LONG CASE
Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta
Diajukan Kepada:
dr. Kiswarjanu, Sp.A
Disusun Oleh:
Andi Fauziyar Octaviany
20164011068
IDENTITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case
I. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien
A. Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan anak mulai demam sejak 7 hari SMRS. Demam muncul pada hari Rabu
sore jam + 17.00 WIB. Anak diberikan obat penurun panas secara rutin per 4 jam dan di
ukur suhunya dengan thermometer, serta di berikan nebulizer ventolin 1 respul saat anak
sesak. Batuk (+), pilek (+), mual (-), muntah (+) tadi malam 3 kali, bab (+) terakhir kon-
sistensi cair, bak (+) terakhir jam 09.00 WIB, nyeri perut (+), makan (+) menurun.
Anak pernah diperiksakan ke IGD RS Jogja hari Jumat (tgl 3-04-2017), dilakukan cek la-
boratorium darah rutin dan mendapat obat domperidon. Keesokan harinya periksa lagi ke
dokter umum dan mendapatkan obat cefixime, ambroxol, dan paracetamol. Hari Rabu
2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case
(tanggal 11-04-2017) pagi periksa ke dokter spesialis anak dan mendapatkan obat cefixime,
lameson, sumagesik, meptin. Oleh dokter spesialis disarankan ke IGD besok jika anak
masih panas.
Pagi ini (Kamis, 12-04-2017) ke IGD RS Jogja karena masih demam. Dilakukan pemerik-
saan Tubex TF dan hasilnya +6. Pasien kemudian di rawat inap di hari yang sama.
E. Pedigree
3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case
Kesan: pasien merupakan anak pertama dari pasangan ayah berumur 37 tahun dan ibu berusia
36 tahun. Ada riwayat penyakit keluarga yang diturunkan yakni penyakit atopic. Namun, tidak
berhubungan dengan penyakit utama yang dirasakan pasien.
F. F. Riwayat Pribadi
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Kehamilan
Pasien adalah anak pertama dari ibu berusia 25 tahun pada kehamilan yang per-
tama pada saat itu, G2P0A1, UK 40 minggu. Kontrol rutin Ante Natal Care (ANC)
selama kehamilan dilakukan di bidan dan di dokter spesialis obsterik dan
ginekologi. Pada trimester I dilakukan 3 kali kunjungan, Trimester II dilakukan 2
kali kunjungan, trimester III, 3 kali kunjungan. Ibu pernah melakukan USG ab-
domen dan didapatkan hasil janin tunggal, normal. Menurut ibu, imunisasi TT ibu
saat calon pengantin dilakukan sebulan sebelum pernikahan. Setelah hamil, ibu
tidak mendapat imunisasi TT lagi sebab saat masih SD ibu sudah mendapatkan
imunisasi TT. Multivitamin, folat serta tablet besi dikonsumsi dari awal bulan ke-
hamilan hingga melahirkan. Ibu mengkonsumsi 1 kali 1 tablet per hari. Ibu menya-
takan rutin minum susu ibu hamil selama mengandung. Keluhan selama hamil
yaitu mual (+) dan muntah (+) saat trimester pertama, kaki bengkak (+) hipertensi
(-), pusing (-), batuk (+), pilek (+), ruam-ruam (-). Kebiasaan selama hamil: mi-
num jamu/obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter/bidan (-), konsumsi
alkohol (-), suami merokok di rumah (-). Asupan makanan cukup, ibu makan 3 x
sehari selama hamil. Selama hamil ibu sering mengkonsumsi sayur, buah dan dag-
ing merah. Kenaikan berat badan selama hamil 10 kg (berat badan sebelum hamil
58 kg, berat badan setelah hamil 68 kg). Kehamilan merupakan kehamilan yang
diharapkan.
b. Riwayat Persalinan
Ibu hamil aterm. Persalinan dengan sectio caesaria ditolong oleh dokter spesialis
kandungan di RSUD Jogja atas indikasi ketuban pecah dini dan kala II tak maju.
Usia kehamilan 40 minggu dengan BBL: 3550 gram, PB 50 cm, lingkar kepala 33
4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case
cm, lingkar dada, dan lingkar lengan atas tidak diketahui. Saat lahir, bayi menangis
kuat, IMD (-), injeksi vitamin K (+), salep mata (+), imunisasi HB0 (+).
Kesan: Riwayat kehamilan baik . riwayat persalinan baik, riwayat pasca persalinan
baik
2. Riwayat Makanan
3.
5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case
6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case
4. Imunisasi
7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case
- Ekonomi : Ibu dan ayah menanggung biaya hidup keluarga inti. Pendapatan digunakan
sepenuhnya untuk menghidupi keluarga inti yaitu ayah, ibu, dan 3 orang anak. Setiap
bulannya keluarga dapat menabung. Ayah dan ibu pasien tinggal di rumah bersama
orang tua dari ibu pasien
- Lingkungan : Keluarga menempati rumah orang tua dari ayah pasien dengan 7 anggota
keluarga di dalamnya, terdiri atas pasien, ayah, ibu, kakek, nenek dan dua orang adik
pasien. Keluarga tinggal di rumah yang sederhana dengan ventilasi yang cukup. Di
rumah menggunakan air bersih. Lingkungan sekitar rumah bersih, tidak ada selokan
yang tergenang.
Kesan: Kondisi sosial baik, kondisi ekonomi baik, kondisi lingkungan baik.
F. Anamnesis Sistem
a. Sistem saraf pusat : demam ( + ), kejang ( - ), penurunan kesadaran ( - ).
b. Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan.
c. Sistem respirasi : sesak napas ( + ), batuk ( + ), pilek ( - ).
d. Sistem gastrointestinal : muntah ( + ), diare ( - ), nyeri perut ( + ), asites ( - ).
8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case
9
a. Berat Badan : 41 kg
b. Tinggi Badan : 90 cm
C. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut,bentol bentol di dahi.
- Mulut : Sianosis (-), bibir kering (+), Lidah kotor (+), gusi berdarah ( - )
b. Thorax
- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak.
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/ suara nafas vesikuler (+ / +), ST
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
C/ S1 S2 reg (+), bising ( - )
c. Abdomen
- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan (+), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas
kembali cepat
d. Ekstremitas
Akral hangat, nadi kuat, perfusi baik, gerakan bebas, eutrofi, bentol – bentol kedua tungkai
bawah.
5/5/5 5/5/5
e. Pemeriksaan Reflek
- Reflek fisiologis : bisep ( +/+ ), trisep ( +/+ ), patella ( +/+ ), achilles ( +/+ ).
- Reflek patologis : hoffman ( -/- ), tromner ( -/- ),babinski (-),chaddok ( - ),oppenheim ( -).
HEMATOLOGI
12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
Differential Telling
13
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
Tubex TF 6 IMBI
IV.
Kesan: Leukopeni dan trombositopeni dengan penurunan jumlah monosit dan Tubex TF +6
V. PLANNING
A. Medikamentosa
- L-Bio 1 x 1 sach
- Obat meptin mini 2 x 1 tab dari dr. Sp. A waktu kontrol sebelumnya —> dilanjutkan
- Bedrest total
B. Diet
- Diet TKTP
14
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Kebutuhan gizi:
2. Protein : 45,15 gr
3. Lemak : 39,27 gr
4. KH : 219,99 gr
C. Monitoring
- Cek at / hmt
D. Edukasi
- Membatasi pengunjung
VI. PROGNOSIS
Dubia at bonam
- Alloanamnesis dengan ibu : demam (+), batuk (+) kadang-kadang, pilek (-), muntah (+)
tiga kali kemarin malam, nyeri perut (+), BAK (+), BAB (+) cair satu kali, ma/mi (+).
15
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
OBJEKTIF
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
a. Kesan : Tampak lemes
b. Kesadaran : Kompos mentis
B. Tanda Utama
1. Suhu : 38,6 oC
2. Napas
a. Laju : 26x/menit
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 90x/menit
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama di setiap ekstremitas
C. Pemeriksaan Khusus
f. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
g. Thorax
- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak, tipe
16
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
abdominothoracal, retraksi ( - )
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/suara nafas vesikuler ( + / + ) , ST (-)
C/ S1 S2 reguler (+), bising ( - )
h. Abdomen
- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan ( + ), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas
kembali cepat
i. Ekstremitas
ASSESSMENT
(Diagnosis Kerja)
Demam Tifoid
PLANNING
17
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Infus D5 1/2 NS 20 tpm
- Lacto B 2 x 1 sach
- Monitor KU / VS
- Alloanamnesis dengan ibu : demam (+), batuk (+) sudah berkurang, pilek (-), muntah
(-), nyeri perut (+), BAK (+), ma/mi (+).
OBJEKTIF
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
a. Kesan : Tampak lemes
b. Kesadaran : Kompos mentis
B. Tanda Utama
1. Suhu : 36,4 oC
2. Napas
a. Laju : 28x/menit
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 104x/menit
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama di setiap ekstremitas
C. Pemeriksaan Khusus
f. Kepala
18
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
g. Thorax
- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak, tipe
abdominothoracal, retraksi ( - )
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/suara nafas vesikuler ( + / + ) , ST (-)
C/ S1 S2 reguler (+), bising ( - )
h. Abdomen
- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan ( - ), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas
kembali cepat
i. Ekstremitas
19
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
ASSESSMENT
(Diagnosis Kerja)
Demam Tifoid
PLANNING
- Lacto B 2 x 1 sach
- Monitor KU / VS
- Alloanamnesis dengan ibu : demam (+), batuk (+), pilek (-), muntah (-), nyeri perut (-
), BAK (+), BAB (+), ma/mi (+).
OBJEKTIF
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
a. Kesan : Tampak lemes
b. Kesadaran : Kompos mentis
20
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
B. Tanda Utama
1. Suhu : 37,9 oC
2. Napas
a. Laju : 30x/menit
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 108x/menit
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama di setiap ekstremitas
C. Pemeriksaan Khusus
f. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
g. Thorax
- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak, tipe
abdominothoracal, retraksi ( - )
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/suara nafas vesikuler ( + / + ) , ST (-)
C/ S1 S2 reguler (+), bising ( - )
h. Abdomen
21
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Inspeksi : distensi ( - ) datar (+)
- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan ( - ), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas
kembali cepat
i. Ekstremitas
ASSESSMENT
(Diagnosis Kerja)
Demam Tifoid
PLANNING
- Lacto B 2 x 1 sach
22
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Monitor KU / VS
- Alloanamnesis dengan ibu : demam (-), batuk (+), pilek (-), mual (-), muntah (-), nyeri
perut (-), BAK (+), BAB (-) terakhir kemarin , ma/mi (+).
OBJEKTIF
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
a. Kesan : Baik
b. Kesadaran : Kompos mentis
B. Tanda Utama
1. Suhu : 37 oC
2. Napas
a. Laju : 37 x/menit
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 96 x/menit
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama di setiap ekstremitas
C. Pemeriksaan Khusus
f. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
23
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Mata : edema palpebra( - / - ) conjungtiva anemis ( - / - ), sklera ikterik ( - / - )
g. Thorax
- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak, tipe
abdominothoracal, retraksi ( - )
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/suara nafas vesikuler ( + / + ) , ST (-)
C/ S1 S2 reguler (+), bising ( - )
h. Abdomen
- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan ( - ), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas
kembali cepat
i. Ekstremitas
24
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
ASSESSMENT
(Diagnosis Kerja)
Demam Tifoid
PLANNING
- Besok BLPL
DEMAM TIFOID
A. DEFINISI
Suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa
keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi
ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch.
25
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
B. EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid masih merupakan masalah yang penting di berbagai negara sedang berkem-
bang. Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia ini sangat sukar ditentukan, sebab
penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinisnya sangat luas. Di-
perkirakan angka kejadian dari 150/100.000/tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000/ta-
hun di Asia. Umur penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis) dilaporkan antara
3 - 19 tahun mencapai 91% kasus. Sebgaian besar kasus terjadi pada anak berusia > 5 tahun,
tetapi gejala dan tanda klinisnya masih sangat luas, sehingga sukar didiagnosis.
Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai natural reservoir).
Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat mengekskresikannya melalui sekret salu-
ran nafas, urin, dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi. Salmonella typhi yang
berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di daam
air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi, S. typhi hanya
dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage dan mudah dimatikan dengan klorinasi
dan pasteurisasi (T: 36 ^C).
Terjadinya penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui minuman / makanan yang
tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar
bersama-sama dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal). Dapat juga terjadi
transmisi trasnsplasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakteremia kepada
bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro-fekal dari seorang ibu pembawa kuman pada
saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal dari laboratorium
penelitian.
B. ETIOLOGI
Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gram-negatif, mempu-
nyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai an-
tigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari
protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromole-
26
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
kular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan di-
namakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang beri-
katan dengan reistensi terhadap multipel antibiotik.
Sekitar 95% kasus demam tifoid di Indonesia disebabkan oleh Salmonella typhi, sementara
sisanya disebabkan oleh Salmonella paratyphi. Keduanya merupakan bakteri gram negatif.
Masa inkubasinya sekitar 10-14 hari.
C. PATOGENESIS
Bakteri awalnya masuk bersama makanan hingga mencapai epitel usus halus (ileum) dan
menyebabkan inflamasi lokal, fagositosis, serta pelepasan endotoksin di lamina propria.
