Anda di halaman 1dari 381
~__ILMU MASYARAKAT . Vv c ) M Y I> ak. SI \ a I ‘ . 1 \ % f - £ Dr., dr., Alexat -ucas Slamet Ryadi, S.K.M. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Oleh: Dr. dr. Alexander Lucas Slamet Ryadi, S.K.M. 2016 pada Penulis. 1. dr. Yudhiakuari Sincihu, M.Kes. (Ketua) 2. dr. Steven, M.Ked. Trop. (Anggota) 3. dr. Christine Juliet Dewi, M.Ph., M.A.P, (Anggota) Copy Editor Aditya Ari C Setting Yulius Basuki Desain Cover: Aninditya Korektor Putri Christian Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penulis. Penerbit CV. ANDI OFFSET (Penerbit ANDI, Anggota IKAPI) JI. Beo 38-40, telp (0274) 561881, Fax (0274) 588282 Yogyakarta 55281 Percetakan CV. AND! OFFSET (Penerbit ANDI, Anggota IKAP|) JI, Beo 38-40, telp (0274) 561881, Fax (0274) 588282 Yogyakarta 55281 Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan Ryadi, Alexander Lucas Slamet ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / Alexander Lucas Slamet Ryadi ~ Ed. .— Yogyakarta: ANDI; 25-24-23 - 22-21-20-19-18- 17-16 him xii + 260; 16 x 23 Cm, 98765432 1 ISBN: 978 - 979 -29- 5585-9 1. Judul 1, Public Health DDC'23 :362.1 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1. DETERMINAN STATUS KESEHATAN MASYARAKAT (H. L. BLUM, 1969} .. 25 GAMBAR 2. KETERKAITAN DEFISIENSI GIZI, INFEKSI, DAN DIARE KRONIS w.sssseseu 42 GAMBAR 3. KORELASI PENDIDIKAN & EKONOMI TERHADAP KEMISKINAN-KEBODOHAN R ENGARUH TERHADAP STATUS KESEHATAN |ASYARAKAT DAN PERILAKU (H. L. BLUM) .. GAMBAR 5. PERIODE KEHAMILAN DAN MELAHIRKAN .. GAMBAR 6. KEJADIAN DETERMINAN SOSIAL-EKONOMI DALAM MODEL ANALISIS KELANGSUNGAN HIDUP ANAK......ccsssssessesnesessneesnaeesnanees ree SO MBAR 7. TREN PERKEMBANGAN LANSIA, GAMBAR 8. PENGELOLAAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH HINGGA TPA ... GAMBAR 9. RECYCLING SECARA EKOLOGIS TERHADAP PERSAMPAHAN «1... GAMBAR 10. AKTIVITAS BIOLOGIS TERHADAP PERSAMPAHAN ....sssssssssseecsreeeesss 106 GAMBAR 11. TRANSMIS! PENYAKIT BERASAL DARI SAMPAH SECARA EKOLOGIS ...... 109 GGAMMBAR 12. LIWIA LAPISAN.UIDARA ..-eorsscosssecesssesenmesrmacrsovarersenenterneerernarerenmre TEE, Gampar 13. PRoses PENCEMAR PRIMER XX GAMBAR 14. MODEL PEMBENTUKAN 03 DAN NO2 uses 128 -Gampar 15. Monel PEMBENTUKAN OKSIDAN DAN KABUT ASAM DI UDARA 129 GAmBaR 16. PROSES EUTROFIKASI gia ea wu 141 GAMBAR 17. BAGAN KLASIFIKAS! PENYAKIT 160 GAMBAR 18. SEGITIGA GORDON... iz 161 -GAMBAR 19, TEORI FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP STATUS KESEHATAN . 161 GAMBAR 20. PERKEMBANGAN TAHAP-TAHAP PENYAKIT siisiittnsctid hee GAMBAR 21. BAGAN MODE OF TRANSMISSION - se 169 GAMBAR 22. INTERAKSI ANTARA AGENT, HOST DAN ENVIRONMENT (GORDON)... 169 -GAMBAR 23. PERUBAHAN KESEIMBANGAN ANTARA AGENT DAN Host (GORDON) 171 GAMBAR 24. PENGELOMPOKAN RESERVOIR STAT nnn 7) GAMBAR 25. KLASIFIKASI PENELITIAN EPIDEMIOLOG! BERDASARKAN METODENYA 187 GAMBAR 26. ARAH DAN WAKTU PENYELIDIKAN COHORT wu... wai TBS GAMBAR 27. ARAH DAN WAKTU PENYELIDIKAN CASE CONTROL STUDIES. 192 GAMBAR 28. JENIS PENELITIAN BERDASARKAN ARAH DAN WAKTU PENELITIAN ..... 211 GamBar 29. MODEL PENGARUH SAMPAH KONTAINER TERHADAP PREVALENS! DHF... 213 GAMBAR 30. MODEL COHORT STUDIES. 214 GAMEAR 31. VARIABEL ANTESEDEN DAN VARIABEL ANTARA 222 GAMBAR 32. VARIABEL PENEKAN GAMBAR 33. VARIABEL PENGANGGU ... GAMBAR 34. ENAM MACAM JENIS HUBUNGAN PASANGAN 0... sivcsssieciss 2B -Ganinan 35, MODEL VARIABEL ANTARA PADA V.SOSIAL BUDAVA DAN FERTILITAS .. 232 GAMBAR 36. MODEL VARIABEL ANTASENDEN... GAMBAR 37. MODEL KAJIAN SISTEM KESEHATAN. GAMBAR 38. APLIKAS| MODEL KAJIAN PROGRAM KESEHATAN PADA KASUS GEA... 236 limu Kesehatan Masyarakat GAMBAR 39, SKTRUKTUR SISTEM KESEHATAN NASIONAL...:ssssssssssssessseeesneseenes 245 GAMBAR 40, SISTEM DENGAN BEBERAPA SUBSISTEM ......cccssssussrstersneeesen 251 GAMBAR 41. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS... sesrsseine 269 GAMBAR 42. KORELASI PENDIDIKAN DAN EKONOMI DENGAN KEMISKINAN DAN KEBODOKAN.. 328 .GAMBAR 43. BERBAGAI FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP STATUS KESEHATAN MASYARAKAT DAN PERILAKU (BLUM Gamar 44, MODEL PERIALANAN PESTISIDA DI DALAM LINGKUNGAN GAMBAR 45. HIRARGI DAMPAK PESTISIDA PADA LINGKUNGAN (MODIFIKAS! DARI SASTRODIHARDIO, 1989)..... Gamear 46. MODEL PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA (BPS) HASIL SENSUS TAHUN 1980 (DALAM 100.000) satin eet 374 GAMBAR 47. PERBANDINGAN MODEL PIRAMIDA PENOUDUK INDONESIA TAHUN 1996 (I), AUSTRALIA TAHUN 1961 (II) DAN MALAYSIA BARAT TAHUN 1957 (Il). DALAM 100.000 aN POPULASI DAN DALAM% 374 GAMBAR 48, MODEL STRUKTUR PROTOTIPE PIRAMIDA PENDUDUK MENURUT POLLARD. 377 GAMBAR 49. TIGA CIRI PENDUDUK MENURUT BUREAU -..sssssssssssssstessseersneeeeees 379) GAMBAR 50. TRANSISI DEMOGRAFI.... i 381 GAMBAR 51. EMPAT TAHAPAN TRANSIS! DeMOGRAF .. 88 384 GAMBAR 52. DEFERENSIASI STRUKTUR PENDUDUK BERDASARKAN, TENAGA KERJA DAN ANGKATAN KERJA. 389 GAMBAR 53. HIERARKI MANAJER DAN POKOK KEGIATANNYA.. 404 GAMBAR 54. STRUKTUR ORGANISASI BERBENTUK LINE i 416 GAMBAR SS. STRUKTUR ORGANISASI BERBENTUK STAF 417 GAMBAR 56. STRUKTUR ORGANISASI BERBENTUK LINE FUNGSIONAL 1418 Daftar Gambar xx GAMBAR 57. RUANG LINGKUP PROGRAM EVALUASI.. 426 GAMBAR 58. BASIC MODEL UNTUK EVALUATION FRAMEWORK (REYNOLDS)......... 428 GAMBA 59. MoDiFiKasi KONSEP OUTPUT OLEH REYNOLDS.. 428 xxl limu Kesehatan Masyarakat image not available image not available UU No. 36 Tahun 2009 “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.” Dari ketiga UU sehat/kesehatan tersebut, masing-masing menjabarkan definisi sehat/kesehatan berbedasecararedaksional namun tetap memiliki pemahaman inti yang sama. UU No.9 Tahun 1960 __: tentang istilah sehat sebagai suatu kondisi.. UU No. 23 Tahun 1992: tentang keschatan sebagai keadaan sejahtera.. UU No. 36 Tahun 2009 _: tentang kesehatan sebagai keadaan sehat....... Sehat menurut WHO “Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease and infirmity.” Di sini definisi WHO menformulasikan definisi sehat secara singkat, namun tetap mengarah tajam sebagai suatu kondisi dengan kualitas sempurna pada badan secara fisik, mental maupun secara sosial serta tidak hanya semata-mata karena tidak adanya penyakit atau kelemahan. Sehat menurut Batasan dari Hanlon Pengertian schat menurut batasan Hanlon dinyatakan dalam bahasa asingnya sebagai berikut: “Ic is the result of the combination: - Intrinsic and extrinsic. - Inherited and contrives. - Individual and collective. - Private and public. - Medical, environmental and social. 3 Pengantar limu Kesehatan Masyarakat aban dengan .adk elpta image not available image not available image not available Bagan 3. Formulasi Basic Seven oleh WHO Basic 7 WHO Kesehatan Ibu dan Anak (Mother and Child Health/MCH) Pelayanan kuratif (Medical Care/MC) Sanitasi Lingkungan {Enviconmental Sanitation/€S) Pendidikan Kesehatan (Heaith Education/HE) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Public Health Nursing/PHN) Pengendalian Penyakit Menular (Communicable Disease Contro\/CDC) Statistik Bagi petugas lapangan di Puskesmas penggunaan singkatan bahasa asing ini sudah terbiasa dan mendarah daging. Bagan 4. Formulasi Basic Seven oleh Prof Sajono dan Bagiastra Basic 7 Prof Sajono Basie 7Bagasta 1. MCH/KIA 1, MCH/KIA 2. Medical Care 2. Medical Care 3, Sanitasi lingkungan 3, Sanitasi lingkungan 4, Laboratorium (*) 4, Pendidikan Kesehatan 5. Perawatan Kesehatan 5. Laboratorium (*) Masyarakat 6. Pengendalian Penyakit 6. Pengendalian Penyakit Menular Menular 7. Statistik 7. Statistik alatan no 4 Pendidikan ralalary no 5 Perawatan Kesehatan diganti Kesehatan Masyarakat Laboratorium. diganti Laboratorium 7 Pengantar limu Kesehatan Masyarakat aban dengan .adk elpta image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available 4. “Public Health Era” mulai berkembang sesudah tahun 1950 hingga kini. Pada “Empirical Fra” ditandai oleh pelayanan melalui dukun yang dimiliki oleh kerajaan-kerajaan kuno. Kemampuan pelayanan diberikan turun- temurun secara terbatas kepada anak dan cucu tanpa mewariskan penjelasan secara logika, Pelayanan penyembuhan hanya ditujukan untuk menghilangkan ebut tanda-tanda (sign) maupun gejalanya (symptoms), schingga era ini Juga sebagal “Symptomatic Treatment Era”. Berbeda dengan “Basic Science Era” yang makin maju pendekatannya karena munculnya pelopor/perintis kedokteran seperti: a. Gregor John Mendel (tahun 1822-1844) sebagai perintis ilmu genetika. b. Luis Pasteur (tahun 1865) menemukan teori bahwatidakada kehidupan baru yang dapat ditimbulkan dari benda mati, yang berarti “Omne vivo ex ovo, omne ovum ex vivo” yang mengatakan bahwa semua kehidupan berasal dari sel telur. c. Muncul perintis bakteri, Robert Koch (tahun 1843-1910), Kemudian ta menemukan kuman Mycobacterium Tuberculosum, sehingga dikenal sebagai Bapak Bakteriologi. Masih banyak nama perintis kedokteran, seperti John Snow (tahun 1822-1848), Joseph Lister (tahun 1827-1912) menemukan antiseptic bagi dunia chirurgic, Carmos Juan Finlay (tahun 1833-1915) menemukan nyamuk demam kuning, Paul Erlich (tahun 1854-1915) dikenal sebagai penemu obat- obatan antisifilis. Setelah era perintis kedokteran, lahirlah “Clinical Science Fra”, yang merupakan cikal bakal munculnya “Public Health Science Era’. Pada permulaan Public Health Era, di Indonesia dikenal empat tahapan (stage), yaitu: Tahap 1: — Pada tingkat 1 ini, pelaksanaan kesehatan masyarakat masih dilakukan melalui cara pengobatan di klinik-klinik (semacam balai-balai pengobatan sederhana). Pengantar imu Kesehatan Masyarakat iS nak cipia image not available image not available image not available dengan kerangka dasar (kebijaksanaan umum) maupun rencana kerja Departemen Kesehatan yang top-down. Di kemudian hari sidang New Delhi tersebut ditindak lanjuti oleh Indonesia dengan mengadakan Rapat-rapat Kerja Nasional secara teratur dan terjadwal yang dimulai pada tahun 1966. Rapat Kerja Nasional pertama dihadiri oleh dr. Achmad, yang memberikan prasaran berupa draft plan untuk Achmad, yang pada intinya mengintegrasikan berbagai usaha-usaha kesehatan. Konsepnya dikenal dengan istilah “Achmad Draft Plan’. Pokok-pokok isi harapan Achmad Draft Plant dapat disimpulkan sebagai berikut: a Masalah kesehatan masyarakat secara nasional harus tertuang dalam rencana besar secara menyeluruh dan terjamin dalam “National Public Health Policy” dalam jangka panjang dan dijabarkan dalam berbagai jangka pendek. Bahwa struktur organisasi departemen kesehatan di pusat, sejauh mungkin harus mencerminkan refleksi sampai pada daerah tingkat b) Idan II maupun secara sederhana di Puskesm: Yang disebut “Local Health Unit’ oleh WHO supaya diaplikasikan berakhir sampai perpanjangan Health Centre/Puskesmas. ¢ es Pengembangan dunia public health di Indonesia agar diarahkan akhirnya pada stage (tingkat pengembangan) integrated health service” dengan pendekatan lintas sektoral serta multidisipliner. Cita-cita Kesehatan masyarakat dalam mengikuti akselerasi dan modernisasi, pada akhirnya harus dapat menciptakan social and community welfare. e) 1.4 PUSKESMAS DAN PERKEMBANGANNYA Timbulnya sejarah Puskesmas pada awalnya terjadi melalui rintisan integrasi Balai Keschatan Ibu dan Anak (BKIA) dan Balai Pengobatan (BP) yang sudah sejak lama bekerja sendiri-sendiri. Setelah masa Pembangunan Pengantar limu Kesehatan Masyarakat 19 ak cipia image not available image not available image not available 3). Konsep menurut tipe Klasifikasi ini membedakan jenis-jenis Puskesmas sebagai berikut: a). Puskesmas tipe A (terbaik, identik dengan Puskesmas kawedanan) dapat membawahi 2 sampai 3 Puskesmas tipe B b). Puskesmas tipe B (identik dengan Puskesmas tingkat kecamatan) dan dapat membawahi beberapa Puskesmas desa. c). Puskesmas tipe C (identik dengan Puskesmas belum berkembang) Dari berbagai konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa hadirnya berbagai_ nama Puskesmas sangat_ membingungkan, sehingga untuk penyeragaman digunakan nama Puskesmas kecamatan dan Puskesmas Pembantu. Kesimpulan Pokok Perkembangan Puskesmas Perkembangan kesehatan masyarakat setelah kemerdekaan: 1951 Konsep Bandung-Plan Konsep Patah-Leimena: > Diperkenalkan “integrated konsep kuratif-preventif, Dalam pengembangan sistem pelayanan kesehatan masyarakat, kedua aspek kuratif-preventif tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun Puskesmas. 1956 Proyek Bekasi (Lemah Abang) > Pelopor Sulianti, > Memelopori model pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan bagi Indonesia (Puskesmas Mojosari). > Pusat latihan tenaga kesehatan. > Pendidikan tim dalam mengelola program-program kesehatan terpadu. Pengantar limu Kesehatan Masyarakat 23 ak cipia image not available image not available image not available Sebagai contoh setiap penampilan data indikator harus disertai tanggal berapa tercatat dan oleh siapa diperoleh. Misalnya indikator Angka Kematian Ibu diperoleh 307/100.000, diperoleh tahun 2001, maka cukup disingkat 307 /100.000 (SKRT 2001). Demikian juga dengan contoh angka kematian bayi 35/1000 kelahiran hidup diperoleh pada tahun 2002-2003 melalui survei demografi kesehatan Indonesia, bisa ditulis 35/1000 kelahiran hidup (SKDI 2002-2003). Untuk baha Contoh 1: laporan dapat disajikan contoh sebagai berikut: ‘Angka Keratian tbu Bersalin per 100.000 kelahiran hidup Tahun di Jawa Timur 1010 101.4 1011 104,0 MD6,, 102,0 di Surabaya 74,0 102,0 113,0 MDG,. = Milenium Development Goal pada tahun 2015 ‘Angka kematian terbanyak oleh © Perdarahan © Pre-eklamsi Kota dengan AKI tertinggi di Jatim: © Jember (nomor 1) * Surabaya (nomor 2) Contoh 2: ‘Angka Kematian Bayi Per 100 kelahiran hidup (untuk Indonesia ) Rikesdas Bay (2007) ary % Sumber: Rikardes, tahun 2001. 27 Penganiar limu Kesehatan Masyarakat 1ganah cipia image not available image not available image not available KESEHATAN KELUARGA 2.1 PENDAHULUAN Area kedua dalam buku mu Kesehatan Masyarakat int akan membahas tentang delapan subpokok bahasan yang secara keseluruhan menjadi ruang lingkup bagi keilmuan Kesehatan Keluarga. Kedelapan subpokok bahasan tersebut adalah: 1. Pengantar Kesehatan Keluarga. Kesehatan Anak. Kematian Bayi. Kesehatan Ibu. . Ilmu Gizi dalam Kesehatan Masyarakat. . Usaha Kesehatan Sekolah. . Gerontologi/Geriatri. Imunisasi. 2.2 PENGANTAR KESEHATAN KELUARGA Kesehatan Keluarga merupakan suatu pendekatan (approach system) dalam sistem pelayanan kesehatan yang berkembang sejalan dengan perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) itu sendiri. Sejalan dengan pemahaman istilah Kesehatan Keluarga, masih terdapatistilah lain yang analog, image not available image not available image not available Pada akhirnya kita dihadapkan pada berbagai kerancuan istilah. Apakah menggunakan istilah menurut ilmu kesehatan atau menurut ilmu kedokteran. Kelompok Public Health mempertahankan istilah “Kesehatan Keluarga” yang merupakan terjemahan Family Health, sedangkan para klinisi menggunakan istilah “Kedokteran Keluarga” sebagai terjemahan dari Family Medicine. Di antara Kesehatan Keluarga maupun Kedokteran Keluarga, keduanya memiliki beberapa kesamaan, namun di lain pihak, masing-masing tetap memiliki perbedaaan yang mendasar ditinjau dari ruang lingkup dan metodenya. Kedokteran Keluarga lebih dibahas dalam konteks kedokteran komunitas, sedangkan Kesehatan Keluarga menggunakan Body of Knowledge pada konsep Imu Kesehatan Masyarakat menurut WHO yang justru lebih luas dan bersifat umum. Dari Kedokteran dan Kesehatan Keluarga kemudian lahir profesi Dokter Keluarga (DK) 2.2.3 StruKTUR KELUARGA Struktur keluarga bermanfaat sebagai sumber informasi terhadap profil “kondisi kebutuhan” keschatan di dalam sebuah keluarga. Timbul pertanyaan, sejauh mana pengetahuan struktur keluarga penting dalam implementasi kegiatan Kesehatan Keluarga?; Metode pelayanan manakah yang lebih selektif dan efisien bagi masing-masing anggota keluarga bila diimplementasikan melalui titik masuk konsep Ilmu Kesehatan Keluarga?; Dikaitkan dengan data tentang struktur (komposisi) maupun ukuran jumlah keluarga (population size) secara demografis, bisakah secara efektif dicapai melalui konsep Kesehatan Keluarga?; Bagi struktur keluarga majemuk (extended family) yang heterogen masing-masing umur anggotanya melalui kesehatan pokok mana yang lebih cocok? Kesehatan Keluarga 35 nak cipia image not available image not available image not available f) Kesehatan Keluarga merupakan salah satu pijakan untuk ikut meningkatkan status kesehatan masyarakat seterusnya (melalui maternal self care, peran Ibu sebagai kunci utama/kunci masuk). g) Karenanya, pelayanan kesehatan dasar menggunakan kunci masuk unit-unit keluarga sebagai strategi yang sederhana, muda dan dapat dikerjakan oleh setiap unit keluarga. Oleh karena itu, dalam Area Kedua ini akan diawali dengan konsep Kesehatan Keluarga yang tersusun d berbagai usaha kesehatan pokok sebagai pokok bahasan dalam subbab pokok bahasan sebagaimana berikut ini: Kesehatan Ibu dan anak, dan keluarga berencana Perbaikan gizi masyarakat. Usaha kesehatan sekolah. Kesehatan lingkungan. Pemberantasan penyakit. Penyuluhan kesehatan /promosi kesehatan. VVVVY Y V Perawatan kesehatan masyarakat (Public Health Nursing). 2.3 KESEHATAN ANAK Kesehatan anak ditinjau dari program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan pokok bahasan yang penting dalam Kesehatan Keluarga. Kesehatan Ibu dan Anak dalam program KIA merupakan salah satu usaha kesehatan pokok terpenting pada konsep Pelayanan Kesehatan Dasar. Konsep pelayanan kesehatan dasar atau primer merupakan terjemahan dari konsep Primary Health Care, yang akan dibahas tersendiri.. Kesehatan anak dalam area ini akan dibahas dari sudut pandang Social Pediatric, yang meliputi: > Hubungan kesehatan anak dalam keterkaitan dengan gangguan gizi dalam masyarakat. Kesehatan Keluarga 39 nak cipia image not available image not available image not available Ekonomi [weviskinan | t uovery Gambar 3. Korelasi Pendidikan & Ekonomi terhadap Kemiskinan-Kebodohan ‘Tingkat pendidikan dan ekonomi sang Ibu mempunyai korelasi positif terhadap pemahaman kesehatan dan penerapannya di keluarga (health practice). Kemampuan ini masih ditentukan oleh pengaruh faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Ketiga faktor ini justru ikut mendukung perilaku si ibu dalam meningkatkan tumbuh kembang anaknya. ( =] » Gambar 4, Faktor yang Berpengaruh terhadap Status Kesehatan Masyarakat dan Perilaku(H. L. Blum) Kesehatan Keluarga 43 ap nek cipta image not available image not available image not available tujuh hari. Indikator ini biasanya digunakan untuk mengetahui sejauh mana pelayanan di bidang kesehatan Obstetri Gynaecology (Obgyn). Indikator pencatatan untuk kepentingan Ilmu Keschatan Masyarakat adalah angka kematian bayi sampai < 1 tahun atau belum merayakan kelahiran satu tahun. Indikator ini dikenal dengan nama Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). AKB digunakan sebagai indikator untuk menyatakan sejauh mana pembangunan kesehatan masyarakat itu berhasil. Semakin rendah angka AKB, maka dapat dikatakan relatif berhasil pembangunan kesehatan masyarakat itu. Keberhasilan pembangunan nasional dapat dilihat dampaknya pada tingkat keberhasilan kesehatan masyarakat melalui penurunan angka kematian bayi yang signifikan. Bagi dunia Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sistem pengendalian mortalitas meliputi tiga hal utama, yakni: a) Kematian janin, yang disebut abortus (kematian janin sejak awal, mulai umur 0-20 minggu). b) Lahir mati: waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan yang pasti. ©) Kematian perinatal: waktu janin umur 28 minggu atau lahir hidup kemudian meninggal sebelum umur tujuh hari Kematian perinatal dapat digunakan sebagai indikator yang menyatakan sejauh mana pelayanan Obgyn mengendalikan produk kehamilan, Hal ini berbeda dengan Angka Kematian Neonatal (AKN) yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana pembinaan kesehatan masyarakat itu berhasil atau tidak. Hasil kehamilan dinyatakan berhesil apabila persalinan menghasilkan kelahiran hidup dan tidak terjadi fatal death, abortus atau still birth. Tidak mudah untuk mendapatkan angka kematian bayi secara nasional dengan akurat, kecuali dilakukan melalui sensus atau penelitian akademik. Hal ini Kesehatan Keluarga 47 nak cipia image not available image not available image not available hidup anak dikerenakan berbagai faktor sosial-ekonomi dan lingkungen, dan sedikit karena faktor biologis. b) Menurunnya probabilitas kelangsungan hidup anak dalam. sctiap masyarakat disebabkan oleh faktor sosial-ekonomi dan lingkungan serta biologis. ©) Determinan sosial-ekonomi sebagai variabel memberikan pengaruh yang lebih mendasar, yang pada gilirannya memengaruhi risiko timbulnya penyakit yang prosesnya berdampak ke arah morbiditas. d) Kategori | (ibu) merupakan faktor yang paling banyak diteliti, melalui variabel tingkat pendidikan ibu terhadap kematian anak. Di negara- negara berkembang berbagai penelitian sudah banyak dibuktikan, antara lain: > Amerika Latin oleh Behm (1976), Hanes & Avery (1978). > Afrika oleh Caldwell (1979), Farah & Preston (1982). > Asia oleh Cochrane (1980) & Mc Donald (1981). > Indonesia oleh L.Ratna Budiarso (19808 1986), Hutomo& Hatmiadji (1982), Senti Hutomo & Poedjiastoeti (1987). 