Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE CAIR AKUT PADA ANAK

Oleh :

NINING YULIANAH

1311040121

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2014
1. Definisi

Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara
berkembang, dimana diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini
disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga dia makan
lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan
berkurang padahal kebutuhan sari makanan meningkat selama adanya infeksi.
Penyebab kematian utama karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui tinjanya.
Diare sebagai epidemiologi didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang
lunak dan cair tiga kali atau lebih dalam sehari. Secara klinik dibedakan 3 macam
sindroma diare, yang masing-masing mencerminkan patogenesis yang berbeda
dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.
Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari
(bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak /
cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair
akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat
mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi.
Penyebab terpenting pada anak-anak : Shigella, Campylobacter jejuni dan
Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus.

2. Etiologi

a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
- Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis),
adeno-virus, rotavirus, astrovirus.
- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides);
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas
nominis); jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat:
- Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
- Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, disease, enterocilitis.

3. Tanda dan gejala

a. Tanda :

- Cengeng
- Anus dan daerah sekitar lecet
- BB menurun
- Turgor berkurang
- Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
- Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
- Nadi cupat dan kecil
- Denyut jantung jadi cepat
- TD menurun
- Kesadaran menurun
- Pucat, nafas cepat
- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau
dewasa.
- Suhunya tinggi
b. Gejala :

- Tidak nafsu makan


- Lemas
- Dehidrasi
- Gelisah
- Cengeng
- Oliguria
- Anuria
- Rasa haus

4. Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:

1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak
daripada input) merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2) Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)


Asidosis metabolik terjadi karena:

a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja


b. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di
dalam tubuh.

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.


d. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita
diare. Pada orang dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi,
lebih sering terjadi pada anak sebelumnya pernah menderita lalep).
4) Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan
akibat terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan
karena makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena
hiperperistaltik. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit.

5) Gangguan sirkulasi darah


Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat
dan mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.

Pathways Diare
Infeksi (virus, bakteri, parasit)
Molabsorbsi makanan
Makanan Beracun Faktor Psikologis
di usus
(Virus, Bakteri, Parasit)

Reaksi Inflamasi Tek Osmotik Rangsang Saraf Parasimpatik


Pe sekresi cairan Pergeseran cairan & elektrolitGg. Motilitas Usus
dan elektrolit ke rongga usus

Isi Rongga Usus Hipermotilitas Hipomotilitas

Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh SS

DIARE MK: < Pengetahuan

Dehidrasi Kerusakan mukosa usus Defekasi sering Output >>

Obsorbsi ber <


Dehidrasi Iritasi Kulit
Nyeri akut
Perubahan nutrisi
Tubuh kehilangan cairan
& elektrolit Resiko kerusakan integritas kulit

Pe vol cairan
ekstra sel Cemas

Pe cairan
intertitiil

Tugor kulit

Kurang volume cairan

Sumber : Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 , Jakarta, CV, Sagung Seto

5. Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik).


Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ).
Terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak dalam waktu
yang singkat.
a. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam
tubuh
 Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan
osmolality cairan ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela
normal, frekuensi jantung normal kadar natrium dalam serumant
130-150 mEq/l

 Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab).
Pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131
mEq/l.

 Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada
garam, terjadi karena cairan peroral sangat kurang excessive
evaporative losses misalnya, panas tinggi, hiperventilasi, misalnya
bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium
dalam serum > 150 mEq/l

b. Berdasarkan derajatnya
 Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit
kering, tekanan jadi normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata
sedikit cekung, fontanela normal, tugor masih baik, status mental
normal.

 Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat,
tugor turun, frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering,
merah, kadang sianosis, mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan
frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya kapiler lambat,setatus
mental normal sampai lesu.
 Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai
apatis,bibir kering, merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata
dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar
urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus
meningkat

2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya
bayi berumur <6 bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah
dengan intake cairan atau makanan kurang / cairan yang diminum terlalu
banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika setelah diare
sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.