Bakteri kemudian menembus dinding usus hingga mencapai jaringan limfoid ileum yang
disebut plak peyeri. Dari tempat tersebut, bakteri dapat masuk ke aliran limfe mesenterika
hingga ke aliran darah (bakteremia I) bertahan hidup dan mencapai jaringan retikuloen-
dotelial (hepar, limpa, sumsum tulang) untuk bermultiplikasi memproduksi enterotoksin
yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus yang menyebabkan keluarnya el-
ektrolit dan air ke lumen interstinal. Selanjutnya, bakteri kembali beredar ke sirkulasi sis-
temik (bakteremia II) dan menginvasi organ lain, baik intra- maupun ekstraintestinal.
27
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
D. TANDA DAN GEJALA
• Fase invasi. Demam ringan, naik secara bertahap, terkadang suhu malam lebih
tinggi dibanding suhu pagi hari. Gejala lainnya adalah nyeri kepala, rasa tidak nya-
man pada saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, batuk, lemas, konstipasi
• Di akhir minggu pertama, demam telah mencapai suhu tertinggi dan akan konstan
tinggi selama minggu kedua. Tanda lainnya adalah bradikardi relatif, pulsasi dik-
trotik, hepatomegali, splenomegali, lidah tifoid (dibagian tengah kotor, ditepi
hiperemis), serta diare dan konstipasi
• Pada saat demam sudah tinggi dapat disertai gejala sistem saraf pusat, seperti
kesadaran berkabut atau delirium atau obtundasi, atau penurunan kesadaran mulai
dari apatis sampai koma
• Stadium evolusi. Demam mulai turun perlahan, tetapi dalam waktu yang cukup
lama. Dapat terjadi komplikasi perforasi usus. Pada sebagian kasus, bakteri masih
ada dalam jumlah minimal (menjadi karier kronis)
• Dapat juga dijumpai penderita demam tifoid yang datang dengan syok hipovolemik
sebagai akibat kurangnya masukan cairan dan makanan. Gejala gastrointestinal
pada kasus demam tifoid sangat bervariasi. Pasien dapat mengeluh diare, obstipasi,
kemudian disusul episode diare, pada sebagian pasien lidah tampak kotor dengan
putih di tengah sedangkan tepi dan ujungnya kemerahan.
• Red spot, suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1-5 mm,
seringkali dijumpai pada daerah abdomen, thoraks, ekstremitas dan punggung pada
orang kulit putih. Ruam ini muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2- 3 hari.
28
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
E. DIAGNOSIS
- Terlihat jelas sakit dan kondisi serius tanpa sebab yang jelas
- Delirium
- Hepatosplenomegali
- Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
- Dapat timbul dengan tanda yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermi.
Diagnosis dini demam tifoid dan pemberian terapi yang tepat bermanfaat untuk menda-
patkan hasil yang cepat dan optimal sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.
Pengetahuan mengenai gambaran klinis penyakit sangat penting untuk membantu men-
deteksi dini penyakit ini.8 Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan tambahan
dari laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.
Gambaran darah tepi pada permulaan penyakit dapat berbeda dengan pemeriksaan pada
keadaan penyakit yang lanjut. Pada permulaan penyakit, dapat dijumpai pergeseran hitung
jenis sel darah putih ke kiri, sedangkan pada stadium lanjut terjadi pergeseran darah tepi
29
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
ke kanan (limfositosis relatif). Ciri lainyang sering ditemukan pada gambaran darah tepi
adalah aneosino lia (menghilangnya eosino l).
• Isolasibakteri
Kultur darah merupakan gold standard metode diagnostik dan hasilnya positif pada 60-
80% dari pasien, bila darah yang tersedia cukup (darah yang diperlukan 15 mL untuk
pasien dewasa). Untuk daerah endemik di- mana sering terjadi penggunaan antibiotik yang
tinggi, sensitivitas kultur darah rendah (hanya 10-20% kuman saja yang terdeteksi).
Peran pemeriksaan Widal (untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen Salmonella typhi)
masih kontroversial. Biasanya antibodi antigen O dijumpai pada hari 6-8 dan antibodi ter-
hadap antigen H dijumpai pada hari 10-12 setelah sakit. Pada orang yang telah sembuh,
antibodi O masih tetap dapat dijumpai setelah 4-6 bulan dan antibodi H setelah 10-12 bu-
lan.8 Karena itu, Widal bukanlah pemeriksaan untuk menentukan kesembuhan penya- kit.8
Diagnosis didasarkan atas kenaikan titer sebanyak 4 kali pada dua pengambilan berse- lang
beberapa hari atau bila klinis disertai hasil pemeriksaan titer Widal di atas rata-rata titer
orang sehat setempat.
Pemeriksaan Tubex dapat mendeteksi antibodi IgM. Hasil pemeriksaan yang positif
menun- jukkan adanya infeksi terhadap Salmonella. Antigen yang dipakai pada pemerik-
saan ini adalah O9 dan hanya dijumpai pada Salmo- nella serogroup D.
Pemeriksaan lain adalah dengan Typhidot yang dapat mendeteksi IgM dan IgG. Terde-
teksinya IgM menunjukkan fase akut demam tifoid, sedangkan terdeteksinya IgG dan IgM
menunjukkan demam tifoid akut pada fase pertengahan. Antibodi IgG dapat menetap
selama 2 tahun setelah infeksi, oleh karena itu, tidak dapat untuk membedakan antara kasus
akut dan kasus dalam masa penyembuhan.
30
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
F. DIAGNOSIS BANDING
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang secara klinis dapat
menjadi diagnosis bandingnya, yaitu influenza, gastroenteritis, bronkitis, dan bronkopneu-
monia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraselular seperti tu-
berkulosis, infeksi jamur sistemik, bruselosis, tularemia, shigelosis dan malaria juga perlu
dipikirkan. Pada demam tifoid yang berat, sepsis, leukemia, limfoma, dan penyakit Hodg-
kin dapat sebagai diagnosis banding.
G. TATALAKSANA
1. Suportif : Tirah baring, isolasi memadai, serta kebutuhan cairan dan kalori yang ad-
ekuat. Berikan diet makanan lunak (mudah dicerna) dan tidak berserat. Stelah demam menurun,
berikan makanan yang lebih padat dengan kalori terpenuhi sesuai kebutuhan
31
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
2. Medikamentosa
a. Antibiotik
LINI I
- Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari per oral atau intravena, dibagi dalam 4 dosis, selama 10-14
hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun. Kloramfenikol tidak diberikan apabila leukosit <
2000/mikroL
- Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari per oral atau intravena selama 10 hari
- Kotrimoksazol (Sulfamethoxazol/TMP) 6-8 mg/kgBB/hari 3 bulan 7 hari dibagi 2 dosis.
32
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
mg/kgBB/hari intravena; dibagi 3 dosis, hingga kesadaran membaik.
- Pertimbangkan transfusi darah pada kasus perdarahan saluran cerna.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi demam tifoid termasuk kejang, ensefalopati, perdarahan dan perforasi usus,
peritonitis, koma, diare, dehidrasi, syok septik, miokarditis, pneumonia, osteomielitis dan
anemia. Pada bayi muda, dapat pula terjadi syok dan hipotermia.
Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 - 3 %, sedangkan perdarahan usus
pada 1 -10% kasus demam tifoid anak. Penyulit ini biasanya terjadi pada minggu ke-3 sakit,
walau pernah dilaporkaan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi didahului dengan
penurunan suhu, tekanan darah, dan peningkatan frekuensi nadi. Pada perforasi usus halus
ditandai oleh nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan bawah akan tetapi dilaporkan juga
nyeri yang menyelubung. Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan abdomen,
defance muskulare, hilangnya keredupan hepar dan tanda-tanda peritonitis lainnya.
H. PROGNOSIS
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi,
I. PENCEGAHAN
33
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
Daftar Pustaka
Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, penyunt-
ing. Pedoman pelayanan medis IDAI. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011.
Cleary TG. Salmonella. DAlam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman
RE, penyunting. Nelson’s textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia; Else-
vier Saunders; 2011.
Sumarmo SPS, Herry G, Sri RSH, Hindra IS, penyunting. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.
World Health Organization. (2009). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit. Departement of Child and Andolescent Health and Development (CAH).
IDAI, 2010. Konsensus tatalaksana demam tifoid . dr. Mustarim, Sp.A, Bag. Anak RSUD
Raden Mattaher Jambi, kegawatdaruratan pada anak.
Hassan R., Alatas H., 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Hal: 614-615.
Pudjiadi A. H., Hegar B., Handryastuti S., Idris N. S., Gandaputra E. P., Harmoniati E. D.,
2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Hal: 141-145.
Behrman RE, Kliegman RM, Nelson WE, Vaughan III VC. Typhoid fever. Nelson text-
book of pediatrics, edisi ke-14 Philadelphia: WB Sauders Co, 1992.h.731-34
Cleary TG, Salmonella species. Dalam: Long (penyunting). Principles and practice of pe-
diatric infectious disease, edisi ke-3. New York: Churchill Livingstone,
2003.h.830-5
34
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
35