
Pada akhir periode Aset istishna’ dalam
tahun buku, penyelesaian 200
pengakuan Beban istishna’ 1.000
pendapatan Pendapatan istishna’
(tergantung 1.200
presentase
penyelesaian yang
telah diakui)

Kalau pada metode


akad selesai dilakukan
pada akhir masa akad
Pada saat penagihan Piutang istishna’ 1.200 Aset 1.200
dan penyerahan aset Termin istishna’ 1.200 Utang istishna’
istishna’ kepada 1.200
pembeli
Termin istishna’ 1.200
Termin istishna’ Aset istishna’ dalam
sebagai contra penyelesiam 1.200
account dari aset
istishna’ dalam
penyelesaian
Pada saat kas diterima Kas 1.200 Utang istishna’ 1.200
Piutang istishna’ 1.200 Kas 1.200

Kasus Metode Persentase Penyelesaian dan Pembayaran secara


Tangguh
Transaksi
Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
Dilakukan akad dengan Akad istishna’
informasi sebagai dalam penyelesaian 1.000
berikut : Kas/utang/
- Biaya perolehan persediaan 1.000
(produksi) Rp. 1.000
- Margin keuntungan
Rp. 200
- Nilai tunai saat
penyerahan Rp. 1.200
- Nilai akad karena
tangguh Rp. 1.500
- Selisih nilai akad dan
tunai Rp. 300

Mengeluarkan biaya
perolehan istishna’
Pada akhir periode Akad istishna’
tahun buku, pengakuan dalam penyelesaian 200
pendapatan (tergantung Beban istishna’ 1.000
presentase penyelesaian Pendapatan istishna’1.200
yang telah diakui)
Pada saat penagihan Piutang istishna’ 1.200 Aset 1.200
dan penyerahan aset Termin istishna’ Utang istishna’
istishna’ kepada 1.200 1.200
pembeli Piutang istishna’ 300 Beban istishna’
Pendapatan istishna’ tangguh
Termin istishna’ tangguh 300 300
sebagai contra account Termin istishna’ 1.200 Utang istishna’
dari aset istishna’ dalam Akad istishna’ 300
penyelesaian dalam penyelesaian
1.200
Pada saat kas diterima.
Diangsur selama 3 Kas 500
tahun, jadi setiap tahun Piutang istishna’ 500 Utang istishna’
membayar Rp. 500 Pendapatan istishna’ 500
tangguh 100 Kas
Pendapatan istishna’ 500
100 Beban istishna’
100
Beban istishna’
tangguh 100
Jika pembeli
melakukan kewajiban
pembayaran istishna’
lebih awal dan penjual
memberikan potongan
sebesar Rp. 75. Maka
potongan : Pendapatan istishna’ Utang istishna’
- Jika potongan tangguh 75
diberikan pada saat 75 Beban istishna’
pelunasan Piutang istishna’ 75 tangguh 75
Kas 425 Utang istishna’
Pendapatan istishna’ 425
tangguh 25 Beban istishna’
Piutang istishna’ 25
- Jika potongan 425 Beban istishna’
diberikan setelah Pendapatan istishna’ 25 tangguh 25
pelunasan Kas 500 Kas 425
Pendapatan istishna’ Utang istishna’
tangguh 500
100 Beban istishna’
Piutang istishna’ 500 100
Pendapatan istishna’ Kas 500
100 Beban istishna’
tangguh 100
Pendapatan istishna’
75 Kas 75
Kas 75 Beban istishna’
75

Jika Terjadi Kerugian atas Akad Istishna’ dan Dibayar Tunai


Transaksi
Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
Dilakukan akad Aset istishna’ dalam
dengan informasi penyelesaian 1.000
sebagai berikut : Kas/utang/persediaan 1.000
- Biaya perolehan
(produksi) Rp. 1.000
- Margin keuntungan
Rp. 200
- Nilai tunai saat
penyerahan Rp.
1.200

Mengeluarkan biaya
perolehan istishna’
Ternyata biaya Aset istishna’ dalam
perolehan yang penyelesaian
diperkirakan Rp. 1000, 250
realisasinya Rp. 1250 Kas/utang/persediaan 250
Saat akhir periode, Beban istishna’ 1.250
pengakuan kerugian Aset istishna’ dalam
dari istishna’ penyelesaian (kerugian) 50
Pendapatan istishna’ 1.200
Pada saat penagihan Piutang istishna’ 1.200 Aset 1.200
dan penyerahan aset Termin istishna’ 1.200 Utang
istishna’ kepada istishna’1.200
pembeli
Termin istishna’ 1.200
Termin istishna’ Aset istishna’ dalam
sebagai contra account penyelesaian 1.200
dari aset istishna’
dalam penyelesaian

