PENDAHULUAN
1
Ali Muhammad, Teologi Pluralis Multikultural, Menghargai Kemajemukan Menjalin
Kebersamaan, (Jakarta: Kompas, 2003), hlm. ix.
1
untuk bekerja sama. Dan ada yang bersikap pluralis, yakni sikap meyakini
kebenaran diri sendiri sambil berusaha memahami, menghargai yang lain. 2
Kita perlu mengembangkan pluralitas dan menegakkan kebebasan beragama
secara serius, bahwa masalah ini merupakanproblem universal. Secara historis,
persoalan ini telah muncul sejak awal sejarah manusia, problem kebebasan
beragama menjadi semakin rumit setelah masyarakat-masyarakat dimana Negara
dan agama di satu sisi dan agama-agama di sisi lain terus mengalami ketegangan
dalam konteks negara-bangsa.
Masyarakat beragama harus saling menjamin kebebasan beragama masing-
masing. Sambil tetap memastikan bahwa mereka dapat bekerja menyelesaikan
masalah-masalah bersama seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan
segala bentuk ketidak adilan lainnya. Di sisi lain dalam konteks negara-bangsa
khususnya di Indonesia, pluralitas agama bukan hanya persoalan teologis. Namun
negara berperan penting dalam menjamin pluralitas agama. Yaitu pluralitas agama
yang demokratis, yang tidak diskriminatif. 3
Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan model ideal pluralitas
agama ala Indonesia. Pancasila adalah hasil perpaduan dari keberhasilan para bapak
pendiri bangsa yang berpandangan toleran dan terbuka dalam beragama dan
perwujudan nilai-nilai kearifan lokal, adat, dan budaya warisan nenek moyang.4
Sebagai ideologi negara, Pancasila seakan menegaskan bahwa Indonesia
bukan negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Ia merupakan konsep ideal
untuk menciptakan kerukunan aktif di mana anggota masyarakat bisa hidup rukun
di atas kesepahaman pemikiran.
Tertarik dengan masalah di atas, penulis bermaksud menelaah lebih lanjut
fenomena kemajemukan agama dan Pancasila secara mendalam, untuk
menganalisis sejarah dan arti penting Pancasila dalam menjawab permasalahan
semangat pluralitas agama di Indonesia.
2
Ibid., hlm. xii
3
Ibid., hlm. xx
4
Ahmat Syafi.i Ma’arif, Islam dan Masalah Kenegaraan, Studi Tentang Percaturan Dalam
Konstituante (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 109.
2
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa studi
tentang Pancasila dan pluralitas agama di Indonesia khususnya arti penting
Pancasila terhadap pluralitas agama merupakan kajian yang sangat menarik untuk
ditelaah lebih lanjut. Negara Indonesia adalah negara yang terdiri dari
keanekaragaman agama, semantara Pancasila dibangun dengan semangat
kemajemukan.
Namun agar lebih rinci, permasalahan yang akan dikaji dalam studi ini
adalah:
”Apakah arti penting Pancasila terhadap pluralitas agama di Indonesia?”
3
BAB II
KERANGKA TEORI
4
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
5
Kontjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat ( Jakarta: Gramedia, 1997 ), hlm. 63.
5
BAB IV
PEMBAHASAN
6
Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. (Kaelan, 2002)
4.1.2 Analisis Yuridis
Landasan yuridis adalah landasan yang berdasarkan atas aturan yang dibuat
setelah melalui perundingan, permusyawarahan. Landasan yuridis pancasila
terdapat dalam alinea IV Pembukaan UUD”45, antara lain di dalamnya terdapat
rumusan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang sah.
4.1.2 Analisis Filosofis
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atas filsafat atau
pandangan hidup. Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Dalam aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai pancasila termasuk sistem
perundang-perundangan. Secara Filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan
negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini
berdasarkan kenyataan obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap
aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk
sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi
dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai
dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi,
politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.
7
Karena itu dipilihlah Pancasila sebagai dasar negara. Namun saat ini yang
menjadi permasalahan adalah bunyi dan butir pada sila pertama. Sedangkan sejauh
ini tidak ada pihak manapun yang secara terangterangan menentang bunyi dan butir
pada sila kedua hingga ke lima. Namun ada ormas-ormas yang terang-terangan
menolak isi dari Pancasila tersebut.
Akibat maraknya parpol dan ormas Islam yang tidak mengakui keberadaan
Pancasila dengan menjual nama Syariat islam dapat mengakibatkan disintegrasi
bangsa. Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang cinta atas keutuhan NKRI
maka banyak dari mereka yang mengatasnamakan diri mereka Islam Pancasilais,
atau Islam Nasionalis.
Konsep negara Pancasila adalah konsep negara agama-agama. Konsep negara
yang menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya secara utuh,
penuh dan sempurna. Negara Pancasila bukanlah negara agama, bukan pula negara
sekuler apalagi negara atheis. Sebuah negara yang tidak tunduk pada salah satu
agama, tidak pula memperkenankan pemisahan negara dari agama, apalagi sampai
mengakui tidak tunduk pada agama manapun. Negara Pancasila mendorong dan
memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada agamanya. Penerapan hukum-
hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila adalah dimungkinkan. Semangat
pluralisme dan ketuhanan yang dikandung Pancasila telah siap mengadopsi
kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun, karena
hukum-hukum agama hanya berlaku pada pemeluknya. Penerapan konsep negara
agama-agama akan menghapus superioritas satu agama atas agama lainnya. Tak
ada lagi asumsi mayoritas – minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat hidup
berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-hukum agama dalam
negara Pancasila akan menjamin kelestarian dasar negara Pancasila, prinsip
Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Pikirkan jika suatu kebenaran, kesalahan maupun etika moral ditentukan oleh
sebuah definisi sebuah agama dalam hal ini agama Islam. Sedangkan ketika anda
terlibat didalamnya anda adalah seseorang yang memeluk agama diluar Islam!
Apakah yang anda pikirkan dan bagai mana perasaan di hati anda ketika sebuah
kebenaran dan moralitas pada hati nurani anda ditentukan oleh agama lain yang
bukan anda anut?
8
Sekarang di beberapa provinsi telah terjadi, dengan alasan moral dan budaya
maka diterapkanlah aturan tersebut. Sebagai contoh, kini di sebuah provinsi semua
wanita harus menggunakan jilbab. Mungkin bagi sebagian kecil orang yang tinggal
di Indonesia merupakan keindahan namun bagai mana dengan budaya yang selama
ini telah ada? Jangankan di tanah Papua, pakaian Kebaya pun artinya dilarang
dipakai olah putri daerah. Bukankah ini merupakan pengkhianatan terhadap
kebinekaan bangsa Indonesia yang begitu heterogen. Jika anda masih ragu, silakan
lihat apa yang terjadi di Saudi Arabia dengan aliran Salafy Wahabinya. Tidak ada
pemilu, tidak ada kesetaraan gender dan lihat betapa tersisihnya kaum wanita dan
penganut agama minoritas di sana. Jika memang anda cinta dengan Adat, Budaya
dan Toleransi umat beragama di Indonesia dukung dan jagalah kesucian Pancasila
sebagai ideologi pemersatu bangsa.
9
4.3.2 Kesadaran-kesadaran Masyarakat Yang Pancasilais
Masyarakat merupakan bentukan dari ideology sebuah Negara. Pada Negara
yang berhaluan komunis, maka secara otomatis terbentuk masyarakat komunis.
Tidak peduli apakah di dalamnya ada orang islan, orang Kristen atau agama lain.
Demikian pula halnya pada Negara pancasila, meskipun sebagian besar
penduduknya beragama islam tetapi karena ideologi yang dianut masyarakat
tersebut adalah ideology pancasila. Maka masyarakat yang terbentuk secara
otomatis dinamakan masyarakat pancasila. Sehingga karena merupakan masyarakat
pancasila sadar tidak sadar setiap aktifitas yang dilaksanakan di dalamnya dengan
sendirinya semakin memperkuat kedudukan pancasila sebab tidak satupun
kehidupan berbangsa di Negara pancasila ini kecuali di dalamnya ada nafas
pancasila. Sebagai contoh, dalam lapangan industry, pancasila Nampak dalam
bentuk HIP (Hubungan Industrial Pancasila). Dalam lapangan agama-agama
pancasila mengajarkan “toleransi” yang ditafsirkan dalam wujud kebersamaan di
dalam melaksanakan ibadah seperti perayaan natal bersama atau buka puasa
bersama. Bahkan di dalam membangun masjid yang diselenggarakan oleh nagara,
masjid tersebut mempunyai ciri khusus dimana tulisan ‘ ﻪﻠﻟﺍdibelenggu’ oleh segi
lima sebagai simbol pancasila. Seolah- olah hendak mengatakan bila perlu
‘kepentingan’ ﻪﻠﻟﺍpun harus dibatasi agar tidak keluar dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yaitu pancasila itu sendiri. Dalam lapangan pendidikan, pancasila
menjadi pelajar PPkn atau yang dulu disebut PMP (Pendidikan Moral Pancasila).
Dan dalam bidang politik, pancasila merupakan ideology yang harus dipertahankan.
Terbukti dengan kewajiban setiap kontestant pemilu untuk tetap mempertahankan
ideology pancasila meskipun partai tersebut berasaskan Islam.
Memang pancasila bukan agama, tetapi pancasila telah membelenggu agama.
Pancasila telah mengalahkan kepentingan agama. Pertimbangan masyarakat tidak
lagi atas kaca mata agama tetapi atas kaca mata demi melaksanakan pancasila
secara “murni dan konsekuen”, maka tidak aneh kalau kemudian ditengah-tengah
kehidupan yang religius ada pabrik bir yang memang diberi tempat oleh pancasila
kepada mereka– mereka yang punya hobi “ngedot”. Juga tidak aneh kalau disela–
sela kesucian suara adzan ada juga hingar bingar musik yang mempertontonkan
hal–hal yang diharamkan agama yang justru dari sudut nilai-nilai pancasila
10
dibolehkan. Ada nasyid–nasyid Islami yang menyejukkan hati tetapi ada pula
nyanyian– nyanyian syetan yang mengundang nafsu. Ada majalah – majalah Islam
yang membangun keimanan yang berbaur dengan majalah – majalah yang justru
merusak keimanan. Ada siaran siraman rohani di TV dan radio yang mengajak
kepada jamaahnya agar memerangi kebatilan, tetapi anehnya siaran itu sendiri
didanai dari sumber–sumber yang batil dan mendukung kebatilan. Dalam gambaran
seorang Abdul Qadim Zallum. Islam di Negara seperti ini hanya Nampak sebagian
gerakan moral yang menganjurkan pemikiran sangat general, belum mengkristal
dan tidak memiliki transparansi yang bisa mencerminkan Islam sebagai system
kehidupan, Negara dan masyarakat yang sempurna. Mereka selalu menganjurkan
untuk kembali kepada islam dalam bentuk general, terbuka yang dalam benak-
benak mereka belum ada gambaran yang jelas mengenai sistem Islam serta metode
mengembalikan pemerintahan berdasarkan Islam.
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
12
beridiologikan Pancasila. Dan bagi bangsa yang merindukan suasana yang
damai dan demokratis
2. Dalam pembahasan yang peneliti lakukan tentunya banyak mengandung
kekurangan, karena peneliti menyadari bahwa manusiasebagai seorang
individu (saat ini) tidak ada yang ma'sum dan terlepas dari kekurangan
maupun kesalahan. Maka masih perlu pemahaman yang lebih dalam lagi
terhadap pancasila dan pluralitas agama untuk mengambil arti pentingnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Abd, dkk, Nilai-nilai Pluralisme Dalam Islam: Bingkai gagasan berserak,
Bandung: Penerbit Nuansa, 2005
Kaelan, H, MS, Filsafat pancasila, Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,
Yogyakarta: PARADIGMA, 2002
Kontjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1997
Muhammad, Ali, Teologi Pluralis Multikultural, menghargai kemajemukan
memjalin kebersamaan, Jakarta: Kompas, 2003
Syafi.i ma’arif, Ahmat, Islam dan Masalah Kenegaraan, studi tentang percaturan
dalam konstituante, Jakarta: LP3ES, 1985
14