2.5 KESEHATAN IBU 2.5.1 PENDAHULUAN Bagi seorang wanita, kesehatan seorang ibu menjelang pernikahan akan dikaitkan dengan kesehatan reproduks! sehingga perlu dipersiapkan sebelumnya. Kesehatan reproduksi dapat dibedakan dalam beberapa fase, yakni: a. Sebelum tanggal pernikahan, b. Sesudah pernikahan sebelum fase kehamilan c. Selama masa kehamilan (antenatal care). Kesehatan Keluarga SI nak cipia image not available image not available image not available Tiga Terlambat: > Terlambat mengenali tanda-tandabahaya dan mengambil keputusan. > Terlambat mencapai fasilitas rumah sakit. > Terlambat dalam penanganan keadaan kegawatdaruratan. Berbagai masalah sepele yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu hamil selama Antenatal Care meliputi: > Kekurangan asupan zat besi (Fe) hingga berakibat dapat menimbulklan anemia (SKRT, 2001: sebanyak 40%). > Defisiensi energi kronis (Riskesdas, 2007: sebanyak 13, 6%) dan konsumsi garam beriodium yang masih rendah (sebanyak 62,3%) Maka untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam Antenatal Care perlu dilakukan pemantauan yang cermat, periodik, dan berkelanjutan melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) oleh Bagian Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) Puskesmas yang fungsinya bertindak sebagai surveilans. Kegiatan PWS BKIA tersebut meliputi: (1) Pengawasan frekuensi pelayanan Antenatal Care minimum melalui pemeriksaan ibu hamil a) Minimal 1 kali pada triwulan pertama. b) Minimal 1 kali pada triwulan kedua. Q) Minimal 2 kali pada triwulan ketiga (2) Kunjungan nifas terhadap bayi yang baru dilahirkan, yaitu: al Kunjungan nifas pertama kali pada masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan, b Kunjungan nifas kedua dalam waktu 2 minggusetelah persalinan 8-14 hari. ¢) Kunjungan nifas ketiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan 36-42 hari. Kesehatan Keluarga SS nak cipia image not available image not available image not available Jarak kelahiran yang pendek dapat memengaruhi status kesehatan si ibu maupun dengan anak. Selain menimbulkan risiko kematian anak menjadi tinggi, seorang wanita yang melahirkan berturut-turut dalan jangka waktu yang pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya. Hal ini dikarenakan setelah melahirkan ia harus membagi perhatiannya kepada kedua anak pada waktu yang bersamaan. Lebih dari itu, ia harus menyapih anak yang besar untuk menyusui anak yang baru lahir, Schingga dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang lahir saling berdekatan kecenderungan memiliki risiko kematian relatif lebih besar. Hubungan jarak antara kelahiran dengan risiko kematian anak ternyata merupakan hubungan langsung tetapi dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi sebagai faktor antara Diferensial menurut umur perkawinan Kawin muda pada usia kurang dari 17 tahun memiliki risiko kematian bayi 30% lebih tinggi dibandingkan dengan umur perkawinan 20 tahun ke atas (Adi.U, 1984). Pada saat melahirkan pada umur ibu 30 tahun ternyata memiliki risiko kematian bayi yang paling rendah. Kesimpulan dari berbagai penelitian terhadap macam-macam diferensial mengungkapkan adanya berbagai variabel antara lain: BR Umur ibu saat melahirkan. 2. Pendidikan ibu. 3. Kondisi kematian bayi sebelumnya. 4, Jarak kelahiran. 5, Umur waktu melahirkan. Diantara berbagai variabel diatas hanya ada empatvariabel yang memiliki risiko tinggi terhadap kematian bayi dan anak, yaitu umur saat melahirkan pertama, umur waktu melahirkan, jarak kelahiran, dan tingkat pendidikan ibu. Kesehatan Keluarga s9 nak cipia image not available image not available image not available 2.6.2 Pencukuran Status Gizi Pengukuran status giziseseorang dapat menggunakan rumus pengukuran Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), maupun pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA). Rumus Status Gizi Anak 10) + 10% Kelemahan rumus ini adalah untuk digunakan pada semua keadaan yang berbeda kurang akurat sehingga rumus tersebut masih bisa dikorelasi menambahkan sekian persen pada hasil BB,., Pengukuran berat badan pada anak (Soekijo N, 2007; Sri Karyati CS, 1985) melalui empat cara, yakni: 1. Berat Badan dibandingkan terhadap prosentasi standar Harvard menurutumur yang sama. Hasil dapat dibedakan menurutkalsifikasinya yang terkait: > Gizianakbaik ——: BB anak Iebih 86% standar Harvard > Gizianakkurang — ; BB anak 60-80% standar Harvard >» Gizi anak buruk : BB anak kurang 60% standar Harvard 2. Tinggi Badan dibandingkan terhadap prosentasi Standar Harvard (SH) dan hasil dinilai sesai dengan Klasifikasinya yang terkalt: > Gizibaik — : Tinggi Badan (TB) 2 80% SH > Gizisedang : TB 70-80% SH > Giziburuk :TB<70% SH 3, Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB), dibandingkan terhadap % standar Harvard menurut umur yang sama. > Gizibaik — : BB/TB2 90% SH > Gizisedang : BB/TB sama dengan 70-90% SH > Gizi buruk < 70% SH Kesehatan Keluarga 63 arena elpta image not available image not available image not available Tabel 8. Klasifikasi KEP menurut Waterlow Tei Be/Te ot Tit dan! Normal Akut dan ill Kronis ‘Akut dan Kronis 2.6.3 Gizi untuk Ipu Hamit Gangguan gizi untuk ibu hamil, baik kuantitas maupun kualitas akan memengaruhi kondisi Ibu hamil dan pertumbuhan janin selama Antenatal Care (Leona Dewi, 2014). Gangguan terhadap janin, antara lain meliputi: a) Gangguan terhadap pertumbuhan fisik yang dapat melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). b) Gangguan pertumbuhan sel-sel otak yang dapat berakibat mengganggu Intelectual Quotient (1Q), fungsi kognitif dan psikomotor setelah lahir. c) Gangguan pembentukan sistem antibodi, enzim usus dan daya tahan yang baru bisa dirasakan setelah lahir. d) Gangguan terhadap Ibu hamil, antara lain: Bila gangguan gizi kurang disertai dengan infeksi dalam kandungan akan mengakibatkan terjadinya faktor penting bagi gangguan keschatan ibu maupun janinnya, yaitu: > Bila asupan gizi ibu hamil kurang dari 1800 kalori/hari maka akan meningkatkan prevalensi bayi BBLR makin tinggi (WHO, 1977). > Berat lahir juga dipengeruhi oleh bentuk fisik badan ibu, yaitu jika ibu berbadan kecil maka lebih banyak melahirkan anak yang juga berfisik kecil. Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi BBLR ini akan lebih lambat bila dibandingkan dengan bayi yang beratlahirnya normal. > Gangguan gizi sering disertai dengan defisiensi zat besi hingga pada ibu hamil relatif selalu disertai dengan anaemia. Karenanya, untuk 67 Kesehatan Keluarga aban dengan .adk elpta image not available image not available image not available 2.7 USAHA KESEHATAN SEKOLAH 2.7.1 PENDAHULUAN Program Usaha Kesehatan Sckolah (UKS) merupakan program dan tanggung jawab Direktorat Bina Kesehatan Sekolah di bawah Direktorat Jenderal Bina Keschatan Masyarakat Republik Indonesia, Program ini mendapat penanganan secara khusus mengingat sasarannya adalah anak-anak yang bakal merupakan pengganti dan generasi penerus. Jumlah mereka dalam “dependent ratio I” berjumiah 1/3 dari penduduk Indonesia seluruhnya, yang mana 2/3 (dari 1/3 penduduk Indonesia) dari padanya adalah anak-anak sekolah. Program UKS telah dirintis sejak tahun 1976 yang selanjutnya pada tahun 1984 kehadiran UKS itu dikukuhkan oleh empat menteri melalui Surat Keputusan Bersama oleh Kementrian Kesehatan, Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan, dan Kementrian Dalam Negeri. Adanya Surat Keputusan Bersama tersebut menjadikan program UKS sebagai program nasional yang wajib bagi semua sekolah, baik sekolah pemerintah maupun swasta. Secara garis besarnya, program UKS merupakan program lintas sektor dengan unit keschatan sebagai leading sector selaku pembina. UKS sebagai program Departemen Kesehatan pada tahun 2000 mendapatkan fasilitas dengan pembinaan program Health Promoting School. Dalam implementasi Health Promoting School, dikembangkan TRIAS UKS yang meliputi tiga aspek, yaitu Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat. Pelaksanaan aspek ini masing- masing saling kerja sama antarpihak sekolah, orangtua, Puskesmas serta masyarakat sekitarnya yang menaruh perhatiannya terhadap bidang UKS sebagai Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Sebagai pembimbing mandiridi sekolah, para pendidik bertindak sebagai peserta aktif dalam pengembangan sekolah sehat. Kesehatan Keluarga 1 ak cipia image not available image not available image not available Dalam pengembangan sekolah-sekolah UKS setiap tahun, dapat diselenggarakan lomba antarsekolah. Demikian pula untuk pengembangan UKS di berbagai sekolah, dapat dilakukan akreditasi. Adapun akreditasi UKS dimulai dari yang terendah sampai yang terbaik adalah akreditasi minimal, akreditasi standar, akreditasi optimal dan yang terakhir paling baik disebut akreditasi paripurna. Untuk menyertakan sekolah dalam lomba UKS, masing masing sekolah harus menampilkan tingkatan paripurna. Penilalannya berupa implementasi dari Trias UKS. Akreditasi untuk Strata Minimal Pendidikan Kesehatan: Mengintegrasikan Pendidikan Jasmani dalam pengetahuan UKS. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan buku bacaan tentang pendidikan kesehatan di sekolah. Pelayanan Kesehatan: Dilaksanakan penyuluhan kesehatan secara periodik, terjadwal dan berkelanjutan, termasuk untuk kesehatan gig), gizi dan Imunisasi. Hal int dapat dilakukan dengan cara tersedianya buku bagi guru mengenai deteksi dini tumbuh kembang anak didik, dan adanya pengukuran berat badan yang dipimpin oleh murid secara bergilir dan dicatat Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat: 1. Tersedia air bersih untuk dijadikan sumber air minum di sekolah. 2. Ada tempat untuk cuci tangan (tersedia air dan sabun), 3. Adanya WC/jamban keluarga yang berfungsi dan terawat higienis. 4 Ada saluran pembuangan air kotor yang berfungsi dan terawat dengan baik. Kesehatan Keluarga is) nak cipia image not available image not available image not available dengan sendirinya makin bisa mendukung kegiatan Gerontologi. Dampak dari semakin majunya kegiatan Gerontologi ini menimbulkan peningkatan jumlah usia lanjut yang dapat ditangani melalui kegiatan pelayanan Geriatri secara khusus Berdasarkan berbagai pertimbangan di atas, pentingnya kajian Geriatri dalam konteks Gerontologi sampai dibahas secara luas dalam simposium Gerontologi tahun 1978, Perkembangan Gerontologi di Indonesia diharapkan dapat terus ditingkatkan melalut berbagal upaya dan tndakan dengan tujuan agar penduduk usia lanjut tetap dalam keadaan sehat selama mungkin. Baik fisik, mental maupun sosialnya mereka bisa terus bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat. 2.8.2 Stuanan Laninnya UU KesesaHTERAAN Sosiat Dukungan aspek legal terhadap kegiatan tentang Gerontologi dalam UU Kesejahterahan Sosial No. 13 Tahun 1998 menetapkan kapan seseorang mulai disebut lanjut usia (lansia). Menurut UU Kesejahteraan Sosial, batas lansia dimulai pada umur 60 tahun ke atas, sedangkan WHO menetapkan justru dimulai sejak umur 65 tahun. Bagi Negara Indonesia, dengan makin majunya tingkat perkembangan pelayanan keschatan di dalam masyarakatbeberapapenelitian mengungkapkan berbagai hasil penelitian sebagai berikut: 1. Tingkat umur harapan hidup lansia sudah mencapai 68 tahun, bahkan beberapa sudah di atas 70 tahun, 2. Umur harapan hidup wanita di Indonesia ternyata secara rata-rata relatif lebih lama daripada pria. Kesehatan Keluarga 79 nak cipia image not available image not available image not available Contoh: (pada tahun 2007), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk orang tua usia lanjut masih tinggi yaitu: ‘TPAK Lansia Pria = 72,26 % TPAK Lansia Wanita = 37,83% (Sumber: BPS-Susesmas 2007) Dengan semakin bertambahnya umur harapan hidup, maka semakin meningkatkan jumlsh penduduk lansia. Hal ini bisa digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Indikator ini dapat disangkutpautkan dengan Human Development Index (HDI) maupun Physical Quality of Life Index (PQLI). Umur Harapan Hidup (UHH) dimasukkan dalam penerapan kedua indeks diatas, sehingga indeks tersebut dapat digunakan untuk mengujisecarakorelasi antar keberhasilan pembangunan suatu wilayah terhadap keberhasilan status kesehatan masyarakatnya. Melihat tren perkembangan lansia sejak tahun 1980 hingga saat ini yang masih terus menunjukkan peningkatan maka pengembangan pelayanan Geriatri seyogyanya juga harus sejalan dan berimbang dengan peningkatan tersebut. Gambar 7. Tren Perkembangan Lansia Kesehatan Keluarga 83 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available 96 Dalam kajian area III ini akan dibahas program sanitasi dan lingkungan dalam konsep pengertian Kesehatan Lingkungan, maka timbul pertanyaan apakah Kesehatan Lingkungan bisa dikembangkan sebagai salah satu mata kuliah tersendiri, apakah Kesehatan Lingkungan bisa diperkembangkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri, Beberapa pandangan ahli-abli Iimu Kesehatan Masyarakat (Public Health Sciences) sempat menyatakan pendapatnya terhadap hal ini, antara lain: Hanlon (1964): Lebih condong menempatkan Kesehatan Lingkungan sebagai bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang dapat dikutip dari pernyataannya bahwa: “Public Health then come to be regarded as an intergration of sanitation sciences an medical sciences’. Di sini Kesehatan Lingkungen bisa dikembangkan sebagai spesialisasi asal dalam konteks IImu Kesehatan Masyarakat. Kesehatan Lingkungan jelas bukan merupakan suatu approach system (suatu pendekatan) seperti Kedokteran Keluarga, Kesehatan Keluarga, Kesehatan/Kedokteran Sosial (Social Medicine), atau Kedokteran Preventif (Preventif Medicine) dan sebageinya. Windslow (1920): Rumusan definisi Windslow diadopsi sebagai rumusan kesehatan masyarakat oleh WHO, dengan penekanan pada “Public Health is the science and art of preventing desease” dan seterusnya, serta bisa “trough organized community effort for the sanitation of the environment and control of communicable infection” dan seterusnya... Pencegahan pen kit maupun sanitasi_ terhadap lingkungan dan pengendalian penyakit infeksi yang limu Kesehatan Masyarakat image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available 7. Aktivitas selanjutnya terhadap asam asetat CH3COOH —anaerobic_s CHz + CO2 Dalam rangkaian reaksi di atas, berbagai bakteri tertentu akan menghasilkan enzim-enzimnya tertantu yang berkaitan. Enzim-enzim ini aktivitasnya dipengaruhi oleh suhu, keasaman lingkungan (PH) dan konsentrasi bahan organiknya. 8. Reaksi bakteri fotosintesis terhadap oksidasi anorganik terhadap sulfida 3 HeS +6 H20 +6 CO Simar Matahari_. CsH1205 + 3 H>SOa 9. Kemosintesis oleh nitrosomonas 2.NH3 + 302 ——________s 2HNOp + 2 HO + Energi 10. Kemosintesis oleh nitrobakter 2NO> + 0» ____5 2.NOs + Energi 3.3.1 Pencarun Exotoci Sampan TerHapar KeseHATAN Sampah yang merupakan hasil buang (sisa) tidak terpakai oleh manusia. Jika dipandang secara ekologis, maka sampah dianggap sebagai sumber pencemar, yaitu: a) Sebagai sumber infeksi/sumber mikroorganisme patologis yang dapat menyebabkan penyakitinfeksi (transmision of infectionand communicable deseases). b) Sebagai sumber bahan kimia yang berbahaya atau beracun karena di dalam sampah bisa saja mengandung bekas pengemasan bahan-bahan kimia 108 llmu Kesehatan Masyarakat image not available image not available pemulung merupakan kelompok risiko yang mempunyai kesempatan tinggi untuk menderita penyakit-penyakit hepatitis, tetanus, intestinal infektion (infeksi perut) dan leptospirosis, Kecuali kelompok penyakit sebagaimana dalam tabel di atas, maka lewat tanah bisa juga menimbulkan_penyakit- penyakit cacing (ascariasis, ankylostomiasis dan lain-lain) maupun dermatitis, 3.4 PENCEMARAN Dalam pokok bahasan pencemaran ini,akan dibatasi hanya pada wawasan pencemaran udara dan pencemaran air. Sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu secara umum tentang definisi pencemaran (pollution). Banyak teori yang mengungkapkan definisi pencemaran, Agar pemahaman kita tercurah pada definisi yang dianut Indonesia, maka kita berpedoman pada UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pencemaran Lingkungan yang dikategorikan dalam UU ini adalah peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, , energi dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia ataupun proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu dan menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Dari definisi ini dapat diambil beberapa pemahaman bahwa: 1). Terdapat berbagai penyebab terhadap terjadinya pencemaran lingkungan 2). Pencemaran bisa terjadi pada objek lingkungan, yaitu air, udara, tanah, dan lain-lain. 3). Tahap pertama pencemaran berdampak pada stabilitas lingkungan, kemudian berlanjut pada penurunan kualitas lingkungan Kesehatan Lingkungan tm nak cipia aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 14 Ragam sifat dan karakteristik masing-masing lapisan udara bisa memiliki dampak pada proses timbulnya pencemaran udara, Pada komposisi udara troposfer normal memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk fisiologi kehidupan manusia. Ini berarti bahwa dalam keadaan normal tidak boleh terekspose dengan polutan atau kadar normal toleransi tidak melebihi standar kualitas (ambien) yang ditetapkan. Pada udara normal khususnya di lapisan woposfer memiliki jenis komposis! normal sebagai berikut: Tabel 14. Komposisi Normal Troposfer Jenis Komponen % perliter ppm dara Nitrogen (N2) 7809 78030000 Oksigen (02) 2095 20950000 Argon 093 9.30000 ‘Asam Arang (CO,) 003 31500 Gas-gas dalam jumlah sedikit: Helium Methan - Keypton No, H, 2 Xenon - No, - zon Untuk fisiologi kehidupan kita membutuhkan gas oksigen (0,), yang kadarnya di dalam dan di luar rumah tidak banyak berbeda. Hanya di dalam terowongan-terowongan maupun tempat-tempat di mana kita biasanya bernafas lebih kencang terjadi