Pada saat kas diterima Kas 1.200 Utang istishna’ 1.200


Piutang istishna’ 1.200 Kas
1.200
BAB 12
AKAD IJARAH
Pengertian Akad Ijarah
Sayyid Sabid dalam Fikih Sunah, al Ijarah dari kata al ajru yang berarti al ‘Iwadhu
(ganti/kompensasi) didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah),
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Sehingga Ijarah
dimaksudkan untuk mengambil manfaat suatu barang atau jasa dengan jalan
penggantian. Barang yang habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah karena
mengambil manfaatnya berarti memilikinya. Bentuk lain objek ijarah adalah manfaat
dari suatu jasa yang berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang. Akad ijarah
mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset yang dapat digunakan atau dapat
diambil manfaat darinya selama periode akad dan memberikan hak kepada pemberi
sewa untuk menerima upah sewa (ujrah). Apabila terjadi kerusakan setelah akad
sebelum digunakan dan sedikitpun waktu belum berlalu maka akad dapat dikatakan
batal atau pemberi sewa harus mengganti dengan aset jenis lainnya. Apabila kerusakan
mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang disewakan dan bukan
disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban menanggung biaya
pemeliharaannya selama periode akad atau mengganti dengan aset yang sejenis.
Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas aset sehingga
penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakan aset sesuai kesepakatan
(jika ada), tidak bertentangan dengan syariah dan merawat atau menjaga keutuhan aset
tersebut. Apabila kerusakan aset disebabkan kelalaian penyewa maka ia berkewajiban
menggantinya atau memperbaikinya. Selama perbaikan masa sewa tidak akan
bertambah. Pemberi sewa dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas
ijarah untuk menghindari risiko kerugian. Dalam kontrak tidak diperbolehkan untuk
mempersyaratkan biaya pemeliharaan ditanggung penyewa karena dapat menimbulkan
ketidakpastian (gharar). Hanya biaya pemeliharaan rutin dan tidak material yang
dapat ditanggung penyewa. Penyewa atua pengguna jasa atau pemberi kerja
berkewajiban membayar sejumlah tertentu berupa sewa atau upah sesuai akad.
Apabila kontrak diperpanjang maka atas kontrak yang baru boleh saja harga berubah
bisa sama, lebih tinggi atau lebih rendah.Pengalihan kontrak aset pada pihak lain
diperbolehkan asal pemberi sewa mengijinkannya. Namun bila disewakan kembali
pada pemberi sewa syaratnya adalah kedua akad harus tunai. Pembayaran sesuai
kesepakatan yaitu dapat uang muka, ditangguhkan ataupun diangsur. Apabila dalam
pembayaran tanggunh penyewa lalai maka dapat dikenakan denda sebagai dana
kebajikan. Apabila dibayarkan uang muka dan penyewa membatalkan akad maka uang
muka menjadi hak pemberi sewa sebesar opportunity cost yang ditimbulkannya. Akad
ijarah hendaknya memuat aturan tentang jangka waktu akad, besarnya sewa atau
upah, cara pembayaran sewa atau upah, peruntukan aset yang disewakan dan hal lain
yang dianggap penting. Perjanjian mulai berlaku efektif saat penyewa menggunakan
aset dan bukan saat penandatanganan kontrak dan sebaliknya pemberi sewa berhak
menerima pembayaran sewa atau upah.

Jenis Akad Ijarah


Berdasar objek yang disewakan yaitu terdiri dari manfaat atas aset yang tidak bergerak
dan manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
Berdasarkan pada PSAK 107 terdiri dari ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah
tanpa perpindahan risisko dan manfaat yang terkait kepemilkan aset terkait dengan
atau tanpa wa’ad untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada
penyewa (musta’jir) pada saat tertentu, Ijarah Muttahiya Bin Tamlik yang merupakan
ijarah dengan wa’ad perpidahan kepemilikan aset yang diijarahkan pada saat tertentu,
jual dan ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan kemudian
menyewa kembali objek ijarah yang telah dijual tersebut, dan yang terakhir adalah
ijarah lanjut menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya
disewa dari pemilik.

