Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur menjelaskan bahwa Infrastruktur adalah
fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi
dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik. Menurut Undang-undang No. 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang, wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait dengan batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Dengan mengacu pada kedua
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Infrastruktur Wilayah merupakan fasilitas teknis,
fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada
masyarakat dengan skala pelayanan wilayah.
Pesawat udara yang lepas landas dan mendara di bandara memiliki kecepatan tinggi,
dimana pesawat udara dapat mencapai tujuan dengan waktu yang singkat serta mengangkut
penumpang dengan jumlah yang relatif banyak. Moda transportasi ini menimbulkan dampak
terhadap lingkungan yaitu kebisingan. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. 48 tahun
2002 Tentang Penyelenggaran Bandara Umum, Kawasan Kebisingan adalah kawasan
tertentu di sekitar bandar udara yang terpengaruhi gelombang suara mesin pesawat udara
dan yang dapat mengganggu lingkungan;Intensitas kebisingan yang disebabkan oleh
pesawat udara terutama bermesin jet, turbojet dan turbofan merupakan masalah utama
terhadap lingkungan baik di dalam bandara maupun diluar wilayah bandara.
Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) merupakan bandara
tersibuk ke – 6 di Indonesia, dan sekaligus merupakan bandara tersibuk di Pulau Kalimantan
dengan jumlah penumpang sebanyak 5 – 15 juta per tahun. Dengan banyaknya jumlah
penumpang yang dilayani di bandara ini, menjadikan Bandara SAMS sebagai tempat kegiatan
alih transportasi yang berperan besar bagi masyarakat di Kalimantan Timur. Dan pada
dasarya, bandara SAMS akan terus berkembang seiring dengan kesibukan yang berada di
dalam bandara ini.
Bandara SAMS berlokasi di Sepinggan, Balikpapan. Dimana lokasi ini berada di tengah
permukiman padat penduduk. Operasi pesawat udara di bandara SAMS dapat menurunkan
kualitas lingkungan, dimana suara dari pesawat udara menimbulkan polusi udara bagi
penduduk dan dapat memiliki dampak negatif bagi kesehatan masyarkat sekitar bandara.
sehingga menimbulkan biaya kesehatan dan biaya fisik yang harus ditanggung oleh
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini seperti:
DASAR TEORI
Menurut Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013 tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Bandara memiliki beberapa peran, diantaranya adalah:
1. Sebagai Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik
lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute
penerbangan sesuai hierarki bandar udara;
2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan pembangunan,
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional
dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar
bandar udara yang menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian;
3. Tempat kegiatan alih moda transportasi, dalam bentuk interkoneksi antar moda
pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan
yang terpadu dan berkesinambungan yang digambarkan sebagai tempat
perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi lain atau sebaliknya;
4. Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata
dalam menggerakkan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan
dengan sektor pembangunan lainnya, digambarkan sebagai lokasi bandar udara
yang memudahkan transportasi udara pada wilayah di sekitarnya;
5. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang dapat
membuka daerah terisolir karena kondisi geografis dan/atau karena sulitnya moda
transportasi lain;
6. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi bandar udara
yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah perbatasan Negara
Kesatuan Republik Indonesia di kepulauan dan/atau di daratan;
7. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang
memperhatikan kemudahan transportasi udara untuk penanganan bencana alam
pada wilayah sekitarnya;
8. Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara,
digambarkan dengan titik-titik lokasi bandar udara yang dihubungkan dengan
jaringan dan rute penerbangan yang mempersatukan wilayah dan kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, bandara memiliki beberapa fungsi, yaitu
sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan/atau pengusahaan.
Berdasarkan Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, penggunaan bandar udara terdiri dari bandar
udara internasional dan bandar udara domestik. Bandar udara Internasional adalah bandar
yang ditetepkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan
rute penerbangan dari dan ke luar negeri. Bandar udara domestik adalah bandar yang
ditetepkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri. Penetapan
bandar udara inernasional ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri
yang tugas dan tanggungjawabnya dibidang keimigrasian, kepabeanan dan kekarantinaan
dalam rangka penempatan unit kerja dan personel.
Menurut Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013 tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional, berdasarkan Hirarkinya, bandar udara terdiri atas
Bandar Udara Pengumpul (Hub) dan Bandar Udara Pengumpan (Spoke).
1. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer yaitu bandar udara
sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar atau sama
dengan 5.000.000 (lima juta) orang pertahun;
2. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yaitu bandar
udara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar dari
atau sama dengan 1.000.000 (satu juta) dan lebih kecil dari 5.000.000 (lima
juta) orang pertahun;
3. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yaitu bandar udara
sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdekat yang melayani penumpang
dengan jumlah lebih besar dari atau sama dengan 500.000 (lima ratus ribu)
dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta) orang pertahun.
Klasifikasi bandar udara terdiri atas beberapa kelas bandara yang ditetapkan
berdasarkan kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Kapasitas
pelayanan merupakan kemampuan bandar udara untuk melayani jenis pesawat udara
terbesar dan jumlah penumpang/barang yang meliputi:
Kode angka (code number) yaitu perhitungan panjang landasan pacu berdasarkan
referensi pesawat aeroplane reference field length (ARFL)
Kode huruf (code letter) yaitu perhitungan sesuai lebar sayap dan lebar/jarak roda
terluar pesawat.
Panjang
Landasan
Pacu
Kode berdasarkan Kode
Jarakn Roda Utama
Angka Referensi Huruf Bantang Sayap (Wing
Terluar (Outer Mean
(Code Pesawat (Code Span - WS)
Gear - OMG)
Number) (Aeroplane Letter)
Reference
Field Length
- ARFL)
1 ARFL < 800 A WS < 15 m OMG < 4.5 m
m
2 800 m <= B 15 m <= WS < 24 m 4.5 m <= OMG < 6 m
ARFL <1200
m
3 1200 m <= C 24 m <= WS < 36 m 6 m <= OMG < 9 m
ARFL < 1800
m
4 1800 m <= D 36 m <= WS < 52 m 9 m <= OMG < 14 m
ARFL
E 52 m <= WS < 56 m 9 m <= OMG < 14 m
Sumber : http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/1956
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 20 tahun 2014 tentang Tata Cara dan
Prosedur Penetapan Lokasi Bandar Udara, penetapan lokasi bandar udara harus dilakukan
dengan memperhatikan :
1. Pembangunan bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusat
penyebaran yang ruang udara di sekitarnya dikendalikan hanya dapat dilakukan
setelah ditetapkan keputusan pelaksanaan pembangunan oleh Menteri;
2. Pembangunan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya
tidak dikendalikan hanya dapat dilakukan setelah ditetapkan keputusan pelaksanaan
pembangunan oleh Bupati/Walikota;
3. Penyelenggara bandar udara melaksanakan pekerjaan pembangunan bandar udara
paling lambat 1 tahun sejak keputusan pelaksanaan pembangunan ditetapkan.
a. Kawasan kebisingan di bandar udara diukur dan ditentukan dengan bertitik tolak pada
rencana induk bandar udara;
b. Tingkat kebisingan ditentukan berdasarkan Weighted Equivalent Continuous
Perceived Noise Level (WECPNL);
c. Tingkat kebisingan terdiri dari :
1. Kawasan kebisingan tingkat I dengan nilai WECPNL lebih besar atau sarna
dengan 70 dan lebih keeil 75 ( 70 = WECPNl < 75 ), yaitu tanah dan ruang udara
yang dapat dimantaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali
untuk jenis bangunan sekolah dan rumah sakit;
2. Kawasan kebisingan tingkat II dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama
dengan 75 dan lebih keeil 80 ( 75 = WECPNl < 80), yaitu tanah dan ruang udara
yang dapat dimantaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan
keeuafi untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit dan rumah
tinggal; dan
3. Kawasan kebisingan tingkat III dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama
dengan 80 (80 = WECPNl), yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan
untuk membangun tasilitas bandar udara yang dilengkapi insulasi suara dan dapat
dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian Iingkungan dan
pertanian yang tidak mengundang burung.
BAB III
Gambaran Umum
Secara geografis, Balikpapan merupakan salah satu kota besar yang berada di
Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 508,39 Km2. Balikpapan berada di antara 1,0
LS - 1,5 LS dan 116,5 BT - 117,5 BT. Batas wilayah pada bagian utara Balikpapan adalah
Kabupaten Kutai Kartanegara, bagian selatan dan timur berbatasan dengan Selat Makassar,
serta bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara. (Badan Pusat
Statistik Kota Balikapapan). 85% Kontur Kota Balikpapan adalah berbukit dengan ketinggian
antara 0 sampai lebih dari 100 meter diatas permukaan laut (mdpl). Sebagian besar jenis
tanah Balikpapan adalah podsolik merah-kuning, alluvial, dan pasir kuarsa yang mudah
tererosi.
Balikpapan memiliki jumlah penduduk sebanyak 706.414 pada Tahun 2015 dengan
kepadatan penduduk sebesarn 1380 jiwa/Km2. Setidaknya ada 104 kelompok
etnis/paguyuban yang berada di Balikpapan.
Kota Balikpapan memiliki posisi yang strategis diantara kabupaten/kota lain yang yang
berada di Provinsi Kalimantan Timur dan juga dianggap sebagai Pintu Gerbang
Kaltim. Karena adanya Pelabuhan Laut Semayang dan Bandara Internasional Sultan Aji
Muhammad Sulaiman Sepinggan. Yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan ekonomi di
Kota Balikpapan karena mudahnya jalur transportasi.
ANALISIS
Referensi
Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur
https://web.archive.org/web/20140323021721/http://ekbis.sindonews.com/read/2014/03/22/3
4/846728/terminal-baru-bandara-sepinggan-resmi-beroperasi
http://balikpapan.go.id/read/98/selayang-pandang