3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak
mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia.

4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus.
Pada demam umumnya akan timbul jika penyebab diare mengadakan
infasi kedalam epitel usus. Demam juga dapat juga terjadi karena
dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan
akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi
mungkin diikuti kejang demam.

5. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra
seluler. Sebagai kompensasi terjadi asidosis respirasi, yang diatandai
dengan pernafasan cepat dan dalam.

6. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)


Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan
terjadi kekurangan K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus,
kerusakan ginjal, dan aritmia jantung
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase
8. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai
akibat penggunaan obat anti motilitas.

9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada
penderita diare dapat menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak
bertambah, tanda dan gejala dehidarasi memburuk dan tinja terdapat
reduksi dalam jumlah cukup banyak.

10. Muntah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus
yang menyebabkan gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan
infeksi sistemik. Mutah dapat disebabkan karena pemberian cairan oral
terlalu cepat.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.

2) Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam
tinja ( normal : 55-95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26
mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ).

b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label
klining test bisa diduga terjadi intoleransi gula.
1) PH normal kurang dari 6
2) Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
lebih cepat dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah.
Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi alkaliosis
metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari
nilai O2, sedangkan jika terjadi asidosis metabolik alkalosis
respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
1) Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan
menunjukan adanya dehidrasi
2) Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan
menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin,
menunjukan adanya dehidrasi. Nilai normal hemoglobin adalah 13-
16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan hematokrit
biasanya mengalami penurunan diare akut.

f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif
terutama pada diare kronik. Penyebab yang ditemukan tidak ada
yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela, Crypto Sporodium
dan E. Colienteroagregatif. Hasil pemeriksaan duodeual intubation
berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman bakteri yang
menjadi penyebab diare.

7. Penatalaksanaan medis

a. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:

1) Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap
defekasi
b. Dehidrasi ringan
 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
 selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
c. Dehidrasi sedang
 1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik
(sonde)
 selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
d. Dehidrasi berat
i. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.

 1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1
ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20
tetes).

 7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes)
atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

 16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus
1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20
tetes).

ii. Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15
kg.

 1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

 7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
4 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
 16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak
mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1
ml = 20 tetes).

iii. Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg

 1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

 7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

 16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum
dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)

iv. Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g

 Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.

 Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

 Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml
= 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2


tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kgBB/menit
(1 ml = 20 tetes).
v. Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan
kurang dari 2 kg .

 Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam

 Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

 Kecepatan:
Sama dengan pada bayi baru lahir.

vi. Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare
dehidrasi berat. Misalnya untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun
dengan berat badan 3-10 kg.

 Jenis cairan: DG aa
 Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).
 Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1
ml = 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2
tetes/kgBB/menit (1 tetes).

20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam


atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

2) Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis
makanannya:

- Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh).
- Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).
- Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak
mengandung laktosa/asam lemak berantai sedang atau jenuh.
Cara memberikan:

Hari Keterangan

1.  Setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral


 Bila beri susu tetapi tetap diare, maka beroralit
selang-seling dengan ASI.
2-4  Beri susu formula rendah laktosa penuh.
5  Bila tidak ada kelainan dipulangkan.

3) Obat-obatan
a. Obat anti – sekresi
b. Obat spasmolitik
c. Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.
a) Cairan per oral

- Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per


oral yaitu NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa.
- Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi
Natrium 90 mEq/L.
- Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi
ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.
- Pemberian formula tidak lengkap (mengandung
garam dan gula), lengkap (oralit).
b) Cairan parenteral

- Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya


penyakit dan juga sesuai umur dan BBnya.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Resiko terjadi gangguan sirkulasi darah
a) Bila dehidrasi masih ringan
- Beri minum sebanyak-banyaknya  1 gelas/pasien defekasi
- Cairan mengand ung elektrolit seperti oralit
- Jika anak muntah dapat diberikan melalui sonde
- Jika lewat oral tidak bisa makan dipasang infus RL sesuai
persetujuan dokter.
b) Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:

- Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set


infus yang dipakai.
- Perhatikan tanda vital: denyut, nadi, pernapasan, suhu dan
tekanan darah.
- Perhatikan frekuensi buang iar besar anak apakah masih sering,
encer/sudah berubah konsistensinya.
- Beri minuman teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah
bibir dan selaput lendir kering.
- Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi
makan lunak.
2) Kebutuhan nutrisi
- Beri makanan mengandung cukup kalori, protein, mineral
vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali.
- Beri ASI terus bagi bayi yang masih minum ASI.
- Bila bayi tidak minum ASI diberi susu yang cocok.
- Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan
makan bubur tanpa sayuran dan minum teh bagi hari masih
diare, hari keesokannya jika membaik boleh diberi wortel
daging tidak berlemak.
3) Risiko terjadi komplikasi
Biasanya terjadi dehidrasi asidosis, dan komplikasi terjadi sebagai
akibat tindakan pengobatan sebagai berikut:

- Infeksi terjadi hematom, flebitis


- Kelebihan cairan terjadi sembab, mengkilap pada kelopak mata
bayi, bengkak seluruh wajah, jika berlanjut edema paru, sesak
nafas bila edema sampai otak, kejang, sehinga terutama untuk
bayi tetesannya harus tepat.
- Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat
dibersihkan dengan kapas yang dibasahi minyak sayur, jangan
sesekali beri bedak.
- Kejang-kejang karena hipoglikemia atau kelebihan cairan.
- Malnutrisi energi protein.
4) Gangguan rasa aman dan nyaman
- Karena sering buang air sehingga melelahkan dapat dirawat di
atas eltor bed.
- Bagi pasien dilakukan biopsi usus perlu diberi penjelasan dan
motivasi, karena posisinya miring 2 – 3 jam.
5) Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
- Beri penyuluhan, seperti penularan penyakit melalui 4 F
(finger, feces, food, dan fly) yaitu:
 Mencuci tangah
 Membiasakan defekasi di jamban
 Kebersihan lingkungan menghindari lalat
 Makanan selalu tertutup dan air minum yang di masak.
- Jangan lupa memberikan oralit, dan ini hanya untuk pencegahan.

8. Pengkajian

a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :

1. Umur
pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan
berlebih. Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi,
intoleransi lactase, sindrom kolon iritatif.

2. Frekuensi Diare
biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke
hari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau
akibat salah makan

3. Lamanya Diare
diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung
lama

4. Nyeri Abdomen
nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada
usus, sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada
infeksi maupun sindrom mauoun usus iritabel

b. Data Subyektif
1) Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah,
anoreksia, badan panas.
2) Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3) Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman,
atau lingkungan.
4) Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5) Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka,
suka makan makanan pedas.
c. Data Obyektif
1) Mata cekung
2) Ubun – ubun besar dan cekung
3) Turgor kulit kurang dan kering
4) Lidah, bibir dan mukosa kering
5) Konsistensi feses cair
6) Peningkatann suhu tubuh
7) Penurunan BB
8) Pasien tampak lemah dan lemas
d. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis, pasca dehidrasi berat dapat terjadi apatis,
somnolen, kadang soporokoma.
Keadaan umum : sedang atau lemah

Vital sign :

Pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan :


 TD menurun ( missal 90/40 mmHg )
 Nadi sepat sekali (tachikardi )
 Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat
juga karena adanya infeksi dalam usus
 Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat
karena adanya kompensasi asam basa.
Pemeriksaan Fisik

a. Kepala dan Muka

Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agak
cekung

Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi

Mata : mata pada umumnya agak cekung

Mulut : mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering, bibir


sianosis.

Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol

Wajah : tampak lebih pucat

b. Leher

Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid

c. Jantung

Periksa adanya aritmia jantung

d. Abdomen

Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi


Auskultasi : bising usus >30x / menit

Perkusi : tympani ( kembung)

Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian
usus dan dapat terjadi kejang perut

e. Anus

Anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya

f. Kulit

Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2


detik

e. Pemeriksaan Penunjang

1. Data Laboratorium

a) Pemeriksaan Tinja
1. makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam
sehari

2. mikroskopis : Na normal dalam tinja 56 – 105 mEq/l, chloride normal

Dalam tinja 55 – 95 mEq/l, kalium normalnya 25 – 26 mEq/l, HCO3


normalnya 14 – 31 meq/l.

b) PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet
clinic test bila diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH kurang dari 6

2. gula tinja + : 0.5 %

++ : 0.75 %

+++ :1%

++++ : 2 %
normalnya tidak ada gula dalam tinja

c) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat


lagi dengan dilakukan pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan BE CO2 PH

Nilai normal 48 mEq/l 27 mEq/l 7,4

Alkalosis metabolic +

Alkalosis respiratorik -

Asidosis metabolic -

Asidosis respiratorik +

d) Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal


1. urin : normalnya 20 – 40 mg / dl, jika terjadi peningkatan maka
menunjukan terjadi dehidrasi

2. kreatinin : normalnya 0.5 – 1.5 mg/dl

e) Pemeriksaan Darah
Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN
menunjukan adanya dehidrasi, hemoglobin, hematokrit, dan BUN
biasanya mengalami penurunan pada diare akut

f) Duodenal Intubation
Untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama
pada diare kronik.

2. Rekto kolonoskopi

Kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih


dari 10 hari tidak berhenti / cenderung menjadi kronik maka rekto
sigmoidoskopi sangat perlu . Bila diare berdarah mutlak perlu dilakukan
rektokolomoskopi.
3. Foto sinar X ( Rontgen )

Foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare akut
peranan Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare
kronik dimana pemeriksaan sinar X memegang peranan yang sama dengan
endoskopi.

9. Diagnosa keperawatan

a. Diare b/d inflamasi bakteri / proses infeksi.


b. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
c. Risiko kerusakan integritas kulit b/d lembab
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
penurunan intake makanan.
10. Perencanaan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Diare b.d inflamasi bakteri / proses NOC NIC


infeksi.
≈ Bowel elimination Management diare
Definisi : ≈ Balance cairan - lakukan pemeriksaan feses - Mengetahui jenis bakteri
BAB cair atau tidak berbentuk ≈ Status hidrasi kultur dan sensitivitas jika diare penyebab dan spesifikasi pengobatan.
Kriteria Hasil : berlanjut - Meminimalkan efek samping.
Batasan Karakteristik :
- evaluasi efek samping
≈ pola defekasi, lembek setiap
- Sedikitnya BAB cair lebih dari pengobatan pada gastrointestinal
hari atau 3 hari sekaki - Menghitung haluaran dan
3 kali dalam sehari - anjurkan pasien/keluarga
≈ menunjukkan daerah rectal menghitung masukan yang seharusnya.
- Suara usus hiperaktif mencatat warna, volume dan
bebas iritasi - Mengetahui pengobatan yang
- Nyeri perut konsistensi feses
efektif
- Kram ≈ menunjukkan frekuensi diare - identifikasi faktor penyebab
- Urgensi berkurang diare (pengobatan, bakteri atau
Faktor yang berhubungan : ≈ mampu menjelaskan pengaruh makanan) - Mengetahui efek lanjut secara
penyebab diare dan tindakan - monitor tanda dan gejala diare dini.
- Tingkat stres dan cemas
yang dilakukan - observasi turgor kulit secara - Mengevaluasi tingkat diare.
tinggi
≈ menunjukkan turgor kulit teratur - Meminimalkan komplikasi dan
- Alkoholik
dan bb dbn. - monitor daerah perineal dari pencegahan dini.
- Keracunan
- Penyalahgunaan laksatif iritasi dan ulcerasi - Mengetahui apakah ada penurunan
- Radiasi - timbang BB BB
- Pemberian makan - monitor peningkatan - Mengethui fungsi peristaltik usus.
melalui selang peristaltik usus - Menjaga keseimbangan cairan.
- Efek samping obat - kelola pemberian intake - Mencegah komplikasi dan
- Kontaminasi nutrisi dan cairan menyembuhkan.
- Taravelling - berikan medikasi sesuai
- Inflamasi program
- Mengetahui nilai elektrolit.
- Malabsorbsi Monitor elektrolit
- Mengethui jumlah kehilangan
- Proses infeksi
- monitor nilai elektrolit cairan.
- Iritasi
- monitor kehilangan cairan dan
- Parasit
elektrolit
- Mencegah dan mengetahui sedini
- monitor manifestasi neurologi
mungkin komplikasi diare.
karena ketidakseimbangan elektrolit
- Mengetahui asupan oral.
- monitor rasa mual, muntah dan
diare

