BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah memiliki peranan yang sangat penting artinya dalam kehidupan bangsa
Indonesia ataupun dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang
diselenggarakan sebagai upaya berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Oleh Karena itu pengaturan, penguasaan, pemilikan dan penggunaan tanah
perlu diarahkan bagi semakin terjaminnya tertib di bidang hukum pertanahan,
administrasi pertanahan, penggunaan tanah, ataupun pemeliharaan tanah dan
lingkungan hidup, sehingga adanya kepastian hukum di bidang pertanahan dapat
terwujud.
Konversi dapat diartikan sebagai perubahan hak lama (Hak atas tanah menurut
KUH Perdata/BW) menjadi hak baru menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1960.
Dalam Bagian Kedua UU No.5/1960 mengenai Ketentuan ketentuan Konversi,
khususnya hak barat yang dikonversi menjadi Hak Guna Bangunan dan Dalam
Peraturan Menteri Agraria No, 2 Tahun 1960, disebutkan bahwa:
c. Lain-lain
1). Surat pernyataan tidak sengketa yang dibuat oleh pemohon di atas
kertas bermeterai cukup
2). keterangan mengenai jumlah bidang, luas, dan status tanah-tanah
yang dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang dimohon
3). Surat Pernyataan mengenai rencana penggunaan dan pemanfaatan
tanah yang dimohon (berisi penggunaan tanah saat ini dan rencana
penggunaan dan pemanfaatan tanah apabila akan merubah
penggunaan dan pemanfaatan tanahnya).
5. Data Yuridis mengenai tanah yang dapat dimohon Hak Guna Bangunan.
Dalam rangka melengkapi permohonan Hak Guna Bangunan dilampiri
dengan data pendukung mengenai tanahnya, dapat berupa:
a. Tanah hak (bersertipikat):
fotocopy sertipikat,
bukti perolehan atas tanah (jual beli/pelepasan hak/ pembebasan
tanah/ pengadaan tanah, hibah, tukar menukar, surat keterangan
waris, akta pembagian harta bersama, lelang, wasiat, putusan
pengadilan dll.
b. Tanah Negara (belum pernah dilekati dengan sesuatu hak):
surat keterangan Kepala Desa/Lurah setempat yang isinya bukan
tanah milik adat (yasan), tidak termasuk dalam buku C desa atau
dalam peta kretek/peta rincikan desa (untuk pulau jawa dan daerah
lain yang terdapat catatan yang lengkap tentang tanah adat/tanah
yasan).
riwayat tanah/bukti perolehan tanah (hubungan hukum sebagai alas
hak) dari hunian/garapan terdahulu.
surat pernyataan penguasaan fisik oleh pemohon yang disaksikan
oleh 2 (dua) orang di atas kertas bermeterai cukup, isinya
menyatakan tanah yang dimohon dikuasai secara fisik dan tidak
dalam keadaan sengketa, apabila terdapat gugatan dari pihak lain
menjadi tanggung jawab pemohon.
c. Tanah Negara asal konversi hak barat (Keppres Nomor. 32 Tahun1979)
foto copy sertipikat/akta verponding bagi bekas pemegang hak yang
secara fisik masih menguasai bidang tanah atau SKPT bagi bukan
pemegang hak.
bukti perolehan/penyelesaian bagunan dari bekas pemegang hak (jika
ada bangunan milik bekas pemegang hak).
apabila masih terdaftar dalam penguasaan pemerintah/ occupasi
TNI/POLRI, diperlukan surat keterangan dari daftar occupasi
TNI/POLRI.
surat pernyataan pemohon yang disaksikan oleh 2 (dua) orang diatas
kertas bermeterai cukup dan dikuatkan oleh Kepala desa/lurah
setempat, isinya menyatakan tanah yang dimohon dikuasai secara
fisik dan tidak dalam keadaan sengketa, apabila terdapat gugatan dari
pihak lain menjadi tanggung jawab pemohon.
d. Tanah Milik Adat/yasan/gogolan tetap/SK redistribusi
fotocopy tanda bukti tanah milik adat: petok D/girk/kikitir/ kanomeran/
letter C desa/ keteangan riwayat tanah dari kepala desa/lurah
setempat.
SK redistribusi tanah yang telah dibayar lunas ganti ruginya dan surat
keterangan riwayat perolehan tanah dari kepala desa/ lurah setempat.
bukti perolehan/surat pernyataan pelepasan hak dari pemegang haki
sebelumnya (hubungan hukum sebagai alas haknya) berupa akta
otentik PPAT atau akta di bawah tangan.
e. Tanah Gogol tidak tetap
fotocopy tanda bukti tanah milik adat: petok D/girik/letter C desa
keputusan desa/peraturan desa yang disetujui oleh Badan Perwakilan
Desa (BPD) yang berisi tentang persetujuan tidak keberatan, luas
tanah, letak, batas-batas dan besarnya ganti rugi yang disepakati.
akta pelepasan hak yang dibuat oleh dan dihadapan
notaris/camat/Kepala Kantor Pertanahan setempat.
f. Tanah kas desa (TKD)
untuk pemerintah kabupaten yang telah mempunyai perda tentang
sumber pendapatan dan kekayaan desa yang mengatur mengenai
pelepasan/tukar menukar TKD, maka bagi desa yang sudah
membentuk BPD maupun belum mengacu pada perda tersebut.
untuk pemerintah kabupaten yang belum mempunyai perda tentang
sumber pendapatan dan kekayaan desa: desa yang belum
membentuk BPD tata cara tukar menukar/pelepasan TKD masih
berlaku ketentuan lama yaitu keputusan desa, pengesahan bupati
dan izin gubernur.
desa yang sudah membentuk BPD dengan produk hukum berupa
peraturan desa, maka diperlukan peraturan desa dan keputusan
desa.
terhadap pelepasan berdasarkan ketentuan lama yang belum selesai,
mengacu pada aturan peralihan perda kabupaten yang mengatur
pelepasan/tukar menukar TKD dimaksud.
penetapan besarnya ganti rugi berupa uang atau tanah pengganti
akta/surat pelepasan tanah kas desa yang dibuat oleh dan dihadapan
notaris/camat/Kepala kantor Pertanahan Setempat.
fotocopy sertipikat/petok D/girik/letter C desa
fotocopy sertipikat tanah pengganti atas nama pemerintah desa yang
bersangkutan (jika berasal dari tukar menukar)
g. Tanah Asset Pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota)
persetujuan dari DPRD
keputusan kepala daerah tentang penghapusan asset barang milik
daerah (tanah),
perjanjian antara pemerintah daerah dengan penerima asset.
berita acara pelepasan asset dari daftar inventaris yang dibuat oleh
pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota)
untuk tanah yang sudah terdaftar, berita acara pelepasan hak yang
dibuat dihadapan kakantah, notaris atau camat
bukti sertipikat pengganti (jika perolehan berdasarkan tukar menukar).
h. Tanah Asset pemerintah pusat (departemen/LPND)
persetujuan dari Menteri Keuangan/Presiden/DPR sesuai
kewenangannya.
keputusan menteri/kepala LPND tentang penghapusan asset barang
milik negara (tanah)
perjanjian antara pemerintah daerah dengan penerima asset
perbuatan hukum pelepasan hak atas tanah yang dilakukan
dihadapan pejabat yang berwenang.
bukti sertipikat tanah pengganti (jika perolehan berdasarkan tukar-
menukar).
i. Tanah asset Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
persetujuan Menteri BUMN
berita acara pelepasan asset dari daftar inventaris yang dibuat oleh
BUMN
untuk tanah yang sudah terdaftar, berita acara pelepasan hak yang
dibuat dihadapan kakantah, notaris atau camat
sertipikat sepanjang sudah terdaftar
bukti sertipikat tanah pengganti (jika perolehan berdasarkan tukar-
menukar sepanjang terdapat dalam perjanjian)
j. Tanah asset Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
persetujuan DPRD
persetujuan gubernur/bupati/walikota.
berita acara pelepasan asset dari daftar inventaris yang dibuat oleh
BUMD
untuk tanah yang sudah terdaftar, berita acara pelepasan hak yang
dibuat dihadapan kakantah, notaris atau camat.
bukti sertipikat tanah pengganti (jika perolehan berdasarkan tukar-
menukar sepanjang terdapat dalam perjanjian)
k. Tanah bekas Milik Asing Cina (BKMC): pelepasan asset BKMC dari
Menteri Keuangan.
2. Tata Cara Pemberian Hak Guna Bangunan
a. Dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun
1999, dinyatakan bahwa Permohonan Hak Guna Bangunan diajukan
kepada Menteri melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya
meliputi letak tanah yang bersangkutan,
b. Setelah berkas permohonan diterima, Kepala Kantor Pertanahan:
1). memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan fisik;
2). mencatat dalam formulir;
3). memberi tanda terima berkas permohonan; dst
sampai pada proses, bahwa berkas permohonan tersebut siap untuk
diterbitkan keputusan pemberian hak atau keputusan penolakan yang
disertai dengan alasan penolakannya.
c. Dalam hal keputusan pemberian hak pakai tidak dilimpahkan kepada
Kepala kantor Pertanahan, maka berkas permohonan tersebut diteruskan
kepada Kepala Kantor wilayah disertai pendapat dan pertimbangannya,
d. Dalam hal keputusan pemberian hak pakai tidak dilimpahkan kepada
Kepala kantor Wilayah, maka berkas permohonan tersebut diteruskan
kepada Menteri (Kepala BPN RI) disertai pendapat dan
pertimbangannya,