Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap organisasi perlu melakukan suatu perencanaan dalam setap kegiatan


organisasinya, baik erencanaan produksi, perencanaan rekrutmen karyawan
baru, program penjualan produk baru, maupun perencanaan anggarannya.
Perencanaan (planning) merupakan proses dasar bagi organisasi untuk
memilih sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena
itu, perusahaan harus menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
sebelum melakukan prosesproses perencanaan.
Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi,
sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam
mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan dalam jenis
kegiatan baik itu kegiatan oranisasi, perusahaan maupun kegiatan di
masyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen,
karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan
yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi
manajemen, terutma dalam menghadapi lingkungan eksternal yangberubah
dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan
prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat
(dugaan).
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada elemen-elemen
tertentu dari proses perencanaan dan proses yang sangat berhubungan dengan
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kemudian memperkenalkan
konsep perencanaan dan menyajikan sejumlah pendekatan untuk
mengefektifkan perencanaan dari berbagai jenis.
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan
rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting

1
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep manajemen perencanaan asuhan keperawatan?
1.2.2 Bagaimana model dalam sistem pemberian asuhan keperawatan?
1.2.3 Apa saja issue-issue dalam manajemen asuhan keperawatan?
1.2.4 Bagaiman sistem klasifikasi pasien gawat darurat?
1.2.5 Apa saja jenis kegiatan dalam asuhan keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui onsep manajemen perencanaan asuhan keperawatan
1.3.2 Mengetahui model dalam sistem pemberian asuhan keperawatan
1.3.3 Mengetahui issue-issue dalam manajemen asuhan keperawatan
1.3.4 Mengetahui sistem klasifikasi pasien gawat darurat
1.3.5 Mengetahui jenis kegiatan dalam asuhan keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan


Setelah mempelajari dan membahas makalah ini maka diharapkan dapat
memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai manajemen
perencanaan asuhan keperawatan, sehingga dapat mempraktikannya
dilapangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan


Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali
dengan merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan,
menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan
umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana
yang diperlukan (Swanburg, 1999). Fungsi planning (perencanaan) adalah
fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan
menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999)
fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen
secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan
akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan
akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu menjamin
klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka
butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan agar mendapat
hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan (Swanburg, 1999).
2.1.1 Tujuan Perencanaan
a. Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan
b. Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia
c. Membantu koping dengan situasi kritis
d. Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan yang akan datang.
f. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
g. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

3
2.1.2 Tahap dalam perencanaan :
a. Menetapkan tujuan dalam mengumpulkan data dan fakta
b. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
c. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai.
d. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
e. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
2.1.3 Prasyarat perencanaan
Prasyarat perencanaan yang dibutuhkan adalah sederhana, tujuan dan
hasil yang akan dicapai jelas, berdasarkan kebijakan dan prosedur
yang berlaku, sesuai prioritas, pelibatan aktif, praktis, fleksibel,
berkesinambungan, dan mempunyai kejelasan metode evaluasi.
2.1.4 Dasar pertimbangan
5 W + 1 H : What, Where, When, Why, Who, dan How

2.1.5 Langkah-langkah dalam perencanaan


a. Pengumpulan data
b. Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness,
opportunities,threatened)
c. Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang
menghambat.
d. Pembuatan rencana: tentukan obyektivitas, uraian kegiatan,
prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, metode
yang digunakan.
2.1.6 Jenis Perencanaan
a. Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan,
proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan
keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang
paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan,
mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan

4
keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme
umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber
yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur
pekerjaan divisi keperawatan.
b. Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang
akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan,
menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk
setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan
orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi
perawatan pasien. Di dalam perencanaan operasional terdiri dari
dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana
tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di
dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan,
standard prosedur operasional dan peraturan sedangkan rencana
sekali pakai terdiri dari program dan proyek.

2.1.7 Manfaat Perencanaan


a. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
b. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
c. Memudahkan kordinasi
d. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
e. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
f. Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
g. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h. Menghemat waktu dan dana

5
2.1.8 Keuntungan Perencanaan
a. Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
b. Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
c. Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
d. Memodifikasi gaya manajemen
e. Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
2.1.9 Kelemahan Perencanaan
a. Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
b. Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
c. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
d. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
e. Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil

2.2 Model dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan
dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien. Dasar pertimbangan dalam pemilihan
model metode asuhan keperawatan yaitu:
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat
e. Kepuasan dan kinerja perawat
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya

6
Berikut ini merupakan metode penugasan yang tengah berkembang saat
ini:
a. Metode fungsional
Metode fungsional yaitu metode penugasan dimana seorang perawat hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi. Metode ini banyak dipakai
saat perang dunia kedua. Ketika perang dunia kedua metode ini banhyak
dipakai karena jumlah perawat serta kemampuan perawat masih terbatas.

Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan

Huston, 1998)
 Kelebihan :
1. Managemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan nyang baik;
2. Baik diguanakan dalam kondisi keterbatasan tenaga perawat;
3. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior
dan/atau yang belum berpengalaman.
 Kekurangan :
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan ketrampilan saja.

7
b. Metode penugasan tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat
professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan
berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992).Metode ini
menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri dari tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini bertujuan untuk: memfasilitasi pelayanan keperawatan;
menerapkan proses keperawatan standard; dan menyatukan kemampuan
anggota tim yang beragam. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan
model tim harus berdasarkan konsep berikut:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunkan
teknik kepemimpinan
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruang sangat penting dalam metode ini. Model tim akan
berhasil apabila didukung oleh Kepala Ruang.
Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu:
 Kelebihan
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan pada anggota tim
 Kekurangan
Kemunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

8
Kepala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

l Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “


(Marquis dan Huston, 1998)

c. Metode primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat. Konsep dasar metode primer :
a. Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya

9
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction,kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatanklinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar

Kepala ruangan Kepala ruangan Kepala ruangan

Perawat primer

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Gambar 3 : Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “


(Marquis dan Huston, 1998)

d. Metode kasus
Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para
manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus
pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus
dalam beberapa cara seperti:
1) Dengan dokter dan pasien tertentu
2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
3) Dengan mengadakan diagnosa
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan
membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan
pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek

10
keperawatan dengan budget yang tinggi.

 Kelebihan :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
 Kekurangan :
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama

Kepala ruangan

Ketua tim Ketua tim


Ketua tim

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Agar metode metode diatas dapat di jalankan dengan baik maka


masing-masing pihak harus menge tahui peran dan ttanggung jawab
masing-masing, berikut merupakan tanggung jawab masing –masing
peran.
1. Tanggung Jawab Karu :
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinandan managemen
d. Mengorientasikan tenaga baru
e. Menjadi narasumber bagi tim
f. Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset
keperawatan

11
g. Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2. Tanggung Jawab Katim :
a. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana
keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi renpra
c. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui
komunikasi yang konsisten
d. Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan
keperawatan melalui konfrens
e. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh
anggota tim
f. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3. Tanggung Jawab Anggota Tim :
a. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b. Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak
ada di tempat
d. Berkontribusi terhadap perawatan
 observasi terus menerus
 ikut ronde keperawatan
 berinterkasi dgn pasien & keluarga
 berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

e. Modifikasi: MAKP Tim-Primer


Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan
atau setara.

12
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat padprimer,
karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan
D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
Contoh (dikutip dari Ratna S. Sudarsono, 2002):
Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang
kepala ruang rawat yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang,
kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan D-3
Keperawatan 3 orang dan SPK 18 orang. Pengelompokan tim pada setiap
sift jaga terlihat pada gambar:

Kepala Ruang

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien

13
2.3 Issue-Issue dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
Isu merupakan sesuatu yang sedang dibicarakan tetapi belum jelas
kebenarannya. Menurut Nursallam (2012) terdapat beberapa isu-isu dalam
profesi keperawatan yaitu:
1. Belum tumbuh komitmen yang kuat dalam diri perawat untuk
mengembangkan paradigma hidup sehat di masyarakat
Contoh : Tenaga kesehatan khususnya perawat masih merasa canggung
untuk mengikuti program nusantara sehat, walaupun memang ada tenaga
kesehatan yang sangat tertarik untuk mengikuti program ini. Dalam
manajemen keperawatan, keterbatasan intelektual, minat dan kemampuan
sosial membuat perawat kurang menekankan upaya promotif dan preventif
dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga masih berorientasi pada
penggunaan obat.
2. Perubahan orientasi manajemen asuhan keperawatan dari “sosial”
menjadi “bisnis”
Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan berbagai
anggaran untuk pelayanan kesehatan, sehingga berdampak terhadap
orientasi manajemen kesehatan/keperawatan dari lembaga sosial ke
orientasi “bisnis.” Pelayanan kesehatan dihadapkan pada suatu dilema, di
satu sisi harus mengurangi beberapa alokasi anggaran, sementara di sisi
lain mutu asuhan kesehatan/keperawatan harus ditingkatkan. Keadaan ini
ditunjang dengan keadaan politik yang semakin tidak menentu. Para elit
politik, baik eksekutif maupun legislatif, lebih berperan sebagai seorang
penguasa yang selalu membenarkan semua tindakannya untuk kepentingan
golongan/kelompok tertentu, sedikit sekali peduli dengan masalah yang
dihadapi anak bangsa, khususnya masalah kesehatan.
Contoh : pelayanan kesehatan primer dan sekunder memanfaatkan sistem
pembayaran kapitasi dan INA CBG”s
3. Perubahan Kependudukan
Perubahan kependudukan dengan bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia dan bertambahnya umur harapan hidup, maka akan membawa
dampak terhadap masalah kesehatan dan lingkup dari praktik keperawatan.

14
Masalah kesehatan ditandai dengan munculnya penyakit baru (re-merging
diseases), yaitu penyakit lama yang timbul lagi karena pengaruh faktor
lingkungan dan mutasi gen, seperti flu burung, HIV/AIDS, chikaungunya,
dan penyakit lainnya. Lingkup praktik terjadi pergeseran yang dulunya
lebih menekankan pada pemberian pelayanan kesehatan/keperawatan pada
“hospital-based” ke “community-based.” Keadaan ini menuntut perawat
untuk lebih mandiri dan berpandangan jauh ke depan dalam melaksanakan
perannya secara profesional.
4. Peran Perawat yang Tidak Optimal
Peran perawat profesional dalam sistem kesehatan nasional adalah
berupaya mewujudkan sistem kesehatan yang baik, sehingga
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health service) sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demands)
masyarakat, sementara itu di sisi lain biaya pelayanan kesehatan sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Akan tetapi perawat belum
melaksanakan peran secara optimal. Di sinilah letak masalahnya, karena
dalam praktik sehari-hari penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk
pelayanan keperawatan, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
tidaklah mudah. Tidak mengherankan jika pada saat ini banyak ditemukan
keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan/keperawatan di
Indonesia. Selain itu, perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga
belum mampu menerapkan prinsip kolaborasi, tindakan mandiri dan
mengetahui batasan kompetensinya sebagai perawat sehingga pandangan
masyarakat adalah perawat sebagai pembantu dokter.
5. Terlambatnya pengembangan pendidikan keperawatan professional
Sekolah Perawat Kesehatan dan Akademi Keperawatan di Indonesia telah
banyak dikenal. Pendidikan S1 Keperawatan (ners) di Indonesia baru
dimulai secara bersamaan pada tahun 2000. Isu saat ini adalah pendidikan
keperawatan terutama pada tenaga pendidik adalah pada jenjang S3
sehingga dapat naik pangkat sampai ke golongan 4a
6. Format Pengkajian belum memiliki referensi yang jelas

15
Pada tahap pengkajian dalam manajemen asuhan keperawatan masih
menggunakan format yang berbeda-beda di setiap pelayanan kesehatan.
Format yang digunakan juga tidak berdasarkan referensi yang jelas.
Namun ada juga yang sudah menggunakan format berdasarkan NANDA
NIC NOC. Ketidakseragaman ini membuat proses pengkajian tidak
optimal dan perawat juga sering menulis data pengkajian dengan
memasukkan data normal atau opini sendiri jika menurutnya tidak terlalu
penting untuk dilakukan pengkajian
7. Diagnosa Keperawatan tidak berdasarkan referensi yang jelas
Dalam menuliskan diagnose, perawat sering menggunakan kata-kata yang
salah dan tidak memiliki referensi yang jelas seperti NANDA NIC NOC.
Perawat sering menulis diagnose yang sama selama periode perawatan
pasien padahal pasien sudah tidak mengalami masalah keperawatan yang
ditulis perawat tersebut.
8. Perencaaan yang dibuat tidak berdasarkan prinsip SMART
Perawat sering membuat perencaaan yang masih bersifat umum dan belum
spesifik sesuai masalah pasien. Perencanaan pun tidak menggunakan
referensi yang jelas. Perencanaan sering dibuat sama berulang-ulang
seperti salinan perencanaan sebelumnya walaupun sebenarnya masalah
keperawatan sudah teratasi. Perencanaan yang dibuat tidak jelas apakah
mampu diukur ataupun tidak akibat tidak menggunakan NOC
9. Implementasi tidak sesuai dengan perencanaan
Implementasi sering hanya didokumentasikan saja pada catatan perawatan
namun tidak dilaksanakan. Implementasi pun tidak menggunakan waktu
yang jelas sesuai dengan kondisi pasien sehinggga sering mengganggu
waktu tidur dan istirahat pasien. Implementasi masih berorientasi pada
tindakan delegatif, belum ada intervensi dan implementasi yang bersifat
tindakan mandiri perawat
10. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dibuat pun tidak sesuai dengan kondisi pasien.
Kesalahan yang sering dilakukan adalah pada evluasi balance
cairan,banyak perawat yang mengabaikan balance cairan walaupun

16
pasiennya rentan terhadap perubahan volume cairan. Perawat cenderung
menuliskan evaluasi dengan data yang tidak bermasalah padahal pasien
bermasalah dengan volume cairan.
11. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan tidak menggunakan prinsip-prinsip
dokumentasi yang sesuai dengan aspek legal sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Dokumentasi ditulikan dengan kalimat dan jenis
tulisan yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri ataupun beberapa orang
yang dekat dengan tenaga kesehatan tersebut sehingga tidak terbuk bagi
pasien ataupun keluarganya.

2.4 Sistem Klasifikasi Pasien Gawat Darurat


Sistem klasifikasi ini dikenal sebagai triage. Ada beberapa sistem
klasifikasi dalam gawat darurat yaitu :
1. Klasifikasi Label Berwarna
1) Hitam
Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk
diselamatkan.
2) Merah
Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan
medik atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya
penderita gagal nafas, henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan
parah dan cedera kepala berat.
3) Kuning
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang
kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat. misalnya cedera abdomen tanpa shok, Luka bakar
ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa Shock dan jenis-jenis penyakit
lain.
4) Hijau
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak
membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan
tidak menimbulkan kecacatan.

17
2. Berdasarkan type di RS
1) Type 1 : Traffic Director or Non Nurse
a) Hampir sebagian besar berdasarkan system triage
b) Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
c) Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan
seberapa sakitnya
d) Tidak ada dokumentasi
e) Tidak menggunakan protocol
2) Type 2 : Cek Triage Cepat
a) Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat
beregristrasi atau dokter
b) Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan
utama
c) Evaluasi terbatas
d) Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau
cedera mendapat perawatan pertama
3) Type 3 : Comprehensive Triage
a) Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan
berpengalaman
b) 4 sampai 5 sistem katagori
c) Sesuai protokol

3. Berdasarkan Kasus
1) Prioritas 1 – Kasus Berat
a. Perdarahan berat
b. Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
c. Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
d. Fraktur terbuka dan fraktur compound
e. Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
f. Shock tipe apapun

18
2) Prioritas 2 – Kasus Sedang
a. Trauma thorax non asfiksia
b. Fraktur tertutup pada tulang panjang
c. Luka bakar terbatas
d. Cedera pada bagian / jaringan lunak

3) Prioritas 3 – Kasus Ringan


a. Minor injuries
b. Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan

4) Prioritas 0 – Kasus Meninggal


a. Tidak ada respon pada semua rangsangan
b. Tidak ada respirasi spontan
c. Tidak ada bukti aktivitas jantung
d. Tidak ada respon pupil terhadap cahaya

2.5 Jenis Kegiatan dalam Asuhan Keperawatan


Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI
(Nursalam, 2002), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi, sebagai berikut :
a. Standar 1 : Pengkajian keperawatan
Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data dapat
diperoleh melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan penunjang dan
kemudian didokumentasikan.
Kriteria Pengkajian meliputi :
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang
2. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :

19
 Status kesehatan pasien masa lalu
 Status kesehatan pasien saat ini
 Status biologis-psikologis-sosial-spritual
 Respon terhadap terapi
 Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
 Risiko tinggi masalah

b. Standar 2 : Diagnosa Keperawatan


Dalam tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk
merumuskan diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu:
1. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi
masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan
tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
3. Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan
data terbaru.

c. Standar 3 : Perencanaan keperawatan


Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalahdan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi :
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan
rencana tindakan keperawatan
2. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan

20
d. Standar 4 : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :
1. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien
memodifikasi lingkungan yang digunakan
5. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon pasien.
e. Standar 5 : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan. Adapunkriteria prosesnya:
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
2. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke
arah pencapaian tujuan.
3. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat
4. Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi
perencanaan keperawatan
5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan
merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan,
menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan
umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana
yang diperlukan (Swanburg, 1999). Fungsi planning (perencanaan) adalah
fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan
fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu menjamin
klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka
butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan agar mendapat
hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan (Swanburg, 1999).

3.2 Saran
Melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada
berbagai puhak antara lain:
1. Kepada para staff pengajar agar menambahkan terkait materi yang belum
sesuai tentang manajemen perencanaan asuhan kperawatan.
2. Kepada mahasiswa diharapkan makalah ini dapat dijadikan motivasi agar
lebih memahami dan mengaplikasikan materi manajemen perencanaan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Huber, Diane L. (2006). Leadership and Nursing Care Management. 3th. Ed. Hal;
Pennsylvania: Elsevier.
Iqfadhillah.2014.Triase Gawat Darurat Lengkap PPGD [Triase gawat darurat
Lengkap PPGD _ ID Medis - Website Kesehatan.htm] diakses pada 11 Januari
2016 pukul 10.15 Wita.

Jones, T.L and Bourgeois, S. (2011). The Clinical Placement: An Essential Guide
for Nursing Students. 2nd ed. Chatswood: Churchill Livinstone El Sevier.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses
(3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta

Swansburg, Russel C. (1999). Introductory Management and Leadership for


Nurses. Massachussets: Jones and Bartlett Publishers

23
LAMPIRAN SOAL-SOAL

1. Tujuan dari perencanaan asuhan keperawatan adalah....kecuali


a. Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan
b. Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia
c. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
d. Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah

2. Manfaat dari perencanaan asuhan keperawatan adalah....kecuali

a. Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.


b. Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
c. Memudahkan koordinasi
d. Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama
fungsi keperawatan
e. Memodifikasi gaya manajemen

3. Kelebihan model dalam sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional


adalah....
a. Managemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan nyang baik
b. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
c. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
d. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan pada anggota tim
e. Bersifat kontinuitas dan komprehensif

4. Konsep dasar model dalam sistem pemberian asuhan keperawatan primer


adalah....
a. Ada otonomi
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin

24
c. Perankepalaruangsangatpentingdalammetodeini
d. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
e. Perawat lebih memahami kasus per kasus

5. Apa yang menyebabkan kurangnya komitmen perawat untuk


membangun paradigma hidup sehat ?
a. Kurangnya tunjangan gaji
b. Kurangnya kemampuan intelektual dan sosial
c. Kurangnya kesadaran
d. Kurangnya perhatian pemerintah
e. Takut dengan masyarakat
6. Berikut contoh kasus isu perubahan pelayanan kesehatan dari “sosial”
menjadi “bisnis” adalah
a. Perawat menyarankan keluarga pasien menggunakan asuransi JKN
b. Pihak RS memulangkan pasien sesuai sistem paket INA CBG’S
walaupun masih belum pulih dari penyakit
c. Perawat memberikan health education tentang pola hidup sehat
d. Perawat melakukan pengkajian komprehensif terhadap pasien
e. Perawat meminta pasien untuk bisa mandiri melakukan ADL agar
bisa cepat pulang
7. Pasien kecelakaan dan mengalami perdarahan di salah satu arteri
besar, maka digolongkan ke dalam label berwarna ?
a. Merah
b. Kuning
c. Hijau
d. Hitam
e. Ungu
8. Pasien dengan luka bakar > 30% masuk ke dalam prioritas ?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4

25
e. 5
9. Cara mengumpulkan data status kesehatan pasien pada kegiatan pengkajian
keperawatan adalah....kecuali
a. Sistematis
b. Menyeluruh
c. Akurat
d. Singkat
e. Jelas
10. Kriteria proses perencanaan keperawatan adalah....kecuali

a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana


tindakan keperawatan
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
c. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan
d. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien
e. Mendokumentasikan rencana keperawatan

26

Anda mungkin juga menyukai