PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Banjir
1) Definisi
B. Kekeringan
1) Definisi
A. Gempa
1) Definisi
B. Tsunami
1) Definisi
D. Tanah Longsor
1) Definisi
E. Angin Topan
1) Definisi
1) Tenaga Endogen
2) Tenaga Eksogen
Energi yang berasal dari luar bumi dikenal sebagai tenaga
eksogen. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk
permukaan bumi hasil pembentukan dari tenaga endogen. Misalnya
tabrakan benda luar angkasa dan berakibat terhadap permukaan
bumi, jatuhnya benda-benda dari luar angkasa kebumi, serta angin
topan dan tenaga matahari.
Pergerakan lempeng bumi memicu terjadinya gempa bumi yang apabila dibawah
laut seringkali menghasilkan gelombang pasang. Kecenderungan yang tinggi
terhadap pergerakan lempeng tekronik, Indonesia sudah sering terkena bencana
tsunami. Hampir semua tsunami di Indonesia disebabkan oleh gempa bumi
tektonik yang terjadi disepanjang zona tumbukan (subduksi) dan di daerah-daerah
yang seismistasnya aktif. Sejak tahun 1600 hingga tahun 2000 telah terjadi 105
kali tsunami di Indonesia, 90% tsunami tersebut disebabkan oleh gempa bumi
tektonik, 9% disebabkan oleh letusan gunung api, dan 1% oleh longsoran.
Kawasan pantai/pesisir di Indonesia umumnya rawan terhadap tsunami. Daerah-
daerah seperti pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Pantai utara dan selatan
Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, pantai utara Papua dan sebagian besar pesisir
Sulawesi, serta laut Maluku merupakan daerah yang sangat rawan terkena
tsunami. Antara tahun 1600 hingga 2000, sudah terjadi 32 kali tsunami, dimana
28 kali disebabkan oleh gempa bumi dan 4 kali disebabkan oleh letusan gunung
api bawah laut.
Keberadaan Indonesia yang terletak didaerah yang beriklim tropis dan hanya
mengenal 2 musim, yaitu musim kemarau dan penghujan serta perubahan cuaca,
temperature, arah angin yang cukup ekstrim menyebabkan Indonesia sangat
rentan terkena bencana geologi. Perpaduan antara keadaan bentang alam dan jenis
bebatuan yang ada dimana secara fisik dan kimiawi berberda menjadikan kondisi
tanah di Indonesia cukup subur disamping berpotensi dan rawan terkena bencana
hidro-meteorologi, seperti banjir, longsor, kebakaran hutan dan kekringan.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan juga
semakin bertambah luas dan pada akhirnya dapat menjadi pemicu terjadinya
bencana hidro-meteorologi dengan frekuensi dan intensitas yang semakin tinggi
dibeberapa wilayah Indonesia. Sebagai contoh bencana banjir dan tanah longsor
yang terjadi di Jember, Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan beberapa tempat
lainnya pada tahun 2006.
1. Normal
Kondisi aman, kondisi keseharian rata-rata dari ancaman yang
diketahui dari berbagai data ilmiah termasuk melalui pengalaman atau
data sejarah perilaku fenomena ancaman tersebut.
2. Waspada
Terjadi peningkatan ancaman dan resiko yang dibuktikan dari hasil
analisis data-data dan informasi ilmiah yang menunjukan aktivitas
ancaman diatas rata-rata dari kondisi normal.
3. Siaga
Terjadi peningkatan ancaman dan risiko yang signifikan tetapi masih
dapat dikendalikan sehingga sewaktu-waktu jika terjadi status
kedaruratan dinaikan pada level tertinggi, maka seluruh sumber daya
dapat segera dikerahkan untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi
masyarakat serta pengamanan asset. Tindakan yang dilakukan adalah
dengan mendekatkan sumberdaya ke lokasi aman terdekat dari
skenario ancaman serta memastikan seluruh peralatan dan sistem
pengamanan dan penyelamatan berfungsi dengan baik.
4. Awas
Tingkat ancaman dan resiko sedemikian tinggi sehingga
membahayakan masyarakat. Tindakan yang diambil adalah melaukan
upaya evakuasi.
Dampak bencana bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini
tergantung pada intensitas bencana, letak permukiman yang terkena dampak,
saat terjadi bencana dan sebagainya. Bencana ini membawa dampak
psikologis, ekonomi, sosial, politik dan dampak ekologis dikalangan
masyarakat. Bencana mengakibatkan penderitaan, kematian, kerusakan dan
kerugian harta benda, gangguan kehidupan/ kegiatan normal, hilangnya mata
pencaharian kebanyakan orang, pengaruh pada kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
1) Dampak Psikologi
Hal ini mencakup trauma, merasa tidak aman, pikiran negatif, depresi dan
stress. Bencana meninggalkan orang-orang dengan hilangnya anggota
keluarga mereka, cedera, kehilangan mata pencaharian/aset yang
menyebabkan penderitaan mental. Pelatihan relawan dari masyarakat
tentang konseling psikososial akan memungkinkan mereka untuk
berkonstribusi secara efektif selama bencana.
2) Dampak Ekonomi
Masyarakat cenderung untuk mencari dan membangun tempat tinggal
yang dekat dengan aktivitas kehidupannya. Seringkali bencana
mengakibatkan kerusakan kehidupan, mata pencaharian, tempat tinggal
dan aset mereka. Ketahanan terhadap bencana dalam konteks ekonomi
tergantung pada pengetahuan tradisional, keterampilan yang sesuai dan
ketersediaan sumber daya yang bekaitan dengan daerah dan aktivitas
tertentu.
3) Dampak Sosial
Bencana (yang masif) yang disamping menimbulkan korban jiwa juga
dapat menghancurkan ‘peradaban’ suatu komunitas.
4) Dampak Politik
Responsivitas otoritas terhadap bencana yang lamban, sebagai misal, akan
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat-korban kepada pemerintah.
Mereka yang terdampak bencana dapat beranggapan bahwa pemerintah
tidak menjalankan tanggung jawab/ tugasnya dalam memberikan
perlindungan kepada warganya.
5) Dampak Ekologis
Bencana sering mengancam keanekaragaman hayati dan menciptakan
kerugian besar begi ekologi. Hal ini mengakibatkan kerugian berat di
sektor kehutanan dan pertanian. Partisipasi masyarakat memungkinkan
untuk melaksanakan program dalam rangka konservasi ekosistem.
Tahap ini dikenal juga sebagai pra bencana, durasi waktunya mulai
saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan/ impact. Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase
inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan
warga masyarakat. Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang
sangat strategis karena pada tahap prabencana ini masyarakat perlu dilatih
tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak. Latihan yang
diberikan kepada petugas dan masyarakat akan berdampak kepada jumlah
besarnya korban saat bencana menyerang/ Impact, peringatan dini
dikenalkan pada masyarakat pada tahap pra bencana.
Dengan pertimbangan bahwa, yang pertama kali menolong saat
terjadi bencana adalah masyarakat awam atau awam khusus (first
responder), maka msyarakat awam khusus perlu segera dilatih oleh
pemerintah kabupaten kota. Latihan yang perlu diberikan oleh masyarakat
awam khusus dapat berupa : kemampuan minta tolong, kemapuan
menolong diri sendiri, menentukan arah evakuasi yang tepat, memberikan
pertolongan serta melakukan transportasi.
3. Tahap Emergency
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada
tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang
lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita perlu
melakukan rekonstruksi budaya, melakukan orientasi nila-nilai dan norma-
norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab. Dengan melakukan
rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban bencana, kita berharap
kehidupan mereka lebih baik dibanding sebelum terjadi bencana.
Bencana alam sering melanda negeri kita ini, bencana pun sering
tiba-tiba, kapan pun bisa selalu mengancam kita semua. Indonesia sering
terjadi bencana alam karena negara Indonesia terletak di antara dua
samudera dan dua benua. Pada daerah transform fault aktivitas gempa
bumi banyak terjadi akibat pergeseran kerak bumi yang berlangsung
secara terus menerus sehingga lempeng kerak bumi terpecah – pecah.
1. Gunung meletus
1. Gempa bumi
3. Tanah longsor
1. Lahan kritis
Lahan kritis adalah suatu lahan yang tandus karena unsur hara
atau kesuburannya sangat sedikit bahkan sudah hilang sama sekali.
Contoh terjadinya lahan kritis akibat aktivitas manusia :
- Lahan kritis karena pengaruh limbah industry
2. Banjir
3. Pencemaran
- Pencemaran udara
- Pencemaran suara
- Pencemaran air
- Pencemaran tanah
4. Degradasi lingkungan
(Sumber : IPS terpadu, Tim Abdi Guru, penerbit Erlangga, halaman 82-88)
1) Mitigasi
2) Persiapan
3) Respon
4) Rekonstruksi
Tahapan mitigasi mengacu pada identifikasi dan sistem hukum, sosial, dan
infrastruktur untuk mengurangi dampak risiko bencana. Mitigasi bencana
berhubungan dengan tanggung jawab pemerintah dan tidak melibatkan partisipasi
langsung logistik.
- Bea cukai.
- Penerima bantuan.
- Pertanggungjawaban.
Pemahaman terhadap manajemen rantai pasok merupakan hal penting
dalam mengelola logistik bantuan kemanusiaan. Delapan tahapan manajemen
logistik bantuan kemanusiaan tersebut dilaksanakan secara keseluruhan menjadi
satu sistem terpadu. (Sumber: SCI-Artikel Manajemen Logistik Penanggulangan
Bencana (Bagian #1)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Disaster (Bencana) adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusuhan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
Terdapat beberapa jenis bencana, diantaranya adalah:
a. Bencana Alam, dimana bencana ini disebabkan oleh alam (banjir,
gempa bumi, tsunami, gunung meletus banjir kekeringan,angin topan
dan tanah longsor)
b. Bencana Non Alam, dimana bencana ini adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam (gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit)
3.2 Saran
1. Pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan pelatihan kepada
masyarakat terutama mengenai penanggulangan bencana pada tahap
awal.
2. Sebagai petugas kesehatan kita wajib melakukan pelatihan-pelatihan
terutama dalam penanggulangan bencana agar tercipta petugas yang
kompeten dan terampil saat bencana terjadi
3. Sebagai manusia yang mendiami bumi ini, kita wajib ikut menjaga dan
melestarikan ekosistem dan lingkungan hidup agar bencana yang berasal
dari eksploitasi sumber daya alam dapat diminimalisir.