Anda di halaman 1dari 15

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Iman Maulana
2. Khoerotun Nisa
3. Miranda Permatasari
4. Sari ramadhayani
5. Siti Rokhani

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


STIKES BHAMADA SLAWI
Jln. Cut Nyak Dhien No. 16, Desa kalisapu, Kec. Slawi – Kab. Tegal 52416
Telp. (0283) 6197570, 6197571 Fax. (0283) 6198450 Homepage.
http://stikesbhamada.ac.id email stikes_bahamda@yahoo.com
A. TIPE, PRINSIP DAN LANGKAH LANGKAH PENGKAJIAN
KOMUNITAS
1. Ada empat tipe data yang digunakan dalam pengkajian komunitas:
1. Data numerik: sensus data, data dapat menggunakan mean, rasio dan
pengukuran lain berdasarkan masalah kesehatan dimasyarakat. Kelebihan
menggunakan data ini adalah tingkat validitas dan reliabiltasnya tinggi.
2. Data non numerik : merupakan data verbal, visual, aural, penciuman. Data
ini didapatkan dengan metode interview terhadap individu dan group
tentang pengetahuan, experiences, feeling, opinions atau kepercayaan.
Keuntungan menggunakan data ini adalah data yang didapatkan lebih rinci
dan mendalam, penggunaan data non numerik salah satu cara yang
adekuat unutk melihat nilai, kepercayaan dan kultur dari masyarakat
setempat
3. Data perbandingan dimaksudkan untuk membandingkan data antar
wilayah baik yang ditemukan pada tingkat daerah, nasional maupun
instansi pemerintahan terkait. Hal ini membantu dalam pengambilan
keputusan suatu kebijakan.
4. Data yang berhubungan merupakan data yang ada kaitannya dengan
identifikasi masalah dan memuat kekuatan dan asset yang dimiliki
masyarakat
3. Langkah langkah pengkajian komunitas:
a. Mengumpulkan data primer
a) Wawancara
- Masyarakat
- Tokoh masyarakat
- Kader
- Aparat kelurahan / desa
- Pemerintah Daerah setempat
b) Observasi
1. Norma
2. Nilai
3. Keyakinan
4. Struktur kekuatan
5. Proses penyelesaian masalah
6. Dinamika kelompok masyarakat
7. Pola komunikasi
8. Situasi/ kondisi lingkungan wilayah
b. Mengumpulkan data sekunder
Dilakukan dengan cara mencatat data dan informasi dari sumber yang
relevan untuk wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.misalnya catatan
kelahiran, kematian, cakupan pelayanan.
c. Membahas data yang terkumpul
Kegiatan yang dilakukan yaitu Lokakarya mini atau pertemuan
khusus pada forum koordinasi. Melalui pembahasan ini dirumuskan
masalah serta mencari penyebabnya.

B. PENGKAJIAN DIKOMUNITAS BERDASARKAN TEORI NEWMAN


A. Pengkajian
Pengkajian komunitas (community assessment) adalah proses
pengumpulan data yang berhubungan dengan status kesehatan komunitas dan
merupakan sumber data untuk perumusan diagnosa keperawatan. Pengkajian
komunitas merupakan suatu upaya untuk dapat mengenal masyarakat. Tujuan
keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor
(baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga
masyarakat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan (Herawati
& Neny FS, 2012).
Jenis data yang dikumpulkan pada pengkajian secara umum dapat
diperoleh dari data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu data yang
diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,
kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
Data obyektif yaitu data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan, dan pengukuran. Sedangkan sumber data dapat diperoleh dari
data primer dan sekunder, dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji berdasarkan hasil
pengkajian, sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya. Metode pengumpulan data yang dapat dilakukan yaitu: wawancara
informan (informan interview), analisis sekunder, observasi atau pengamatan
(wind shield survey) (Herawati & Neny FS, 2012). Salah satu model
pengkajian yang dapat digunakan adalah “Betty Neuman”. Pada model ini
terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah dengan data inti dari
masyarakat itu sendiri (community core).
1. Community Core (data inti)
a. Histori dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas.
b. Data demografi: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, ras, tipe
keluarga, status perkawinan.
c. Vital statistik: angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan.
d. Agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
2. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
1) Lingkungan fisik: perumahan yang dihuni oleh penduduk, bagaimana
penerangannya, sirkulasi dan kepadatan penduduk.
2) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan. Status pendidikan (lama sekolah, jenis
sekolah, bahasa), fasilitas pendidikan (SD, SMP, dll) baik di dalam
maupun di luar komunitas.
3) Keamanan dan transportasi: Bagaimana keselamatan dan keamanan di
lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress.
Transportasi apa yang tersedia di komunitas.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah
cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan, jenjang
pemerintahan, kebijakan depkes.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
6) Sistem komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan penyakit. Misalnya televisi, radio, koran atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7) Sistem ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR
atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada anjuran dapat dilaksanakan, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
8) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat
digunakan komunitas untuk membantu mengurangi stressor.
C. Diagnosa Keperawatan Komunitas
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah
yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa
keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (resiko)
(Mubarak, 2009).
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi terhadap
stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen: Problem,
Etiologi, Simptom(Herawati & Neny FS, 2012).
(American Nurses of Association ) diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan
pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian
diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin
terjadi (potensial). Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama
yaitu :
1) Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi
2) Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi
keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3) Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Dengan rumus PES
a. Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala
2) Dengan rumus PE
b. Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung
2 komponen tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3. Partisipasi dan peran serta masyarakat
Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri
dari :
1) Masalah…………sehat………..sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)
Menurut Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing
in the COMMUNITY
Diagnosis resiko :………………………….(masalah)
Diantara :………………………….(community)
Sehubungan dengan :………………………….(karakteristik community dan
lingkungan)
Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh
:…………………(indikator kesehatan/analisa data)
1) Resiko terjadinya diare di RW 02 Ds. Somowinangun Lamongan
sehubungan dengan:
a. Sumber air tidak memenuhi syarat
b. Kebersihan perorangan kurang
c. Lingkungan yang buruk dimanifestasikan oleh : banyaknya sampah
yang berserakan, penggunaan sungai sebagai tempat mencuci, mandi,
dan pembuangan kotoran (buang air besar)
2) Tingginya kejadian karies gigi SDN Somowinangun Lamongan
sehubungan dengan :
a. Kurangnya pemeriksaan gigi
b. Kurangnya fluor pada air minum dimanifestasikan : 62% kariies
dengan inspeksi pada murid-murid SDN Somowinangun Lamongan
3) Kurangnya gizi pada balita di desa Somowinangun khusunya di RW.1
sehubungan dengan :
a. Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b. Kurangnya jumlah kader
c. Kurangnya jumlah posyandu
d. Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi
4) Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3 I) di
desa Somowinangun RW.2 sehubungan dengan :
a. Cakupan imunisasi rendah
b. Kader kurang
c. Banyaknya drop out imunisasi

Jika disusun berdasarkan jenis diagnosa keperawatan susunannya yaitu


sebagai berikut
1. Diagnosis sejahtera /wellness
Digunakan bila komunitas mempunyai mempunyai potensi untuk
ditingkatkan. Perumusannya, hanya terdiri dari komonen problem (P) saja,
tanpa komponen etiologi (E).
2. Diagnosis ancaman (resiko)
Digunakan apabila belum terdapatnya paparan masalahn kesehatan, tetapi
sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan
timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas resiko
terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan symtom /sign (S).
Contoh
3. Diagnosis aktual/gangguan
Diagnosis ini ditegakkan bila sudah timbul gangguan/masalah kesehatan
di komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptif. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas aktual terdiri atas problem (P),
etiologi(E), dan symptom/sign(S).
Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan ditetapkan, prioritas masalah
kesehatan komunitas yang ada perlu ditetapkan bersama masyarakat melalui
musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas
masalah dibuat berdasarkan ketegori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan,
mengingat banyaknya masalah yang dihadapi masyarakat. Pemilihan masalah ini
sangat penting dilakukan, agar implementasi yang dilakukan benar-benar
bermanfaat bagi masyarakat dan secara tidak langsung akan membangun rasa
percaya diri dan kompetensi masyarakat untuk mengatasi masalah yang lain
(Bract, 1990 dalam Helvie,1998).
Penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas dapat dilakukan melalui
metode berikut :
1. Paper and pencil tool (Ervin, 2002)
Contoh penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas menggunakan
metode paper and pencil tool tertera dalam tabel 3.3
2. Skoring diagnosis keperawatan komunitas (DepKes, 2003)
Contoh penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas menggunakan
metode skoring diagnosis keperawatan komunitas tertera dalam tabel 3.4

Tabel 3.3. contoh prioritas masalah keperawatan komunitas RW…kelurahan


masalah Pentingnya Kemungkinan Peningkatan total
masalah perubahan terhadap
untuk positif jika kualitas
dipecahkan diatasi hidup bila
1 rendah 0 tidak ada diatasi
2 sedang 1 rendah 0 tidak ada
3 tinggi 2 sedang 1 rendah
3 tinggi 2 sedang
Resiko 3 3 3 9
meningkatnya
kejadian
infertilitas
pada agregat
remaja
Kurangnya 3 2 2 7
kebiasaan
hygiene
personal

Tabel 3.4. Contoh perioritas masalah keperawatan komunitas RW… kelurahan


MASALAH A B C D E F G H TOTA
KEPERAWATA L
N
Resiko 2 3 2 5 2 3 2 2 21
meningkatnya
kejadian
infertilitas pada
agregat remaja
Kurangnya 3 4 3 3 3 3 3 3 25
kebiasaan
hygiene personal
Keterangan : pembobotan
A : resiko keparahan 1. Sangat rendah
B : minat masyarakat 2. rendah
C : kemungkinan diatasi 3. cukup
D : waktu 4 . tinggi
E : dana 5. Sangat tinggi
F : fasilitas
G : sumber daya
H : tempat

Skoring diagnosa keperawatan komunitas


Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian. Dalam lingkungan
asuhan keperawatan individu, metode pengkajian dilakukan baik melalui
anamnesis, pemeriksaan, observasi respon klien, dan hasil pemeriksaan penunjang.
Pengkajian komunitas dilakukan melalui survey, wawancara, diskusi kelompok
terfokus, observasi lingkungan komunitas, dan studi dokumen. Dari studi
pengkajian ditelaah melalui proses analisis dan sintesis sebagai dasar
mengidentifikasi diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan merupakan
pertimbangan klinis/rasional dari perawat (clinical judgement) yang berfokus pada
respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) terhadap respon dari individu, keluarga, kelompok atau komunitas
(Herdman dan Kamitsuru 2015).
Label diagnosa keperawatan menurut NANDA (2015-2017)meliputi:
a. Diagnosis Berfokus Pada Masalah
Diagnosis berfokus pada masalah selama ini dikenal dengan label adektual,
diagnosis ini merupakan pertimbangan klinis/rasional dari perawat (clinical
judgement) yang menggambarkan respon yang tidak diinginkan klien terhadap
kondisi kesehatan/proses kehidupan yang ada pada individu keluarga, kelompok,
atau komunitas. Hal ini didukung oleh batasan karakteristik kelompok data
(manifestasi tanda dan gejala) yang saling berhubungan. Contoh diagnosis aktual
diantaranya:
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2) Gangguan pola tidur
3) Disfungsi proses keluarga
4) Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga
5) Ketidakefektifan manajemen kesehatan
6) Defisiensi kesehatan komunitas

b. Diagnosis risiko
Label diagnosis risiko adalah clinical judgement yang menggambarkan
kerentanan individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang memungkinkan
berkembangnya suatu respon yang tidak diinginkan dari klien terhadap kondisi
kesehatan/proses kehidupan. Hal ini didukung oleh berbagai faktor risiko yang
berkontribusi pada peningkatan kerentanan. Setiap label dari diagnosis risiko
diawali dengan frase: “risiko”.
Contoh diagnosis resiko diantaranya:
1) Resiko kekurangan volume cairan
2) Resiko intoleransi akktivitas
3) Resiko ketidakmampuan menjadi orang tua
4) Resiko distres spiritual
5) Resiko penyimpangan perilaku kesehatan
6) Resiko kontaminasi

c. Diagnosis promosi kesehatan


Diagnosis promosi kesehatan adalah clinical jugment yang menggambarkan
motivasi dan keinginan untuk meningkatkan kesejahtraan dan mengaktualisasikan
potensi kesehatan individu,keluarga, kelompok atau komunitas. Respon
dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku kesehatan yang spesifik, dan
dapat digunakan pada sluruh status kesehatan. Setiap labeb diagnosis promosi
kesehatan diawali dengan frase : “kesiapan meningkatkan”. Contoh diagnosis
promosi kesehatan diantaranya:
1. Kesiapan meningkatkan komunikasi
2. Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan
3. Kesiapan meningkatkan pengetahuan
4. Kesiapan meningkatnkan religiusitas
5. Kesiapan meningkatkan koping keluarga
6. Kesiapan meningkatkan koping kualitas
D. Diagnosis Sindrom
Diagnosis sindrom adalah clinical judgement yang menggambarkan
suatu kelompok diagnosis keperawatan yang terjadi bersama, mengatasi
masalah secara bersama, dan melalui beberapa intervensi yang sama. Sindrom
nyeri kronik menggambarkan diagnosis nyeri kronik yang mempunyai
dampak pada respon klien lain seperti diagnosis gangguan pola tidur, isolasi
sosial, kelelahan, atau gangguan mobilitas fisik. Kategori diagnosis sindrom
dapat berupa risiko atau masalah.
Contoh diagnosis keperawatan sindrom, ddiantaranya:
1. Sindrom kelemahan lansia
2. Sindrom tidak berguna
3. Sindrom post trauma
4. Sindrom stres relokasi
5. Sindrom kekerasan
Adapun cara menentukan diagnosis keperawatan menggunakan nanda,
adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi data klien ( sesuai data pengkajian )
b. Identifikasi domain yang sesuai
c. Identifikasi kelas yang sesui
d. Lihat definisi diagnosis
e. Lihat batasan karakteristik
f. Tetntukan diagnosis
Formulasi diagnosis keperawatan north american nursing diagnosis
asosiation ( NANDA ) belum optimal mengakomodasi diagnosis keperawatan
diarea keperawatan komunitas ( kelompok dan masyarakat ), sehingga
digunakan juga rumusan diagnosis dari international classifications for
nursing practice ( ICMT ). NANDA Intrenational Taxonomy II memiliki 13
domain ; 47 kelas; 235 diagnosis. Formulasi diagnosis tersebut digunakan
tanpa menuliskan etiologi dan data sebagai manifestasi data hasil pengkajian.
Sesuai dengan label diagnosis, maka label diagnosis keperawatan individu,
keluarga dan kelompok atau komunitas dapat berupa : aktual, resiko,
peromosi kesehatan dan sindrom. Sebagai catatan bhawa diagnosis
keperawatan kategori sindrom jumlahnya masih terbatas pada nanda sehingga
penggunaannya tergantung pada hasil pengkajian klien.
Diagnosis keperawatan individu dan keluarga dirumuskan berdasarkan
masalah kesehatan yang lazim terjadi seperti masalah gizi, diare, ispa, DM,
TB paru, hipertensi, stroke, rematik, kecemasan, depresi, dan dimensia.
Masalah kesehatan komunitas nasional berdasarkan riskesdas (2013) dan
MDGs antara lain HIV, TB, malaria, masalah gizi, masalah kesehatan sebagai
dampak dari kemiskinan dan keterbatasan akses pelayanan kesehatan dan
informasi kesehatan, masalah kesehatan ibu dan anak, dan cidera akibat
kecelakaan lalulintas.

Anda mungkin juga menyukai