Dasar Syariah
Sumber Hukum Akad Ijarah
1. Al-Qur’an
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-mu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan rahmat
Tuhan-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”(QS 43:32)
2. As-Sunah
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “berbekamlah
kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR
Bukhari dan Muslim)
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.” (HR ‘Abd ar-
Razzaq dari Abu Huraurah dan Sa’id Al Khudri)
“Rasulullah melarang dua akad sekaligus dalam satu objek.” (HR Ahmad dari
Ibnu Mas’ud)

Rukun dan Ketentuan Syariah Ijarah


Rukun ijarah terdiri dari pelaku yang terdiri dari pemberi sewa/pemberi
jasa/lessor/mu’jir dan penyewa/pengguna jasa/ lessee/musta’jir, objek akad ijarah, dan
ijab kabul atau serah terima.
Ketentuan syariah:
1. Pelaku harus cakap hukum dan baligh
2. Objek akad ijarah
a. Manfaat aset/ jasa adalah
1) Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak
2) Harus bersifat dibolehkan oleh syariah (tidak diharamkan)
3) Dapat dialihkan secara syariah
4) Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan
ketidaktahuan yang dapat menimbulkan sengketa
b. Sewa dan upah
1) Harus jelas besarannya dan diketahui oleh para pihak yang berakad
2) Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa dari jenis yang serupa dengan objek
akad
3) Bersifat fleksibel yang dapat berbeda untuk ukuran waaktu, tempat dan
jarak serta lainnya yang berbeda.
c. Ketentuan syariah untuk ijarah muntahiya bit tamlik
1) Pihak yang melakukan ijarah muntahiya bit tamlik harus melakukan akad
ijarah terlebih dahulu
2) Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah
wa’ad, yang hukumnya tidak mengikat.
3. Ijab kabul
Berakhirnya Akad Ijarah
1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih berlaku
walaupun dalam perjanijian sudah selesai dengan beberapa alasan
2. Periode akad belum selesai tapi pemberi sewa dan penyewa sepakat
menghentikan akad ijarah
3. Terjadi kerusakan aset
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa
5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan
akad karena memberatkannya

Perbedaan Ijarah dengan Sewa


No. Keterangan Ijarah Sewa
1. Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja
Metode Tergantung atau tidak Tidak tergantung pada
2. Pembayaran tegantung pada kondisi kondisi barang yang
barang/jasa yang disewa disewa
Perpindahan a. Sewa Guna Operasi :
a. Ijarah : tidak ada
Kepemilikan tidak ada transfer
perpindahan
kepemilikan
kepemilikan
b. Sewa Guna dengan
3. b. IMBT : janji untuk
Opsi : memiliki opsi
menjual/
membeli atau tidak
menghibahkan diawal
membeli diakhir masa
akad
sewa
Jenis Leasing a. Lease Purchase : tidak a. Lease Purchase :
lainnya dibolehkan karena dibolehkan
akadnya gharar, yakni b. Sale and Lease Back :
4.
antara sewa dan beli dibolehkan
b. Sale and Lease Back :
dibolehkan

Perlakuan Akuntansi PSAK 107


Akuntasi untuk Pemberi Sewa (Mu’jir)
1. Biaya perolehan yang diakui saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan
dengna memenuhi syarat kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh
manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut dan biaya perolehannya dapat
diukur secara andal
Dr. Aset Ijarah xxx
Cr. Kas/Utang xxx
2. Penyusutan diperlakukan sama untuk aset sejenis selama umur manfaatnya, jika
aset ijarah untuk akad jenis IMBT maka masa manfaat yang digunakan untuk
perhitungan adalah periode akad IMBT
Dr. Biaya Penyusutan xxx
Cr. Akumulasi Penyusutan xxx
3. Pendapatan sewa diakui saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada penyewa
akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah diserahkan dan perusahaan belum
menerima uang maka akan diakui sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur
sebesar nilai yang dapat direalisasikan
Dr. Kas/Piutang Sewa xxx
Cr. Pendapatan Sewa xxx
4. Biaya perbaikan objek ijarah merupakan tanggungan pemilik tetapi
pengeluarannya dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan
oleh penyewa atas persetujuan pemilik
a. Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengna persetujuan
pemilik maka diakui sebagai beban pemilik pada saat terjadinya
Dr. Biaya Perbaikan xxx
Cr. Utang xxx
b. Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan penyewa diakui
saat terjadinya
Dr. Biaya Perbaikan xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
c. Ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya
perbaikan objek ijarah yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung
pemilik maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-
masing atas objek ijarah
Dr. Biaya Perbaikan xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
5. Perpindahan kepemilikan objek ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan
dengan cara:
a. Hibah maka jumlah tercatat ijarah diakui sebagai beban
Dr. Beban Ijarah xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr aset Ijarah xxx
b. Penjualan sebelum berakhrnya masa sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah
yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek
ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian
Dr. Kas/Piutang xxx
Dr Akumulasi Penyusutan Piutang xxx
Dr. Kerugian(nilai buku>harga jual) xxx
Cr. Keuntungan(nilai buku<harga jual) xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
c. Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan
jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian(nilai buku>harga jual) xxx
Dr Akumulasi Penyusutan Piutang xxx
Cr. Keuntungan(nilai buku<harga jual) xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
d. Penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:
1) Selisih harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah
dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian(nilai buku>harga jual) xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Keuntungan(nilai buku<harga jual) xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
2) Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak
lancar atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut
Dr. Aset Lancar/tidak lancar xxx
Dr. Akumulasi penyusutan xxx
Cr. Akad Ijarah xxx
6. Penyajian pendapatan ijarah secara neto setelah dikurangi beban-beban terkait
7. Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait
transaksi ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a. Penjelasn umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas
pada
b. Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah
1) Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan (jika ada wa’ad pengalihan kepemilikan)
2) Pembatasan-pembatasan, misal ijarah lanjut
3) Agunan yang digunakan (jika ada)
c. Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada)

Akuntansi untuk Penyewa (Musta’jir)


1. Beban sewa, diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima
Dr. Beban Sewa xxx
Cr. Kas/Utang xxx
2. Biaya pemeliharaan objek ijarah, yang disepakati dalam akad menjadi tanggunan
penyewa diakui sebagai beban saat terjadinya. Sedangkan dalam ijarah
muntahiya bit tamlik melalui penjualan objek ijarah secara bertahap, biaya
pemeliharaan objek ijarah yang menjadi beban penyewa akan menigkat sejalan
dengan peningkatan kepemilikan obejk ijarah
Dr. Beban Pemeliharaan Ijarah xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
Pencatatan atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tapi
dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa
Dr. Piutang xxx
Cr. Kas/Piutang/Perlengkapan xxx
3. Perpindahan kepemilikan ijarah muntahiya bit tamlik dilakukan dengan cara:
a. Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar
objek ijarah yang diterima
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Keuntungan xxx
b. Pembelian sebelum masa akad berakhir, penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran yang disepakati
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Kas xxx
c. Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran yang disepakati
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Kas xxx
d. Pembelian objek ijarah secara bertahap, penyewa mengakui aset sebesar
biaya perolehan objek ijarah yang diterima
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
4. Jika entitas penyewa menyewakan lagi aset ijarah lebih lanjut pada pihak lain
atas aset yang sebelumnya disewa, maka ia harus menerapkan perlakuan
akuntansi untuk pemilik dan akuntansi penyewa dalam PSAK ini
5. Pengungkapan penyewa dalam laporan keuangan lterkait transaksi ijarah dan
ijarah muntahiya bit tamlik, namun tidak terbatas pada
a. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas
pada total pembayaran, keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan
kepemilikan dan mekanisme yang digunakan jika wa’ad pemilik untuk
pengalihan kepemilikan, pembatasan-pembatasan misal ijarah lanjut, dan
agunan yang digunakan (jika ada).
b. Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang
diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah)
Review Jurnal

Judul AN EXPLORATORY STUDY OF


IJARAH ACCOUNTING PRACTICES
IN MALAYSIAN FINANCIAL
INSTITUTIONS
Penulis Ros Aniza Mohd. Shariff & Abdul
Rahim Abdul Rahman
Penjelasan Objek Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk mengeksplorasi sifat akuntansi untuk
instrumen keuangan Ijarah seperti yang
dilakukan oleh lembaga keuangan Malaysia.
Pertama, studi ini membuat perbandingan
antara Standar Akuntansi Internasional
tentang penyewaan (IAS 17); standar
akuntansi untuk Ijarah (FAS 8) yang
dikembangkan oleh Akuntansi dan Audit
Organisasi Lembaga Keuangan Islam
(AAOIFI); dan Standard Malaysia Akuntansi
di sewa (MASB 10). Studi ini menemukan
bahwa ada perbedaan besar mengenai sifat
leasing dan Ijarah, dan sebagai prinsip
akuntansi hasil yang telah didorong
sepanjang tiga standar serta teknik
akuntansi dikembangkan untuk penyewaan
dan Ijarah berbeda secara signifikan.
Kedua, penelitian ini meneliti tingkat
penerimaan dari AAOIFI ini FAS 8 di antara
lembaga keuangan Malaysia
Masalah 1. Apa perbedaan antara Ijarah dan sewa
konvensional dari perspektif akuntansi?
2. Sejauh mana standar akuntansi
AAOIFI tentang Ijarah (FAS 8)
diadopsi dan diterima oleh lembaga
keuangan Malaysia?
Hasil 1. Pengertian Ijarah : kepemilikan hak
atas suatu keuntungan yang timbul dari
adanya penggunaan aset sebagai suatu
imbalan. pemenuhan Manfaatnya
bersifat wajib dan harus sesuai dengan
Syari'ah. Dengan demikian, standar
AAOIFI memberi lebih banyak rincian
sehubungan dengan keabsahan baik
dari sisi produk maupun sewa. Hal ini
untuk memastikan bahwa aturan Ijarah
atas hasil yang diperoleh dan
pengembaliannya diperbolehkan oleh
syariah.
2. Klasifikasi Ijarah :
Standar AAOIFI
mengklasifikasikan Ijarah sebagai:
a. Operating Ijarah
b. Ijarah Muntahia Bittamleek.
3. Hak kepemilikan dan hak pakai lessee
harus menggunakan aset sewaan
dengan cara yang sesuai dengan
praktek umum yang ada dan mematuhi
aturan dalam syariat. Selain itu juga
harus menghindari penyebabnya
kerusakan pada aset sewaan akibat
penyalahgunaan melalui kesalahan atau
kelalaian. Oleh karena itu,
dalam perjanjian Ijarah, hak
kepemilikan dan hak pakai
diperlakukan berbeda sesuai hukum
komersial Islam
4. Pengakuan pendapatan dan efek nilai
sisa sejak kontrak Ijarah :
Pada AAOIFI tidak terdapat pencatatan
atas ketidakpastian kolektibilitas
pendapatan sewa, karena tingkat suku
bunga atas sewa tetap
sepanjang periode Ijarah atau
ketentuan pembayaran ditentukan di
depan dan lessor tidak bisa menambah
sewa secara sepihak. Pada AAOIFI
tidak terdapat pengakuan pendapatan
dan tidak ada pengungkapan
pembayaran sewa minimum masa
depan yang akan diterima untuk
pembayaran di masa depan. Hal
tersebut berbeda dengan IAS 17 dan
MASB 10.

DALAM IAS 17
1. Pengertian Ijarah : perjanjian
dimana lessor menyampaikan
kepada lessee sebagai imbalan atas
hak sewa untuk menggunakan aset
dalam jangka waktu yang
disepakati.
2. Klasifikasi Ijarah :
Standar IAS 17
mengklasifikasikan Ijarah sebagai:
a. Sewa pembiayaan
b. Sewa operasi
3. Hak kepemilikan dan hak pakai
Pada IAS 17 tidak terdapat
perbedaan antara hak kepemilikan
dan hak pakai oleh IAS 17 dan
MASB 10. Dengan kata lain, tidak
akan pernah ada transfer
kepemilikan risiko dalam
kontrak Ijarah karena hanya
berhubungan dengan hasil transfer
hak pakai.
4. Pengakuan pendapatan dan efek
nilai sisa sejak kontrak Ijarah :
Dalam IAS 17 lessor melakukan
pencatatan atas ketidakpastian
kolektibilitas pendapatan sewa dan
tingkat suku bunga di masa depan.
Dalam IAS 17 terdapat pengakuan
pendapatan dan pembayaran sewa
minimum masa depan yang akan
diterima untuk pembayaran di
masa depan harus diungkapkan.
DALAM MASB 10
1. Pengertian Ijarah : perjanjian
dimana lessor menyampaikan
kepada lessee mengenai
pengembalian atas suatu
pembayaran atau serangkaian hak
yang diperoleh atas pembayaran,
dimana hak tersebut yaitu untuk
dapat menggunakan aset dalam
periode waktu yang disepakati.
2. Klasifikasi Ijarah :
Standar MASB 10
mengklasifikasikan Ijarah sebagai:
c. Sewa pembiayaan
d. Sewa operasi
3. Hak kepemilikan dan hak pakai
Pada MASB 10 tidak terdapat
perbedaan antara hak kepemilikan
dan hak pakai oleh IAS 17 dan
MASB 10. Dengan kata lain, tidak
akan pernah ada transfer
kepemilikan risiko dalam
kontrak Ijarah karena hanya
berhubungan dengan hasil transfer
hak pakai. IAS 17 dan MASB 10
dalam hal ini memiliki kesamaan.
4. Pengakuan pendapatan dan efek
nilai sisa sejak kontrak Ijarah :
Dalam MASB 10 lessor melakukan
pencatatan atas ketidakpastian
kolektibilitas pendapatan sewa dan
tingkat suku bunga di masa depan.
Dalam MASB 10 terdapat
pengakuan pendapatan dan
pembayaran sewa minimum masa
depan yang akan diterima untuk
pembayaran di masa depan harus
diungkapkan.

Anda mungkin juga menyukai