Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obstruksi saluran napas paru dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
yang terdapat pada lumen, dinding atau di luar saluran napas. Kelainan pada
lumen dapat disebabkan olehsekret atau benda asing. Pada dinding saluran
napas, kelainan bisa terjadi pada mukosanyaakibat peradangan, tumor,
hipertrofi dan hiperplasi akibat iritasi kronik; dapat juga terjadikelainan yang
menimbulkan bronkokonstriksi otot polos. Berbagai kelainan di luar
salurannapas yang dapat menimbulkan obstruksi adalah penekanan oleh tumor
paru, pembesarankelenjar dan tumor mediastinum. Dua penyakit paru
obstruktif yang sering menjadi masalah dalam penatalaksanaannyaadalah
penyakit asma bronkial dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Asma
bronkialdidefinisikan sebagai suatu sindrom klinik yang ditandai oleh
hipersensitivitas trakeobronkialterhadap berbagai rangsangan. Penyakit paru
obstruktif kronik adalah kelainan yang ditandaioleh uji arus ekspirasi yang
abnormal dan tidak mengalami perubahan secara nyata padaobservasi selama
beberapa bulan. PPOK merupakan penyakit yang memburuk secara
lambat,dan obstruksi saluran napas yang terjadi bersifat ireversibel oleh
karena itu perlu dilakukanusaha diagnostik yang tepat, agar diagnosis yang
lebih dini dapat ditegakkan, bahkan sebelumgejaladan keluhan muncul
sehingga progresivitas penyakit dapat dicegah.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apakah pengertian dari PPOK ?
1.2.2 Bagaimankah etiologi dari PPOK ?
1.2.3 Apasajakah komplikasi dari PPOK ?
1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi dari PPOK ?
1.2.5 Bagaimanakah pemeriksaan penunjang dari PPOK ?
1.2.6 Bagaimanakah penatalaksanaan dari PPOK ?
1.2.7 Bagaimanakah pengkajian pada pasien PPOK ?
1.2.8 Apasajakah diagnosa pada pasien PPOK ?
1.2.9 Bagaimanakah rencana keperawatan pada pasien PPOK ?
1.2.10 Bagaimanakah tindakan keperawatan pada pasien PPOK ?
1.2.11 Bagaimanakah evaluasi pada pasien PPOK ?

1.3 Tujuan

1
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari PPOK
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari PPOK
1.3.3 Untuk mengetahui komplikasi dari PPOK
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari PPOK
1.3.5 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari PPOK ?
1.3.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari PPOK ?
1.3.7 Untuk mengetahui pengkajian pada pasien PPOK ?
1.3.8 Untuk mengetahui diagnosa pada pasien PPOK ?
1.3.9 Untuk mengetahui rencana keperawatan pada pasien PPOK ?
1.3.10 Untuk mengetahui tindakan keperawatan pada pasien PPOK ?
1.3.11 Untuk mengetahui evaluasi pada pasien PPOK ?

1.4 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai konsep dasar dan
asuhan keperawatan pada pasien PPOK.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT PPOK

2.1.1 PENGERTIAN PPOK

2
Penyakit paru obstruktif kronik (COPD) merupakan suatu istilah
yang sering digunakan untuk kelompok penyakit paru yang berlangsung
lama dan ditandai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkitis kronik, emfisema
paru, dan asma bronkial membentuk kesatuan COPD. Bronkitis kronik
merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus
yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik
dan pembentukan sputum selama seikitnya 3 bulan dalam setahun,
sekurang – kurangnya dalam dua tahun berturut – turut. Definisi tidak
mencakup penyakit – penyakit seperti bronkiektasis dan tuberkulosis yang
juga menyebabkan batuk kronik dan pembentukan sputum. Sputum yang
terbentuk pada bronkitis kronik dapat mukoid atau mukopurulen.
Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang
ditandai oleh pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak
normal, serta destruksi dinding alveolar. Emfusema dapat didiagnosis
secara tepat dengan menggunakan CT scan resolusi tinggi. Asma
merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivas cabang

3
trakepbronkial terhadap perbagai jenis rangsangan dan keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas secara periodik dan
reversibel akibat bronkospasme. (Sylvia,2006)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah kelainan dengan klasifikasi
yang luas, termasuk bronkitis, brokiektasis, emfisema, dan asma. Ini
merupakan kondisi yang tidak dapat pulih yang berkaitan dengan dispnea
pada aktivitas fisik dan mengurangi aliran udara . (Suzanne C. Smeltzer,
2001)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekumpulan
penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
Bronkitis kronis, emfisema paru, dan asma bronkial membentuk satu
kesatuan yang disebut Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
(Sylvia Anderson Price, 2005)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah sejumlah gangguan yang
mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. Gangguan yang
penting adalah bronkitis obstruktif, efisema, dan asma bronkial. (Muttaqin,
2008)

2.1.2 ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK) adalah :
1. Kebiasaan merokok
Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami
gejala respiratorik, abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang
lebih tinggi dari pada orang yang tidak merokok. Resiko untuk
menderita COPD bergantung pada “dosis merokok”nya, seperti
umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap
per hari dan berapa lama orang tersebut merokok. Enviromental
tobacco smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami
gejala-gejala respiratorik dan COPD dikarenakan oleh partikel-
partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-
paru “terbakar”. Merokok selama masa kehamilan juga dapat
mewariskan faktor resiko kepada janin, mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan paru-paru dan perkembangan

4
janin dalam kandungan, bahkan mungkin juga dapat
mengganggu sistem imun dari janin tersebut.
2. Polusi udara (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan
Batubara, arang, kayu bakar ataupun bahan bakar biomass
lainnya sebagai penghasil energi untuk memasak, pemanas dan
untuk kebutuhan rumah tangga lainnya, sehngga menyebabkan
polusi dalam ruangan.
5. Jenis kelamin Dahulu, COPD lebih sering dijumpai pada laki-
laki dibanding wanita. Karena dahulu, lebih banyak perokok
laki-laki dibanding wanita. Tapi dewasa ini prevalensi pada laki-
laki dan wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh perubahan
pola dari merokok itu sendiri. Beberapa penelitian mengatakan
bahwa perokok wanita lebih rentan untuk terkena COPD
dibandingkan perokok pria.
6. Status sosio ekonomi dan status nutrisi yang rendah
7. Asma
8. Riwayat infeksi saluran nafas berulang
9. Bersifat genetik yaitu difisiensi α-1 antitripsin merupakan
predisposisi untuk berkembangnya Penyakit Paru Obstruksi
Kronik dini. (Mansjoer, 2001).
2.1.3 KOMPLIKASI

5
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah
sebagai berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan
termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum
selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut
(Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus
influenzae.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar,
yang mana akanmeningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme
pembersihan mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru
mengalami kerusakan dan meningkatkan kecenderungan untuk
terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali
ketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus
kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yang
banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula
mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh
saluran nafas akan terkena.
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi
jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps,

6
dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi
ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi
dapat juga meningkatkan nilai PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka
terjadi polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit
memberat, diproduksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena
infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan
peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak
ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit
cor pulmonal dan CHF
2. Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding
alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner &
Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
d. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan

7
manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan
yang menyeluruh dari saluran nafas.
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa
berat),
3) wheezing,
4) batuk non produktif
5) takikardi
6) takipnea

2.1.4 PATOFISIOLOGI

Pada bronkitis kronik terjadi penyempitan saluran nafas. Penyempitan ini


dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan sesak. Pada
bronkitis kronik, saluran pernafasan kecil yang berdiameter kurang dari 2 mm
menjadi lebih sempit. Berkelok-kelok, dan berobliterasi. Penyempitan ini
terjadi karena metaplasia sel goblet. Saluran nafas besar juga menyempit
karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus. Pada emfisema paru
penyempitan saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-
paru. (Mansjoer, 2001)

Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan nafas yaitu:


inflamasi dan pembengkakan bronki, produksi lendir yang berlebihan,
kehilangan rekoil elastik jalan nafas, dan kolaps bronkiolus serta redistribusi

8
udara ke alveoli yang berfungsi. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan,
area permukaan alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara 18
kontinu berkurang mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi
oksigen mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir, eliminasi
karbondioksida mengalami kerusakan mengakibatkan peningkatan tekanan
karbon dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis
respirastorius individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik kealiran
masuk dan aliran keluar dari paru. Untuk mengalirkan udara ke dalam dan ke
luar paru-paru, dibutuhkan tekanan negatif selama inspirasi dan tekanan
positif dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan dipertahankan selama
ekspirasi. (Mansjoer, 2001) (Diane C. Baughman, 2000).

PATHWAY

9
2.1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan radiologi
a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :

10
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis
yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan
tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah\
b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary
oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada
emfisema panlobular dan pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
3) Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun,
VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema
paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan
arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory
flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah
atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas
kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun
karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
2. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan
eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin
sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun
polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada
hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1
dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
4. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
5. Laboratorium darah lengkap

11
2.1.6 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Antibiotik untuk infeksi pernafasan bagian atas
c. Vaksin influenza dan pneumokal profilaktik
d. Obat - obat bronkodilator untuk meringankan bronkospasme
e. Hidrasi
f. Fisioterapi dada, latihan bernafas, aliran darah oksigen yang terus
menerus dan program olahraga (Sylvia, 2006)
g. Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20-40%
kasus.
h. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien
dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
i. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat
simtomatik yang signifikan pada pasien dengan pnyakit sedang-berat.
j. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
dengan meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan patensi
jalan nafas. (Davey, 2002)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik
adalah:
a. Mempertahankan patensi jalan nafas
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
c. Meningkatkan masukan nutrisi
d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan
program pengobatan (Doenges, 2000)

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PPOK

2.2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dengan Penyakit paru Obstruksi Kronis menurut
Doenges (2000) adalah :
1. Aktivitas dan istirahat
a. Gejala :
1) Keletihan, kelemahan, malaise.
2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulit bernafas.

12
3) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi.
4) Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau
latihan.
b. Tanda :
1) Keletihan.
2) Gelisah, insomnia.
3) Kelemahan umum atau kehilangan masa otot.
2. Sirkulasi
a. Gejala
1) Pembengkakan pada ekstrimitas bawah.
b. Tanda :
1) Peningkatan tekanan darah.
2) Peningkatan frekuensi jantung atau takikardia berat atau disritmia.
3) Distensi vena leher atau penyakit berat.
4) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
5) Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan diameter AP dada)
6) Warna kulit atau membrane mukosa normal atau abu-abu atau
sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer.
7) Pucat dapat menunjukkan anemia.
3. Integritas ego
a. Gejala :
1) Peningkatan faktor resiko.
2) Perubahan pola hidup.
b. Tanda :
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
4. Makanan atau cairan
a. Gejala :
1) Mual atau muntah.
2) Nafsu makan buruk atau anoreksia (emfisema).
3) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
4) Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
menunjukkan edema (bronchitis).
b. Tanda :
1) Turgor kulit buruk.
2) Edema dependen.
3) Berkeringat.
4) Penurunan berat badan, penurunan masa otot atau lemak subkutan
(emfisema).
5) Palpasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis).
5. Hygiene

13
a. Gejala :
Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehai-hari.
b. Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
6. Pernafasan
a. Gejala :
1) Nafas pendek, umumnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala
menonjol pada emfisema , khususnya pada kerja, cuaca atau episode
berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk
bernafas (asma).
2) Lapar udara kronis.
3) Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama saat bangun
selama minimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (hijau, putih atau kuning) dapat banyak sekali (bronkhitis
kronis).
4) Episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini
meskipun dapat menjadi produktif (emfisema).
5) Riwayat pneumonia berulang, terpajan oleh polusi kimia atau iritan
pernafasan dalam jangka panjang misalnya rokok sigaret atau debu atau
asap misalnya asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji.
6) Faktor keluarga dan keturunan misalnya defisiensi alfa antritipsin
(emfisema).
7) Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
b. Tanda :
1) Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang
dengan mendengkur, nafas bibir (emfisema).
2) Lebih memilih posisi 3 titik (tripot) untuk bernafas khususnya dengan
eksasebrasi akut (bronchitis kronis).
3) Penggunaan otot bantu pernafasan misalnya meninggikan bahu, retraksi
fosa supraklavikula, melebarkan hidung.
4) Dada dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk
barrel chest), gerakan diafragma minimal.
5) Bunyi nafas mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema),
menyebar, lembut, atau krekels lembab kasar (bronkhitis), ronki, mengi,
sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi
berlanjut sampai penurunan atau tak adanya bunyi nafas (asma).

14
6) Perkusi ditemukan hiperesonan pada area paru misalnya jebakan udara
dengan emfisema, bunyi pekak pada area paru misalnya konsolidasi,
cairan, mukosa
7) Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 sampai 5 kata sekaligus.
8) Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku. Keabu-abuan
keseluruhan, warna merah (bronkhitis kronis, biru menggembung). Pasien
dengan emfisema sedang sering disebut pink puffer karena warna kulit
normal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernafasan
cepat.
9) Tabuh pada jari-jari (emfisema).
7. Keamanan
a. Gejala :
1) Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat atau faktor lingkungan.
2) Adanya atau berulangnya infeksi.
3) Kemerahan atau berkeringan (asma).
8. Seksualitas
a. Gejala :
Penurunan libido
9. Interaksi sosial
a. Gejala :
1) Hubungan ketergantungan.
2) Kurang sistem pendukung.
3) Kegagalan dukungan dari atau terhadap pasangan atau orang terdekat.
4) Penyakit lama atau kemampuan membaik.
b. Tanda :
1) Ketidakmampuan untuk membuat atau mempertahankan suara karena
distress pernafasan.
2) Keterbatasan mobilitas fisik.
3) Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
Engram (2000) menambahkan pengkajian data dasar pada pasien dengan Penyakit
Paru Obstruksi Kronis adalah :
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang :
a. Merokok produk tembakau (faktor-faktor penyebab utama).
b. Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
2. Riwayat alergi pada keluarga.
3. Riwayat asma pada masa kanak-kanak.
4. Riwayat atau adanya faktor-faktor yang dapat mencetuskan eksaserbasi,
seperti alergen (serbuk, debu, kulit, serbuk sari, jamur) stress emosional,

15
aktivitas fisik berlebihan, polusi udara, infekasi saluran nafas, kegagalan
program pengobatan yang dianjurkan.
5. Pemeriksaan fisik yang berdasarkan pengkajian sistem pernafasan
(Apendiks A) yang meliputi :
a. Manifestasi klasik dari Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah :
1) Peningkatan dispnea (paling sering ditemukan).
2) Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot
abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
3) Penurunan bunyi nafas.
4) Takipnea.
5) Ortopnea.
b. Gejala – gejala menetap pada proses penyakit dasar :
1) Asma
a) Batuk (mungkin produktif atau non produktif) dan perasaan
dada seperti terikat.
b) Mengi saat inspirasi dan ekspirasi, yang sering terdengar tanpa
stetoskop.
c) Pernafasan cuping hidung
d) Ketakutan dan diaforesis.
c. Bronkitis
1) Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang
biasanya terjadi pada pagi hari dan sering diabaikan oleh perokok
(disebut batuk perokok).
2) Inspirasi ronkhi kasar (crackles) dan mengi.
3) Sesak nafas.
d. Bronkitis (Tahap Lanjut)
1) Penampilan sianosis (karena polisitemia yang terjadi akibat dari
hipoksemia kronis)
2) Pembengkakan umum atau penampilan “puffy” (disebabkan oleh
udema asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmonal),
secara klinis, pasien ini umumnya disebut “blue bloaters”.
e. Emfisema
1) Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter
toraks anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi
paru-paru).
2) Fase ekspirasi memanjang.
d. Emfisema (Tahap Lanjut)
Hipoksemia dan hiperkapnia tetapi tak ada sianosis pasien ini sering
digambarkan secara klinis sebagai “pink puffers“.

16
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungannya dengan


bronkkontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas pendek, mucus,
bronkokotriksi dan iritan jalan nafas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay
dengan kebutuhan oksigen
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan
posisi
7. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman
terhadap kematian, keperluan yang tidak terpenuhi
8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak
mengetahui sumbr infomasi.

2.2.3 RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


1 1. Ketidakefektifan NOC irway suction
bersihan jalan napas a. Respiratory Status : a. Pastikan kebutuhan
a. Definisi
Ventilation oral/ tracheal
Ketidakmampuan
b. Respiratory Status : suctioning
untuk
Airway Patency b. Auskultasi suara
membersihkan
nafas sebelum dan
sekresi atau
Kriteria Hasil : sesudah suctioning
obstruksi dari
a. Mendemonstrasikan c. Informasikan pada
saluran
batuk efektif dan klien dan keluarga
pernapasan untuk
suara napas yang tentang suctioning
mempertahankan
bersih, tidak ada d. Minta klien nafas
kebersihan jalan

17
napas sianosis dan dyspneu dalam sebelum
Batasan Karakteristik: (mampu suction dilakukan
1) Tidak ada batuk mengeluarkan e. Berikan O2 dengan
2) Suara napas
sputum, mampu menggunakan nasal
tambahan
bernapas dengan untuk memfasilitasi
3) Perubahan
mudah, tidak ada suction nasotrakeal
frekuensi napas
4) Perubahan irama pursed lips) f. Gunakan alat yang
napas b. Menunjukkan jalan steril setiap
5) Sianosis
napas yang paten melakukan tindakan
6) Kesulitan
(klien tidak merasa g. Anjurkan pasien
berbicara atau
tercekik, irama napas, untuk istirahat dan
mengeluarkan
frekuensi pernapasan napas dalam setelah
suara
7) Penurunan bunyi dalam rentang kateter dikeluarkan
napas normal, tidak ada dari nasotrakeal
8) Dispneu
suara napas h. Monitor status
9) Sputum dalam
abnormal) oksigen pasien
jumlah yang
c. Mampu i. Ajarkan keluarga
berlebihan
10) Batuk yang tidak mengidentifikasi dan bagaimana cara
efektif mencegah faktor melakukan suction
11) Orthopneu
yang dapat j. Hentikan suction dan
12) Gelisah
13) Mata terbuka menghambat jalan berikan oksigen
lebar nafas apabila pasien
menunjukkan
Faktor yang
bradikardi,
Berhubungan
peningkatan saturasi
Lingkungan :
O2, dll.
1) Perokok pasif
2) Menghisap asap
3) Merokok Airway Management
Obstruksi jalan napas : a. Buka jalan napas,
1) Spasme jalan gunakan teknik chin
napas lift atau jaw thrust
2) Mokus dalam
bila perlu
jumlah

18
berlebihan b. Posisikan pasien
3) Eksudat dalam
untuk
jalan alveoli
memaksimalkan
4) Materi asing
ventilasi
dalam jalan
c. Identifikasi pasien
napas
5) Adanya jalan perlunya pemasangan
napas buatan alat jalan napas
6) Sekresi
buatan
bertahan/sisa
d. Lakukan fisioterapi
sekresi
dada jika perlu
7) Sekresi dalam
e. Keluarkan secret
bronchi
dengan batuk atau
Fisiologis :
suction
1) Jalan napas
f. Auskultasi suara
alergik
2) Asma napas, catat adanya
3) Penyakit paru
suara tambahan
obstruktif kronik
g. Berikan bronkodilator
4) Hiperplasi
bila perlu
dinding bronkial
5) Infeksi h. Atur intake untuk
6) Disfungsi
cairan
neuromuskular
mengoptimalkan
keseimbangan
i. Monitor respirasi dan
status O2
2 Ketidakefektifan pola NOC NIC
napas a. Respiratory Status : Airway Management
a. Definisi Ventilation a. Buka jalan napas,
Inspirasi dan/atau b. Respiratory Status : gunakan teknik chin
ekspirasi yang tidak Airway Patency lift atau jaw thrust
memberi ventilasi c. Vital Sign Status bila perlu
adekuat b. Posisikan pasien
b. Batasan Kriteria Hasil : untuk
Karakteristik a. Mendemonstrasikan memaksimalkan

19
1) Perubahan batuk efektif dan ventilasi
kedalaman suara napas yang c. Identifikasi pasien
pernapasan bersih, tidak ada perlunya pemasangan
2) Perubahan
sianosis dan dyspnea alat jalan napas
ekskursi dada
(mampu buatan
3) Mengambil
mengeluarkan d. Lakukan fisioterapi
posisi tiga titik
4) Bradipneu sputum, mampu dada jika perlu
5) Penurunan
bernapas dengan e. Keluarkan secret
tekanan
mudah, tidak ada dengan batuk atau
ekspirasi
pursed lips) suction
6) Penurunan
b. Menunjukkan jalan f. Auskultasi suara
ventilasi
napas yang paten napas, catat adanya
semenit
7) Penurunan (klien tidak merasa suara tambahan
kapasitas vital tercekik, irama napas, g. Berikan bronkodilator
8) Dipneu
frekuensi pernapasan bila perlu
9) Peningkatan
dalam rentang h. Atur intake untuk
diameter
normal, tidak ada cairan
anterior-
suara napas mengoptimalkan
posterior
10) Pernapasan abnormal) keseimbangan
cuping hidung c. Tanda-tanda vital i. Monitor respirasi dan
11) Ortopneu
dalam rentang normal status O2 Oxygen
12) Fase ekspirasi
(tekanan darah, nadi, Therapy
memanjang
13) Pernapasan pernapasan) j. Bersihkan mulut,
bibir hidung dan secret
14) Takipneu
trakea
15) Penggunaan
k. Pertahankan jalan
otot aksesorius
napas yang paten
untuk bernapas
c. Faktor yang l. Atur peralatan
Berhubungan oksigenasi
1) Ansietas
m. Monitor aliran
2) Posisi tubuh
3) Deformitas oksigen
tulang n. Observasi adanya
4) Deformitas

20
dinding dada tanda-tanda
5) Keletihan
hipoventilasi
6) Hiperventilasi
7) Sindrom o. Monitor adanya
hipoventilasi kecemasan pasien
8) Gangguan
terhadap oksigenasi
muskuloskeletal
9) Kerusakan
Vital Sign Monitoring
neurologis
10) Imaturitas a. Monitor TD, nadi,
neurologis suhu, dan RR
11) Disfungsi
b. Catat adanya fluktuasi
neuromuskular
tekanan darah
12) Obesitas
13) Nyeri c. Auskultasi TD pada
14) Keletihan otot
kedua lengan dan
pernapasan
bandingkan
15) Cedera medula
d. Monitor TD, nadi,
spinalis
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
e. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
f. Monitor suara paru
g. Monitor pola
pernapasan abnormal
h. Monitor suhu, warna
dan kelembaban kulit
i. Monitor sianosis
perifer
j. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
k. Identifikasi penyebab

21
dari perubahan vital
sign
3 Gangguan pertukaran NOC NIC
gas a. Respiratory Airway Management
a. Definisi Status : Gas b. Buka jalan napas,
Kelebihan atau defisit exchange gunakan teknik chin
pada oksigenasi b. Respiratory lift atau jaw thrust,
dan/atau eliminasi Status : Ventilation bila perlu
karbondioksida pada c. Vital sign status c. Posisikan pasien
membran alveolar- Kriteria Hasil untuk
kapiler a. Mendemonstrasika memaksimalkan
b. Batasan n peningkatan ventilasi
Karakteristik ventilasi dan d. Identifikasi pasien
1) pH darah arteri
oksigenasi yang perlunya pemasangan
abnormal
adekuat alat jalan napas buatan
2) Pernapasan
b. Memelihara e. Pasang mayo bila
abnormal
kebersihan paru- perlu
(misalnya :
paru dan bebas f. Lakukan fisioterapi
kecepatan,
dari tanda-tanda dada bila perlu
irama,
distres pernapasan g. Keluarkan sekret
kedalaman)
3) Warna kulit c. Mendemonstrasika dengan batuk atau
abnormal n batuk efektif dan suction
(misalnya : suara napas yang h. Auskultasi suara
pucat, bersih, tidak ada napas, catat adanya
kehitaman) sianosis dan suara tambahan
4) Konfusi
dyspneu (mampu i. Lakukan suction pada
5) Sianosis (pada
mengeluarkan mayo
neonatus saja)
6) Penurunan sputum, mampu j. Berikan bronkodilator
karbondioksida bernapas dengan bila perlu
7) Diaforesis
mudah, tidak ada k. Berikan pelembab
8) Dispnea
9) Sakit kepala saat pursed lips) udara
bangun d. Tanda-tanda vital l. Atur intake untuk
10) Hiperkapnia
dalam rentang cairan

22
11) Hipoksemia normal mengoptimalkan
12) Hipoksia
keseimbangan
13) Iritabilitas
14) Napas cuping m. Monitor respirasi dan
hidung status O2
15) Gelisah
Respiratory
16) Somnolen
17) Takikardi Management
18) Gangguan
a. Monitor rata-rata,
penglihatan
kedalaman, irama
c. Faktor yang
dan usaha respirasi
Berhubungan
1) Perubahan b. Catat pergerakan
membran dada, amati
alveolar-kapiler kesimetrisan,
2) Ventilasi-perfusi
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular
dan intercostal
c. Monitor suara
napas, seperti
dengkur
d. Monitor pola
napas : bradipnea,
takipnea, kusmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
e. Catat lokasi trakea
f. Monitor kelelahan
otot diafragma
(gerakan
paradoksis)
g. Auskultasi suara
napas, catat area

23
penurunan/tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
h. Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
i. Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya
4 Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy:
a. Definisi a. Energy Conservation a. Kolaborasikan dengan
Ketidakcukupan
b. Activity Tolerance Tenaga Rehabilitas
energi psikologis
c. Self Care : ADLs Medik dalam
atau fisiologis
merencanakan
untuk melanjutkan
Kriteria Hasil : program terapi yang
atau
a. Berpartisipasi dalam tepat
menyelesaikan b. Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa
aktivitas mengidentifikasi
disertai peningkatan
kehidupan sehari- aktifitas yang mampu
tekanan darah, nadi
hari yang harus dilakukan
dan RR
c. Bantu untuk
atau yang ingin
b. Mampu melakukan
mengidentifikasi dan
dilakukan
aktivitas sehari-hari
b. Batasan mendapatkan sumber
(ADLs) secara
Karakteristik yang diperlukan
1) Respon tekanan mandiri
untuk aktivitas yang
darah abnormal c. Tanda-tanda vital
diinginkan
terhadap aktivitas normal d. Bantu untuk

24
2) Respon frekuensi d. Energy psikomotor mendapat alat bantu
jantung abnormal e. Level kelemahan aktivitas seperti kursi
terhadap aktivitas f. Mampu berpindah : roda, krek
3) Perubahan EKG e. Bantu untuk
dengan atau tanpa
yang mengidentifikasi
bantuan alat
mencerminkan kekurangan dalam
g. Status
aritmia beraktivitas
kardiopulmunari
4) Perubahan EKG f. Bantu pasien untuk
adekuat
yang mengembankan
h. Sirkulasi status baik
mencerminkan motivasi diri dan
i. Status respirasi:
iskemia penguatan
5) Ketidaknyamanan pertukaran gas dan g. Monitor respon fisik,
setelah ventilasi adekuat emosi, sosial dan
beraktivitas spiritual
6) Menyatakan
merasa letih
7) Menyatakan
merasa lemah
c. Faktor yang
Berhubungan
1) Tirah baring atau
imobilisasi
2) Kelemahan
umum
3) Ketidakseimban
gan antara suplai
dan kebutuhan
oksigen
4) Imobilitas
5) Gaya hidup
monoton
5 Ketidakseimbangan NOC NIC
Nutrisi Kurang dari Setelah dilakukan asuhan 1. Nutrition
Kebutuhan Tubuh keperawatan 3 x 24 jam Management
a. Kaji adanya alergi
Definisi : diharapkan masalah
makanan
Asupan nutrisi tidak keperawatan
b. Kolaborasi dengan

25
cukup untuk memenuhi ketidakseimbangan nutrisi ahli gizi untuk
kebutuhan metabolic. kurang dari kebutuhan menentukan jumlah
Batasan Karakteristik tubuh dapat teratasi kalori dan nutrisi
: dengan yang dibutuhkan
a. Kram abdomen Kriteria Hasil : pasien
b. Nyeri abdomen c. Anjurkan pasien
1. Adanya peningkatan
c. Menghindari
untuk meningkatkan
berat badan sesuai
makanan
intake Fe
d. Berat badan 20% dengan tujuan
d. Anjurkan pasien
2. Berat badan ideal
atau lebih dibawah
untuk meningkatkan
sesuai dengan tinggi
berat badan ideal
protein dan vitamin
e. Kerapuhan kapiler badan
f. Diare 3. Mampu C
g. Kehilangan rambut e. Berikan substansi
mengidentifikasi
berlebihan gula
kebutuhan nutrisi
h. Bising usus f. Yakinkan diet yang
4. Tidak ada tanda-tanda
hiperaktif dimakan
malnutrisi
i. Kurang makanan
5. Menunjukkan mengandung tinggi
j. Kurang informasi
k. Kurang minat pada peningkatan fungsi serat untuk
makanan pengecapan dari mencegah
l. Penurunan berat
menelan konstipasi
badan dengan 6. Tidak terjadi penurunan g. Berikan makanan
asupan makanan berat badan yang yang terpilih (sudah
adekuat berarti dikonsultasikan
m.Kesalahan
dengan ahli gizi)
konsepsi h. Ajarkan pasien
n. Kesalahan
bagaimana
informasi
membuat catatan
o. Membrane mukosa
makanan harian
pucat
i. Monitor jumlah
p. Ketidakmampuan
nutrisi dan
memakan
kandungan kalori
makanan
j. Berikan informasi
q. Tonus otak
tentang kebutuhan
menurun
r. Mengeluh nutrisi
k. Kaji kemampuan
gangguan sensasi

26
rasa pasien untuk
s. Mengeluh asupan
mendapatkan nutrisi
makanan kurang
yang dibutuhkan
dari RDA 2. Nutrition
(Recommended Monitoring
a. BB pasien dalam
Daily Allowance)
t. Cepat kenyang batas normal
b. Monitor adanya
setelah makan
u. Sariawan rongga penurunan berat
mulut badan
v. Steatorea c. Monitor tipe dan
w. Kelemahan otot
jumlah aktivitas
pengunyah
yang biasa
x. Kelemahan otot
dilakukan
untuk menelan
d. Monitor interaksi
Faktor-faktor yang
anak atau orang tua
berhubungan :
a. Faktor Biologis selama makan
b. Faktor Ekonomi e. Monitor lingkungan
c. Ketidakmampuan
selama makan
untuk f. Jadwalkan
mengabsorbsi pengobatan dan
nutrient tindakan tidak
d. Ketidakmampuan
selama jam makan
menelan makanan g. Monitor kulit kering
e. Ketidakmampuan
dan perubahan
untuk mencerna
pigmentasi
makanan h. Monitor turgor kulit
f. Faktor psikologis i. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
j. Monitor mual dan
muntah
k. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
l. Monitor

27
pertumbuhan dan
perkembangan
m. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
n. Monitor kalori dan
intake kalori
o. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
p. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
6 Gangguan pola tidur NOC NIC
1. Determinasi efek-efek
Definisi: gangguan Kriteria hasil :
medikasi terhadap pola
kualitas dan kuantitas 1. Jumlah jam tidur
tidur.
waktu tidur akibat dalam batas normal 6-
2. Jelaskan pentingnya
factor eksternal. 8 jam/hari.
tidur yang adekuat.
2. Pola tidur, kualitas
3. Fasilitas untuk
dalam batas normal.
Factor yang mempertahankan
3. Perasaan segar
berhubungan aktivitas sebelum tidur
sesudah tidur atau
1) Kelembaban (membaca).
istirahat.
4. Ciptakan lingkungan
lingkungan sekitar 4. Mampu
2) Suhu lingkungan yang nyaman.
mengidentifikasi hal-
5. Kolaborasi pemberian
sekitar
hal yang
3) Tanggung jawab obat tidur.
meningkatkan tidur. 6. Diskusikan dengan
member asuhan
4) Perbahan pajanan pasien dan keluarga
terhadap cahaya tentang teknik tidur
gelap pasien.
5) Gangguan (missal, 7. Instruksikan untuk
untk tujuan memonitor tidur pasien.
8. Monitor waktu makan

28
terapeutik, dan minum dengan
pemantauan, waktu tidur.
9. Monitor/catat
pemeriksaan
kebutuhan tidur pasien
laboratorium)
6) Kurang kontrol setiap hari dan jam.
tidur
7) Kurang privasi
pencahayaan
8) Bising, bau gas
9) Restrain fisik,
teman tidur
10) Tidak familier
dengan prabt tidur

6 Ansietas NOC NIC


Definisi : Perasaan a. Anxiety self-control Anxiety Reduction
tidak nyaman atau b. Anxiety level (penurunan kecemasan)
kekawatiran yang c. Coping a. Gunakan pendekatan
samar disertai respon Kriteria Hasil : yang menenangkan
autonom ( sumber a. Klien mampu b. Nyatakan dengan
sering kali tidak mengidentifikasi dan jelas harapan
spesifik atau tidak mengungkapkan terhadap pelaku
diketahui oleh gejala cemas pasien
individu ) ; perasaan b. Mengidentifikasi, c. Jelaskan semua
takut yang disebabkan mengungkapkan dan prosedur dan apa
oleh antisipasi terhadap menunjukkan tehnik yang dirasakan
bahaya. Hal ini untuk mengontrol selama prosedur
merupakan isyarat cemas d. Pahami prespektif
kewaspadaan yang c. Vital sign dalam batas pasien terhadap
memperingatkan normal situasi stress
individu akan akan d. Postur tubuh, ekspresi e. Temani pasien untuk
adanya bahaya dan wajah, bahasa tubuh memberikan
kemampuan individu dan tingkat aktivitas keamanan dan
untuk bertindak menunjukkan mengurangi takut
menghadapi ancaman berkurangnya f. Dorong keluarga

29
Batasan Karakteristik kecemasan untuk menemani anak
a. Perilaku: g. Lakukan back/ neck
1) Penurunan rub
produktivitas h. Dengarkan dengan
2) Gerakan yang penuh perhatian
ireleven i. Identifikasi tingkat
3) Gelisah kecemasan
4) Melihat j. Bantu pasien
sepintas mengenal situasi
5) Insomnia yang menimbulkan
6) Kontak mata kecemasan
yang buruk k. Dorong pasien untuk
7) Mengekspresi mengungkapkan
kan perasaan, ketakutan,
kekawatiran persepsi
karena l. Instruksikan pasien
perubahan menggunakan teknik
dalam relaksasi
peristiwa Berikan obat untuk
hidup mengurangi kecemasan
8) Agitasi
9) Mengintai
10) Tampak
Waspada
b. Affektif :
1) Gelisah,
Distres
2) Kesedihan
yang
mendalam
3) Ketakutan
4) Perasaan tidak

30
adekua
5) Berfokus pada
diri sendiri
6) Peningkatan
kewaspadan
7) Iritabilitas
8) Gugup senang
berlebihan
9) Rasa nyeri
yang
meningkatkan
ketidak
berdayaan
10) Peningkatan
rasa ketidak
berdayaan
yang persiste
11) Bingung,
menyesal
12) Ragu/ tidak
percaya diri
13) Khawatir
c. Fisiologis
1) Wajah tegang,
tremor tangan
2) Peningkatan
keringa
3) Peningkatan
ketegangan
4) Gemetar,
tremor
5) Suara bergetar

31
d. Simpatik
1) Anoreksia
2) Eksitasi
kardiovaskula
r
3) Diare, mulut
kering
4) Wajah merah
5) Jantung
berdebar-
debar
6) Peningkatan
tekanan darah
7) Peningkatan
denyut nadi
8) Peningkatan
reflek
9) Peningkataan
frekwensi
pernapasan,
pupil meleba
10) Kesulitan
bernapas
11) Vasokontriksi
superfisial
12) Lemah,
Kedutan pada
otot
e. Parasimpatik
1) Nyeri
abdomen
2) Penurunan

32
tekanan darah
3) Penurunan
denyut nadi
4) Diare, Mual,
Vertigo
5) Letih,
Gangguan
tidur
6) Kesemutan
pada
extremitas
7) Sering
berkemih
8) Anyang-
anyangan
9) Dorongan
segera
berkemih
f. Kognitif :
1) Menyadari
gejala
fisiologis
2) Bloking
fikiran,
Konfus
3) Penurunan
lapang perseps
4) Kesulitan
berkonsentrasi
5) Penurunan
kemampuan
belajar

33
6) Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masala
7) Ketakutan
terhadap
konsekwensi
yang tidak
spesifik
8) Lupa,
Gangguan
perhatian
9) Khawati,
Melamun
10) Cenderung
menyalahkan
orang lain

Faktor Yang
Berhubungan :
1) Perubahan
dalam ( status
ekonomi,
lingkungan,
status
kesehatan, pola
interaksi,
fungsi peran,
status peran)
2) Pemajanan
toksin

34
3) Terkait
keluarga
4) Herediter
5) Infeksi/kontami
nan
interpersonal
6) Penurunan
penyakit
interpersonal
7) Krisis maturasi,
Krisis
situasional
8) Stres, Ancaman
kematian
9) Penyalahgunaa
n zat
10) Ancaman pada
(status
ekonomi,
lingkungan,
status
kesehatan, pola
interaksi,
fungsi peran,
status peran)
11) Konflik tidak
disadari
mengenai
tujuan penting
hidup
12) Konflik tidak
disadari

35
mengenai
tujuan penting
hidup
13) Konflik tidak
disadari
mngenai nilai
yang
esensial/pentin
g
14) Kebutuhan
yang tidak
dipenuhi
7 Difisiensi NOC NIC
pengetahuan a. Knowledge : Teaching : disease proces
Definisi : ketiadaan disease proces a. Berikan penilaian
b. Knowledge : health
atau difisiensi tentang tingkat
behavior
informasi kognitif yang pengetahuan
Kriteria hasil
berkaitan dengan topik pasien tentang
a. Pasien dan
tertentu. proses penyakit
keluarga
Batasan yang spesifik
menyatakan b. Jelaskan
karakteristik :
tentang penyakit, patofisiologi dari
a. Prilaku hiperbola
b. Ketidakakuratan kondisi, prognosis penyakit dan
mengikuti dan program bagaimana hal ini
perintah pengobatan berhungan dengan
c. Ketidakakuratan b. Pasien dan
anatomi dan
melakukan tes keluarga mampu
fisiologi ,dengan
d. Perilaku tidak
melaksanakan
cara yang tepat.
tepat (misalnya,
prosedur yang c. Gambarkan tanda
histeria,
dijelaskan secara dan gejala yang
bermusuhan,
benar. biasa pada
agitasi, apatis) c. Pasien dan
penyakit, dengan
e. Pengungkapan
keluarga mampu
tanda yang tepat
masalah
menjelaskan d. Identifikasi

36
Faktor yang kembali apa yang kemungkinan
berhubungan dijelaskan penyebab, dengan
a. Keterbatasan perawat/tim cara yang tepat
e. Sediakan informasi
kognitif kesehatan lainnya.
b. Salah intepretasi pada pasien
informasi tentang kondisi,
c. Kurang pajanan
dengan cara yang
d. Kurang minat
tepat
dalam belajar
f. Hindari jaminan
e. Kurang dapat
yang kosong
mengingat
g. Sediakan bagi
f. Tidak familier
keluarga atau SO
dengan sumber
informasi tentang
informasi
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
h. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi yang
akan datang dan
atau proses
pengontrolan
penyakit.
i. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan.
j. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan

37
second informasi
atau opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan.
k. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat.
l. Instruksikan pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat.

2.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan diagnosa klien dan
rencana kegiatan yang telah di buat sebelumnya berdasarkan buku
NANDA NIC NOC. Tindakan ini dipilih sesuai dengan intervensi dan
keadaan pasien. Sebagai tenaga kesehatan kita harus pintar memilih isi
dari intervensi tersebut sehingga kita dapat meneruskannya dalam tindakan
keperawatan.

2.2.5 EVALUASI KEPERAWATAN


Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien
terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang
diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan
kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan
dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian
berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang
mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pertukaran gas adekuat, infeksi tidak

38
terjadi, intolerans aktivitas meningkat, dan klien memahami kondisi
penyakitnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang biasa dikenal sebagai PPOK
merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara
dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel dan biasanya
menimbulkan obstruksi. Gangguan yang bersifat progresif (cepat dan berat)
ini disebabkan karena terjadinya Radang kronik akibat pajanan partikel atau
gas beracun yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan gejala
utama sesak napas, batuk, dan produksi sputum dan keterbatasan aktifitas.
Penyebab dari penyakit ini yaitu dari kebiasaan sehari-hari seperti
merokok, lingkungn yang tidak bersih, mempunyai penyakit saluran
pernfasan.

3.2 Saran
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan secara total karena penyakit ini
merupakan penyakit komplikasi seperti asma, emphiema, bronkus kritis dll.
Hanya saja akan berkurang secara bertahap apabila rutin berkonsultasi dengan
dokter, mengubah pola hidup sehari-hari dan sering berolahraga.

DAFTAR PUSTAKA

39
Amin HN, Hardhi K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:Mediaction Jogja

Anoname. Bab II Konsep Dasar. (Online). Available :


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-diansusant-6689-
2-babii.pdf Diakses pada tanggal 2 Oktober 2015 pukul 20.00 WITA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk


Brunner dan Suddart, alih bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser.


2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Judith M, dkk.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: ECG

Lawrence M. Tierney, J. (2002). Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit


Dalam). Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius

Price, Sylvia Anderson and Wilson, Lorraine McCarty; alih bahasa, Hartanto,
Huriawati. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Vol.2 Ed.6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Smeltzer, C. Suzanne, dkk, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. ( Edisi
8 ) . Jakarta: EGC.

40

Anda mungkin juga menyukai