Perawatan perineal - Mencegah iritasi perineal.


- Mengurangi iritasi
- lakukan hygiene perineal
.
- jaga perineal tetap kering

2 Defisit volume cairan b/d kehilangan NOC: NIC :


cairan aktif ≈ Fluid balance - Mengetahui jumlah kehilangan
Fluid management
≈ Hydration cairan pasien.
Definisi : Penurunan cairan  Timbang popok/pembalut jika diperlukan - Mengetahui keseimbangan
intravaskuler, interstisial, dan/atau ≈ Nutritional Status : Food and
 Pertahankan catatan intake dan output cairan tubuh.
intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, Fluid Intake
yang akurat
kehilangan cairan dengan pengeluaran Kriteria Hasil :
 Monitor status hidrasi ( kelembaban - Mengevaluasi keadaan umum
sodium
≈ Mempertahankan urine membran mukosa, nadi adekuat, tekanan pasien.
Batasan Karakteristik : output sesuai dengan usia darah ortostatik ), jika diperlukan - Mencegah dehidrasi pasien
dan BB, BJ urine normal,  Monitor vital sign
- Kelemahan
HT normal  Kolaborasikan pemberian cairan
- Haus - Memberikan suplay cairan
≈ Tekanan darah, nadi, suhu intravena IV
- Penurunan turgor kulit/lidah tubuh.
tubuh dalam batas normal  Monitor status nutrisi - Mengetahui secara dini
- Membran mukosa/kulit kering
≈ Tidak ada tanda tanda  Dorong masukan oral gangguan elektrolit.
- Peningkatan denyut nadi, penurunan
dehidrasi, Elastisitas turgor  Berikan penggantian nesogatrik sesuai - Menjaga keseimbangan cairan
tekanan darah, penurunan
kulit baik, membran mukosa output tubuh
volume/tekanan nadi
- Pengisian vena menurun lembab, tidak ada rasa haus  Dorong keluarga untuk membantu pasien

- Perubahan status mental yang berlebihan makan


- Mengoptimalkan masukan oral
- Konsentrasi urine meningkat  Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
- Mengurangi kejenuhan pada
- Temperatur tubuh meningkat  Atur kemungkinan tranfusi pasien
- Hematokrit meninggi
- Kehilangan berat badan seketika - Menjaga keseimbangan cairan,
Hypovolemia Management
(kecuali pada third spacing)
 Monitor status cairan termasuk intake
Faktor-faktor yang berhubungan: dan ourput cairan
 Monitor tingkat Hb dan hematokrit - Menghitung masukan dan
- Kehilangan volume cairan secara
 Monitor tanda vital haluaran.
aktif
 Monitor responpasien terhadap
- Kegagalan mekanisme pengaturan
penambahan cairan
- Mengevaluai hemokonsentrasi
 Monitor berat badan
darah pasien.
 Dorong pasien untuk menambah
- Mengathui keadaan umum
intake oral
pasien.
- Mengevaluasi pengethuan
pasien
- Mengevaluasi kenaikan berat
badan
- Mensuplay masukan oral.,
- Untuk mengetahui dan
menjaga over hidrasi.

3 Risiko kerusakan integritas kulit b/d NOC : Tissue Integrity : Skin and NIC : Pressure Management
ekskresi/BAB sering Mucous Membranes
 Anjurkan pasien untuk menggunakan - Mengurangi evaporasi
Definisi : Semua risiko untuk kulit Kriteria Hasil : pakaian yang longgar
yang merupakan perubahan yang  Hindari kerutan padaa tempat tidur
≈ Integritas kulit yang baik - Mencegah iritasi daerah
bersifat merugikan kulit.  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
bisa dipertahankan (sensasi, lipatan.
dan kering
Faktor resiko : elastisitas, temperatur,  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) - Mencegah iritasi kulit.
hidrasi, pigmentasi) setiap dua jam sekali
1. eksternal
≈ Tidak ada luka/lesi pada  Monitor kulit akan adanya kemerahan - Mencegah dekubitus.
 factor mekanik
kulit  Oleskan lotion atau minyak/baby oil
 hipo/hipertermi
≈ Perfusi jaringan baik pada derah yang tertekan
 imobilitas fisik - Mencegah komplikasi secara
 Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
 substansi kimia ≈ Menunjukkan pemahaman dini.
 ekskresi atau sekresi dalam proses perbaikan kulit
 radiasi dan mencegah terjadinya
- Mengetahui adanya iritasi
 kelembaban sedera berulang
kulit.
 pelembab ≈ Mampu melindungi kulit dan
 usia yang ekstrim mempertahankan
2. internal kelembaban kulit dan
 pengobatan perawatan alami
 tulang yang menonjol
 kekebalan tubuh
 perubahan sensasi
 perubahanpigmentasi
 perubahan status metabolic
 perubahan sirkulasi
 perubahn turgor kulit
 perubahan status nutrisi
 psikogenik
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
≈ Nutritional Status :  Kaji adanya alergi makanan - Menghindari terjadinya alergi,
makanan
≈ Nutritional Status : food and  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk kembali.
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup menentukan jumlah kalori dan nutrisi - Mencegah malnutrisi.
Fluid Intake
untuk keperluan metabolisme tubuh. yang dibutuhkan pasien.
≈ Nutritional Status : nutrient
 Yakinkan diet yang dimakan
Batasan karakteristik : Intake
mengandung tinggi serat untuk - Mencegah konstipasi.
≈ Weight control
- Berat badan 20 % atau lebih di mencegah konstipasi
Kriteria Hasil :
bawah ideal  Ajarkan pasien bagaimana membuat
- Dilaporkan adanya intake ≈ Adanya peningkatan berat catatan makanan harian.
makanan yang kurang dari RDA badan sesuai dengan tujuan  Kaji kemampuan pasien untuk - Memandirikan pasien.
(Recomended Daily Allowance) mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
≈ Beratbadan ideal sesuai
- Membran mukosa dan
dengan tinggi badan - Mengetahui kebutuhan nutrisinya.
konjungtiva pucat
≈ Mampumengidentifikasi
- Kelemahan otot yang digunakan
kebutuhan nutrisi
untuk menelan/mengunyah - Mengetahui kekenyalan kulit.
≈ Tidk ada tanda tanda
- Luka, inflamasi pada rongga - Menambah porsi makan.
malnutrisi
mulut - Mengetahui kerusakan sistemik.
≈ Menunjukkan peningkatan
- Mudah merasa kenyang, sesaat - Mengetahui kerusakan lain.
fungsi pengecapan dari
setelah mengunyah makanan
menelan
- Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan ≈ Tidak terjadi penurunan
- Dilaporkan adanya perubahan berat badan yang berarti
sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan
cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau mengabsorpsi
zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.

Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.

Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.

Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai