Anda di halaman 1dari 3

PEMBEBANAN STRUKTUR BANGUNAN

Pembebanan struktur bangunan adalah beraneka ragam dan rumit (kompleks).


Bangunan menampung orang-orang yang hidup, barang-barang yang dapat
dipindahkan, beban angin yang berubah-ubah, berat struktur dan bahan-bahan
bangunan yang statis, semuanya dipikul oleh struktur atau kerangka bangunan dan
disalurkan ke tanah melalui pondasi. Selanjutnya ada pula beban yang terpusat seperti
almari besi di lantai tingkat, atau menara pendingin udara di atap beton. Lantai untuk
parkir bebannya berpindah-pindah atau lantai gudang barang yang penuh terisi,
sedangkan ruang lainnya dalam keadaan kosong, kompresor di tingkat atas yang
memberi getaran pada lantai. Beban angin yang menekan dan menyedot dinding dan
atap bangunan tidak merata. Dan banyak lagi variasi pembebanan pada struktur
bangunan.
Dengan perhitungan matematika dan berdasarkan pengalaman beban-beban
tersebut digolongkan dan diberi kode atau tanda dalam perencanaan struktur. Untuk
menjamin keamanan dalam perhitungan kekuatan struktur diambil faktor keamanan
yaitu dengan melipatgandakan berat beban atau memperkecil daya tahan pikul dari
bahan struktur bangunan.

a. Beban Mati

Dalam bangunan yang dimaksud dengan beban mati adalah beratnya struktur
sendiri, berat dinding dan elemen-elemen lainnya yang permanen. Dalam perencanaan
arsitek menafsir dimensi bagian-bagian dari struktur guna menentukan tinggi bersih
dari ruangan yang diapit tiang-tiang pendukung. Perhitungan struktural yang medetail
selanjutnya diserahkan kepada insinyur sipil sebagai konstruktor. Bahan struktur yang
modern seperti baja bermutu tinggi beton pratekan dan campuran alumunium
mengurangi besarnya beban mati.

b. Beban Hidup

yang dimaksud dengan beban hidup adalah beban-beban yang dapat dipindah-
pindah atau berubah arah seperti orang, mesin, penyekat fleksibel yang tidak termasuk
struktur, air hujan dan salju yang terdapat di daerah yang beriklim dingin, tekanan dan
isapan angin, tekanan air, tekanan tanah juga termasuk beban hidup. Kebanyakan
beban-beban tersebut tidak menentu. Maka diambilah ketentuan-ketentuan yang aman
dan dianggap sebagai beban merata supaya uniform. Beban hidup untuk pembebanan
lantai tingkat misalnya rumah tinggal q = 200kg/m2, gedung konser atau bioskop dan
balkon q = 400kg/m2, sedangkan perpustakaan dengan buku-buku q = 600kg/m2.

c. Beban Angin

Beban angin menekan atau menghisap bangunan tidak menentu dan sukar
dipastikan. Hal ini termasuk ilmu aerodinamika. Faktor-faktor yang penting adalah
kecepatan angin, kepadatan udara, permukaan bidang dan bentuk dari bangunan.
Sebagai dasar perhitungan tekanan angin di Indonesia adalah 80kg/m2 pada bidang
tegak sampai setinggi 20m. Untuk menanggulangi tekanan dan isapan angin, perlu
dipasang penguat-penguat yang merupakan siku-siku, bangunan petak, gelagar dan
penguat sudut sebagai konstruksi penahan angin.

d. Beban Termis

Dengan adanya perubahan temperatur dalam perubahan siang menjadi malam


maka struktur bangunan mengalami perubahan termis. Akibat perubahan termis dari
bahan struktur, bahan akan memuai atau menyusut dan akan mendorong atau menarik
bagian-bagian struktur. Berat Sendiri dari struktur dan beban yang dipikulnya
merupakan suatu massa yang memindahkan titik landasan. Perletakan yang lemah
akan runtuh atau mungkin runtuh semuanya karena struktur pondasi runtuh lebih dulu
dan menarik yang lainnya.
Pemecahan terhadap beban termis bangunan dengan struktur beton tulang
yang panjangnya lebih dari 60 meter dibuat terpisah dengan mengadakan konstruksi
dilatasi minimum 2,5 cm dari pondasi sampai dengan atap.

e. Gerakan Bangunan akibat Gerakan Tanah

Pondasi struktur bangunan dapat bergerak akibat dari beberapa sebab sehingga
seluruh bangunannya bergeser atau sebagian dari bangunan turun. Salah satunya
adalah gerakan tanah yang terdapat dibawah bangunan.

f. Goyangan Bangunan akibat Gempa

Gempa bumi terjadi akibat dari longsoran tanah, gerak tektonik dan letusan
gunung berapi mengakibatkan getaran-getaran pada permukaan kulit bumi. Gempa
bumi ada yang mendatar adapula yang vertikal. Yang arahnya mendatar 5 sampai 10
kali yang arahnya vertikal. Bila terjadi gempa bumi, hubungan-hubungan dan
landasan struktur mendapat goyangan-goyangan yang hendak mematahkan dan
menguji kekokohannya. Maka untuk bangunan empat lantai atau lebih dan bangunan
besar harus diadakan perhitungan terhadap gempa bumi.

Pada dasarnya yang dimaksud dengan bangunan tahan gempa bukan berarti
bangunan itu tidak akan rubuh bila ada gempa. Secara prinsip bangunan tahan gempa
memiliki tiga kaidah sebagai berikut:
1. Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak akan mengalami kerusakan baik
pada elemen struktur (kolom , balok, atap, dinding dan pondasi) maupun pada
elemen non struktur (genteng dan kaca).
2. Bila terjadi gempa berkakuatan sedang bangunan bisa mengalami kerusakan
hanya pada elemen non struktur. Sedangkan elemen strukturnya tidak boleh
rusak.
3. Bila terjadi gempa berkekuatan besar, bangunan bisa mengalami kerusakan
baik struktur maupun non struktur namun tidak boleh membahayakan
penghuni yang ada di dalam bangunan. Penghuni harus mempunyai waktu
untuk menyelamatkan diri sebelum bangunan runtuh.
g. Beban Dinamis

Beban yang berpindah-pindah tempat atau berubah-ubah beratnya secara cepat


disebut beban dinamis. Misalnya sekelompok tentara yang berjalan teratur di atas
jembatan, tekanan angin gerakan mesin. Untuk menanggulangi resonansi tersebut
berat massa pondasi harus minimal 2,5 kali berat mesin yang didukungnya, ditambah
dengan tulangan baja untuk memberi elastisitas dan kekokohan. Untuk mencegah agar
getaran tidak menjalar kelain tempat atau bagian dari struktur dibuatlah siar dilatasi
disekeliling pondasi yang diisi dengan ijuk, pasir batu koral. Waktu yang diperlukan
struktur untuk mengeper bebas, tergantung dari kekakuannya dan waktu itu disebut
periode dasar. Untuk bangunan diperlukan 1/10 sampai 8 detik untuk pengeperan
lengkap.

Anda mungkin juga menyukai