Anda di halaman 1dari 5

CERAI GUGAT AKIBAT SUAMI POLIGAMI

Oleh:
Nama: Putra Ramadani
NIM: 1774201179
Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning
E-mail: putraramadani111@gmail.com

PENDAHULUAN

Dalam masyarakat kita sering menjumpai berbagai macam kasus atau


kejadian rumah tangga, seperti keretakan rumah tangga yang berujung pada
perceraian, namun lazimnya hak untuk menceraikan itu dimiliki oleh laki-laki
(suami), namun bukan berarti hal ini menunjukan bentuk diskriminasi terhadap
wanita, karena hukum Islam telah memberikan solusi bagi wanita yang mengalami
gencatan atau beban rumah tangga untuk melakukan gugatan cerai pada suami.
Sebagai contoh gugatan cerai ialah gugatan cerai seorang istri yang
dikarenakan suami berpoligami dan tidak mampu berlaku adil bagi kedua istrinya
oleh karena itu istri menggugat cerai suaminya dan permasalahan seperti ini banyak
terjadi dalam kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehingga dengan
banyaknya kasus seperti ini, perlu dijelaskan makna gugatan cerai dan dasar-dasar
hukum dalam pengugatan cerai tersebut dengan tujuan dapat memberi pemahaman
yang lebih mengenai gugatan cerai dan dapat meminimalisir gugatan cerai istri
akibat suami berpoligami.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Menggugat Cerai


Menggugat cerai dalam bahasa arab yaitu Khulu’, Khulu’ terdiri dari
lafaz kha-la-‘a yang secara etimologi berarti menanggalkan atau membuka
pakaian. Dihubungkannya kata khulu’ dengan perkawinan karena dalam Al-Qur’an
disebutkan suami itu sebagai pakaian bagi istrinya dan istri itu merupakan pakaian
bagi suaminya.
“mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka.” (QS. Al-Baqarah :187)
Sedangkan menurut pengertian syari’at, para ulama mengatakan dalam
banyak defenisi, yang semuanya kembali kepada pengertian, bahwasanya Khulu’
ialah terjadinya perpisahan (perceraian) antara sepasang suami-isteri dengan
keridhaan dari keduanya dan dengan pembayaran diserahkan isteri kepada
suaminya.

B. Dasar Hukum Menggugat Cerai Suami


Para ulama Fiqih mengatakan bahwa hukum menggugat cerai suami itu
mempunyai dua hukum tergantung kondisi dan situasinya. Dua hukum dimaksud
adalah:
1. Mubah
Hukumnya menurut Jumhur Ulama adalah boleh atau mubah. Isteri boleh-
boleh saja untuk mengajukan gugatan cerai manakala ia merasa tidak nyaman
apabila tetap hidup bersama suaminya, baik karena sifat-sifat buruk suaminya, atau
dikhawatirkan tidak memberikan hak-haknya kembali atau karena ia takut ketaatan
kepada suaminya tidak menyebabkan berdiri dan terjaganya ketentuan ketentuan
Allah. Dalam kondisi seperti ini, Khulu' bagi si isteri boleh dan sah-sah saja, dasar
dari kebolehannya terdapat dalam Al-Qur’an yang artinya:
"....Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya". (QS. Al-Baqarah : 229)

2. Haram.
Khulu' bisa haram hukumnya apabila dilakukan dalam dua kondisi berikut :
a. Apabila si isteri meminta Khulu' kepada suaminya tanpa ada alasan dan sebab
yang jelas, padahal urusan rumah tangganya baik-baik saja, tidak ada alasan
yang dapat dijadikan dasar oleh isteri untuk mengajukan gugatan cerai. Hal ini
didasarkan kepada hadist Nabi berikut:
"Tsauban berkata, Rasulullah saw bersabda: "Wanita yang mana saja yang
meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang jelas, maka haram baginya
untuk mencium wangi surga" (HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).
b. Apabila si suami sengaja menyakiti dan tidak memberikan hak-hak si isteri
dengan maksud agar si isteri mengajukan Khulu', maka hal ini juga haram
hukumnya. Apabila Khulu' terjadi, si suami tidak berhak mendapatkan dan
mengambil 'iwadh, uang gantinya karena maksudnya saja sudah salah dan
berdosa. Dalam hal ini Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil
kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila
mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata" (QS. An-Nisa: 19).
Namun, apabila si suami berbuat seperti di atas lantaran si isteri berbuat zina
misalnya, maka apa yang dilakukan si suami boleh-boleh saja dan ia berhak
mengambil 'iwadh tersebut.

C. Gugatan Cerai Istri Akibat Suami Berpoligami


Gugatan cerai akibat suami berpoligami merupakan permasalahan yang
sering terjadi di dalam sebuah pernikahan. Hal ini dikarenakan poligami itu
merupakan sebuah perbuatan yang harus dilandaskan dengan sebuah tanggung
jawab yang besar oleh suami. Karena apa bila suami berpoligami akan tetap tidak
sanggup untuk memenuhi tanggung jawabnya maka haram baginya untuk
berpoligami
Seorang istri dalam sebuah hubungan pernikahan selalu mengharapkan
kebahagian dari suaminya. Ketika dia tidak mendapatkan kebahagian itu bahkan
semakin tersiksa, maka dia dibolehkan untuk menggugat cerai suaminya.
Dalam hal ini, seorang istri boleh menggugat cerai suaminya apabila:
1. Suami tidak memberikan nafkah yang layak baginya.
2. Suami tidak bertanggung jawab menjaga perasaan istri yang satu dengan
yang lainnya sehingga menimbulkan rasa cemburu yang menyiksanya.
3. Suami tidak memberitahukan istri ketika hendak berpoligami.
4. Suami melakukan tindak kekerasan terhadap istri (baik istri pertama
maupun kedua).
5. Suami terlalu cenderung kepada salah satu istri sehingga yang lainya
terkantung-kantung.
D. Pengertian Poligami
Poligami berasal dari bahasa Yunani, kata ini merupakan penggalan
kata Poli atau Polus yang artinya banyak, dan kata Gamein atau Gamos yang
berarti kawin atau perkawinan. Maka poligami adalah perkawinan banyak dan bisa
jadi dalam jumlah yang tidak terbatas. Poligami adalah perkawinan dengan dua
orang perempuan atau lebih.
Jauh sebelum Islam datang, peradaban manusia di berbagai belahan dunia
sudah mengenal poligami. Nabi Ibrahim as beristri Siti Sarah dan Siti Hajar, Nabi
Ya’qub as beristri Rahel dan lea. Kemudian, pada Bangsa Arab sebelum Islam
kegiatan poligami sudah sering dilakukan. Akan tetapi, ketika Islam datang, Islam
membatasi jumlah istri yang boleh dinikahi. Islam memberi arahan untuk
berpoligami yang berkeadilan dan sejahtera.
Islam tidak mewajibkan suami untuk berpoligami akan tetapi hukum
poligami dalam islam yaitu mubah. Al-Quran sudah menegaskan apabila tidak
mampu berlaku adil, maka kita dilarang untuk berpoligami. Keadilan merupakan
hal yang terpenting dimiliki suami sebelum berpoligami. Karena banyak sekali
gugatan cerai istri kepada suami yang berpoligami dikarenakan tidak mampu
berlaku adil.

“Dan kamu tidak mampu berlaku adil diantara istri-istrimu, walaupun kamu
sangat ingin berbuat demikian” (An-Nisa’: 129).

Dari firman tersebut dapat disimpulkan bahwa, Al-Quran sangat menegaskan


keadilan dari suami yang hendak berpoligami agar dapat membangun sebuah
keluarga yang sejahtera.

E. Faktor-Faktor Suami Berpoligami


Banyak faktor yang membuat seorang lelaki menikah lebih dari satu atau ber-
poligami. Dalam kasusnya, poligami sering dilakukan karena ada hal-hal yang
diinginkan suami akan tetapi tidak tercapai oleh karena itu, suami menikah untuk
kedua kalinya tanpa memutuskan hubungan pernikahan dengan istri yang pertama.
Berikut faktor-faktor yang melatarbelakangi suami berpoligami:
1. Tidak mampunya seorang istri memenu kewajibannya sebagai istri.
2. Adanya penyakit yang diderita istri sehingga istri tidak mampu memenuhi
kebutuhan batin suami.
3. Seorang istri tidak mampu memberikan keturunan kepadanya.
4. Tidak memiliki keturunan laki-laki dari isrti pertama.

KESIMPULAN

Cerai gugat (Khulu’) merupakan salah satu fenomena rumah tangga yang
sering terjadi dimasyarakat saat ini, seperti yang diakibatkan oleh suami
berpoligami.

Islam menegaskan beberapa hukum gugat cerai sesuai dengan alasan-alasan


tertentu. Gugat cerai hukumnya boleh apabila istri merasa tidak nyaman tetap hidup
bersama suaminya, baik karena sifat-sifat buruk suaminya, atau dikhawatirkan tidak
memberikan hak-haknya atau karena ia takut ketaatan kepada suaminya tidak
menyebabkan berdiri dan terjaganya ketentuan ketentuan Allah. Kemudian gugat
cerai hukumnya haram apabila tanpa ada alasan dan sebab yang jelas dari istri, atau
apabila si suami sengaja menyakiti dan tidak memberikan hak-hak si isteri dengan
maksud agar si isteri mengajukan khulu'. Kemudian gugat cerai istri akibat suami
berpoligami boleh apabila suami tidak berlaku adil dan tidak memenuhi segala
kewajibannya sebagai suami dan haram hukumnya jika suami berlaku sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: https://almanhaj.or.id/2382-al-khulu-gugatan-cerai-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai