Anda di halaman 1dari 31

STUDENT PROJECT

SGD KUA 1 1
PELVIC INFLAMATORY DISEASE
Small Group Discussion 1

PENDIDIKAN DOKTER
APRIL 2018
Welcome to Our Presentation

SGD A1
Sang Ayu Arta Suryantari Ni Putu Pramana Saras Utami
Agung Bagus Sista Satyarsa Dewa Ayu Devi Anjaswari Putera
Dwi Kristian Adiputra Gede Githa Widya Pranatha
Gek Marlathasia Aswania Cathleya Fransisca
Putu Gede Wahyu Darmayuda Ni Made Linda Pertiwi
Putu Risky Yoga Pradnyana Putu Rarassani
I Gede Krisna Putra Yasa

2
Student Project
OVERVIEW

1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG PAPER

2 TINJAUAN PUSTAKA
TIINJAUAN PUSTAKA DARI LITERATUR

3 PENUTUP
SIMPULAN

4 DISKUSI
TANYA JAWAB

4
1

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

P I D
>850.00P kasus/tahun
I D
> 1 JUTA

Infertilitas

Duval X, Delahaye F, Alla F, et al. Temporal trends in infective endocarditis in the context of prophylaxis guideline modifications: three successive
population-based surveys. J Am Coll Cardiol.2012;59(22):1968-76.
6
2

ISI
ANATOMI
ORGAN
PELVIS
DEFINISI
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah


penyakit infeksi dan inflamasi pada traktus
reproduksi bagian atas, termasuk uterus, tuba
fallopi.
Pelvic Inflammatory Disease biasanya
disebabkan oleh kolonisasi mikroorganisme di
endoserviks yang bergerak ke atas menuju
endometrium dan tuba fallopi.

Hoen B, Duval X. 2013. Infective endocarditis. The New England Journal of Medicine; 368:15:1425-33 9
EPIDEMIOLOGI
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

GEOGRAFI Amerika Serikat, Indonesia & negara berkembang

USIA 16 - 25 tahun atau > 25 tahun

JENIS KELAMIN WANITA

FAKTOR RISIKO Penyakit Menular Seksual

PREVALENSI Tidak diketahui (WHO)

10
Slipczuk L, Codolosa JN, Davila CD, Romero-Corral A, Yun J, Pressman GS, et al. Infective endocarditis epidemiology over five decades: a systematic review.
PLoS One. 2013. 8 (12):e82665.
ETIOLOGI
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

INFEKSI MIKROBIOLOGI

Hubungan Seksual
N. Gonorrhea dan C. Trachomatis
AKDR
(90%)

Setiawan, Michael. Komplikasi Neurologis Endokarditis Infektif. CKD. 2015: 42


11
PATOFISIOLOGI
PELVIC INFLAMATORY DISEASE 1

The Power of PowerPoint | thepopp.com 12


PATOFISIOLOGI
PELVIC INFLAMATORY DISEASE 2

The Power of PowerPoint | thepopp.com 13


MANIFESTASI KLINIS
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

Nyeri Abdomen Gejala Demam Nyeri Berkemih Mual & Lemas

Bor DH, Woolhandler S, Nardin R, Brusch J, Himmelstein DU. Infective endocarditis in the u.s., 1998-2009: a nationwide study. PLoS One. 2013. 8(3):e60033. 14
DIAGNOSIS
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium


USG atau MRI atau Doppler

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan


umum genikologis.

ANAMNESIS (SC7+4F) Bertanya dengan sopan dan menjurus ke faktor


risiko, keluhan dan gejala yang dialami.

15
DIAGNOSIS
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

Kriteria Minimum Kriteria Definitif


Kriteria Tambahan
(satu atau lebih kriteria) (Konfirmasi diagnosis PID)
1. Nyeri gerak serviks 1. Demam lebih dari 380C 1. Biopsi endometrium disertai bukti
2. Nyeri tekan uterus 2. Cairan vagina atau servikal histopatologis endometritis
3. Nyeri tekan adneksa patologis 2. USG transvaginal atau MRI
3. Terdapat leukosit pada memperlihatkan tuba menebal
pemeriksaan mikroskopsekret penuh berisi cairan dengan atau
vagina dengan cairan salin tanpa cairan di panggul atau
4. Peningkatan leukosit >10.000 kompleks tubo-ovarial
sel/mL 3. Pemeriksaan Doppler menunjukan
5. Peningkatan laju endap darah adanya infeksi panggul
(LED)
6. Peningkatan C-reaktif protein 4. Laparoskopi menunjukkan konsisten
7. Hasil laboratorium menunjukkan PID
infeksi gonorrhoeae atau
C.trachomatis.
Habib G, et al., Guidelines for the Management of Infective Endocarditis: The Task Force for the Management of Infective Endocarditis of the
European Society of Cardiology (ESC). European Heart Journal. 2015; 36: 3075–3128
16
DIAGNOSIS
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

Stage I
Pada stage I ditemukan adanya akut endometritis dan salpingitis namun tidak disertai dengan
adanya peritonitis

Stage II
Pada stage II dapat ditemukan salpingitis yang juga disertai dengan peritonitis.

Stage III
Pada stage III sudah terjadi akut salpingitis dengan oklusi tuba dan dapat disertai dengan
tuboovarian abcess.

Stage IV
Pada stage IV sudah terjadi ruptur dari tuboovarian abcess.

Habib G, et al., Guidelines for the Management of Infective Endocarditis: The Task Force for the Management of Infective Endocarditis of the
European Society of Cardiology (ESC). European Heart Journal. 2015; 36: 3075–3128
17
6. Kehamilan Ektopik
3. Torsio ovarium
5. Servisitis
2. Endometriosis
4. Infeksi saluran kemih
1. Apendisitis akut

Diagnosis Banding

Ross, J., Judlin, P. and Jensen, J., 2014. 2012 European guideline for the management of pelvic inflammatory disease. International journal of STD & AIDS,
25(1), pp.1-7. s
Terapi PID berdasarkan Stage
De Muylder X. Standardised management of PID in a developing country. Genitourin Med. 1989;65:281-283. doi:10.1136/sti.65.4.281

Stage I Stage II
akut endometritis + salpingitis tanpa Stage I + Peritonitis.
peritonitis.
Pada stage ini biasanya pasien dianjurkan
Terapi pasien pada stage ini dapat dilakukan untuk menjalani rawat inap dan diberikan
dengan rawat jalan. terapi antibiotik parenteral.

Stage III Stage IV


akut salpingitis + oklusi + tuboovarian Rupturnya tuboovarian abcess.
abcess/tuboovarian mass.
Pasien yang telah mencapai stage ini hampir
Pada stage ini biasanya akan dilakukan terapi selalu dilakukan terapi dengan pembedahan.
pembedahan.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 19


Indikasi rawat inap, terapi parenteral dan pembedahan
Ross J, Guaschino S, Cusini M, Jensen J. 2017 European guideline for the management of pelvic inflammatory disease. Int J STD AIDS. 2017:95646241774409.
doi:10.1177/0956462417744099

Diagnosis tidak dapat dipastikan

Indikasi bedah darurat misalnya radang usus buntu (apendisitis), atau


kehamilan ektopik terganggu

terdapat kemungkinan penyakit akan semakin parah bila dilakukan rawat


jalan

The Power of PowerPoint | thepopp.com 20


Indikasi rawat inap, terapi parenteral dan pembedahan
Ross J, Guaschino S, Cusini M, Jensen J. 2017 European guideline for the management of pelvic inflammatory disease. Int J STD AIDS. 2017:95646241774409.
doi:10.1177/0956462417744099

dugaan abses pada rongga panggul pasien tidak mau atau tidak menaati
rejimen pengobatan bila dilakukan
rawat jalan

pasien sedang hamil kegagalan pengobatan saat rawat


jalan

The Power of PowerPoint | thepopp.com 21


Pengobatan PID Rawat Jalan
Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili S, Dr.dr. Wresti Indriatmi, SpKK(K) ME, dr. Farida Zubier S, dr. Hanny Nilasari S. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. (Jakarta, ed.).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2015. doi:351.077 Ind r

The Power of PowerPoint | thepopp.com 22


Pengobatan PID Rawat Inap
Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili S, Dr.dr. Wresti Indriatmi, SpKK(K) ME, dr. Farida Zubier S, dr. Hanny Nilasari S. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. (Jakarta, ed.).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2015. doi:351.077 Ind r

The Power of PowerPoint | thepopp.com 23


Rekomendasi Terapi Parenteral
Centers for Disease Control and Prevention. Pelvic Inflammatory Disease (PID) - 2015 STD Treatment Guidelines. Sex Transm Dis. 2015;64(No. RR-3):1-137.

Rekomendasi Terapi Parenteral A Rekomendasi Terapi Parenteral B


1. Sefotetan 2 g intravena 1. Klindamisin 900 mg setiap 8 jam
ditambah
setiap 12 jam atau
2. Gentamisin dosis muatan
2. Sefoksitin 2 g intravena intravena atau intramuskuler (2
setiap 6 jam ditambah mg/kg berat badan) diikuti
dengan dosis pemeliharaan (1,5
3. Doksisiklin 100 mg oral mg/kg berat badan) setiap 8jam.
atau parental setiap 12 Dapat digantikan dengan dosis
jam tunggal harian.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 24


Rekomendasi Terapi Parenteral
Centers for Disease Control and Prevention. Pelvic Inflammatory Disease (PID) - 2015 STD Treatment Guidelines. Sex Transm Dis. 2015;64(No. RR-3):1-137.

Terapi parenteral alternatif


Tiga terapi alternatif telah dicoba dan mereka mempunyai cakupan
spektrum yang luas.
1. Levofloksasin 500 mg intravena 1x sehari dengan atau tanpa
metronidazol 500 mg intravena setiap 8 jam atau.
2. Ofloksasin 400 mg intravena setiap 12 jam dengan atau tanpa
metronidazol 500 mg intravena setiap 8 jam.
3. Ampisilin/sulbaktam 3 g intravena setiap 6 jam ditambah doksisiklin 100
mg oral atau intravena setiap 12 jam.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 25
PROGNOSIS
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

Pasien PID yang Tingkat penyembuhan


didiagnosa dan diterapi klinis dan mikrobiologis
secara cepat dan tepat 80 -100 %

Pasien PID yang memiliki


kondisi komorbid :
• Infeksi HIV
• Kehamilan
• IUD Prognosis Buruk
• Riwayat Pelvic Inflamatory Disease
sebelumnya
• Abses tubo-ovarium

The Power of PowerPoint | thepopp.com 26


KOMPLIKASI
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

Nyeri panggul kronis Infertilitas Kehamilan ektopik


PROGRAM PENAPISAN
MENCEGAH INFEKSI
PENYAKIT MENULAR
MENULAR SEKSUAL
SEKSUAL

MENGGUNAKAN
KONTRASEPSI ORAL
KONDOM

UPAYA PENCEGAHAN

28
Brusch JL. 2014. Infective endocarditis. [Online]. Diakses pada 1 Maret 2018. Tersedia dalam http://emedicine.medscape.com/article/216650-
overview#showall
3

PENUTUP
RINGKASAN
PELVIC INFLAMATORY DISEASE

Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah penyakit infeksi dan inflamasi pada traktus
reproduksi bagian atas, termasuk uterus, tuba falopi, dan struktur penunjang pelvis. Di Indonesia,
insiden PID diperkirakan lebih dari 850.000 kasus baru setiap tahun. N. Gonorrhea dan C.
Trachomatis merupakan agen etiologi utama dari PID. Sebagian besar kasus PID terjadi dalam 2
tahap. Tahap pertama adalah akuisisi infeksi vagina atau leher rahim (servikal). Tahap kedua
adalah naiknya langsung mikroorganisme dari vagina atau servikal ke saluran genital bagian atas,
dengan infeksi dan peradangan pada struktur ini. Adapun manifestasi klinis PID meliputi tegang
nyeri abdomen bagian bawah, tegang nyeri adneksa unilateral dan bilateral, tegang nyeri pada
pergerakan servik. Penegakan diagnosis PID dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosis banding PID : apendisitis akut, endometriosis dan lain-lain.
Menurut Pedoman Nasional Tatalaksana IMS Kemenkes RI, harus efektif dan memiliki spektrum
yang luas terhadap semua kuman penyebab. Pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya
adalah dengan peningkatan edukasi masyarakat, deteksi dini, serta penanganan yang tepat
terhadap infeksi chlamidya.

30
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai