PENDAHULUAN
• Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dari percobaan in yaitu:
• Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan vital bagi manusia dan sekarang jumlahnya
semakin berkurang.
• Jerami padi merupakan sampah yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, yang
belum dimanfaatkan oleh masyarakat.
• Jerami padi merupakan biomassa yang mengandung lignoselulosa yaitu berupa selulosa
yang dapat diolah menjadi bioetanol.
2. Pembuatan bioetanol dari jerami dilakukan melalui proses delignifikasi, hidrolisa, fermentasi
dan pemurnian (destilasi).
• Rumusan masalah
Potensi jerami padi sebagai bahan baku alternative pembuatan bioetanol pada proses
delignifikasi, hidrolisa,dan pemurnian (destilasi). dan pengkulturan Saccharomyces cereviseae
pada proses fermentasi. Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah yang dibahas
dalamhal ini adalah :
1. Proses apakah yang diperlukan dalam pembuatan bioetanol dengan bahan
baku jerami ?
2. Berapakah kondisi operasi (waktu fermentasi dan jumlah yeast) yang
digunakan untuk mendapatkan bioetanol dengan bahan baku jerami ?
3. Berapakah kadar bioetanol yang dihasilkan pada kondisi operasi yang digunakan ?
• Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu:
• Menentukan kondisi operasi (waktu dan jumlah yeast) yang diperlukan dalam pembuatan
bioetanol.
• Landasan teori
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan bahan bakar dari
minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium,
terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Adapun
manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis sumber daya bahan bakar
cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan
kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar
daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi
kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara karena bahan bakar ini ramah
lingkungan dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru (Ariyani dkk,2013). Untuk
pengembangan bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya :
• Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren,
nira siwalan, sari-buah mete.
• Bahan berpati : tepung biji sorgum, jagung, sagu, singkong/ gaplek, ubi jalar, ganyong,
garut, suweg, umbi dahlia.
• Bahan berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang,dan bagase (ariayani dkk,
2013).
Bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan
bakar bensin yang digunakan dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium
(EXX). Selain itu dapat dicampur dengan bensin yang disebut gasohol (E10), bisa digunakan
langsung pada mobil bensin biasa (tanpa mengharuskan mesin dimodifikasi). Bioetanol saat ini
yang diproduksi umumnya berasal dari bioetanol generasi pertama, yaitu bioetanol yang dibuat
dari gula (tebu, molases) atau pati-patian (jagung, singkong, dll). Bahan-bahan tersebut adalah
bahan pangan atau pakan (Prihandana, 2011). Konversi bahan pangan/pakan menjadi bioetanol
di Eropa dan Amerika diduga menjadi salah satu penyebab naiknya harga-harga pangan dan
pakan. Arah pengembangan bioetanol mulai berubah ke arah pengembangan bioetanol generasi
kedua, yaitu bioetanol dari biomassa lignoselulosa, yang diperoleh dari limbah-limbah industri
pangan, seperti Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), jerami padi, tongkol jagung, sisa
pangkasan jagung, onggok, bagase, sisa pangkasan tebu, kulit buah kakao, kulit buah kopi, dan
sebagainya. Dua limbah industri pertanian yang melimpah jumlahnya adalah TKKS dan jerami
padi (Perdana, 2008).
Padi merupakan tumbuhan monocotyl yang tumbuh di daerah tropis. Tanaman padi yang
lelah siap panen akan diambil butiran - butirannya dan batang serta daunnya akan dibuang.
Batang dan daun inilah yang disebut dengan jerami. Jerami padi merupakan limbah pertanian
yang mengandung polisakarida dalam bentuk selulosa, hemiselulosa, pektin dan lignin dan
belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini jerami padi digunakan untuk pakan ternak dan
media tumbuh jamur ( Endi dkk, 2009). Meskipun demikian jerami masih berlimpah dan
terkadang harus dibakar. Sebatang jerami yang telah dirontokkan gabahnya terdiri atas :
1. Batang (lidi jerami), Bagian batang jerami kurang lebih sebesar lidi kelapa dengan rongga
udara memanjang di dalamnya.
2. Ranting jerami, merupakan tempat dimana butiran butiran menempel. Ranting jerami ini lebih
kecil, seperti rambut yang bercabang – cabang meskipun demikian ranting jerami mempunyai
tekstur yang kasar dan kuat.
3. Selongsong jerami, adalah pangkal daun pada jerami yang membungkus batang atau lidi
jerami.
4. Jerami merupakan golongan kayu lunak yang mempunyai komponen utama selulosa.
Selulosa adalah serat polisakarida yang berwarna putih yang merupakan hasil dari
fotosintesa tumbuh - tumbuhan. Jumlah kandungan selulosa dalam jerami antara 35 - 40 %.
Kandungan lain pada jerami adalah lignin dan komponen lain yang terdapat pada kayu dalam
jumlah sedikit (Graggins, 1992).
Selulosa adalah suatu polimer yang tidak bercabang dari glukosa yang dihubungkan
melalui ikatan 1-4 glikosida dan merupakan penyusun utama dinding sel tanaman yang
berbentuk serat dan berwarna putih dengan rumus molekul (C6H10O5)n, dimana n adalah derajat
polinierisasi. Sedangkan Lignin adalah bagian dari tumbuh — tumbuhan yang terdapat dalam
lamelar tengah dan dinding sel serta berfungsi sebagai perekat antar sel, sehingga lignin tidak
dikehendaki. Jumlah kandungannya dalam kayu antara 20-35%, sedangkan dalam tanaman
bukan kayu lebih tinggi (Anggorodi, 1979).
Saccharomyces cereviseae adalah jamur bersel tunggal yang telah memahat milestonase
dalam kehidupan dunia. Jamur ini merupakan mikroorganime pertama yang dikembangbiakan
oleh manusia untuk membuat makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri, jamur ini telah
melekat dalam kehidupan sehari-hari. seiring dengan berkembangnya genetika molekule,
saccharmyces cereviseae juga digunakan untuk menciptakan revolusi terbaru manusia dibidang
rekayasa genetika. Saccharomyces cereviseae yang sering mendapatkan julukan sebagai “top-
fermentating yeast” telah menjadi mikroorganisme frontier diberbagai bioteknologi modern
(Hambali dkk, 2008).
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir dalam penelitian ini, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
a. Kadar etanol pada fermentasi jerami padi akan dipengaruhi oleh variasi waktu fermentasi
b. Waktu optimum untuk menhasilkan etanol pada fermentasi jerami padi adalah waktu
fermentasi yang diperlukan untuk menghasilkan etanol dalam jumlah paling banyak.
BAB III
METODE PENELITIAN
•
• Tempat dan Jadwal Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah jerami padi yang masih basah
(baru saja dipanen) diperoleh dari daerah Sambas tepatnya desa sungai baru, reagen DNS, garam
rochelle (KNa-tartat), akuades, larutan H2SO4, alkohol, glukosa anhidrat, aquades destilasi,
Saccharomyces cerevisiae diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Tanjung Pura
Fakultas MIPA, Pontianak.
Gula reduksi dianalisis dengan mengguna-kan metode DNS (dinitrosalycilic acid). Gula
reduksi diukur pada spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm (Miller 1959).
• Optimasi Produksi Bioetanol
Waktu fermentasi dilakukan pada sekala fermentor 1 L dengan mengukur kadar bioetanol
pada waktu fermetasi 24, 48, 72, 96, 120, dan 144 jam pada suhu kamar. Bioetanol yang
dihasilkan diukur menggunakan Vinometer dan metode destilasi. Kadar bioethanol tertinggi dari
waktu fermentasi akan digunakan untuk sekala 20 L. Proses fermentasi konsentrasi (substrat10,
20, 30, dan 40% b/v) dilakukan dalam waktu maksimal pada penelitian sebelumnya dengan skala
fermentasi 1 L. Fermentasi dilakukan pada suhu kamar. Sumber substrat yang digunakan yaitu
jerami padi. Kadar bioetanol diukur menggunakan Vinometer. Kandungan bioetanol tertinggi
akan digunakan untuk proses fermentasi berikutnya.
Pengukuran etanol menggunakan metode destilasi dan vinometer. Persentase etanol
dihitung menggunakan tabel AOAC (Analysis of the Association of Official Analitical Chemists)
(Horwits and Franklin 1975).
• Perhitungan jumlah sel khamir
Jumlah sel khamir media fermentasi dihitung menggunakan hemasitometer.
• Teknik Pengumpulan Data
Analisis menggunakan metode statistik analisis variansi (ANAVA), dilanjutkan dengan
uji DMRT taraf signifikansi 5%.
Daftar Pustaka