penurunan oksigen hingga mencapai 2,5%. Gas nitrogen (zat lemas) di udara lebih bersifat mengurangi kadar oksigen (0,). Sebali nya CO, di udara berguna untuk memelihara pola keseimbangan limu Kesehatan Masyarakat al cinig secara ekologis antara manusia dan tumbuh-tumbuhan, di mana pada siang hari sebagaian CO, yang berasal dari pembebasan pernapasan oleh manusia mengakibatkan dampak fungsional timbal balik pada proses terjadinya asimilasi oleh tumbuh-tumbuhan. Muncul pertanyaan bagaimana keterkaitan kualitas udara normal dengan pencemaran udara? Untuk menjawab pertanyaan ini, lebih dahulu perlu dipahami tentang definisi pencemaran udara., Menurut Enggeners Join Council dalam Air Pollution and Its Control (Henty ¢ Perkins: Air polution, Mc Graw Hill Book Company, USA, 1974, p.3) polusi udara adalah: “sue Means presence in the outdoor atmosphere of one or more contaminants. Such as dust, fumes, gas, mist, odor, smoke or vapor in quantities of characteristics animal life or to proverty or which unresonable interferes with the comfortable environment of life proverty” Berdasarkan definisi di atas, dapat kita petik berbagai kata kunci fundamentalnya. Maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut: a. Bahwa adanya satu atau lebih zat pencemar harus dalam jumlah yang banyak dan berlangsung lama di udara b. Pencemaran yang terjadi secara singkat diistilahkan sebagai kontaminant dan jika berlangsung lama serta dalam jumlah banyak kita sebut pencemar itu sebagai polutan. Berdasarkan pendapat Ir. Sudirman dalam kutipannya terkait Kriteria Pencemaran Udara dan Air yang dipublikasikan dalam Journal of Public Health No, 13 Tahun IV-1975, Depkes RI discbutkan: “Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan atau zat ~ zat asing di udara dalam jumlah yang dapat menyebabkan perubahan Komposisi atmosfir normal.” Kesehatan Lingkungan HIS nak cipia Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa suatu keadaan baru disebut pencemaran apabila atmosfer normal telah mengalami perubahan komposisi akibat dibebaskannya suatu zat pencemar ke dalam lapisannya Sedangkan Grolier dalam International Encyclopedia, Jilid | Halaman 198, menyebutkan bahwa: “Pollution are extraneus gages and small suspended particles in the earth atmosfer.” Definisi ini singkat, hanya menekankan bahwa adanya gas atau partikel yang bukan merupakan komposisi udara normal kedalam atmosfer disebut telah terjadi pencemaran Definisi Slamet Ryadi dalam bukunya yang berjudul Pencemaran Udara, yang diterbitkan oleh penerbit Usaha Nasional, Indonesia, tahun 1982, Halaman 12-13, menyebutkan sebagai berikut: “Pencemaran udara adalah keadaan dan proses di mana ke dalam atmosfer oleh suatu sumber batk melalui aktivitas manusta maupun alam dibebaskan satu atau beberapa jenis zat dalam kuantitas maupun batas waktu tertentu yang secara karakteristik dapat cenderung dapat menimbulkan ketimpangan susunan udara atmosfer secara ekologis hingga mampu menimbulkan gangguan bagi kehidupan suatu organisme maupun benda-benda’. Dari berbagai definisi di atas, dapatkita disimpulkan sebuah pemahaman sederhana berupa: a. Pencemaran adalah suatu keadaan atau proses. b. Masuknya zat oleh suatu sumber pencemar meliputi besaran jumlah maupun lamanya proses. cc. Pencemaran itu terjadi akibat aktivitas manusia (buatan) atau alam (natural) 16 llmu Kesehatan Masyarakat d. Dampak yang ditimbulkan mengakibatkan ketimpangan susunan atmosfer secara ekologis hingga menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia maupun perubahan benda-benda (misalnya pe- rubahan warna) 3.4.1.1 Kvasirixasi Pencemar Pencemar udara dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni sebagai pencemar primer dan pencemar sekunder: Pencemar Primer Pencemar primer adalah pencemar di udara yang setelah dibebaskan dari sumbernya semula tidak berubah bentukaya. Jelasnya bentuk pencemar sebagai hasil setelah di satu proses yang dibebaskan oleh sumber pencemai udara tidak berubah, Termasuk pencemar primer adalah: Dari sumber cerobong (Stack): SO, Industri pemurnian logam - e Dari sumber pembakaran bahan : so, NO, CH, bakar dan batu bara Hidrokarbon dan CO, Pencemar Sekunder Adalah pencemar yang berada di udara, tidak berasal dari sumberaslinya melainkan pencemar yang terjadi dari hasil reaksi primer dengan zat~zat lain di udara, Reaksi yang terjadi pada pencemar sckunder ini dapat melalui dua pola reaksi, yaitu: * Reaksi (Photo-chemical reaction in atmosphere) Contoh; reaksi antara pencemar primer hidrokarbon dan pencemar primer NO, yang terjadi dengan bantuan sinar ultraviolet di udara yang menghasilkan ozon, Kesimpulan: ozon adalah pencemar sekunder. Kesehatan Lingkungan a7 nak cipia 118 © Reaksi katalis Di sini reaksi pembentukan oksida-oksida gas dengan bantuan par- tikel-partikel logam di udara sebagai katalistor: Oksida~oksida gas itu yang disebut sebagai pencemaran sekunder. Dari kedua macam Klasifikasi di atas, pencemaran primer yang paling penting jika dikaitkan dengan berbagai reaksi polutan di udara, Berbagai aspek reaksi kimia dari pencemar-pencemar primer yang utama dapat dikemukakan adalah $0,,NO,, CO, HC, dan O, SO, (Sulfat Dioksida) Biji-biji besi dan tembaga biasanya terikat dengan belerang, yaitu Fes dan Cus. Dalam proses pemurnian logam digunakan bahan bakar yang biasanya adalah batu bara. Dari proses pemurnian tersebut dihasilkan gas SO, melalui cerobong. Asapnya demikian pula pada pembakaran tidak sempurna dihasilkan SO,. Sumber-sumber pencemar primer ini adalah = Industri pemurnian logam. * Penyulingan-penyulingan minyak. * Pabrik asam sulfat. NO, (Nitrit Oksida) ‘Terdapat sebagai NO maupun NO, di udara. Zat oksida ini dengan senyawa hidro karbon di udara dapat bereaksi secara fotokimia dengan pengaruh sinar ultraviolet diubah menjadi berbagai pencemar sekunder di udara, Berbagai reaksinya merupakan suatu mata rantai yang kompleks. Secara sederhana di sini dapat digambarkan reaksinya sebagai berikut: limu Kesehatan Masyarakat aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 120 © Hidrokarbon radikal yang reaktif tersebut dapat pula bereaksi de- ngan oksigen menjadi ozon dan radikal-radikal lain. * Beberapa dari radikal aktif tersebut dapat bereaksi dengan NO, mem- bentuk persenyawaan Peroxy Acety Nitrat (PAN). Adanya raksi berantai antarberbagai pencemar primer maupun primer dengan sekunder dengan bantuan sinar matahari (ultraviolet) di musim panas di tengah-tengah pencakar langit akan menggambarkan terjadinya kabut/asap apa yang disebut photo-chemical smog sebagaimana contoh terjadi di kota-kota besar yang memiliki gedung pencakar langit. CO (Karbon Monoksida) Secara alamiah kehadiran karbon monoksida (CO) berada dalam jumlah yang sangat kecil sekali tercampur dalam gas alamatau oleh erupsi gunung berapi. Di samping secara alamiah sebagai pencemar primer ia merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna pada senyawa yang mengandung karbon seperti dari hasil pembuangan kendaraan bermotor, sumber buangan mesin pembangkit listrik/pusat pembakaran bahan-bahan bakar maupun batu bara. HC (Hidrokarbon) Hidrokarbon secara alamiah di udara berada dalam jumlah yang sangat kecil. Sebagai pencemar primer ia berasal dari pusat-pusat pembakaran yang menggunakan bahan bakar tossie maupun batu bara. Hidrokarbon ini dalam udara dengan bantuan sinar ultraviolet bereaksi dengan nitro- gen oksida secara fotokimia, Salah satu sumber pencemar hidrokarbon terpenting adalah pusat-pusat penyulingan minyak. ©, (Ozon) Ozon secara alamiah merupakan hasil reaksi fotokimia antara NO, dan hidrokarbon dengan bantuan sinar violet matahari. limu Kesehatan Masyarakat 3.4.1.2 Sumper-Sumaer Pencemar Udara Sebagai sumber bagi pencemar primer, kita dapat membagi berbagai sumber pencemar ke dalam empat Klasifikasi. yaitu: a Sumber pencemar udara oleh industri dan pengolahan pertamban- gan sebagai sumber tidak bergerak. Di sini sumber-sumber secara teoritis dapat dengan mudah kita kurangi/cegah melalui pengawasan terhadap cerobong yang dapat dikendalikan melalui baku mutu emisi. Pencemarannya dapat beru- pa primer maupun sekunder. Sumber pencemar bergerak, yaitu berasal dari kendaraan bermotor. Dari sumber ini terbanyak adalah CO dan SO, dan hidrokarbon yang semuanya merupakan pencemar primer. Sumber pencemar oleh pembakaran sampah dan kebakaran. Sumber pencemar lain, termasuk sumber pencemaran oleh pemba- ngunan. Baik pencemar yang langsung dibebaskan di udara (pencemaran primer) maupun yang kemudian bereaksi dengan pencemar primer lain di udara hingga menjadi pencemar sekunder dapat memiliki sifat iritant, asphyxiant, anaestetik dan narkotik maupun dapat bersifat sistemik toksik.. Pencemar Bersifat Iritant Bersifat korosif, memiliki. kemampuan menimbulkan keradangan terhadap permukaan mukosa alat-alat pernapasan seperti: a) Terhadap upper respiratoric tract - Golongan aldehida (misalnya formaldehid, acetqledehid, dan lain- lain). - Debualkalin, amonia, asam chormat, dan lain-lain. Kesehatan Lingkungan 121 nak cipia = Setylen oxide, hidrogen chlorida, hidrogen fluorida dan lain-lain. - Sulfur dioksida, sulfur trioksida. b) Terhadap upper respiratoric tract dan jaringan paru-paru - Bromin, klorin dan Klorin oksida cyanogen bromida, cyanogen klorida. - Dimetil sulfat, dietil sulfat. = Jodium ozon. - Sulfur klorida, fosfor triklorida, fosfor pentaklorida. ¢) ‘Terhadap broncheoli dan alveoli - Arsen triklorida, - Nitrogen dioksida, nitrogen tetraoksida. (Bahan-bahan toksik ini dalam dosis berkelebihan dapat menimbulkan asphyxia hingga kematian. Pencemar Bersifat Asphyxiant Pencemar asphyxiant memiliki daya kerja mengadakan hambatan maupun blokade terhadap proses oksidasi dalam jaringan tubuh, Khususnya jaringan otak pencemar asphyxiant dapat dibedakan dalam dua kelompok: a) Simple asphyxiant yang dapat menimbulkan proses pengenceran ter- hadap tekanan parsial oksigen yang sebenarnya dibutuhkan darah dalam pernapasan sel-sel jaringan. (contoh: CO, ethan, helium, H2, methan dan lain-lain). b) Cemicial aspyxiant yang kerjanya secara khemis dengan mengham- bat oksigen darah dari paruh-paru hingga sel-sel jaringan akhirnya mengalami anoxemia. Sekali pun kadar oksigen dalam darah cukup, ia tetap tidak dapat memberikan oksigenasi karena oksigen secara kimia terikat dengan pencemar iritant (contoh dengan cyanogen, hi- drogen, cyanida, nitrit, dan lain-lain). 122 llmu Kesehatan Masyarakat Pencemar Bersifat Anaestetik dan Narkotik Kelompok pencemar ini pada dosis rendah bersifat menenangkan terhadap susunan syaraf dalam batas-batas ringan tanpa menimbulkan defect (kerusakan) pada alat-alat sistematik yang berat (sifat anaestetik). Sebaliknya, dalam dosis tinggi akan menghambat/menekan sistem saraf pusat dengan jalan mengurangi tekanan parsial oksigen hingga mengakibatkan individu yang menghirup mengalami kehilangen kesadarannya. Contoh : Hidrokarbon tertentu (acethylen, alkalen, dll) Aethylen, Propane, Decane, dan lain-lain Alifatik keton (Aceton, Oktanol) alifatik alkohol Bentuk senyawa ester yang dalam jaringan berubah menjadi organik oksida dan alkohol. Bahan-bahan di até lidak terjadi dalam udara ambien kecuali di dalam udara industri karena terjadi kecelakaan atau kebocoran. Pencemaran Bersifat Sistematik Toksik Masing-masing pencemar memiliki efek dan lokasidefect terhadap organ sendiri-sendiri, tergantung pada sifat dari zat pencemar yang bersangkutan, Efek ini kita bagi dalam lima kelompok, yakni: a) Halogeneted hidroxaroon yang dapat menimbulkan kerusakan alat-alat viscera (organ-organ dalam rongga perut). b) Pencemar hidrokarbon yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem haematopesis seperti contoh benzena, phenol, toulen xylen dan naphthalene. ¢) Kelompok pencemar yang menimbulkan keracunan terhadap sistem siarat meliputi pencemar karbon sulfida, ethyl alkohol, thiophene. d) Pencemar yang termasuk racun logam berat misalnya Pb, Hg (merkuri), kadmium, mangan, dan beryllium. Kesehatan Lingkungan 123 nak cipia 124 e) Kelompok pencemar yang nontoksik metal yang bersifat racun meliputi arsen, fosfor, sulfur, dan lain-lain. Pencemar Bersifat Partikel Merupakan pencemar debu yang dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yakni: a. Debu yang mengakibatkan ribrosia di dalam paru-paru termasuk da- lam kelompok debu ini adalah debu silika asbes, dan lain-lain. b. Debu karbon sebagai debu inert yang kita kenal sehari-hari. c. Debu yang hanya menimbulkan efek alergik seperti debu kayu dan beberapa debu organik. d. Debu yang bersifat iritant seperti debu alkali, flourida dan acid. Debu-debu ini dapat diketemukan baik dalam udara ambien maupun di dalam in door atmosphere. Kelompok dua pertama (A dan B) dapat menimbulkan penyakit yang disebut Pneumoconiosis dari segi kualitas kita mengenal dua kualitas udara, yakni kualitas udara ambien dan kualitas udara yang dihasilkan oleh pencermaran yang disebut kualitas udara emesi Di dalam kualitas udara ambien terdapat berbagai gas scbagaimana terdapat dalam tabel di bawah ini, Untuk bisa mengukur masing-masing parameter gas tersebut ditetapkan persyaratan pengambilan sampel udara yang berbeda-beda. Demikian juga untuk memeriksa kadar gas tertentu dipersyaratkan terhadap lamanya waktu pengukuran metode analisisnya dan peralatan lain yang digunakan. Dalam keadaan normal yang tidak terkait dengan pencemaran masing-masing gas memiliki baku mutu tersendiri. limu Kesehatan Masyarakat Tabel 15. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien. [no | varameer | pat | pusumaus | mewdeanass | reraaan — | fa |so, 24 Jam 0,0ippm —_| Pararosanilin Spektrophotometer | 2 |co 8 jam 20,00 ppm | NIDR NIDR amalayzer 3 |No, 24 Jam 6.05 ppm | Salezam Spektrophotometer 4 |o 1 Jam 0.10 ppm — | chemium Spektrophotometer 5 | pebu 24 Jam 0,26 mg/m? | Gravimetrik Hi -volume sampler 6 |b 24 Jam 0.06 mg/m | Gravimetri Hi-vol, AAS 7 |ns 30min [0.03 ppm _—_| Hgthiocyanat Spektrophotometer a [Nn 24 Jam 2.00 ppm | Nessler Spektrophotometer 9 [ne 3 fam 0.24 ppm —_| Flame-ionization | GasChoromatofraphy Sumber: KEP-2/MENKLH/1/1988, Dikutip kembali dari Juli Soemirat Slamet. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada Press. 1994, Parameter gas dalam tabel tersebut dihasilkan dari suatu proses pencemaran karena pembakaran dengan suatu bahan bakar tertentu hingga oleh karenanya masing-masing parameter sudah ditetapkan di atas standar yang diperkenankan yang disebut baku mutunya. Demikian pula suatu sumber tidak bergerak, misalnya sumber industri atau suatu pusat pembakaran bila membebaskan gas yang bisa menjadi sebagai pencemar (primer) memiliki baku mutu yang disebut Baku Mutu Emisi Baku mutu emisi ditetapkan berdasarkan tiga klarifikasi. Tergantung jenis sumber tak bergerak tersebut, baku mutu emisi di bawah ini di klarifikasi yang mana, apakah menurut A, B dan C sebagaimana keputusan No. 2/ MenKLH/I/1988 tabel tersebut di bawah ini. 12S Kesehatan Lingkungan ak cipia aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 3.4.1.3 Proses PencemARAN Upara Pencemar primer dalam udara dapat mengalami proses lebih lanjut. Rangkaian proses tersebut dapat digambarkan di bawah ini: MXING [>| RESPTOR SUMBER |3] aimosein 3} PENCEMAR PENCEMAR EMIS! PRIMER SEKUNDER J | PHOTO-CHEWICAL TRANSFORMATION Gambar 13. Proses Pencemar Primer Dalam photo-chemical transformation dibutuhkan sinar_matahari (ultraviolet), yaitu merupakan photo dissosiation yang terdiri atas tiga tahap yang rangkaian reaksinya sebagaimana tersebut di bawah ini: Tahap|_: Reaksi Photolytik terhadap NO, No, ===> no+o, (merupakan reaksi dissosiasi pula) ‘Tahap Il: Pembentukan ozon melalui 0, dengan 0, dalam reaksi ini di- butuhkan kesertaan bahan ketiga M tanpa ikut dalam proses reaksi. 0+0,+M———30, +M (dari kedua reaksi I dan II dipersatukan, maka terjadi reaksi sebagai berikut) No,+0, ————> NO+0, 127 Kesehatan Lingkungan arena elpta Tahap Il: Merupakan reaksi foto-kimia dalam pembentukan berbagai peroksida dari bahan hidro ~ karbon (CH) yang melibatkan 0, dan Ozon yang terbentuk. 0,—————_0, + 0, RCH + 0-50 RCO +0—_——2RC + 0, RCO + RC———aldehida + keton + dll RCO + 0-———R COO NO +05, CH, - COO +NO;—>CH, Secara “model” keseluruhan proses photo-chemical transformation bisa dilukiskan melalui gambar di bawah ini: N Sinar Ultra Violet Matahari + On <— Orudera a Gambar 14. Model Pembentukan 0, dan NO, Pada gambar di atas, dimulai dari NO, kemudian dengan bantuan ultraviolet sinar matahari akan terjadi disosiasi menjadi NO dan O nascen. Sebaliknya O nascen yang terjadi kemudian bereaksi dengan 02 dari udara 128 llmu Kesehatan Masyarakat menjadi Ozon (0,). Reaksi selanjutnya merupkan gabungan NO dan O, merupakan recycling kembali menjadi NO, seperti sejak awal semula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembentukan 0, yang kembali kepada reaksi awal NO, merupakan model jaringan tertutup (close- cirbulation Model). Untuk jelasnya model hasil berupa 0, (Ozon) dalam jaringan ini yang dimulai dari NO, selanjutnya akan menimbulkan pembentukan berbagai zat oksidan maupun kabut asam di udara. Rangkaian reaksi ini tergambar dalam Model Pembentukan Oksidan dan Kabut asam sebagaimana tersebut di bawah ini: Gambar 15. Mode! Pembentukan Oksidan dan Kabut Asam di Udara Dari berbagai reaksi sejak semula dapat diungkapkan bahwa pembebasan suatu pencemar primer di udara akan mengakibatkan berbagai matarantai reaksi unsur-unsur pencemar lain di udara hingga dapat mengubah komposisi udara dan menurunkan kualitas udara ambien 129 Kesehatan Lingkungan 1ganah cipia aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available bahan kimia tembaga dalam sungai yang airnya digunakan sebagai sumber baku air PDAM perlu memperoleh perhatian. Salah satu mikroorganisme nonpathogen, yaitu bakteri E. Coli. Bakteri ini dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana air sungai telah dikontaminasi oleh faecal, karena kehadiran bakteri E. Coli bisa menunjukkan kontaminasi faecal sebagai penyebaran kuman pathogen ain Persyaratan Kemis Persyaratan Kemis ini sangat penting untuk mengetahui kontaminasi bahan kimiawi mana yang terdapat dalam bahan baku air minum serta sejauh mana kuantitasnya sudah melewati ambang batas zat yang ditentukan untuk kualitas air baku air minum, Untuk mengetahui ambang batas masing-masing zat kimia dalam air dapat dibandingkan pada tabel di bawah ini: Tabel 18. Kadar Bahan-Bahan Toksik (Racun) Utama dalam Air yang Perlu Ditolak sebagai Air Minum (di USA) Unsur | Kedar dtatas mana air a harus tidak digunakan Ba ‘arson ee Racun, berefek kronis, karsinogen, terdapat dalam mekanan Barium 10 Racun, efek: hati, saluran darah, dan sara. Keracunan akut pada manusia melalui Cadnium 1,01 makanan, kadar 0,1-10 mg/liter akumulasi di ginjal dan hati dari tikus percobean, Chavo Karsinogen pada inhalasi, kumulatifdalam — 0,05 jaringan tkus pada kadar dalam air minum 5 Enam mg/l Cyanida | 0,2 50 ~ 60 mg fatal pada dosis single. Racun, terkandung dalam air mekenan dan iinet 0.05 asap rokok, Keseimbangen dapat dijaga Hitam paintake 0,3-0,4 per hari Kesehatan Lingkungan 133 nak cipia Selenium | 0,01 Racun Retensi perak menyebabkan argyriadan “blue Perak 0,08 gray discoloration of skin, eyes, and mous membranes”. Sumber: Prof. Emil T. Chanlet, “Enviromental Protection” Mc. Graw Hill Book Co., New York, 1973, halaman 80. Pada kolom kedua yang diartikan kadar maksimal di mana sumber air sudah harus tidak digunakan sebagai air minum. Tabel tersebut mencantumkan kehadiran bahan-bahan yang bersifattoksikbila kadarnya di atas tertera harus absolut ditolak sebagai air minum karena akan berakibat fatal bagi kesehatan. Berbeda dengan tabel berikut ini yang menyatakan beberapa bahan- bahan kimia didalam air di Amerika yang masih boleh digunakan asal tidak melebihi kadar maksimum yang ditentukan pada kolom 2 di atas. Tabel 19. Berbagai Konsentrasi Bahan Kimia yang Masih Diperbolehkan di bawah Kadar Maksimum (berdasarkan ketentuan standar air minum di Amerika pada tahun 1962). Kedar. Bahan Kimia Keterangan: (mg/L) e Alkil Bensen 05 ‘Suatu komponen dalam detergen yangbersifat“non- Sulfonat (ABS) biodegradable” dan tidak berubah (persistent) setelah perkolasi dan proses pengolahan bilogis, pembusaan biasanya pada 1 mg/liter. Arsen 0,01 Merupakan konsentrasi batas yang diperbolehkan /diharapkan. Chlor 250 Mendekati Nilai Ambang Rasa (Threshold Taste) ‘Tembaga 1 Dibutuhkan dalam metabolisme, NilaiAmbang Rasa berkisar dari 1-5 mg/liter, merupakan konsentresi batas mencegah rasa tidak enak Korban 02 Konsentrasi ini merupakan bagian dari total chiloroform organik dalamair, penyebab rasa, racun, karsinogen extract dan bahan buangan, air dengan kadar ini sudah meruapakan kualitas yang buruk 134 limu Kesehatan Masyarakat Cyanida 0,01 Merupakan batas yang diperbolehkan/diharapkean. Besi 03 Dibutuhkan dalam metabolisme, tetapi air tidak dapat memenubi kebutuhan 7-35 mg per hari, Nilai Ambang Rasa 2 mg/liter, 1 mg/liter dapat menyebabkan flek, rasa dan warna tidak boleh ada dalam minuman, dapat membentuk koloidal dalam air Mangan 0,05 Flek pada benda-benda putih, oleh deposit Mn02, rasa dan warna tidak boleh ada dalam minuman, mungkin suatu bahan yang dioutuhken dalam makanan : 10 mg per hari dalam makanan, bersifat toksik pada inhalasi Nitrat 45, ‘Air sumur dengan kendungan 67-1.100 mg/liter menunjukkan methemoglobinemia pada bay yang memformulasi susu dengan air ini, Hati-hati terhadap penyediaan minum bay! bila kadar nitrat lebih dari 45 mg/liter. Fenol 0,001 Hasil reaksi senyawa fenolat dengan Chlor menyebabkan rasa dan bau yang mengganggu. Sulfat 250 Rasa dan efek laxative pada kadar 600-100 mg/ liter bila Mg dan Na sebagai kation Total Dissolved | 500 Solids Sumber : Prof, Emil 7, Chanlet, “Enviromental Protection” Mc, Graw Hill Book Co., New York, 1973, halaman 82. Rasa dan effek laxative. Pengertian air menurut Abel Wolman (Emill Chanlett hal. 79) adalah H,0 + unsur kimia “X”, Unsur kimia X merupakan zat-zat yang ditimbulkan karena bahan buangen oleh aktivitas manusia bertahun-tahun melalui sistem “Hydrological Cycle”, Dengan makin derasnya arus pembangunan maka factor “x” justru merupakan masalah yang meningkatkan dalam siklus hidrologi disebabkan meningkatnya timbal balik akan terjadinya pencemaran air oleh bahan-bahan kimia. Unsur yang perlu diperhatikan dalam kualitas air minum antara lain adalah kehadiran unsur Fluor. Kadar Fluor sebesar 8-20 mg/Lakan merusakkan 13S Kesehatan Lingkungan image not available Di air steril mikroorganisme pathogen dapat berlangsung hidup selama 15-25 hari bagi Salmonella typhi dan selama 1-5 hari bagi Vibrio cholera. Mikroorganisme pathogen dalam air sungai dapat hidup selama 1-4 hari bagi salmonella typhi dan selama 2-3 hari bagi Vibrio cholera. Mikroorganisme pathogen dalam air selokan dapat hidup selama dua hari bagi Salmonella typhi dan selama 1 hari bagi Vibrio chol- era, sebagaimana pernah diteliti di sungai-sungai di India. Sebaliknya survival mikroorganisme pathogen manusia dapat le- bih bertahan dalam air tawar; dari pada air laut, dan sebaliknya justru tidak atau kurang bertahan dalam air tarcemer dibanding- kan dalam air bening (clean water). Nonpathogente Organisme dalam Air Beberapa mikroorganisme non-pathogenic dalam air yang dapat menimbulkan gangguan untuk penggunaan air di rumah tanga maupun sebagai air proses pengolahan makanan (food processing) dapat disampaikan sebagai berikut: a) b) Actinomycetes (Moldlike Bacteria) Didapatkan dalam air kotor, maupun dalam sistem distribusi yang dapat memengaruhi timbulnya rasa dan bau yang tidak diharapkan, Lebih banyak terdapat secara lokal di suatu tempat tertentu, pada sistem jaringan instalasi yang memproses air baku di PAM di mana bentuk sporanya ternyata dapat menembus sistem filternya. Algae, termasuk phytoplankton Lebih banyak dijumpai pada genangan air kotor, seperti halnya actinomnycetes menimbulkan rasa dan bau tidak sedap. Jumlah yang Kesehatan Lingkungan 137 ak cipia 138 d) f) 8) sangat berkelebihan tergantung pada musim sehingga dalam jumlah yang berkelebihan dapat menghambat fungsi filter pada instalasi PM. Coliform bacteria Lebih banyak pada air permukaan yang memiliki hubungan dengan pengaruh pembuangan kotoran manusia. Cladocera, Copepod, Isopoda, dan lain-lain Kesemuanya merupakan sebangsa crustacean, lebih banyak didapatkan pada daerah (zone) of recovery of pollited streams. Iron bacteria ‘Terdapatdi dalam tanah dan permukaan air yang mengandung besi yang dapat menimbulkan bagian-bagian seperti slym berwarna merah yang berlimpah-limpah. Kadar besi 0,1-0,2 mgr/l sudah cukup merangsang pertumbuhan bakteria ini secara berlebih-lebihan. Rotifer Termasuk sebangsa zooplankton, didapatkan dalam zone of recovery daripada polluted streams yang dapat menembus filter. Faecal streptococcen bacteria Didapatkan pada sistem air yang senantiasa dikontaminasi oleh kotoran manusia atau hewan. Adanya kuman ini dalam air merupakan pertanda adanya kontaminasi oleh kotoran manusia atau hewan. Nantinya digunakan sebagai studi perbandingan terhadap coliform index. Untuk mengetahui adanya pencemaran oleh faecal, di lain pihak dapat digunakan untuk menyatakan kualitas air dari segi higiene. Dalam satu gram feces biasanya terdapat sekitar sejuta coliform bakteria, Sebaliknya beberapa mikroorganisme pathogen manusia meninggalkan tubuh melalui ekreta (feces). Sehingga adanya coliform bakteri dalam suatu media dianaloogkan adanya mikroorganisme pathogen di lain pihak. limu Kesehatan Masyarakat Coliform Bakteri Untuk persyaratan higienis kadar bakteriologis E. Coli yang masih diperkenankan bergantung pada media cairan sebagai sampel. Grup koliform ini pada umumnya aerobic dan hanya berjumlah sedikit secara fakultatif anaerobic. Merupakan bakteri gram negatif, serta tidak membentuk spora. Bakteri ini berbentuk redshape (lojong), dan mengadakan proses fermentasi dengan laktosa dalam waktu 48 jam pada temperature 352 C. Standarisasi bakteriologis air ditentukan dengan perkiraan terdekat jumlah mikroorganisme golongan koli dalam setiap 100 cc air yang disebut dengan istilah most probable number of coliform organisme (MPN). Tabel 21. Daftar Standar Pengambilan Contoh Air untuk Pemeriksaan Laboratorium secara Mikrobiologik Jumlah penduduk yang | Jumlah contoh airminum | Waktu antara dilayani yang diambil pongambilan jumiah penduduk Osampai | Tiap 5000 penduduk satu | dengan 20,000 orang contoh air untuk 1 bulan wlan jumiah pondudule antara Smit 20.000 ~ 50.000orang Idem 2 minggu jumlah penduduk antara | Tiap 10,000 pend.1contoh | 4 inca 50,000 - 100.000 orang airutk. 1 bulan eB jumiah penduduk lebih dari | Tiap 100.000 penduduk — | 44, 100.000 orang contoh air tl. 1 bulan ar Untuk penilaian kualitas air minum di Indonesia ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No. 01/BIRHUKMAS/I/1975 tentang Syai Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. 3.4.2.2 EurRorication DAN OKSIGEN TERLARUT DALAM AIR Eutrophication adalah peristiwa meningkatnya aktivitas di dalam sistem air yang diakibatkan oleh bahan buangan yang ditampungnya. Eutrofikast tersebut biasanya dihubungkan dengan pencemaran badan-badan air seperti Kesehatan Lingkungan 139 ak cipia aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. critical point maupun deficitmaksimum mulai titikB sampai garis /level kondisi normal semula (garis a). Seperti yang di tunjukan dalam gambar berikut ini ogee | UP cal ors ‘ sore 7 Point of maximum | cevica point Pate of resovery Max. deficit * Dissolved oxygen ssehvos eS 1 t 1 i 1} Deosyeenaton is Carve e | \ \ ' 4 fd. 5 Q Time Gambar 16. Proses Eutrofikasi Sumber: Slamet Ryadi, tahun 1984: Pecemaran Air Berbagai titik koordinat pada masing-masing garis a, b, ¢ dan d maupun waktu waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian satu kali proses pembusukan, tergantung pada berbagai faktor, antara lain: a) ‘Tergantung pada masa sampah/kotoran yang dibuang. b) Tergantung pada komposisi sampah/kotoran waktu dibuang. co) Tergantung pada sifat-sifat dan kualitas sungai (stream) saat itu. M4 Kesehatan Lingkungan Lampiran 1. STANDART KUALITAS BADAN AIR SESUAI ANJURAN KEBUTUHAN SUMBER AIR BAKU (Oleh: Perusahaan Daerah Air Minum) Tabel 22. Standar Kualitas Badan Air yang Dianjurkan bagi Kebutuhan Sumber Air Baku Parameter kualitas Density faecal kualitas untuk PDAM ‘Ambang standard air bagi Badan Air yangdiajukan Effluent standard hamper sama dengan kadar secara alamiah pada air permukaan pil 65-85 Dissolved oxygen Arsenic Timbal Chromium (hex evalent) Cyanide Bahan-bahan Phenol Chlorides Total dissolved solids Lebih dip Kurang ayp Kurang ap Kurang ap Kurang ap Kurang ajp Kurang ajp Sumber: Slamet Ryadi, tahun 1984: Pecemaran Air 142 limu Kesehatan Masyarakat 2 0.08 0.05 0.05 02 0.002 1000 4000 Kurang djp ng/L g/t g/t mg/1 g/t mg/l mg/1 mg/L al cipia Lampiran 2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990, ‘Tabel 23. Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum Kadar Maksimum No. Parameter satan . keterangan ‘yang, diperbolehkan ‘A. FISIKA 1 Baw - - ‘Tidak berban 2. Jumlah zat Padat terlarut (TDS) mg/L 1000 - 3. Kekeruhan Skala NTU 5 7 4 Rasa - > ‘Tidak terasa Suhu Udara 5 Suh tc : 23°C 6 Wara Skala TCU 45 - 8 KIMIA, a._Kimia Anorganik 1 Airraksa mg/L. 0,001 2 Aluminium mg/L 02 3. Arsen mg/L. 0.05 4 Barium mg/l. 10 5. Best mg/L 03 Merupaian batas 6 Flourida mg/L 15 minimum & 7 Kadmium mg/L 0,005 | maksimum, 8 Kesadahan (CacO3) mg/L 500 9 Khlorica mg/L 250 10. Kromium, val. mg/L. 0,05 11 Mangan mg/L oa. Kesehatan Lingkungan 143 42. Nateium ra/L 200 13. Nitra, sebagat N mg/L 10 14 Nitrit, sebagai N mg/l. 0 15. Perak mg/L 005, AGRE : §5-9.0 | averupakan bates 17 Selenium mg/l. ot etme 18. Seng mg/L 50 19. Sianida mg/L on Spas 20. Sultat g/l. 400 21 Sultida(H25) mg/l. 0.05 22. Tembaga mg/L 40 23. Timbal rag/e 0.05 ._ Kimia Organi 1 Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,007 2 Benzene mg/L oon 3 Benzo(a)pyrene mg/l. 00001 4 Cholordane (wt isomer) ng/L 6,0003 5 Chloroform mg/L 003 6 240 ng/L on 7 opr mg/l 003 8 Detergen mg/L 05 9 1,2Dichloreethane mg/L oot 10. 1,1 Dichlorcethane mg/L 0.0003 11 Hepa done agi iets 12, Hexachlorobenzene mgt | 0,00001 13. Gamme-HCH (Lindane) mg/L 004 14. Methosychlor g/L 003 18. Pontachloraphenat g/l. oor 16. Pestisida total ima/l on 17. 2,46-trichlorophenol mg/L oo. 18. Zatorgunik (K™n04) ng/L 10 144 limu Kesehatan Masyarakat |_¢ MIKRoBIOLOGI | Koliform tinja 95% dari sampel fang diperiksa ‘Total Koliform (MPN) Jml/100 ml 0 ala ceakca D. RADIOAKTIVITAS Kadang-kadang boleh ada 3/100 Aktivitas Alpha Ba/t. °, 1 sampel (Gross Alpha Activities) : . epi jml/100m 0 Aktivitas Beta Ba/L. 10 (Gross Beta Activities) Keterangan: Mg = miligram ML =mililiter Le liter Bq = Bequerel NTU = Nephelometric Turbidity Unit ‘TCL = Truc Colour Unit Logam berat merupakan logam berat terlarut. Ditetapkan di Jakarta, Pada tanggal 13 September 1990 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Dr. ADHYATMA, MPH 14S Kesehatan Lingkungan Lampiran 3. PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990, ‘Tabel 24. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih Kadar No, Parameter aman | MASIMIM | ccorangan yang diperbotehian AL FISIKA 1 Baw : - ‘Tidak berban 2. jumlah zat Padae terlarut (1S) mg/l asoo | 3. Kekeruhan Skala NTU 25 7 4 Rasa : : Tidak terasa 5 sun “e suhu Udara | #3°C 6 _Warna Skala TCU 50 : KIMIA 3, Kimia Anorganike 1 Airraksal mg/l 0,001 2. Arsen mg/L os 3. Best mg/l. 40 4 Plourida mg/L 4s apa: 5 Kadmium mg/l 0,005 | patas minimum 6 Kesadahan (CaC0,) mg/l 500 & maksimum, 7 Khlorida m/l. 600 Khusu air hujan, 8 Kromium, Val.6 mg/L 0,05 pHi minimum 5,5 9 mangan mg/L 05 10 Nitra, sebagai N mg/l 10 LL Niteit, sebagai N mg/l ap 12 pil : 65-90 146 limu Kesehatan Masyarakat 13. Selenium ne oot 14 Seng mg/l 15 15. Sianida mg/l on 16 Sul mg/l. 400 17 Tina ing/l. 005 Kadar No. Parameter ‘Satuan || Maksimum | terangan. yang diperholehkan ®._ Kimia Organi 1 alarin dan pieldrin img | 0.0007 2 emene ing. 0,01 3. Benzo(a)pyrene ms | 000001 4. Cholordane (total isomer) mg/L 0,007 5. Chloroform myst. 093 6 240 maf on 7 por img/t 0093 8 Detergen img/t. 05 9 1,2Dichloreethane mg/l 001 10. 1,1Dichloreethane mg/l | 0,0003 Heptachlor dan Heptachlor n mit. | o,o003 epoxide 12. Hexachlorobenzene mg. | o.o0001 13° Gamma-HCH (Lindane) mg/l. 0,004 14 Methonyehlor mg/l oa 15- Pentachlorepheno! g/t. oot 16 Pestsi total mg/l on 17. 2A6-trihlorophendl mg/l ot 18. Zatorganik(Kn04) imgy 10 ©. MIKROBIOLOGI Koliform snja Jmi/i00mt 0 | Batam air ‘otal Kolform (MPN) Imi/.00m1 0 | perpipaan 147 Kesehatan Lingkungan D._RADIOAKTIVITAS Aktivitas Alpha Bq/L. 0.1 (Gross Alpha Activities) Aktivitas Beta Ba/L 10 (Gross Beta Activities) Keterangan: Mg = miligram Ml = mililiter L= liter Bg = Bequerel NTU = Nephelometric Turbidity Unit TCL = True Colour Unit Logam berat merupakan logam berat terlarut. Ditetapkan di Jakarta, Pada tanggal 13 September 1990 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Dr. ADHYATMA, MPH 148 limu Kesehatan Masyarakat IOLOGL DAN RANTASAN PENYAKIT 4.1 PENGANTAR EPIDEMIOLOGI 4.1.1 PENDAHULUAN Epidemiologi merupakan pokok bahasan yang penting dalam mata kuliah Public Health Sciences sebagai dasar filsafat ilmu jauh sebelum kita memasuki Modern Public Health Era, di mana dunia kesehatan pada saat itu belum mengenal epidemiologi seperti hari ini. Pada zaman dahulu, diagnosis suatu penyakit tidak ditetapkan berdasarkan kausa yang korelatif dengan proses terjadinya penyakit tersebut. Pendekatan yang demikian boleh kita namakan sebagai cara pengobatan symptomatic treatment atau non-causative treatment. Baru setelah kita masuk ke dalam era pengembangan ilmu pengetahuan yang disebut BasicScience Era (Barton, 1979), rintisanilmumenujupengenalan epidemiologi mulai sedikit demi sedikit dilakukan pengembangannya. Oleh karena itu, baru pada Public Health Science Era ini kemudian epidemiologi secara lebih formal mulai mendapatkan pengakuan kuat dalam dunia Imu Kesehatan Masyarakat (IKM). Pada permulaan proses rintisannya, epidemiologi tumbuh dan berkembang sejalan serta tergantung pada perkembangan dunia ilmu kedokteran, yaitu yang paling jelas pada waktu dunia pengetahuan kedokteran memasuki apa yang disebut Basic Science Era. Sesungguhnya pada zaman Hipocrates (460-370 SM) pernah dilakukan pendekatan observatif terhadap timbulnya suatu gangguan kesehatan yang pada hari ini kita kenal sebagai apa yang discbut Surveilan Epidemiologi. 4.1.2 TaHAPAN Era Dunia KEDOKTERAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT Kaitan Pengetahuan Kedokteran dan Pengetahuan Kesehatan bisa kita ambilkesimpulan dari konsep W.L. Barton (tahun 1979) tentang "Perkembangan Dunia Kedokteran Menurut Tahapan-Tahapannya”, sebagaimana gambaran sojarah di bawah ini: Tabel 25. Tahapan Era Dunia Kedokteran Menuju Dunia Kesehatan Masyarakat Menurut Barton Empirical Basic Clinical Public Health Health Era Science Era Science Era Science Era (1850) ( 190 ) ( 1950 ) Symptoms centered | Bacteria & disease | Patient centered Community centered centered Leactures on Loboratortum | Clinieatinswruccion | Clintcal and PH authoritation | radical instruction | with bedside instruction with instruction teaching community side teaching Historical Basic laboratory | Clinicaldevelopment | Community and development |andteciniques | development of measurement, criteria and planning technique ISO llmu Kesehatan Masyarakat Setiap era berbeda berdasarkan aspek filosofi yang dianut, metode menyelenggaraan pendidikan, dan metode kemampuan penelitian pada saat itu, Pada saat dunia kedokteran memasuki dunia Basic Science Era, berbagai ahli kedokteran tampil dengan karya-karya penemuannya yang memberi banyak kemajuan ilmu dan teknologi, disertai dengan ditemukannya berbagai obat-obatan baru. Banyak para ahi selama Basic Science Era. Daftar ahli-ahli dalam sejarah karya penemuan, antara lain: 1), Gregor John Mendel (1822-1884) Ia adalah seseorang yang merintis ilmu genetika yang karya besarnya hingga kini tetap bertahan dan dianut oleh dunia kedokteran. 2). Luis Pasteur (1822-1895) Pada tahun 1855, ia menemukan teori tentang suatu kehidupan baru (organisme) yang dapat timbul bukan dari barang mati yang dikenal dengan “Omne VivoEx Ovo, OmneOvum Ex Vivo" yangsecaratimbalbalik diartikan bahwa semua kehidupan berasal dari sel telur dan sel telur berasal dari semua yang hidup. Pasteur juga dikenal sebagai penemu bakteri, Demikian pula (untuk epidemiologi) ia dapat membuktikan bahwa perubahan bahan kimia pada makanan dapat disebabkan antara lain karena adanya kontaminasi oleh mikroorganisme. Berdasarkan hal tersebut, ahli kesehatan masyarakat kemudian menyebarkan pengetahuan bahwa penyakit-penyakit yang tergolong food-borne diseases disebabkan melalui kontaminasi makanan/ minuman oleh mikroorganisme. 3). Robert Koch (1843-1910) Sebagai seorang ahli bakteriologi, Koch menemukan sejenis kuman yang kemudian dikenal sebagai Mycobacterium tuberculosum yang merupakan organisme penyebab TBC paru-paru, la selanjutnya dapat Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 1S nak cipia mempelopori kegiatan pembiakan murni terhadap kuman-kuman. Bersama teman-temannya Robert Koch memulai menggunakan teknik-teknik laboratorium hingga penemuan-penemuan tersebut kemudian dinamakan menurut “inventornya” antara lain Giemsa, in. Dengan ditemukannya_teknik-teknik Gram, Nieser, dan lain4 mereka tersebut, maka berbagai mikroorgai me dapat diidentifikasi jenisnya, la juga menemukan kuman anthrax dan kolera. 4). Anthony van Leuwenhoek (1632-1723) Ia merupakan perintis pengembangan mikroskop berlensa satu. Lewat penemuan alatnya ini kemudian ditemukanlah protozoa dan analisis spermatozoa. 5). John Snow (1813-1848) Ia mempelajari suatu ilmu dan mengembangkannya sebagai apa yang, kini disebut epidemiologi yang bermula dari pengamatan terhadap penyakit kolera, Ia dapat membuktikan bahwa kolera discbarkan melalui air. 6). Joseph Lister (1827-1848) la adalah orang pertama yang menemukan dan menggunakan antiseptik dalam ilmu bedab. 7). Carlos Juan Finly (1833-1915) Ia adalah yang pertama kali menemukan sojenis nyamuk yang menyebabkan apa yang dikenal sebagai yellow fever atau demam kuning, 8). Walter Reed (1851-1902) Ja membantu menemukan penyebab demam kuning. 9). Paul Enrich (1854-1915) a telah menemukan obat-obat anti sipilis (ues). 152 llmu Kesehatan Masyarakat Bersamaan dengan berkembangnya berbagai kegiatan di laboratorium yangtelah menemukan berbagai jeniskuman, para peneliti dibidangkedokteran telah berhasil pula menemukan berbagai obat bagi dunia kedokteran seperti penemuan-penemuan berikut ini: 1. Vaksin cacar, ditemukan tahun 1796. 2. Kina digunakan untuk mengobati malaria, ditemukan tahun 1820. Phenol sebgai desinfektan, ditemukan tahun 1867. Difteri anti-toksin, ditemukan tahun 1890. Tetanus anti-toksin, ditemukan tahun 1892. Sulfanilamide, ditemukan tahun 1922. Penisilin, ditemukan tahun 1947. Chloromycetin, ditemukan tahun 1947, pen ana w Streptomycin, ditemukan tahun 1948. 10. Aueromycin, ditemukan tahun 1948. 11. Bacitracin, ditemukan tahun 1948. 12. Neomycin, ditemukan tahun 1951. 13. Isoniazid, ditemukan tahun 1952. 14. Salk Vaccin (virus mati), ditemukan tahun 1953. 15. Vaksin morbili, ditemukan tahun 1963. Kausa primer suatu penyakit sering belum dapat ditemukan pada tahap awal berkembangnya Basic Science Era. Namun dengan munculnya para ahli dan penemu sebagaimana di atas, usaha menemukan kausa primer suatu penyakit terus dilanjutkan ke tahap-tahap selanjutnya. Setelah banyak teknik laboratorium ditemukan dan dikembangkan, beberapa bakteri bisa ditemukan dan pada akhirnya beberapa penyakit juga timbal balik ditemukan penyebab atau kausa primernya. Pada masa itu, dunia kedokteran memasuki suatu pendekatan yang disebut sebagai Bacterial and Disease Centered. Isg Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 1ganah cipia 154 Metode penelitian pada era ini akhirnya juga turut menciptakan metode basic laboratory and development of tools. Dari rintisan eraini, kelangsungan tahap perkembangan selanjutnya memhawa kita pada Clinical Science Era. Clinical Science Era berlangsung mulai pada tahun 1900-1950, dengan tujuan dan filosofiyang makin mantap bagi penyempurnaan sistem pengobatan kuratif, Objek pada pengobatan kuratif masih terbatas pada individu yang sakit dan belum memikirkan sasaran ke arah Komunitas. Clinical Science Era pada tahap permulaan menitikberatkan pada cara-cara pengobatan kuratif poliklinis yang merupakan awal dari sarana medical care dalam system basic health service. Pada Clinical Science Era, teknik kedokteran (medik) sudah didukung oleh perkembangan teknik keperawatan dalam sistem pelayanan rumah sakit. Pelayanan medik tidak lagi hanya ambulatoir-care, melainkan juga terintegrasi dengan inpatient-care. Masyarakat pada masa ini mulai berani berobat di rumah sakit, baik melalui poliklinis (ambulatoir care) maupun impatient care. Bersamaan dengan majunya Clinical Science Era, pandangan masyarakat mengenai keschatan mulai maju. Hal ini memicu timbal balikdari tim pelayanan keschatan untuk makin mengarah pada pelayanan dan pembinaan keschatan kepada komunitas, Sampai tahun 1950 dan seterusnya, sistem pelayanan kesehatan juga berkembang pada Public Health Science Era di samping makin berkembangnya dunia medik sebagai mitra. Cara pandang masyarakat berkembang sejalan dengan perkembangan sosial masyarakat itu sendiri di tengah tengah majunya perkembangen ilmu dan teknologi Dalam Public Health Science Era, paham individu terhadap Clinical Centred ikut diperluas dengan paham Community Centred, Perkembangan dinamika aspek lingkungan maupun sosial semakin membutuhkan cara pengelolaan permasalahan kesehatan melalui pendekatan yang disebut Epidemiologi. limu Kesehatan Masyarakat Epidemiologi kini merupakan salah satu cabang ilmu yang turut menentukan kemampuan pengelolaan permasalahan kesehatan secara multidisiplin. Oleh karena itu, kemudian dikatakan bahwa imu Kesehatan Masyarakat merupakan suatu ilmu yang bersifat lintas ilmu (lintas disiplin) dan multidisiplin. Dalam perkembangan kurikulum di fakultas kedokteran, Epidemiologi merupakan salah sau area tersendiri di antara berbagai area Public Health Sciences. Era Public Health di Indonesia dibagi dalam empat (IV) tahapan atau stage (Slamet Ryadi, disertasi, 1988), yakni: Stage! : Unit-unitpelayanan kesehatan warisan zaman Belanda yang semula masih terpisah masing-masing dan belum merata, seperti Balai- balai Pengobatan (BP = poliklinik) dan Balai-balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) baru bisa dibina oleh pemerintah setelah periode revolusi fisik selesai (tahun 1948-1950). Pada periode pertama setelah itu, terbentuk satuan-satuan yang disebut Komando Pemberantasan Malaria (KOPEM), Satuan-satuan tersebut masih bekerja secara terpisah dari balai-balai pengobatan dan balai-balai kesehatan ibu dan anak. Pengobatan di Balai-balai pengobatan waktu itu hanya bersifat pengobatan preventif. Ketiga jenis unit pelayanan tersebut masih merupakan unit yang belum terintegrasi (nonintegrated). Stage ll: Pada tahap ini, unit-unit di atas mulai diarahkan untuk bekerja secara terintegrasi, baik secara struktural fisik maupun secara operasional dalam suatu wadah yang kemudian dikenal sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Timbulnya gagasan Puskesmas dipicu bersamaan dengan diselenggarakannya rencana Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Dalam upaya mempersiapkan kondisi yang bersih guna menyambut konferensi tersebut, beberapa ahli menyelenggarakan Bandung Plan (Leimena Patah) Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit ISS nak cipia 156 yang di dalamnya termasuk persiapan sarana kesehatan yang disebut Puskesmas. Dengan kata lain, berbagai unit pelayanan kesehatan yang sudah ada dipersatukan dalam satu komando yang dikenal sebagai pendekatan integrated Health Services. Stage III: Pengembangan Puskesmas menggunakan berbagai pendekatan terpadu dengan instansi-instansi lain yang terkait. Pendekatan secara lintas ilmu dan multidisiplin dilakukan untuk dapat menyelesaikan permasalahan program-program tertentu seperti program gizi, program usaha kesehatan sekolah, program keluarga berencana dan program lainnya. Stage IV: Pengembangan Puskesmas di samping sebagai pusat pelayanan kesehatan juga sudah mengarah sebagai Community Centre, yaitu suatu sarana bagi pembinean kemajuan masyarakat setempat melalui berbagai kegiatan dalam satu pusat pelatihan. Kegiatan ini ditujukan baik untuk masyarakat sekitar Puskesmas maupun bagi tenaga kesehatan dari berbagai instansi kesehatan sebagai Pusat Latihan dan Percontohan (Field Practice dan Demonstration Area = FPDA). Setiap kegiatan pelatihan dan percontohan merupakan kesempatan untuk = menampilkan manfaat — Epidemiologi sebagai salah satu cabang ilmu kesehatan masyarakat. Sistem operasionalisasi Puskesmas mulai menjangkau kegiatan lintas sektor/multisektoral. 4.1.3 Batasan Epipemioloc! Pokok pengertian Epidemiologi tergantung pada definisi mana yang dianut, Banyak definisi Epidemiologi yang dikenal, seperti definisi menurut Hirsch (1683), Frost (1927), Greenwood (1934), Lilienfield (1957), Plunket dan Gordon (1960), H. Leavel dan E.G.C Clark (1963), dan masih banyak lainnya, di mana semua definisi tersebut sempat disampaikan oleh dr. Eddy limu Kesehatan Masyarakat Pranowo pada saat pengukuhannya sebagai Guru Besar Epidemiologi tahun 1991 di Universitas Airlangga Surabaya. Di antara banyak definisi di atas, definisi yang paling dikenal adalah definisi dari Leavel dan Clark (1963), yang secara garis besar diungkapkan sebagai berikut: “Epidemiology is the science concerned with factors and conditions which determine the occurance and distribution of health, disease, defect, disability and death in populations’: Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari berbagai faktor dan kondisi yang mempengaruhi suatu kejadian dan penyebaran keadaan sehat, sakit, kerusakan jaringan, kelumpuhan serta kematian dalam masyarakat. Keanekaragaman definisi Epidemiologi yang berkembang sering kali menimbulkan berbagai pemahaman yang berbeda, namun dari berbagai perbedaan tersebut, tetap dapat diambil beberapa persamaan dan kesimpulan bahwa pada garis besarnya Epidemiologi menckankan tentang proses terjadinya suatu penyakit dan penyebarannya, Dari berbagai rumusan yang ada, penulis mencoba memberikan definisi dengan pengertian pokoknya oleh Slamet Ryadi (2011), yakni Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan: a, Timbulnya serta proses terjadinya suatu penyakit (atau gangguan kesehatan). b. Sebab-sehah yang menimbulkannya ¢. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi timbulnya penyakit. d. Cara-cara penyebarannya dalam komunitas. e. Pokok-pokok penanggulangannya. Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 1S7 nak cipia Dari definisi di atas dapat dikembangkan penjelasan terhadap berbagai informasi sebagai berikut: a) Terjadinya suatu penyakit atau fenomena gangguan keschatan dalam kaitannya dengan mekanisme terjadinya penyakit tersebut (patogenesis).. b) Kaitan antara patogenesis suatu penyakit dengan konsep Gordon tentang keseimbangan agent-host-environment. ©) Faktor-faktor mana yang disebut faktor utama yang berkaitan dengan penyebab timbulnya penyakit dan faktor penunjang/pendukung mana yang bisa disebut sebagai faktor determinant atau influence factor. Apabila kita ambil kesimpulan dari semua definisi tersebut maka akan kita dapatkan satu persamaan, yaitu epidemiologi merupakan “a science of the occurance of disease or the study of the natural history of disease”. Konsep Epidemiologi sebagai bagian dari Imu Kesehatan Masyarakat berkembang sesuai dengan perkembangan the body of knowledge of health and disease maupun perkembangan konsep schat dan sakit itu sendiri. Perkembangan Epidemiologi penyakit tidak lagi dikaitkan semata-mata dengan penyakit infeksi/menular saja melainkan sudah mengarah juga pada penyakit yang tidak menular dengan jangkauan sasaran yang lebih Iuas dalam konsep yang makin modern, yakni: a) Epidemiologi sudah berkaitan dengan penyakit atau kejadian infeksi dan noninfeksi serta berkaitan pula dengan penyakit menular dan tidak menular. b) Epidemiologi kini berkaitan pula dengan kondisi maupun fenomena keschatan lain yang mempunyai kaitan dengan penyakit. ©) Sasaran data kini dikaitkan dengan berbagai indikator yang berkaitan dengan kesakitan/gangguan kesehatan (morbiditas) maupun kematian (mortalitas). 158 llmu Kesehatan Masyarakat d) Kerangka subdisiplin Epidemiologi sebagai bagian dari disiplin Imu Kesehatan Masyarakat juga melibatkan comprehensive approach, terintegrasi dengan pendekatan major dan auxiliary disciplines, yakni. Major disciplines Ekologi Kesehatan Lingkungan Public Health Science, dan lain-lain Auxiliary disciplines Socio-economical science Imu-ilmu medis antara lain mikrobiologi klinik, parasitologi, toksikologi, dan lain-lain. e) Oleh karena perkembangan-perkembangan di atas, kini Epidemiologi dibedakan dalam tiga klasifikasi utama, yakni Epidemiologi Deskriptif, Epidemiologi Analitik, dan Epidemiologi lingkungan. Adapaun perbedaan antara Epidemiologi Deskriptif dan Analitik digambarkan_ sebagai berikut: Tabel 26. Perbedaan Epidemiologi Deskriftif dan Analitik BPIDEMIOLOGI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIE ANALITIK 4), Pemaparan data tentang mortalitas dan | 1). Meliputi keseluruhan data karakteristik morbiditas penyakit dan data Kondisi | deskriptif,ditambah karakteristik analitik pada keesehatan lainnya butir-butir berileurnya 2), Pemaparan data dalam bentuk tahulasi | 2). Mengadakan herbagai penolitian menurut yang tersusunsecara statistik retode Epidemiologt seperti Cohort, Case- Control, Sereening Test, dan Tain-lain. 3). Kompllasi dats tabulasi menurut berbagal | 3). Mengadakan analisis dan uji infevensial dari variahel variabel data yang diteliti - Men (group of men) -Place Time 4), Mengadalain analisis tabulasi (cross 4), Melakukan analisis untuk mencari korelasi tebulation) tampa ada yj inferensial dan sebab akibat. tanpa membalias hubungan sebab aklbat. 5). Mengembangkan pengetahuan dan provedur penanganan masalah Ietupan dan endemisitas yenyakit dengan cara baru dan lebih operasional Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit IS9 nak cipia Epidemiologi deskriptif memiliki sasaran yang lebih luas dalam memaparkan morbiditas dan mortalitas berbagai macam penyakit. Untuk itu, perlu adanya klasifikasi penyakit. Pola penyebaran penyakit yang semula didominasi oleh penyakit infeksi kini berubah lebih dominan pada penyakit- penyakit non-infeksi. Semuanya dijelaskan dalam gambar di bawah ini: KLASIFIKASI PENYAKIT(P) INFEKSI(I) NON INFEKS ND PIMENULAR PLNON-MENULAR Conteh Conon: + Dips = Tetanus oe = Sieptococcen - “yphusabdominals = Staflococcen Hepoeies Gambar 17. Bagan Kilasifikasi Penyakit 4. 2 TEORI-TEORI EPIDEMIOLOGI Berbagai konsep Epidemiologi pada garis besarnya bersumber pada tiga teori dasar, antara lain: a) Teori B. Mc. Mahon dan TF. Fuchs (1970) Teori ini sering digunakan untuk menjelaskan hubungan timbulnya penyakit yang berkaitan dengan koncisi lingkungan setempat. Teori ini menyatakan bahwa berbagai faktor lingkungan banyak memengaruhi timbulnya suatu penyakit di suatu komunitas. 160 limu Kesehatan Masyarakat b) Teori Fenomena Gordon Teori ini merupakan salah satu teori yang paling tua, yaitu bahwa suatu penyakit timbul karena adanya gangguan keseimbangan terhadap rangkaian Host Agent-Environment. Gambar 18. Segitiga Gordon c) Teori HLL. Blum (1969) ‘Teori ini telah banyak dibahas padaberbagai bab sebelumnya dalam buku ini. Teori Blum ditujukan terhadap status kesehatan komunitas yang pada intinya menjelaskan bahwa status kesehatan komunitas tersebut setidaknya dipengaruhi oleh empat faktor di mana dua di antaranya adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan, Kedua faktor terbesar tersebut memberikan kontrlbusi 70% (lingkungan dan perilaku) yang terhadap status kesehatan masyarakat. Gambar 19. Teori Faktor yang Berpengaruh terhadap Status Kesehatan 161 Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit arena elpta 162 Dari gambar di atas, faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang utama dalam pengembangan pola hidup bersih dan sehat yang ditentukan oleh tingkat pendidikan (knowledge) dan sikap (attitude) yang kemudian memberikan dampak terhadap terbentuknya kebiasaan dalam menjalankan praktik hidup bersih dan sehat di dalam kesehariannya (health practice). Ketiga hal tersebut menciptakan akronim KAP yang berasal dari Knowledge, Attitude and Practice. Konsep KAP in! merupakan kekuatan dalam mengendalikan gangguan akibat perubahan |lingkungan sehingga bisa menghindari atau meminimalisir dampak dari terjadinya atau timbulnya penyakit. d) Teori Leaveland Clark Teori ini dikenal sebagai upaya 5 level of prevention against disease yang digunakan untuk usaha promotif dan preventif dalam mencegah timbulnya penyakit. Dalam menghadapi patogenesis penyakit, pendckatan cpidemiologis perlu dipahami tahapan-tahapannya untuk dapat mengusahakan pencegahan agar tidak terjadi mortalitas. Hal ini sayangnya hanya diberlakukan untuk penyakit infeksi sebagaimana tergambar di bawah ink: limu Kesehatan Masyarakat intensitas penyakit mat = kronis * carter 1 recovery | ro | sy 7 : 1 { i “T (a) 1 (b) 1 Ce)! at 1 ) 1 1 MI complete 1 f ; recover + i t re ed Pre-pato. inkubasi | eorlyiliness | extended | inessstep | Genesis ies: Gambar 20. Perkembangan Tahap-Tahap Penyakit Berdasarakan gambar di atas, maka dapat dicermati bahwa langkah- langkah awal pencegahan seyogyanya sudah harus dilakukan pada fase pre- patogenesis, serta paling lambat masih bisa dicegah setelah fase inkubasi, yaitu pada fase early-illness. Keterlambatan pemberian penanganan/terapi memberikan kesempatan pada proses early-iIness masuk ke dalam fase extended illness dan selanjutnya kearah mortalitas atau setidaknya menjadi kronis atau carrier, Berbagai kemungkinan terjadinya fase tersebut dalam suatu out-break dapat diprediksi akibat-akibatnya secara Epidemiologis dengan disesuaikan berdasarkan klasifikasi penyakit Secara kuantitatif, akibat-akibat tersebut dapat diprediksi secara kasar yang masih kurang akurat sebagaimana perhitungan rumus di bawah ini: 163 Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit ak cipia Bagan 8. Perhitungan Patogenesitas, Virulensi, dan Case Fatality Jumlh populasiterinfeksi dan sakit + Patogenitas, = —§ ————_______ Jumlah populasi terinfeksi +0 +@ Patogenis — +O +O +d) Jumlah penderita yang meniniggal + Virulensi SEE LC ITO RIET SEEN Jumlah total penderita () +d) Virulensi —— (b) + (c) + (d@) @) + Case Fatality = |} ——————— (b) + (c) + (d) Konsep strategi penanggulangan penyekit dapat dilakukan minimal melalui tiga cara mendasar, yaitu penanggulangan penyakit terhadap kausa primer yang menyebabkan timbulnya sakit, terhadap proses natural history of diseases, dan terhadap ragam bentuk intervensi suatu penyakit. Ketiga cara ini dijelaskan lebih rinci sebagai berikut: a) Penanggulangan terhadap kausa primernya: Faktor gonetik ¥ . Faktor lingkungan (tormasuk gaya hidup) b) Penanggulangan pada Natural History-nya: —. r Good Perubahan |_| Penyakit Health Sub kliniis klinis limu Kesehatan Masyarakat MATI 164 | al cinig ©) Penanggulangan penyakit menurut kemampuan bentuk intervensinya Good Health Terhindar melalui: - Promosi kesehatan - Pengobatan preventif - Aktivasi pelayanan kesehatan masyarakat Dan lain-lain. Penjelasan konsep di atas: > Pada konsep (a) Sasaran dalam mempertahankan good health ditekankan pada pemilihan faktor keunggulan genetik maupun mengembangkan kondisilingkungan yang optimal agar seseorang dapat hidup sehat. Pada konsep ini, diharapkan faktor lingkungan adalah kualitas lingkungan yang favourable, yaitu standar yang baik untuk kualitas udara, cuaca, iklim dan tersedianya sumber air yang mencukupi (clean and save water). > Pada konsep (b) Konsep ini menjelaskan bahwa kondisi kesehatan yang telah kita nikmati dengan baik hendaknya dipertahankan serta diusahakan kondisinya tidak bergeser ke arah yang memicu timbulnya penyakit. Ini berarti bahwa hendaknya kita senantiasa melakukan berbagai upaya yang bersifat promotif dan preventif sebagaimana dipaparkan oleh teori Leavel and Clark dalam fase pre-patogenesis pada pencegahan primer. ® Pada konsep (c) Pada konsep (c) ini kita hendaknya tetap bertumpu pada teori Leavel and Clark yang terus dipertahankan pada konsep (b), yaitu agar seorang individu sudah berada dalam kondisi prima sekalipun 16S Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit arena elpta senantiasa melakukan kegiatan promotif maupun preventif secara rutin, Untuk menjamin kelangsungan kondisi yang prima, pemerintah hendaknya melakukan aktivasi pelayanan promotif dan preventif yang berkesinambungan dan terintegrasi dalam berbagai program sesuai dengan prinsip public health. 4.3 PENYEBARAN PENYAKIT Penyebaran penyakit yang juga disebut transmission of disease hanya terjadi pada kelompok penyakit infeksi yang bisa meaular (communicable disease). Communicable diseaseadalah penyakit-penyakityang disebabkan oleh transmisi infectious agent atau produk toksinnya dari seseorang (reservoir) ke orang lain (sucseptible host). ‘Terdapat tiga faktor yang memengaruhi kelangsungan transmisi suatu penyakit, yakni: - Faktor agent. - Faktor host. - Faktor lingkungan tempat tinggal. Ketiga faktor di atas saling berinteraksi untuk dapat menimbulkan suatu kondisi sakit pada manusia. Dalam kondisi schat, semua faktor mencapai keadaan keseimbangan. 4.3.1 FaKtor AceNr Faktor ini dipengaruhi oleh dua hal, yaitu a) Karakteristik agent, meliputi: » Kemampuan hidup in-vitro. > Daya tahan dalam keadaan bebas. > Kemampuan berkembang biak. > Kepekaan terhadap antibiotik, 166 llmu Kesehatan Masyarakat > Kemungkinan untuk mutasi (mutagenik). > Sifat antigeniknys, b) _Kemampuan daya infeksi terhadap host, meliputi: > Mode ofaction-nya. © Infectious dose-nya. Kedua faktor di atas secara bersamaan menentukan kemampuan daya infeksi terhadap agent-nya, yang secara timbal balik juga ikut menentukan terhadap terjadinya proses-proses tersebut di bawah ini: a) Daya infeksivitas Merupakan kemapuan mikroorganisme untuk dapat mengadakan invasi dan kemudian menyesuaikan diri, tumbuh dan berkembang biak serta pada akhirnya memiliki kemampuan memproduksi toksinnya. Kemampuan infeksivitas suatu organisme berbeda-beda pada berbagai host (pejamu). b) Patogenisitas Patogenisitas adalah kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan reaksi pada host agar secara timbal balik dapat menimbulkan sakit. Patogenitas mikroorganisme dapat berubah dan tidak sama derajatnya bagi berbagai host. c) Antigenitas Merupakan kemampuan mikroorganisme untuk merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (antibodi) pada pejamu. d) Virulensi Virulensi adalah derajat keganasan mikroorganisme untuk menimbulkan kerusakan tubuh, menimbulkan komplikasi atau fatalitas. Dalam lingkungan yang tidak menguntungkan, tingkat virulensi dapat berkurang, 167 Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit arena elpta aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 170 Pada interaksi (Gordon) di atas, dapat kita simpulkan beberapa kaedah sebagai berikut: 1. Makin kuat daya tahan host atau pengobatan antibiotika yang diberikan tidak tuntas justru mendorong mikroorganisme makin cenderung mutatif menjadi strain lain yang lebih kuat terhadap perubahan lingkungan maupun antibiotika yang sama. 2. Dalam masyarakat yang memiliki daya tahan (herd immunity), maka penyebz penyakit akan berhenti/lenyap, kecuali di dalam populasi masih timbul banyak newborn kembali. 3. Dapat atau tidaknya penyakit infeksi itu lenyap di tengah-tengah komunitas, tergantung pada beberapa kondisi sebagai berikut: a. b. G d. e. Ada tidaknya herd immunity. Jumlah/kepadatan penduduk terkendali/tidak. Ada/tidaknya newborn setelah tercapainya herd immunity. Apakah agent di dalam lingkungan masih dapat_memiliki kemampuan mutasi atau tidak. Sejauh mana reservoir agent dapat dibasmi. Dalam Epidemiologi terdapatdua pengertian dengan makna yangberbeda untuk istilah pemberantasan penyakit, yaitu untuk bahasa asing adalah control dan irradication. Pada control, pemberantasan sifatnya tidak radikal, artinya tidak sampai pada akar-akarnya. Sebaliknya pada terminologi irradication, sifat pemberantasan adalah total hingga sampai pada akar-akarnya. Di bawah ini adalah bagan yang bisa menjelaskan perubahan keseimbangan antara agent dan host dengan beberapa perbedaannya sebagaimana gambar di bawah ini: limu Kesehatan Masyarakat Perubahan Keseimbangan ini dapat terjadi pada kondisi: 1. Mikro-erganisme Mt —- Daya tahan tidak turun (tetap), tetapi tidak dapat mengimbangi invasi kuman yang banyak dan bertubi-tubi 2 Mikro-organisme tt ——- Daya tahan tidak turun (tetap), tetapi sedikit, tetapi patogenitas / tidak dapat mengimbang/ invasi kuman virulensinya kuatiganas yang banyak dan bertubi-tub/ 3. Mikro-organisme tidakl ——-- Daya tahan turun (tetap), atau Demikian juga patogenitas /_keadaan lingkungan fisik sebaliknya, virulensinya tidak kuat/ganas menjadi ganas / tidak menguntungkan Gambar 23. Perubahan Keseimbangan antara Agent dan Host (Gordon) Dalam Epidemiologi, pengertian host memiliki dua arti, yakni di satu pihak host bisa sebagai sumber infeksi dan di lain pihak ia bisa diartikan sebagai host yang mudah dapat ditulari sebagai susceptible host. 4.3.4 Reseevor Reservoir dalam epidemiologi diartikan sebagai living bodies yang dapat menjadi habitat mikroorganisme di mana organisme ini tumbuh, berkembang biak yang pada akhirnya dapat menginfeksi susceptible host baru. Pada non- living bodiesia tidak dinamakan sebagai reservoir, melainkan sebagai "vehicle of infection” yang merupakan suatu media transmisi semata-mata. Kompleksitas pengertian reservoir untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit m nak cipia Frank / Typical Reservoir: - Type sign & symptor angatjelas HUMAN Subclinical reservoir: RESERVOIR = Type sign & symptom : samar-samar CARIER | (sumber potent) RESERVOIR ] Sign & symptom Tergantung pada: a. Lamanya infeksi ~ Trensient carrier ANIMAL, = Chronic carrier RESERVOIR ~ Permanent carrier b. Waktu kejadian infeksi ~ Incibation carrier (langsung saat sakit) + Convalescentcarrier c. Site of Growth = Billary carrier = Intestinal carrier + Urinary carrier d. Menurut kejadiannyainfekst - Householdcontact carer = Schoolcontact carier = Mass contact cartier Gambar 24. Pengelompokan Reservoir 4.3.5. ImuniTas Imunitas atau daya tahan tubuh secara mudah dikelompokan menjadi dua bagian utama berdasarkan asal mulanya, yakni: 1. Imunitas Alamiah a) Racial Immunity Seseorang karena rasnya memiliki kekebalan alamiah terhadap penyakit tertentu, Sebagai contoh, bangsa kulit hitam secara relatif 172 llmu Kesehatan Masyarakat memiliki ketahanan terhadap penyakit kuning (yellow fever) karena sejak lama mereka hidup di hutan-hutan dan kontak dengan antigen “yellow fever”. b) Hereditary immunity Imunitas ini didapat karena keturunan sejak bayi dari kromosom, orangtuanya. c} Congenital immunity Imunitas yang diperoleh seorang bayi dari kandungan ibunya melalui peredaran plasenta yang masih dipertahankan setelah lahir untuk waktu yang singkat. . Acquaired Immunity Imunitas yang diperoleh kemudian setelah lahir, yang dibedakan menjadi dua, yaitu active aquaired immunity dan passive acquired immunity. Active Acquired Immunity a) Natural Active Acquired Immunity Di mana tubuh secara aktif membuat kekebalan (antibodi) saat ia mengalami suatu penyakit. b) Artificial Active Acquired Immunity Di mana antigen dibuatsecara artificial yang kemudian dimasukkan dalam tubuh dan sebaliknya tubuh secara aktif membuat antibodi Passive Acquired Immunity a) Natural Passive Acquired Immunity Sudah mengandung antibodi dari ibunya dan diberikan kepada bayinya melalui menyusui (breast feeding). Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 173 nak cipia 74 b) Artificial Passive Acquired Immunity Adalah imunitas yang didapat melalui serum yang disuntikkan ke dalam tubuh di mana serum tersebut mengandung antibodi. Pada active immunity, membutuhkan waktu yang lama dan kadang- kadang berlangsung selama hidup. /mmunity yang dihasilkan tergantung pada tipe vaksin yang diberikan. Pada passive immunity sebaliknya membutuhkan waktu yang relatif singkat. Suatu kelompok populasi sering memiliki imunitas kolektif terhadap suatu penyakit tertentu. Di sini, imunitas tersebut dinamakan imunitas kelompok atau Herd Immunity. Herd immunity ini terjadi setelah komunitas tersebut memperoleh imunisasi yang hampir mencakup seluruh penduduk suatu komunitas, yang biasanya ditetapkan 95-98% tervaksinasi. Klasifikasi Immunity Agent a) Toksoid ‘Toksoid merupakan toksin bakteri yang sudah dilemahkan sifat racunnya dengan menggunakan formaldehida tanpa menurunkan antigenitasnya. b) Antitoksin Merupakan antibodi yang terdapat dalam serum binatang yang biasanya diproses pada kuda yang sebelumnya telah dimasuki kuman suatu penyakit. Sebagai contoh adalah ‘Tetanus Anti-toxin dan Diphteri Anti-toxin. c) Antiserum Merupakan serum binatang yang mengandung antibodi yang sebeumnya telah dimasukkan toksin kuman suatu penyakittertentu. limu Kesehatan Masyarakat d) Vaksin Merupakan kuman yang telah dilemahkan keganasannya, Contoh terdapat pada vaksin DP'T, Cholera, dan Typhoid. Kekuatan vaksin tersebut bisa berlangsung untuk beberapa tahun dan bila habis perlu diberikan ulang (booster) untuk vaksin berikutnya. Beberapa contoh vaksin, antara lain: > Tetanus toksoid maksimal 20 tahun. > Rabies vaksin maksimal 25 tahun. > Typhoid vaksin maksimal 10 tahun. > Yellow fever maksimal 6-10 tahun. Semua vaksin di atas memiliki kekuatan perlindungan yang relatif tidak terlalu Jama, sehingga perlu diberikan ulangan (booster) untuk kedua kalinya. 4.3.6 Porat or Entry Portal of entry merupakan lokasi gerbang masuk pertama kali bagi invasi kuman ke dalam tubuh, Pada umumnya terdapat empat jalur masuk yang meliputi: 1). 2). Saluran pernapasan Lokasi masuknya adalah melewati mukosa traktus respiratorius dengan cara inhalasi melalui droplets. Saluran pencernaan Lokasi masuknya adalah melalui mukosa traktus digestivus melalui makanan dari mulut hingga ke arah distal pada usus. Karena masuknya lewat mukosa traktus digestivus, maka penyakitnya disebut sebagai kelompok food-born diseases and water-born diseases. 17S Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 1ganah cipia 176 3). Kulit (percutaneous infection) Baik melaluikulit yang terpajan maupun yang tidak pada epitel, Invasi bisa terjadi melalui: Gigitan nyamuk pada kulit intak, melalui anopheles (malaria) atau aedes aegypti (demam berdarah). - Akibat trauma terbuka yang menyebabkan kulit tidak intak pada kecelakaan (misal: tetanus). - Karena injeksi pada kulit intak secara intra-kutan contohnya Hepatitis, AIDS 4.4 EPIDEMIOLOGIC CLINICAL TEST Epidemiologi juga bisa dimanfaatkan dalam dunia Klinik Dalam pelayanan outpatient care (poliklinis), suatu kasus umumnya disebut sebagai penyakit oleh karena pasien datang dengan keluhan timbulnya rasa sakit. Berbeda dengan pasien yang ditetapkan sebagai inpatient care, keterangan yang didapatkan dari anamnesis pasien poliklinis masih bersifat subjektif dan sering kali tidak dilakukan konfirmasi secara lebih teliti (tes laboratorium, dan lain-lain). Untuk mengetahui data rekaman yang terkumpul guna mengelompokkan diagnosis suatu penyakit secara pasti, sering perlu dilakukan evaluasi kembali melalui suatu tes yang disebut Epidemiologic Clinical Test. Salah satu metode yang sering digunakan adalah Thorner-Remain Screening Test. Model format yang dipakai adalah seperti tabel di bawah ini: limu Kesehatan Masyarakat Tabel 27. Thorner-Remain Screening Test (I) Keluhan salkit Tes Konfirmasi Total Positif Nefatif True False Positif Positive positive Total positif False True otal otal Total sakit otal sehiat Alat-alat_ untuk mengonfirmasi diagnosis suatu penyakit (confirm- diagnostic) biasanya digunakan dalam pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan lain sebagainya. Untuk megetahui apakah data sejumlah kasus dengan keluhan yang sama adalah benar suatu jenis penyakit tertentu atau tidak, perlu ada kriteria penentu, Demikian pula untuk menentukan apakah hasil pemeriksaan dari alat diagnostik yang dipakai untuk membuktikan suatu jenis penyakit tertentu cocok atau tidak dengan keluhan penyakit, perlu ditetapkan berdasarkan beberapa kriteria, Oleh karena itu, Thorner-Remain menyusun kriteria berupa beberapa indikator sebagai berikut: a. Sensitivitas: Proporsi true positive di antara sejumlah orang yang mengeluh sakit. Definisi: Sensitivitas adalah proporsi mereka yang tidak mengeluh sakit yang pada tes konfirmasi tetap menunjukkan hasil yang positit. b. Spesifisitas: Proporsi true negative di antara sejumlah orang yang tidak mengeluh sakit. Definisi: Spesifisitas adalah proporsi mereka yang tidak mengeluh sakit yang pada tes konfirmasi tetap menunjukkan hasil yang negatif. c. Nilai Prediktif Proporsi true positive di antara total positif, Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 177 ak cipia Definisi: Nilai prediktif adalah proporsi mereka yang true positive di antara keseluruhan penderita yang menunjukkan hasil tes konfirmasi positif. d. Prevalensi: Proporsi total positif di antara populasi penduduk setempat. Definisi: Prevalensi adalah proporsi total positif pada tes konfirmasi di antara populasi penduduk setempat. Tabel 28, Thorner-Remain Screening Test (II) Keluban sake ‘Tes Konfirmasi ‘Total vost | _Negant posit tins Negoit | Untuk memudahkan perhitungan berkaitan dengan pemaparan tabulasi ‘Thorner, maka perhatikan cara menghafalkan berbagai rumus sebagaimana gambar di bawah ini: Tabel 29. Thorner-Remain Screening Test (Il!) he) Kelunan sae SS) TO] Nilai preaktif (Np) true positif NP = total posit Prevaten (P} otal positif populast (78 limu Kesehatan Masyarakat Tes Keluban $ Konfirmasi__ Positif True Positif Positive False Negatif Negative (1) ‘otal sakit + ‘SSensitivitas (Si) Negatif x1] False, fou egative Positive (X2) ‘True Set Negative Negative (va) Total sehat + Spesifisitas (Sp) _, _ true positif © total sakit true negatif| total sehat al cinig Validitas suatu alat tes adalah kemampuan alat tes tersebut, apakah sudah sesuai dan absah untuk digunakan bagi konfirmasi. suatu jenis penyakit tertentu. Validitas ini dapat diukur dengan indikator sensitivitas dan spesifisitas. Sensitivitas adalah indikator untuk menyatakan tingkat kemampuan menentukan jumlah penderita yang benar-benar sakit (proportion true positive). Spesifisitas adalah indikator untuk menyatakan tingkat kemampuan menentukan jumlah mereka yang benar-benar tidak sakit (proportion true negative). Baik sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediktif memiliki nilai antara nol (0) dan satu (1). Makin tinggi atau tajam sensitivitas atau spesifisitas, maka datanya semakin mendekati nilai satu. Makin rendah nilainya, sebaliknya semakin mendekati nol. Berbagai penyakit memiliki tes memberikan gambaran tersebut perhatik: spesifiknya masing-masing. Untuk n ikhtisar di bawah ini Tabel 30. Gambaran Sakit dan Tes Konfirmasi pada TBC, Typus, dan Malaria Jenis Keluhan Sakit ‘Tes Konfirmasinya Penyakit TBC Batuk 5-10 hari a, Sediaan darah (basil tahan asam BTA + Ziel Nielson) b, Mantoux Test ¢. Fluoroskop! Foto toraks Typhus abdom- | Panas tinggt lebih dari | Tes Widal inalis 5-10 hari Malaria Panas tinggi demam | Tos darah tebal (Giemsa] menggigil Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 179 ak cipia 180 Untuk tes screening morbiditas, khususnya di lapangan, Wilson dan Jungler (WHO, 1968) menggunakan persyaratan sebagai berikut: 1. Tesharus memerhatikan aspek etis 2. Dapat diterima masyarakat (khususnya bila dilakukan di lapangan). 3. Tesharus cukup peka (validitas harus tinggi, yaitu nilai sensitivitas hendaknya dapat mendekati satu) 4, Tesharus spesifik (nilai spesifisitas harus tinggi, mendekati satu). 5. Biaya tes tergolong murah. 6, Tes mudah dikerjakan, khusu: a di lapangan. 7. Tes dapat diulang kembali dengan mudah jika dibutubkan. Selain kriteria yang dikemukakan oleh Wilson dan Jungler, Cochran dan Holland (1971) masih menambahkan beberapa persyaratan, antara lain bahwa tes dapat dikerjakan dengan cepat serta bila dikerjakan secara masal adalah aman (safety). Soal-Soal Tes Skrining Soal nomor 1. Pada suatu kawedanan di suatu kabupaten yang berpenduduk 450.000 jiwa pada tahun 1991 pernah dilakukan penelitian terhadap letupant typhus abdominalis. Sclama satu tahun tersebut tercatat 500 orang yang pernah panas dan diduga menderita typhus abdominalis. Untuk mengonfirmasi dilakukan Tes Widal dan didapatkan hasil 400 orang dengan hasil positif. Sebaliknya di tempat yang sama, pada kelompok berjumlah 100 orang yang tidak pernah mengeluh panas namun patut diduga terkontaminasi, dilakukan pula Tes Widal dengan hasil positif pada 50 orang diantara 100 orang tersebut. limu Kesehatan Masyarakat Pertanyaan a, Susunizh data dari soal di atas dalam suatu tabulasi yang lengkap. b. Hitunglah sensitivitas Tes Widal pada data penelitian ini. Apakah sensitivitasnya tinggi? c. Hitunglah spesifisitas Tes Widal pada data penelitian ini. Apakah spesifitasnya tinggi? d. Berapakah jumlah kasus subklinisnya? , Berapakah jumlah kasus yang disebut false negative? Berapakah jumlah kasus klasiknya? g. Hitunglah prevalensi typhus abdominalis pada Kawedanan tersebut selama tahun 1991. h. Berapa nilai prediktif pada data penelitian tersebut? Jawaban a, Susunan data dalam tabulasi lengkap adalah sebagai berikut: Tabel 31. Tes Skrining Penderita-Penderita dengan Keluhan Panas dan Tes Widal Keluhan Panes Tes Konfirmasi (Jumiah Penderita) Total Tes Widal Panas(+) | Paras) | ‘Widal (+) 400 50. | 450 Widal () 100 [ 60) [180 Total 500 400 [600 b. Perhitungan sensitivitas _ true positive 4004 og totalsakit 500 181 Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit ap nek cipta aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 4.6.1 CoHorr Stupy Gambaranarah danwaktupenelitian "Epidemiologi Analitik” mengunakan Cohort dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini: SekivDefect Terekspose Tidak Sampel Orang Sehat SekitDefect Populasi Tanpa Sakit Tidak Sekit/Defect Terekspose Tak Sakit/Defect . > - > Gambar 26. Arah dan Waktu Penyelidikan Cohort Penelitian Cohort sering disebut sebagai Incidence Study (Beaglehole et al: WHO 1983) maupun ke arah Prospective Study yang dikaitkan dengan “waktu” pengumpulan datanya, bukan semata-mata menyatakan hubungan antara pajanan (exposure) dan efeknya. Karena Cohort sebenarnya di samping prospektif untuk sampel tertentu, dapat juga dilakukan secara retrograde. Cohort Studies merupakan salah satu penelitian terbaik untuk mencari penyebab s iat penyakit secara Epidemiologis, seperti menyelidiki pengaruh radiasi terhadap leukemia dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk timbulnya suatu penyakit tersebut. Studi ini sering menelan waktu yang lama untuk akhirnya dapat mulai dievaluasi dampak eksposur-nya. Oleh karena itu, pengumpulan informast/ data secara longitudinal memerlukan akurasi yang sempurna. Studi Cohort biasanya ditujukan kepada penyelidikan eksposur yang efeknya lama dan 188 llmu Kesehatan Masyarakat berlangsungsecara kronis. Berbeda dengan Case Control Study yangmenyelidiki efek yang akut. Baik Cohort maupun Case Control Studies, keduanya merupakan penelitian cause relationship. Untuk memudahkan analisis terhadap data penelitian Cohort, perlu dipahami kerangka tabulasinya yang baku. Berbeda dengan Case Control Studies, di mana penempatan judul penyakit/kasus maupun eksposurnya dapat dibolak-balik. Pada Cohort Studies sebaiknya dibakukan karena menyangkut perhitungan “denominator” yang dipakal untuk mencari insidennya. Adapun kerangka tabel pada studi ini dapat dipaparkan sebagaimana di bawah ini. Tabel 33. Kerangka Dasar Cohort Eksposur (bahan zat) Kanker Kulit Total O) (ab) oO c (+a) Total (ato) Pada kerangka tabel tersebut, yang disebut dengan insiden kasus kelompok terpapar adalah a/(a+c); sedangkan insiden kasus kelompok tidak terpapar adalah b/(b+d). Relative Risk (RR) pada penelitian Cohort adalah sebagai berikut: insiden kasus terpapar RR pape ~ insiden kasus tidak terpapar al(axe)__a_ (b=) _a(bsa) b/(b+d) (a+c) b — b(are) Andai kata setelah dihitung dengan rumus tersebut, misalnya RR=10 (atau ditulis 10x). Haliniberartibahwa mereka memiliki kecenderungan untuk mendapatkan penyakit 10x lebih besar dari pada mereka yang tidak terpapar. 189 Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 1ganah cipia 190 Soal-Soal Tes Skrining Soal nomor 1. Suatu bahan cat tertentu bila digunakan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kanker kulit. Untuk mewaspadai sifat karsinogenik Kini diadakan Studi Cohort. Pada penelitian diambil sampel 1000 pegawai di perusahaan cat tersebut yang sehari harinya mengalami kontak langsung terhadap bahan yang dicurigai sebagai kelompok terpapar. Sebagai kelompok control adalah mereka yang dianggap tidak terpapar, diambil 2000 pegawai perusahaan (yang sehari-hari tidak mengalami kontak dengan bahan cat tersebut). Dari kelompok yang terpapar ternyata 100 di antaranya setelah 10 tahun mengalami kanker kulit. Sebaliknya dalam jangka waktu yang sama pada kelompok tidak terpapar hanya terdapat 25 orang yang mengalami tanda- tanda kanker kulit yang belum jelas. Pertanyaan Visualisasikan data Cohort Studies tersebut dalam suatu tabulasi yang sempurna? al b) Berapa insiden kasus kanker kulit pada masing-masing kelompok? c qd) e) fl Berapakah angka Relative Risk (RR)? Apakah arti angka Relative Risk (RR)? Berapakah angka Atribututable Risk (AR)? Apakah arti angka Atribututable Risk (AR)? Jawaban a) Data Studi Cohort tersebut dalam suatu tabulasi yang sempurna, sebagai berikut: limu Kesehatan Masyarakat Tabel 34. Pengaruh Bahan Zat X Terhadap Kanker Kulit Kanker Kult | Ekspesur [bahan zat) Total m | 6 G) 100 25 125 Q 900 1975 2875 Total 7000 2000 3000 b) Angka insiden kasus kanker kulit pada masing-masing kelompok adalah: Kelompok terpapar: 100 0 2 insiden=——~-=0,1x1000°/,,= 100°/,, (atau 0,1) 1000 fa fool ) Kelompok tidak terpapar: insiden =—22_~0,0125%1000" /,, = 12,5° /s (atau 0,01125) 1000 c) Angka Relative Risk-nya (RR) adalah insiden kasus terpapar Insiden = 788 asus cerpeper insiden kasus tidak terpapar 0,1 - =8x, atau 0,0125 p_ 100 12,5 Menurutrumus : R= 8x, atau a(b+a) _100x2000 RR= = = b(a+c) 25x1000 d) Nilai RR di sini berarti bahwa mereka yang mengalami kontak dengan bahan cat cenderung memiliki peluang delapan kali lebih besar untuk menderita kanker kulit daripada yang tidak. 191 Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit ap nek cipta e) Angka Atribututable Risk (AR) adalah selisin antara insiden kelompok terpapar dengan insiden kelompok tidak terpapar: ~AR = 0,1 - 0,0125 = 0,0875 atau 87,5 °/,, -AR = 100 °/¢.~ 12,5 °/.g= 87,5 "fo f) Nilai AR di sini berarti bahwa dalam 1000 orang yang sehari- harinya terkontaminasi dengan bahan cat dimungkinkan 87,5 orang menderita kanker kulit. 4.6.2 Case Conroi Stupies Case Control Study (CCS) adalah desain yang palingmudah dalam penelitian Epidemiologi karena data yang dipakai berasal dari kasus-kasus yang sudah lalu, maka sifat Case Control Studies disebut pula sebagai Retrospective Studies. Pola desain Case Control Study digambarkan sebagai berikut: Arah penyelidikan / Pengumpulan data! (Retrospektif pada Case Control Study) | Retrospektit Prospektit Terekspose } a KASUS } J] (mereke dengan : Do : Non- i > enduuk Terekspose : a KONTROL i {Bukan Penderita) : No : Hari ini Gambar 27. Arah dan Waktu Penyelidikan Case Control Studies 192 llmu Kesehatan Masyarakat Pada Case Control Studies, kasus yang digunakan dalam penelitian bukan kasus insiden, tetapi pada umumnya adalah kasus-kasus prevalensi(kasus baru dan lama). Oleh karena dalam perhitungannya tidak dihitung langsung seperti pada model Cohort (yaitu ad/bc). Ada dua kemungkinan dalam perhitungan RR pada Case Control Studies seperti berikut: 1. Bila digunakan metode insidensi dalam populasi, maka digunakan rumus RR sama seperti pada Cohort: pr ~ angka residensi penyakit dengan pajanan angka insidensi penyakit tanpa pajanan ge alerd | (b+a) a(b+d) b/(b+d) (2 b b(a+c) 2. Gambar Tabel 35. Kerangka Dasar Tabel Case Control Studies Paanan Sakic Sake Total ) oO 0) A 8 (an) ee ee ee ee for) Total A+) B+D) (A+B+C4D) 3. Apabila tidak terdapat data insidensi, melainkan data prevalensi, maka rumus RR yang digunakan adalah rumus RR yang disebut ODDS Ratio (OR) sebagai nama sesungguhnya pada Case Control Studies. Case control study: RR atau OR = A/B c/D Nama RR tidak lazim dipakai Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 193 nak cipia 194 Perhitungan Odds Ratio Pada Case Control Studies digunakan indikator relatif, yaitu “ODDS Ratio” yang sesungguhnya sama dengan Relative Risk pada desain Studi Cohort yang telah dijelaskan di atas. ODDS Ratio sering disebut juga sebagai Estimed Realtive Risk = ERR. Pada desain penelitian Case Control Studies digunakan pola tabulasi analisis sebagai berikut: Tabel 36. Pola | Desain Case Control Studies Penyakit Eksposur Total Ada (+) Tidak (2) Ada (+) a b farb) Tidak (-) ¢ d (c+d) Total (ate) (bed) (arbeced) Dalam tabel untuk perhitungan selanjutnya tidak dibutuhkan angka total (atc; b+d atau a+b+ctd) tapi hanya dibutuhkan data a,b,c dan d. Contoh soal ODDS RASIO Soal nomor 1. Di suatu daerah di Jawa Tengah yang memiliki kegemaran makan tempe bongkrak, pada suatu hari diadakan suatu jamuan desa (kenduren) oleh sebuah keluarga. Yang diundang adalah 118 orang, di antaranya yang sempat mencicipi tempe bongkrek langsung saat itu adalah 56 orang, yang mengalami muntah berak adalah 50 orang, Sebaliknya yang tidak makan tempe bongkrek adalah sisa pengunjung di mana ternyata sekalipun tidak makan tempe bongkrek ada 11 orang yang muntah berak juga. Pertanyaan Hitunglah berapa OODS Ratio-nya dan apa arti hasil angka tersebut? limu Kesehatan Masyarakat Jawaban Tabel 37. Hubungan Tempe Bongkrek dengan Muntah Berak untuk Mencari Angka OODS Ratio wanaieanpe Muntah berak bongkrek oO oO “ 50 16 Q uw a Total él 57 Definisi ODDS Ratio adalah angka muntah berak pada kasus yang terekpos terhadap angka muntah berak pada kasus-kasus yang tidak terekspos. Di sini angka muntah berak pada: > Yang terekspos adalah 50, > Yang tidak terekspos adalah 11. > Ratio terekspos terhadap yang tidak terekspos adalah: 50/16 50x41 11/41 ~ 16x11 ~ Dengan hasil angka hitungan ini dapat disimpulkan bahwa kecenderungan memakan tempe bongkrek untuk mengalami keracunan (muntah berak) adalah 11,6x dari pada yang tidak memakan tempe bongkrek. Sehingga, yang muntah berak pada kasus tersebut adalah: > Kelompok terekspos (makan tempe bongkrek) adalah 50/16. > Kelompok tidak terekspos (tidak makan tempe bongkrek) adalah 1/16. > ODDS Ratio = Ratio angka muntah berak pada kelompok terekspos, yaitu: 50/16 _ 50x41_ 11/41 16x11 11,6 19S Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit cengas ina eipia Kesimpulan Dari penggunaan dua pola tersebut ternyatahasilnya sama saja. Cara terbaik adalah bila kita membiasakan pola II di mana cksposur ditempatkan di atas dan outcome (penyakit yang timbul) ditempatkan di samping, Hal ini untuk memudahkan menghitung rasio outcome (+) terhadap outcome (-) masing- masing pada kelompok terekspos dan kelompok tidak terekspos sebelum lebih lanjut kita menghitung Rasio OODS-nya. Dengan diketemukannya hitungan Rasio OODS 11,6 berarti bahwa mereka yang memakan tempe bongkrek pada kasus ini memiliki kesempatan mengalami keracunan 11,6x dibandingkan dengan mereka yang tidak makan tempe bongkrek. Bagan 9. Perbedaan Cohort dengan Case Control Studies CASE-CONTROL STUDY (CCS) 1, CCS adalah penelitian epidemtologi analitile yang bersifat observatif di mana dilakukan perbandingan antara: kelompokorang yangmenderita penyakit(kasus) Kelompok orang yang tidak menderita yang kemudian dicari faktor penyebab timbulnya penyalst 2.Pada CCS diketahui akibatnya, sedangkan sebaliknya ingin diketahui penyebabnya. 3, Jarak waktu antara penyebab hingga akibatnya singkat. 4 Merupakan suatu cross-sectio prevalence, dan retrospective surve. limu Kesehatan Masyarakat COHORT STUDY (cs) 1, CS adalah penelitian epidemiologt analitik yang bersifat observatif di mana dilakukan perbandingan antara: kelompok orangterkenaeksposur (terpapar) ‘Kelompok orang tidak terpapar yang kemudian dilihat akibat- akibetnya 2. Pada Cs diketahui penyebabnya sedangkan sebalinya ingin diketahut akibatnya, 3. Jarak waktu antara penyebab hingga akibstnya dapatlama. 4. Merupakan suatu longitudinal, incidence, prospective dan quasiexperimental study, 5. Yang dihitung adalah Odd Ratio 5. Yang dihitung adalah Relative Risk (analog dengan Relative Risk). (RR) dan Atributable Risk. 6, Penempatan judul peryakit (kasus) | 6, Penempatan judul penyebab dan penyebab (eksposur) adalah eksposur (paparan) dalam kerangka dinamis di dalam kerangka tabulasi. tabulasi adalah di atas serta judul penyakit (kasus) di samping. 4.7 GRAFIK PENYEBARAN PENYAKIT INFEKSI Gambaran grafik penyebaran penyakit infeksi dalam suatu periode tertentu bisa diperoleh dari data surveilan yang dicatat dalam periode per minggu (minggu pertama, kedua, dan seterusnya) ‘Ada dua macam pola grafik Surveilan, yaitu pola pada letupan (outbreak) dan pola pada kondisi endemik. Pada pola outbreak dibedakan lagi dalam dua jenis penyebaran, yaitu (A) penycbaran dari satu sumber, dan (B) pola dari berbagai sumber (dari seseorang ke orang lain). Jenis-jenis grafik pada outbreak dapat macam-macam, seperti: 1. Penyebaran dari satu sumber (A), dan dari orang ke orang (B) Penyebaran penyakit das satu Penyebaran penyakit dari orang a \ ts Pada gambar A hanya terdapatsatu puncaksetelahmencapaimaksimum kemudian menurun kembali sampai tiba pada aksis (keadaan semula sebelum letupan). Pada gambar B terdapat berbagai puncak (seolah olah seperti gerigi tajam) di mana dari satu puncak saat kembali turun ke aksis sudah timbul lagi letupan lain, sehingga terjadi dua, tiga, empat puncak dan seterusnya. Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 197 nak cipia image not available rekuensi sus Pada gambar A. 4 Penularan dari beberapa sumber yang sama dan berlangsung lama karena Pola Endemik. Puncak (peak) hampir berupa garis yang rata waktu 4, Penularan dari orang ke orang frekuensi asus fr wi Keterangan umum Pada Gambar A.5 Karena berlangsung dari orang ke orang maka lama sekali terjadi pada pola endemis yang selalu ada. Peak relatif banyak, rata-rata halus sekali hingga hampir seperti gergaji. Untukbisamembaca tampilan grafik dengan tepat, seorangdokter sebagai sektor operasionalisasi di lapangan harus punya pengalaman. Untuk dokter Puskesmas yang belum berpengalaman membaca grafik Epidemiologi, akan lebih mudah memulai dengan membaca grafik pola endemik dibandingkan dengan membaca pola outbreak yang lebih sulit. Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit 199 nak cipia 200 limu Kesehatan Masyarakat Area Ilmu Metodologi Riset dan Statistik dalam buku ini, dikhususkan untuk kepentingan penelitian skripsi. Oleh Karena itu, pembahasan pokok- pokok materi hanya secara mendasar saja, sehingga dapat digunakan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran guna pemahaman dalam menyelesalkan tugas akhir untuk jenjang pendidikan strata pertama ($1). Adapun pokok bahasan yang akan dipelajari adalah 1. Batasan Metodologi Riset dan Statistika. . Klasifikasi Penelitian. . Struktur Klasifikasi Jenis Penelitian. . Konsep, Preposisi, Hipotesis, Definisi Operasional dan Variabel. . Hubungan Antarvariabel. 5.1 BATASAN METODOLOGI RISET DAN STATISTIKA Dalam bab ini hanya disampaikan pokok-pokok pengertian yang perlu dipahami dalam ilmu metodologi riset bagi penelitian sederhana untuk karya skripsi mahasiswa. Utamanya pokok-pokok pengertian dan kegunaan berbagai terminologi berikut i a. Penelitian, imu dan metode. b. Konsep, proposisi, hipotesis, definisi operasional dan variabel. 202 c. Dalil dan teori. d. Model dan metode. 5.1.1 PeNELITIAN Definisi tentang penelitian dapat diadopsi dari ketiga pendapat di bawah ini: Webster's New International Penelitian merupakan penyelidikan yang teliti dan cermat dalam mencari fakta dan prinsip-prinsipnya. Hillwair, 1956 Penelitian sesungguhnya tidak lain adalah metode studi yang dilakukan seorang peneliti dengan teliti dan cermat serta sempurna terhadap suatu masalah. Whitney, 1960 Penelitian merupakan penyelidikan di mping mencari kebenaran terhadap suatu masalah. Juga merupakan suatu metode untuk mencari kebenaran melalui pikiran secara kritis. Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu dan penelitian memiliki hubungan sebagai proses penyelidikan (penelitian) dan hasilnya timbal balik merupakan ilmu (Grawford, 1928). Ciri-ciri khas sebuah proses penelitian adalah memiliki sembilan kriteria (Whitney, 1960) yang disarikan dari kesimpulan berbagai ilmu dan pemikiran reflektif sebagai berikut: 1). Penelitian harus meliputi masalah yang ingin dipecahkan. 2). Penelitian paling sedikit harus mengandung unsur-unsur keaslian 3). Penelitian harus didasarkan pada pandangan ingin tahu. 4). Penelitian harus dilakukan dengan pandangan terbuka, 5). Penelitian harus didasarkan pada asumsi bahwa suatu fenomena memiliki hukum dan pengaturan. limu Kesehatan Masyarakat 6). Penelitian berkehendak untuk nenemukan generalisasi atau dalil 7). Penelitian merupakan studi tentang sebab-akibat. 5.1.2 Locika Logika adalah suatu metode pemecahan masalah yang menghindarkan pemikiran diri sendiri dari pertimbangan subjektif yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru melalui pendekatan, cara, teknik dan prosedur tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat kita pahamiyang dimaksud dengan metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian metode digunakan dalam penelitian yang lebih luas sehingga apabila diaplikasikan pada sebuah penelitian baik sederhana maupun yang kompleks, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu secara mendetail tentang apa yang dimaksudkan dengan metode tersebut (Winarno Surachmad, 1972). Pada penelitian ilmiah, sebuah metode harus memiliki beberapa kriteria mutlak (Moh. Nazir, 1985) sebagai berikut: a). Berdasarkan suatu fakta ilmiah. b). Bebas dari prasangka (bias). c). Menggunakan kaidah analisis ilmiah. d). Terdapat hipotesis e). Memakai suatu alat ukur yang objektif f), Menggunakan teknik kuantifikasi Sebaliknya pengertian metode ilmiah yang lain dan dapat digunakan adalah suatu cara untuk memecahkan masalah dengan menghindari diri dari pertimbangan subjektif untuk memperoleh pengetahuan baru melalui pendekatan, cara, teknik dan prosedur melalui urutan tertentu sebagaimana pengertian pada logika. Pada suatu penelitian (Grawford, 1928) dapat ditentukan adanya 14 jenis pengelompokan metode yang dapat digunakan, yakni: Metodologi Penelitian dan Statistika 203 nak cipia a). b). o). d) e). f). 8). h). i). i. k). ). Metode Eksperimental dan Deskr Metode Sejarah Metode Psikologi Metode Case Study. Metode Survei. Metode pendekatan membuat kurikulum. Metode Analiasa Pekerjaan, Metode Interview. Metode Kuesioner. Metode Observasi. Metode Pengukuran. Metode Statistik. m).Metode ‘label dan Grafik. n). Metode dengan teknik kajian perpustakaan. Di antara banyak jenis metode penelitian di atas, maka yang perlu dipahami oleh mahasiswa kedokteran untuk keperluan skripsi adalah metode eksperimental, metode deskriptif dan juga tentang metode case study, survei, observasi, pengukuran, statistik, tabulasi dan grafik. 5.2 KLASIFIKASI PENELITIAN Sebelum kita menggunakan suatu metode dalam sebuah penel maka ada baiknya kita mengenal pengelompokan berbagai jenis penelitian berdasarkan metode, tipe maupun desain penelitiannya. Menurut Masrisingarimbun dan Sefian Efendi (1981), penelitian diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagai berikut: 1. Penelitian menurut tipe Pengelompokan jenis penelitian menurut tipe penelitian dapat dibagi menjadi tiga jenis penelitian, yaitu: 204 limu Kesehatan Masyarakat a) Penelitian penjajagan (Explorative research). b) Penelitian penjelasan (Explanatoir research) c} Penelitian deskriptif (Descriptive research). 2. Penelitian menurut metode Pengelompokan jenis penelitian menurut metode penelitian dapat dibagi menjadi lima, yaitu: a) Penelitian eksperimental b) Penelitian evaluasi. c} Grounded research. d) Penelitian analisis data sekunder. e) Survei. 3. Penelitian menurut tujuan dan pengumpulan data Pengelompokan jenis penelitian menurut tujuan penelitian dan cara pengumpulan data ini juga sering disebut pengelompokan penclitian menurut desainnya. Dibagi menjadi tiga jenis penelitian beserta pasangan, yakni: a) Penelitian Observational vs Penelitian Eksperimental. b) Penelitian Propektif vs Penelitian Retrospektif. c} Penelitian Longitudinal vs Penelitian Cross Sectional. Klasifikasi ini dinamakan juga menurut desain karena unsur tujuan serta metode deskripsinya dikaitkan dengan bagaimana data tersebut dikumpulkan. Jelasnya, penelitian eksperimentalsebenarnya di samping berdasarkan metode (dalam pengumpulan data) juga bersifat sebagai penelitian menurut tujuan. Untuk penelitian pada tingkat tugas akhir atau skripsi mahasiswa kedokteran, banyak digunakan penelitian tipe deskriptif. Metodologi Penelitian dan Statistika 205 1ganah cipia 206 5.2.1 Peneuiian DeskriptiF Di antara berbagai jenis penelitian tersebut, penelitian deskriptif adalah yang paling sederhana dan mudah dikerjakan bagi para mahasiswa, baik dengan maupun tanpa hipotesis. Metode penelitian deskriptif ditujukan dalam menggambarkan berbagai situasi seperti: Status sekelompok manusia. Suatu objek. Suatu/sekelompok kondisi. Suatu peristiwa pada masa sekarang, digunakan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang informasi tersebut secara sistematis, faktual, dan akurat. > Ditujukan mengenai fakta-fakta, sifat-sifat_ dan hubungan antarfenomena yang diselidiki. Metode penelitian deskriptif (Whitney, 1960) adalah salah satu metode pencarian fakta dengan interpretasi tepat sebagai upaya mempelajari: vVvvVY > Berbagai masalah dalam masyarakat. > Tata cara masyarakat dalam situasi tertentu. > Hubungan-hubungan dalam berbagal fenomena. Metode penelitian deskriptifjuga dapatdigunakan untukmembandingkan suatu fenomena dengan fenomena lainnya, maupun suatu keadaan di sebuah tempat dengan tempat lainnya sehingga dapat ditingkatkan kedalaman pembahasan keilmuannya menjadi suatu jenis penelitian komparatif. Ciri-ciri Metode Penelitian Deskriptif Adapun yang menjadi ciri khusus dalam metode penelitian yang bersifat deksripsi ini adalah: 1. Secara harfiah metode deskriptif merupakan suatu data dasar yang digunakan untuk menyajikan gambaran mengenai kejadian. 2. Karena akumulasi data tersebut begitu luas, maka metode penelitian deskriptif disebut juga sebagai suatu survei. limu Kesehatan Masyarakat 3. Dalam mengumpulkan data, metode penelitian deskriptif menggunakan teknik wawancara dengan sistem yang disebut schedul quesioner atau interview, 4. Penelitian deskriptif memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang terhadap masalah yang aktual. 5. Data yang terkumpul semula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Karena itu metode deskriptif disebut pula sebagai metode analisis. 6. Sebuah deskripsi dalam penelitian deskriptifmerupaken representatif objektif terhadap fenomena yang direkam. Yang termasuk penelitian deskriptif adalah: (a).Survei. (b). Studi kasus. (c). Studi komparatif Hasil data penelitian deskriptif dipaparkan dalam bentuk tabel frekuensi karena sesungguhnya memiliki dua tujuan utama, yaitu: 1). Untuk mengetahui frekuensi terjadinya suatu kejadian yang diteliti dan perkembangannya 2). Data deskripsi ini diharapkan dapat menjelaskan _interaksi antarkejadian. 5.2.2 Survei (Nazir, Mou, 1985) Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk: 1). Mengumpulkan sejumlah besar variabel yang menyangkut sejumlah besar individu. 2). Melalui penggunaan alat ukur wawancara berupa daftar pertanyaan terstruktur sesuai yang diinginkan oleh peneliti 207 Metodologi Penelitian dan Statistika 1ganah cipia image not available sehingga tidak diperoleh data yang lengkap untuk pengembangan program yang dibutuhkan. Penclitian evaluasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Penelitian Evaluatif Formatif Digunakan untuk meneliti dan melihat hasilnya selagi dalam proses pelaksanaan penelitian untuk mencari umpan balik. b. Penelitian Evaluatif Sumatif Digunakan setelah penelitian program selesai dikerjakan agar dapat mengukur arah keberhasilan pencapaian yang telah direncanakan. Jelasnya, penelitianevaluasi int sebenarnya merupakanbagian dari proses menejemen, dan bukan di dalam bahasan ilmu penelitian yang sesungguhnya. 5.2.4 Peneutian Anatisis Data SeKUNDER Umumnya para mahasiswa dalam menyiapkan skripsinya menggunakan data yang sudah tersedia dalam sistem recording dan reporting di suatu institusi, sehingga sebagian besar hasil skripsi para mahasiswa merupakan penelitian analisis data sekunder yang diperpadukan dengan berbagai metode atau teknik penelitian lainnya. Biasanya penelitian analisis data sekunder ini dilakukan di dunia klinik karena sudah tersedianya basic data yang relatif terpercaya untuk bisa dipakai bagi penelitian pada tingkat mahasiswa, Hasil penelitian ini bisa digunakkan sebagai pembanding terhadap hasil penelitian dari pihak lain. Misalnya melakukan perbandingan hasil sensus penduduk skala nasional dengan hasil world fertility survey olen WHO. Pada lain kesempatan hasil data penelitian ini yang berkualitas bisa juga dimanfaatkan oleh peneliti lain yang menggunakannya sebagai data sekunder bagi penelitian selanjutnya. Metodologi Penelitian dan Statistika 209 nak cipia 5.2.5 PENeLTIAN EksPERIMENTAL Sebenarnya penelitian eksperimental adalah salah satu jenis penelitian observatif di bawah kondisi buatan. Kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti melalut cara mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta menggunakan kontrol sebagai pembanding Metode Eksperimental nonsosial yang biasanya dikerjakan pada dunia kedokteran maupun dunia teknik sering dilakukan dengan tujuan: 1). Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sebab akibat serta menjelaskan seberapa besar hubungan tersebut. 2). Dengan cara diberikan perlakuan tertentu. pada kelompok eksprimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan. Percobaan-percobaan dilakukan untuk menguji_hipotesis serta menentukan hubungan kausalitasnya. Adapun perbedaan penelitian deskriptif dengan eksperimental dapat dijabarkan pada bagan di bawah ini: Bagan 10. Perbandingan Penelitian Eksperimental dan Deskriptit Eksperimental Deskriptif © Manipulasi menggunakan cara ataualat # Tidak ada manipulas, Pencliti mengadakan manipulasi terfiadap variabel | (Tidak ada variabel yang dimanipalasi) yang akan diteliti © Obyek penelitian tidak ada perlakuan © Obyek diatur terlebih dahulu agar dapatdiberi perlakuan = Tidak ada teknik statistika © Teknik statistik adalah + ue + Kai Square + Korelasi 210 llmu Kesehatan Masyarakat 5.3 STRUKTUR KLASIFIKASI JENIS PENELITIAN Struktur dan Klasifikasi penelitian jika dipandang dari arah dan waktu dilakukannya penelitian tersebut, maka dapat dijelaskan lebih detail menurut gambar di bawah ini: eam > Gambar 28. Jenis Penelitian Berdasarkan Arah dan Waktu Penelitian Dari gambar di atas, secara garis besar terdapat tiga jenis arah dan waktu penelitian, yaitu penelitian yang meneliti suatu variabel yang terjadi di masa lalu (retrospektif), saat ini/sedang terjadi (cross sectional), dan meneliti variabel yang akan terjadi di masa mendatang (prospektif). Cross sectional dapat dimasukkan ke dalam prospektif maupun retrospektif, karena pengukuran/penilain saat ini dapat digunakan untuk menilai masa lalunya suatu variabel atau kah akan menilai masa depan varibel tersebut. 5.3.1 Opservationa vs ExsPerimeNTAL Observational adalah pengamatan yang biasanya lebih banyak dilakukan oleh para peneliti dan tidak perlu mengumpulkan data sendiri, cukup bisa menggunakan data yang sudah ada asal tingkat kecermatannya tinggi. Contoh: Dari data yang sudah ada si peneliti bisa mengamati maupun menyelidiki, prevalensi_kasus-kasus tertentu. _Sebenarnya, observational studies merupakan survei yang mempelajari data tersebut secara epidemiologis. Metodologi Penelitian dan Statistika 2il nak cipia 212 Pada exprimental studies bisa dilakukan perbandingan antara yang diintervensi dan kontrol melalui menyelidiki sendiri. 5.3.2 Prospextir vs RETROSPEKTIF Pada prospektif kebutuhan data masih harus dikumpulkan ke depan sejak dimulainya penelitian. Sebaliknya dengan retrospektif, kebutuhan data bisa digunakan ke belakang sejak dimulainya penelitian terhadap peristiwa yang sudah berlalu dan diteliti. Pada experimental research pengumpulan data adalah prospektif research seperti misalnya pada penelitian Cohort, sedangkan pada retrospektif research bisa dilakukan terhadap pengumpulan data yang sudah ada melalui penelitian seperti pada studi kasus dalam Case Control Studies. 5.3.3 Lonerruoinat vs Cross-SecTIONAL Longitudinal Studies menyelidiki peristiwa ke depan dan bisa dilakukan sepanjang beberapa waktu yang ditetapkan untuk mengikuti hasil intervensi yang digunakan, Sebaliknya dengan Cross-Sectional Studies, data yang disclidiki dan direkam hanya satu kali saja. Karena dikumpulkan hanya satu kali saja, maka biasanya data terkumpul tidak bisa dianalisis dengan cermat. Metode Cross-Sectional banyak terjadi pada penelitian survei. Pada observational biasanya dilakukan pada Cross-Sectional, sedangkan exprimental studies selalu dilakukan prospektif yang longitudinal. 5.3.4 Cast Conrrot Srupies Suatu Penelitian Case-Control Studies biasanya terjadi dalam retrospective studies, Karenanya, Case-Control Studies dinamakan juga Retrospective Studi ‘Tetapi penelitian ini dimulai dengan menggunakan maupun bisa juga tidak menggunakan outcome benaran (gejala atau penyakit). Pada umumnya yang direkam adalah mereka yang menderita dan mereka yang tidak menderita, masing-masing di kelompok sendiri-sendiri. limu Kesehatan Masyarakat Terhadap masing-masing juga direkam apakah mereka terpapar atau tidak terhadap faktor risiko/dugaan penyebab. Tipe Case-Control Studies sering disebut pula sebagai survei epidemiological studies atau juga sebagai prevalence studies. Dengan Case-Control Studies dapat dihitung secara epidemiologis terhadap angka ODDs-ratio. Model Case-Control Studies Sebagai sebuah ilustrasi guna memudahkan pemahaman, maka untuk skenario kasus dengan tema “Pengaruh Sampah Kontainer terhadap Terjadinya DHF” dapat dijelaskan menggunakan pendekatan gambar sebagai berikut: Tidak OHF Dugean penyebab sampah (-) container tidak ada () DHE Dugean penyebab sampah (+) Tidak DHE container banyak (+) DHE Gambar 29. Model Pengaruh Sampah Kontainer terhadap Prevalensi DHF Berdasarkan gambar di atas, dapat kita pahami tentang sifat penelitian yang memakai konsep Case-Control Studies, yaitu: 1. Dipakai menyelidiki kasus-kasus (gojala penyakit) yang telah ada dikaitkan pengaruh exposure (container). Bersifat prevalence studies. Merupakan Cross-Sectional Studies. Retrospective studies. vRwn Exposure yang dicurigai bisa saja dari: Kontainer —» menimbulkan DHF Makan kelapa -> menimbulkan diare Terkontaminasi minyak oleh (DDT) —> menimbulkan keracunan 213 Metodologi Penelitian dan Statistika 1ganah cipia image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available Balita”. Contoh lain adalah “Pengaruh Pestisida (DDT) terhadap Penurunan Kasus Malaria’, Hubungan ini memerlukan konfirmasi analisa penunjang, misalnya dengan tabulasi silang (tabulasi kontinesia), Kai Kuadrat atau korelasi. Variabel stimulus merupakan variabel intervensi dari luar tubuh yang nanti berbeda antara disposisi-respons. Hubungan Disposisi-Respons Disposisi merupakan variabel intervensi dari dalam tubuh sendiri. Hubungan hanya berlaku pada kondisi-kondisi tertentu. Disposisi yang ada dalam faktor tubuh berupa: ~ Sikap atau kebiasaan, - Nilai-nilai yang dianut, - Dorongan atau motivasi. - Kemampuan. Sebagai contoh dalam penelitian kesehatan, kita menguji hubungan antara variabel tingkat kepercayaan seseorang terhadap variabel memilih dokter terhadap kemampuan pelayanan seseorang dokter pada saat ia atau keluarganya sakit. Hubungan Ciri-Ciri Individu dengan Disposisi Yang dinamakan variabel ciri individu terhadap variabel disposisi di sini adalah tingkah laku dan tindakannya. Dengan pengertian ciri-ciri individu bisa berupa sifat-sifat individu yang tidak berubah dengan perubahan lingkungan, seperti antara lain seks, suku bangsa, etnisitas, dan lain-lain, Hubungan Prakondisi-Akibat Tertentu Variabel prakondisi adalah kecocokan kondisi untuk memungkinkan terjadinya akibat tertentu. Contoh variabel pemerataan sarana kesehatan di desa dengan meningkatnya status kesehatan. Metodologi Penelitian dan Statistika 221 nak cipia Hubungan asimetri banyak digunakan pada hubungan bivariat dan sulit dilakukan pada hubungan multivariat. Multivariat adalah sebuah variabel dependen yang dipengaruhi banyak variabel independen. Untuk hubungan multivariat analisis membutuhkan desain statistik yang lebih kompleks (misalnya dengan Stepwise Multiple Regresion Analisys). Hubungan asimetris bisa dilakukan antarkonsep atau antarvariabel sebagaimana skema Peter Hagul, dk. Pada hubungan bivariatasimetris, analisis penunjang lain yang sementara bisa digunakaan untuk mendukung menguji hasil hubungan sementara semula melalui elaborasi dengan memasukkan suatu veriabel kontrol tertentu (variabel antara maupun variabel antesenden). Demikian pula elaborasi bisa dicoba dengan variabel penekan (suppressor variable) maupun variabel pengganggu (dissorter variable). Variabel anteseden adalah suatu variabel yang ditempatkan mendahului variabel independen, sedangkan yang disebut variabel antara adalah variabel yang dicoba ditempatkan antara variabel independen dan variabel dependen VARIABEL > VARIABEL > VARIABEL “ANTESEDEN INDEPENDENT DEPENDENT canst |}, ANTARA, VARIABEL VARIABEL INDEPENDENT DEPENDENT Keterangan Vindependen --- V.dependen (V.pengaruh) --- (V. terikat) Gambar 31. Variabel Anteseden dan Variabel Antara 222 llmu Kesehatan Masyarakat Tabel 39. Tingkat Pendidikan dan Tingkat Kematian Bayi Menurut Tempat Tinggal (Desa — Kota), Indonesia, 1971 (Wanita, Umur 20-24 tahun) endian wanita Kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) Desa Kota ‘Tidal sekelah 155 160 SD tidak tamat 142 129 SD Tamat 106 1 SMP Tamat a o SMA Tama 86 a7 Sumber : TH. Hull dan VJ. Hull, Hubungan Antara Status Ekonomi dan Fertilitas ; Sebuah Analisa Data dari Indonesia 1976. (dikutip kembali dari tulisan Peter Hagul cs dalam Buku Metode Penelitian Survel penyunting Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, LP3ES), Berdasarkan gambaran analisis tabulasi di atas yang semula hanya menganalisis antara tingkat pendidikan dengan tingkat kematian bayi, kemudian dielaborasi datanya dan dibedakan menurut kota-desa, maka menunjukkan arah hubungan yang masih tetap tidak berubah baik di kola maupun maupun di desa, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, menyebabkan masih tetap rendahnya tingkat kematian bayi. Arah hubungan kedua data masih tetap menunjukkan arah hubungan yang negatif. Contoh 3. Hubungan Status sosial Ekonomi dengan Sikap terhadap Program Keluarga Berencana Adanya hubungan antara variabel status sosial ekonomi_sebagai variabel independen dengan sikap terhadap program Keluarga Berencana (KB) sebagai variabel dependen dapat ditunjukan pada tabel di bawah ini: 228 Metodologi Penelitian dan Statistika aban dengan .adk elpta 226 Tabel 40. Status Sosial Ekonomi dan Sikap terhadap Program Keluarga Berencana Strata Ekonomi Perdapat Responden Kelas Tint Kelas Rendah Setuia 62% 5036 Tidak Setaja 38%, 5006 Total 100% (120 orang) 100% (120 orang) Sumber ; Peter Hagul, Chris Manning dan Masri Singarimbun, Penentu variabel penelitian dan hubungan variabel penelitian dan hubungan antar variabel: contoh Hipotesis. Berdaserkan tabel diatas, maka dapat kita jelaskan bahwa hubungan antar variabel yang terjadi dalam tabel ini adalah sebagai berikut: Jumlah yang setuju terhadap sikap terhadap program KB pada 120 responden di setiap kelas adalah kelas tinggi sebanyak 62%, sedangkan kelas rendah memilih setuju dan tidak setuju adalah sama banyak yaitu 50%. Kemudian apabila tabel hubungan status ekonomi dengan sikap terhadap keluarga berencana di atas kita claborasiken menurut pegawai negeri dan buken pegawai negeri berdasarkan hasil penilaian yang setuju dan tidak setuju, maka dapat kita lihat gambarannya pada contoh berikut ini, Contoh 4. Hubungan Status sosial Ekonomi dengan Sikap terhadap Program Keluarga Berencana Dielaborasi menurut Jenis Pekerjaan Adanya hubungan antara variabel status sosial ekonomi dengan sikap terhadap program Keluarga Berencana (KB) yang kemudian dielaborasi menurut jenis pekerjaan sebagai pegawai negeri dan bukan pegawai negeri dapat ditunjukan pada tabel di bawah ini: limu Kesehatan Masyarakat Tabel 41. Status Ekonomi dan Sikap terhadap Program Keluarga Berencana dengan Jenis Pekerjaan Pegawai Negeri Perdap at] BikanPegawai Negert Pewawai Neweri Responden Kolas Tings KelasReniah | Kelas‘Tinggi | Kelas Renda Setju 200% 50% 70% 50% Tidak setuju | 80% 50% 30% 50% Total 100% 100% 100% 100% (20 orang) [100 orang) | (200 0rang) | @00rang) Sumber: Peter Hagul, Chris Manning dan Masri Singarimbun, Penentuan variabel penelitian dan hubungan antarvariabel : contoh Hipotesis. Berdasarkan tabel di atas, maka dapat kita jelaskan bahwa hubungan antarvariabel yang terjadi dalam tabel ini adalah kelas tinggi yangmemilih setuju sebanyak 20%, sedangkan kelas rendah yang memilih setuju dan tidak setuju adalah sama banyak sebesar 50%. Sampai di sini muncul pertanyaan, mengapa pegawai negeri kelas tinggi tidak setuju? Untuk menjawab hal tersebut kita masih harus mencari sebabnya, Salah satu jawaban adalah kerena pertanyaan dilakukan terhadap pelayanan di Puskesmas, sedangkan kelas tinggi bukan tidak setuju dengan program KB itu sendiri, melainkan kelas tinggi mencari pelayanan pada dokter swasta sehingga data pelayanan di Puskesmas tidak terkover (rendah) Demikianlah contoh teknik analisis penunjang dengan tabulasi bisa digunakan untuk mengkonfirmasikan hubungan sementara terhadap hipotesis untuk bisa menambah kejelasan pemahaman akan hubungan antarvariabel. 5.5.1 Sistem HusuNcAN Menurut ANTARKONSEP DAN ANTARVARIABEL Untuk lebih mempermudah pemahaman hubungan_ antarvariabel (maupun antar konsep) harus memilih pasangan yang sesuai menurut perkiraan logika. Dalam masing-masing hubungan ini, variabel independen 221 Metodologi Penelitian dan Statistika nak cipia aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 248 - Faktor Ekstrasistem SKN (£2) Faktor pengganggu ini berada di luar sistem SKN yang bisa berpengaruh mengganggu terhadap pembangunan_keschatan, misalnya: pengaruh dampak demografis karena tidak berhasilnya pembangunan lintas sektor tertentu; pengaruh epidemologis karena adanya penyebab hambatan politis negara yang tidak ingin menyelesaikan kampanye AIDS/HIV yang diatur langsung oleh lembaga luar neger; pengaruh dampak globalisasi ekonomi yang dapat mengakibatkan terganggunya program kesehatan yang sudah direncanakan, (F) Subsistem Penerapan Kebijakan Dalam subsistem ini akan menentukan kebijakan apa yang akan dipergunakan, Apakah menggunakan kebijakan yangmenekankan pada sistem “legal-aspek” yang ketat dan mengandalkan sistem instruktif ataukah menggunakan sistem “anti-topdown” dengan lebih banyak membuka peluang kepada masyarakat untuk kesempatan memacu kobersamaan dan pemberdayaan? Dengan sistem terakhir ini kita bisa lebih berhasil karena memberikan kesempatan untuk ikut memacu timbulnya kemauan swadaya Sebagai contoh berbagai subsistem tersebut di atas kita gambarkan suatu sistem kesehatan (Health System) meliputi: a) b) ¢) d) e) f) Subsistem Pelaku Kesehatan (Health Providers) Subsistem Sarana Kesehatan. Subsistem Infrastruktur Kesehatan, Subsistem Prosedur/Metode Implementasi. Subsistem (Pelaksanaan) Pelayanan. Subsistem Pengaruh Faktor Lingkungan. limu Kesehatan Masyarakat aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Tabel 47. Rumusan Basic-7 oleh Sarjono dan Bagiastra No. Basie-7 Saiono Besic-7 Bagiastta 4. NCH tetap MICH tetap 2. Medical Care tetap Medical Care tetap 3___ Environmental Health tetap Environmental Health tstap 4___ Public Health Nursing Health Education 5. Communicable Desease Control __ Communicable Desease Control 6 Sialisic Stalistc 7__Laberatorium Laboratorum Konsep rumusan Basic-7 oleh Sajono maupun Bagiastra kurang mendapat penganut di Indonesia karena pada saat itu public health policy belum disosialisasikan/belum berlaku. Pada akhir perdebatan ternyata yang dipertahankan untuk bisa menjangkau negara-negara yang sedang berkembang adalah hanya rumusan yang ditetapkan oleh WHO (dengan PIN tetap dipertahankan). Tabel 48. Rumusan Basic-8 Achmad Sarjono dan Basic-12 Sulianti No. Rumusan Basie-8 Rumusun Basie-12 Salianti Achmad 1 MCH tetap MCH tetap 2. Medical Care tetap Medical Care tetap (+perawatan) 3. EH tetap (ganti istilah EH tetap (hanya digenti dengan istilah Sanitast)* dengan Sanitasi}* 4 CDE. HEtetap 5. PHNteup PHN tetap 6 Gizitetap Gizi tetap 7. Laboratorium tetap Laboratorium tetap & —Ditambah Statistik Dipertahankan (8-9) Statistik 9.cD.C 263 Aspek limu Sosial dan Perilaku dalam Kebijakan Kesehatan Masyarakat aban dengan .adk elpta 264 Ditambah (10-12); 10, Usaha Kesehatan sekolah (UKS) 11. Pendidikan SDM Kesel 12. Kesehatan khusus {utamanya dengan ruang lingkup yang lebih fuas, disesuaikan dengan perkembangan wektu untuk kondisi y Ternyata sejalan dengan kemajuan dan kemampuan masing-masing tan yang pengembang program-program kesehatan di Indonesia, ternyata rumusan Sulianti yang diprediksikan paling cocok dengan kondisi jangka panjang sekarang maupun di waktu mendatang untuk dianut dan dijalankan, yaitu dengan beberapa konsep yang telah dituangkan dalam Keputusan Menkes No. 128/Menkes/SK/II/2004, yakni: a) Pengarahan untuk pengembangan “Upaya Kesehatan Wajib” yang boleh kami analogikan dengan Pelayanan Kesehatan Dasar /Basic-6/Basic-7. b) Upaya Kesehatan Pengembangan yang sesuai dengan ramalan Basic-12 dari Sulianti Berbagai upaya kesehatan pokok yang tidak dimasukkan dalam suatu bentuk rumusan bisa dipertahankan tersendiri bila memiliki sifat sebagai Upaya Kesehatan Penunjang (misalnya laboratorium, perawatan kesehatan masyarakat dan sebagainya) yang dapat memberikan dampak positif dalam upaya meningkatkan operasionalisasi maupun menurut kebutuhan. 6.3.1 Gamaaran Inpikator KesEHATAN YANG STRATEGIS Tingkat pengembangan kelembagaan Puskesmas di Indonesia rata-rata tidak sama lajunya, baik secara fisik maupun dampak operasionalnya terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat bagi daerahnya. Banyak faktor yang ikut menentukan, baik dari kecukupan sumber daya manusianya (penempatan tenaga dokter; perawat maupun bidan) maupun tersedianya sarana prasarana kesehatan termasuk obat-obatan. limu Kesehatan Masyarakat aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 268 Demikian pula kini Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota tidak lagi merupakan verlengstuk dari Dinas Kesehatan provinsi. Hanya untuk hubungan teknis kedudukan Puskesmas tetap terkait dalam sistem Kesehatan Nasional, di mana untuk beberapa hal berbagai pembinaan teknis masih menerima arahan dari Departemen Kesehatan melalui mekanisme perundang-undangan yang ada (dekonsentrasi/ pembantuan). Jelasnya, Puskesmas merupakan unit struktural Pemerintah Daerah di suatu kecamatan di bawah koordinasi dan bimbingan teknis operasional Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Demikian pula kedudukan Puskesmas juga merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten /kota di wilayah kerjanya. Kini Kepala Puskesmas memiliki eselon yang cukup menarikyaitu eselon IIIB. Bahkan di dalam keterbatasan menempatkan tenaga dokter sebagai kepala Puskesmas, kini dimungkinkan ditempatkan seorang sarjana di bidang Kesehatan yang kurikulum pendidikannya mendapatkan pendidikan ilmu kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, di kota-kota besar yang sulit mendapatkan dokter bisa saja ditempatkan tenaga kat/ SKM) yang memenuhi cukup masa kerja scbelumnya untuk kemudian bisa diangkat sebagai pimpinan Puskesmas. seorang dokter gigi (bahkan mungkin sarjana kesehatan masya c. — Struktur Organisasi Puskesmas Jika dulu struktur organisasi itu polanya ditentukan oleh Departemen Kesehatan, namun kini sebaliknya diarahkan oleh Kementrian Dalam Negeri dan didelegasikan kepada Kepala Daerah serta selanjutnya dipertanggungjawabkan pelaksanaannyakepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten /kota. limu Kesehatan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai