Anda di halaman 1dari 2

Introduction

Rhinosinusitis adalah peradangan yang terjadi di hidung dan di mukosa sinus paranasal.
Berdasarkan durasi gejalanya, rhinosinusitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu akut dan
kronis. Sinusitis akut adalah peradangan yang terjadi kurang dari 8 mingggu pada
aanak-anak dan kurang dari 12 minggu pada dewasa. Rhinosinusitis kronis adalah
peradangan pada hidung dan sinus paranasalis yang terjadi minimal 8-12 minggu
dengan minimal 2 gejala seperti hitung tersumbat, keluarnya cairan (lendir anterior atau
posterior), nyeri pada wajah, berkurang atau hilangnya sensai pembauan dan dengan
tanda yang terlihat pada endoskopi maupun perubahan CT Scan yang bermakna
Rhinusinusitis rekuren adalah episode sinusitis akut yang terjadi minimal 4 kali episode
dalah setahun dengan masing-masing episeode berlangsung sekitar 1 minggu
Berdasarkan etiologinya, rhinosinusitis bisa disebabkan oleh virus, bakteria, jamur,
parasit atau campuran. Biaya langsung untuk menangani sinusitis akut dan kronik
melebihi $11 miliar per tahun, dengan biaya tambahan dihitung dari hilangnya
produktivitas, berkurangnya efektivitas pekerjaan dan berkurangnya kualitas hidup
Sinus paranasal adalah rongga yang terisi udara yang terlektak di tulang tengkorak. Sinus
paranasal terhubung dengan hidung melalui lubang kecil yang disebut ostia. Terdapat 4
pasang sinus yaitu sinus paranasalis yaitu sinus frontalis, sinus maxilaris, sinus
ethomidalis dan sinus sphenoidalis.
Sinus ethmoidalis dan maxilaris adalah sinus yang sudah terbentuk ketika lahir dan
berkembang sempurna pada usia 3 tahun. Perkembangan sinus spenoidalis dimulai pada
usia 3 tahun. Sedangkan sinus forntalis dimulai pada usia 7 tahun dan sempurna pada saat
remaja
Membran mukosa yang berada di rongga hidung dan sinus secara berkelanjutan
mengumpulkan serbuk sari, debu, jamur dan berbagai macam partikel yang kemudian
akan dikeluarkan melalui produksi mukosa
Kompleks ostiometal bisa terbentuk dikarenakan oleh deviasi septum nasi, polipnasi,
angiofirbomas nasofaring, dan lain.lain. Obstruksi ostia menyebabkan tekanan negatif
pada sinus yang menyebabkan kerusakan lada cilia dan peningkatan produksi mukus.
Kemudian pembersihan oleh mucociliary akan terhambat. Siklus tersebut akan tidak
berhenti, yang berarti perlu dilakukan perubahan untuk hasil yang optimal
Virus adalah penyebab paling sering pada rhinosinusitis akut. Dalam beberapa hari, invasi
bakteri dan profliferasi akan terjadi. Atreptococcus pneumonia, Hemophilus influenzae,
Moraxella catarrhalis, beta-hemolitius Setreptococcus pyeobenes adalah patogen yang
seringkali dikultur. Adapun pada kronisitas, digantikan oleh polimikroba yaitu
Staphylococci, alpha hemoliicticus streptococcus, kuman anaerob seperti
peptostreptocucci, Bacteroides dan spesies Fusobacterium, pseudomonas dan bakteri
enterik gram negatif serta jamur. Masuknya jamur melalui udara dapat menyebabkan
Sinusitis Alergik karena Jamur (Allergic Fungal Sinusitis / AFS).
Apapun yang menyebabkan iritasi akan menyebabkan pelepasan sitokin yang berperan
sebagai pemanggil sel-sel imun. Sitokin seperti histamin akan memicu dilatasi vena dan
kapiler lokal sehingga tersedia akses untuk leukosit memasuki jaringan tersebut. Hal ini
mengakibatkan cairan keluar dari kompartemen vaskular sehingga terjadi bengkak,
kemerahan, dan hangat. Ketika jaringan bengkak dan menutupi drainase ostea, aliran
udara menjadi tidak adekuat, tekanan intrasinus meningkat dan aliran udara menuju
jaringan berkurang secara signifikan

Conclussion
Rhinosinusitis bisa didiagnosis secara mudah berdasarkan gejala klinis. Di dalam kasus
yang meragukan, metode diagnosis spesifik speerti kultur swab, CT Scan, MRI atau hal
lain dapat dilakukan. Tujuan dari ulasan ini adalah untuk meningkatkan akurasi diagnosis
dalam penatalaksanaan rhinosinusitis pada praktik klinis dan mengedukasi pasien tentang
sisi negatif dan tidak perlunya penggunaan antibiotik dan terapi lainnnya

Anda mungkin juga menyukai