Anda di halaman 1dari 35

UJIAN AKHIR BAGIAN

LONG CASE
Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta

Diajukan Kepada:
dr. Kiswarjanu, Sp.A

Disusun Oleh:
Andi Fauziyar Octaviany
20164011068

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
A. Penjelasan Kasus

IDENTITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case

I. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien
A. Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan anak mulai demam sejak 7 hari SMRS. Demam muncul pada hari Rabu
sore jam + 17.00 WIB. Anak diberikan obat penurun panas secara rutin per 4 jam dan di
ukur suhunya dengan thermometer, serta di berikan nebulizer ventolin 1 respul saat anak
sesak. Batuk (+), pilek (+), mual (-), muntah (+) tadi malam 3 kali, bab (+) terakhir kon-
sistensi cair, bak (+) terakhir jam 09.00 WIB, nyeri perut (+), makan (+) menurun.
Anak pernah diperiksakan ke IGD RS Jogja hari Jumat (tgl 3-04-2017), dilakukan cek la-
boratorium darah rutin dan mendapat obat domperidon. Keesokan harinya periksa lagi ke
dokter umum dan mendapatkan obat cefixime, ambroxol, dan paracetamol. Hari Rabu

2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case

(tanggal 11-04-2017) pagi periksa ke dokter spesialis anak dan mendapatkan obat cefixime,
lameson, sumagesik, meptin. Oleh dokter spesialis disarankan ke IGD besok jika anak
masih panas.
Pagi ini (Kamis, 12-04-2017) ke IGD RS Jogja karena masih demam. Dilakukan pemerik-
saan Tubex TF dan hasilnya +6. Pasien kemudian di rawat inap di hari yang sama.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat mondok sebelumnya (+)
 Tahun 2010, Usia 0-4 hari karena lahir SC di RS Jogja.
 Tahun 2014, Usia 8 tahun karena tindakan tonsilektomi. Mondok selama 3 hari di
RS Jogja
2. Riwayat alergi (-)
3. Riwayat operasi (+)
Operasi tonsilektomi
4. Riwayat batuk lama (-)
5. Riwayat kejang (-)
6. Riwayat diare (-)
7. Riwayat sesak napas (+)
Sesak nafas jika asma kambuh, didiagnosis asma saat usia 3 tahun..Saat usia dibawah 5
tahun, rerata asma. kambuh 1 kali dalam sebulan.. Lima tahun terakhir, asma sudah ja-
rang kambuh. Setahun terakahir asma kambuh 1 kali. Pasien juga tidak minum obat pen-
gendali.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat hipertensi : Nenek (+) dari ayah
- Riwayat DM : Kakek (+) dari ayah
- Riwayat ASMA : kedua adik (+)

E. Pedigree

3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case

Kesan: pasien merupakan anak pertama dari pasangan ayah berumur 37 tahun dan ibu berusia
36 tahun. Ada riwayat penyakit keluarga yang diturunkan yakni penyakit atopic. Namun, tidak
berhubungan dengan penyakit utama yang dirasakan pasien.

F. F. Riwayat Pribadi
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Kehamilan
Pasien adalah anak pertama dari ibu berusia 25 tahun pada kehamilan yang per-
tama pada saat itu, G2P0A1, UK 40 minggu. Kontrol rutin Ante Natal Care (ANC)
selama kehamilan dilakukan di bidan dan di dokter spesialis obsterik dan
ginekologi. Pada trimester I dilakukan 3 kali kunjungan, Trimester II dilakukan 2
kali kunjungan, trimester III, 3 kali kunjungan. Ibu pernah melakukan USG ab-
domen dan didapatkan hasil janin tunggal, normal. Menurut ibu, imunisasi TT ibu
saat calon pengantin dilakukan sebulan sebelum pernikahan. Setelah hamil, ibu
tidak mendapat imunisasi TT lagi sebab saat masih SD ibu sudah mendapatkan
imunisasi TT. Multivitamin, folat serta tablet besi dikonsumsi dari awal bulan ke-
hamilan hingga melahirkan. Ibu mengkonsumsi 1 kali 1 tablet per hari. Ibu menya-
takan rutin minum susu ibu hamil selama mengandung. Keluhan selama hamil
yaitu mual (+) dan muntah (+) saat trimester pertama, kaki bengkak (+) hipertensi
(-), pusing (-), batuk (+), pilek (+), ruam-ruam (-). Kebiasaan selama hamil: mi-
num jamu/obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter/bidan (-), konsumsi
alkohol (-), suami merokok di rumah (-). Asupan makanan cukup, ibu makan 3 x
sehari selama hamil. Selama hamil ibu sering mengkonsumsi sayur, buah dan dag-
ing merah. Kenaikan berat badan selama hamil 10 kg (berat badan sebelum hamil
58 kg, berat badan setelah hamil 68 kg). Kehamilan merupakan kehamilan yang
diharapkan.

b. Riwayat Persalinan
Ibu hamil aterm. Persalinan dengan sectio caesaria ditolong oleh dokter spesialis
kandungan di RSUD Jogja atas indikasi ketuban pecah dini dan kala II tak maju.
Usia kehamilan 40 minggu dengan BBL: 3550 gram, PB 50 cm, lingkar kepala 33

4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case

cm, lingkar dada, dan lingkar lengan atas tidak diketahui. Saat lahir, bayi menangis
kuat, IMD (-), injeksi vitamin K (+), salep mata (+), imunisasi HB0 (+).

c. Riwayat Pasca Persalinan


Ibu selamat dan bayi sehat. BAB/BAK bayi < 24 jam setelah lahir. Bayi bergerak
aktif (+) dan menangis kuat (+), kuning (-), demam (-). Bayi menetek kuat (+). Netek
ASI dilakukan pada hari kedua, 24 jam pertama bayi diberi ASI perah. Dilakukan
rawat gabung pada hari kedua .

Kesan: Riwayat kehamilan baik . riwayat persalinan baik, riwayat pasca persalinan
baik

2. Riwayat Makanan

Usia Jenis Makanan Frekuensi

0-5 bulan ASI & susu formula Sesuka bayi

MPASI(bubur instan/bubur 2 kali sehari


5-9 bulan susu/tim/nasi dilunakkan)
Susu formula Sesuka bayi

Nasi (tidak dilunakkan) dan buah- 3 kali sehari


10 bulan
buahan

Nasi + sayur + ayam/daging 3 kali sehari


12-24 bulan
Susu Morinaga

2 thn - Nasi + sayur + ayam/daging


sekarang Semua jenis susu

3.

3. Perkembangan dan Kepandaian

5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case

Pasien rutin ke Posyandu selama pemeriksaan di posyandu, tidak terdapat keterlambatan


pertumbuhan dan perkembangan

Jenis Pencapaian Perkembangan dan Kepandaian

Motorik Kasar 3 bulan Menahan barang yang dipegang


4 bulan Menegakkan kepala saat tengkurap
6 bulan Mengangkat dada dengan bertopang tan-
gan
8 bulan Duduk, tengkurep dan berbalik sendiri
10 bulan Berjalan sendiri
18 bulan Naik turun tangga
2 tahun Melompat
3 tahun Memanjat
4 tahun Berjalan-jalan mengunjungi tetangga
5 tahun Suka berlari
7 tahun Bersepeda
8 tahun Bermain sepak bola
12 tahun Berenang

Motorik Halus 3 bulan Mengikuti objek dengan matanya


4 bulan Mengambil benda-benda didekatnya
7 bulan Menggenggam mainan
8 bulan Memindahkan benda dari satu tangan ke
tangan yang lain
12 bulan Mengambil benda kecil
18 bulan Memegang pensil
20 bulan Membuat coret-coretan
2 tahun Menggambar lingkaran
3,5 - 4 tahun Mulai memakai baju dan makan sendiri
6 - 12 tahun Menyikat gigi, menyisir rambut sendiri,
menulis dan menggambar di sekolah

6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case

Bicara 1 bulan Mengeluarkan suara


8 bulan Tertawa dan berteriak
9 bulan Mengeluarkan suara ma…ma…
12 bulan Mengucapkan satu kata (mama)
18 bulan Sudah mengucapkan > 10 kata
2 tahun Membuat kalimat dengan dua kata
3 tahun Banyak bertanya
4 tahun Membuat kalimat lengkap
5 tahun Bercerita, menyebut hari-hari dalam
seminggu
8 tahun – 12 tahun Menjadi pembaca saat petugas upacara

Sosial 3 bulan Mengenal ibunya dengan melihat, men-


cium dan mendengar
4 bulan Bisa diajak tersenyum
7 bulan Bisa diajak bermain
18 bulan Menjawab pertanyaan
2 tahun Meniru melakukan pekerjaan rumah
2,5 tahun Bermain dengan tetangga
3 tahun Mencuci tangan
3,5 tahun Mencoba memakai baju dan makan
sendiri
4 – 12 tahun Berinteraksi dengan teman sebaya dan
guru di sekolah

4. Imunisasi

IMUNISASI STATUS KETERANGAN

HB0 ( + ) 1x Umur 0 hari

BCG ( + ) 1x Umur 1 bulan

Polio ( + ) 3x Umur 2, 4, 6 bulan

DPT/HB ( + ) 3x Umur 2, 4, 6 bulan

Campak (+) 2x Umur 9 dan 24 bulan


5.

7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case

5. Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan


- Sosial : hubungan pasien dengan tetangga terjalin dengan baik. Keluarga hidup dengan
rukun. Pasien sering bermain bersama tetangga. Interaksi ayah ibu, kakek, nenek dan
adik baik. Seluruh keluarga serumah hidup rukun.

- Ekonomi : Ibu dan ayah menanggung biaya hidup keluarga inti. Pendapatan digunakan
sepenuhnya untuk menghidupi keluarga inti yaitu ayah, ibu, dan 3 orang anak. Setiap
bulannya keluarga dapat menabung. Ayah dan ibu pasien tinggal di rumah bersama
orang tua dari ibu pasien

- Lingkungan : Keluarga menempati rumah orang tua dari ayah pasien dengan 7 anggota
keluarga di dalamnya, terdiri atas pasien, ayah, ibu, kakek, nenek dan dua orang adik
pasien. Keluarga tinggal di rumah yang sederhana dengan ventilasi yang cukup. Di
rumah menggunakan air bersih. Lingkungan sekitar rumah bersih, tidak ada selokan
yang tergenang.

Kesan: Kondisi sosial baik, kondisi ekonomi baik, kondisi lingkungan baik.

F. Anamnesis Sistem
a. Sistem saraf pusat : demam ( + ), kejang ( - ), penurunan kesadaran ( - ).
b. Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan.
c. Sistem respirasi : sesak napas ( + ), batuk ( + ), pilek ( - ).
d. Sistem gastrointestinal : muntah ( + ), diare ( - ), nyeri perut ( + ), asites ( - ).

8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 Long Case

e. Sistem urogenital : tidak ada keluhan.


f. Sistem integumentum : tidak ada keluhan.
g. Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan.

II. PEMERIKSAAN FISIK


DI BANGSAL ANGGREK G1 (12 April 2017, Pukul 20.00 WIB) HMRS
A. Keadaan Umum
1. Kesan : tampak lesu
2. Kesadaran : kompos mentis
3. Status Gizi : cukup

9
a. Berat Badan : 41 kg
b. Tinggi Badan : 90 cm

Indikator Z-score Kesimpulan

IMT/U <- 2 SD Normal

BB/U <-1 SD Normal

TB/U < - 1 SD Normal

BB/TB > -2 SD Normal


c. IMT : 16
B. Tanda Utama
1. Suhu : 37,4oC
2. Napas
a. Laju : 36 x/menit
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 104 x/menit
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama disetiap ekstremitas
4. SpO2 : 98%

C. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut,bentol bentol di dahi.

- Mata : Edema palpebral ( - / - ), conjungtiva anemis ( - / - ), sklera ikterik ( - / - )

mata cowong -/-

- Telinga : Simetris, discharge ( - )

- Hidung : Rhinorrhea ( - ), epitaksis ( - )

- Mulut : Sianosis (-), bibir kering (+), Lidah kotor (+), gusi berdarah ( - )

b. Thorax

- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak.
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/ suara nafas vesikuler (+ / +), ST
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
C/ S1 S2 reg (+), bising ( - )
c. Abdomen

- Inspeksi : Datar (+)

- Auskultasi : Bising usus ( + ) normal, metalic sound ( - )

- Perkusi : Timpani ( + ), shifting dullness ( - ), undulasi ( - ) kesan ascites (-)

- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan (+), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas

kembali cepat

d. Ekstremitas

Akral hangat, nadi kuat, perfusi baik, gerakan bebas, eutrofi, bentol – bentol kedua tungkai
bawah.

Kekuatan 5/5/5 5/5/5

5/5/5 5/5/5

e. Pemeriksaan Reflek

- Reflek fisiologis : bisep ( +/+ ), trisep ( +/+ ), patella ( +/+ ), achilles ( +/+ ).

- Reflek patologis : hoffman ( -/- ), tromner ( -/- ),babinski (-),chaddok ( - ),oppenheim ( -).

- Meningeal sign : kaku kuduk ( - ), brudzinski I – II ( - ), kernig sign ( - ).

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin: Rabu, 12 April 2017 pukul 07.40 di IGD

HEMATOLOGI

Leukosit 2,9 L 4-10,6 10^3/uL Automatic Ana-


lyzer

12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

Eritrosit 5,45 4,00-5,50 10^6/uL Automatic Ana-


lyzer

Hemoglobin 14,2 11,0-16,0 g/dL Automatic Ana-


lyzer

Hematokrit 44,0 32,0-44,0 % Automatic Ana-


lyzer

MCV 80,8 L 81-99 Fl Automatic Ana-


lyzer

MCH 26,1 L 27-31 Pg Automatic Ana-


lyzer

MCHC 32,2 L 33-37 g/dL Automatic Ana-


lyzer

Trombosit 118 L 150-450 10^3/uL Automatic Ana-


lyzer

RDW-CV 12,5 11-16 % Automatic Ana-


lyzer

Differential Telling

Neutrofil% 66,6 50-70 % Automatic Ana-


lyzer

Limfosit% 29,8 20-40 % Automatic Ana-


lyzer

Monosit% 1,5 L 3-12 % Automatic Ana-


lyzer

Eosinofil% 1,4 0,5-5 % Automatic Ana-


lyzer

13
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

Basofil% 0,7 0-1 % Automatic Ana-


lyzer

Tubex TF 6 IMBI

IV.

Kesan: Leukopeni dan trombositopeni dengan penurunan jumlah monosit dan Tubex TF +6

IV. DIAGNOSIS KERJA

- Febris H VII, Demam tifoid

V. PLANNING

A. Medikamentosa

- Infus RL 20 tpm —> D 5 1/2 NS 20 tpm

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1,5 gr

- Paracetamol 500 mg (kp) / 8 jam

- L-Bio 1 x 1 sach

- Obat meptin mini 2 x 1 tab dari dr. Sp. A waktu kontrol sebelumnya —> dilanjutkan

- Diet rendah serat 3 x 1 / Diet thypoid

- Bedrest total

B. Diet

- Diet rendah serat

- Diet TKTP

14
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Kebutuhan gizi:

1. Energi : 1414 kkall

2. Protein : 45,15 gr

3. Lemak : 39,27 gr

4. KH : 219,99 gr

C. Monitoring

- Keadaan umum, tanda vital, urin output

- Cek at / hmt

D. Edukasi

- Pemberian cairan adekuat

- Penyakit dan rencana penatalaksanaan

- Membatasi pengunjung

VI. PROGNOSIS
Dubia at bonam

Tanggal 13 April 2017


SUBJEKTIF

- Alloanamnesis dengan ibu : demam (+), batuk (+) kadang-kadang, pilek (-), muntah (+)
tiga kali kemarin malam, nyeri perut (+), BAK (+), BAB (+) cair satu kali, ma/mi (+).

15
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

OBJEKTIF
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
a. Kesan : Tampak lemes
b. Kesadaran : Kompos mentis

B. Tanda Utama
1. Suhu : 38,6 oC
2. Napas
a. Laju : 26x/menit
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 90x/menit
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama di setiap ekstremitas

C. Pemeriksaan Khusus
f. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.

- Mata : edema palpebra( - / - ) conjungtiva anemis ( - / - ), sklera ikterik ( - / - )

- Hidung : rhinorrhea (-), epitaksis (- )

- Mulut : lidah kotor (+)

g. Thorax

- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak, tipe

16
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
abdominothoracal, retraksi ( - )
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/suara nafas vesikuler ( + / + ) , ST (-)
C/ S1 S2 reguler (+), bising ( - )
h. Abdomen

- Inspeksi : distensi ( - ) datar (+)

- Auskultasi : Bising usus ( + ) normal

- Perkusi : Timpani ( + ), shifting dullness ( - ), undulasi ( - ) kesan ascites (-)

- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan ( + ), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas

kembali cepat

i. Ekstremitas

Akral hangat, nadi kuat, perfusi baik.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

ASSESSMENT
(Diagnosis Kerja)
Demam Tifoid

PLANNING

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1,5 gr

17
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Infus D5 1/2 NS 20 tpm

- Lacto B 2 x 1 sach

- Monitor KU / VS

Tanggal 14 April 2017


SUBJEKTIF

- Alloanamnesis dengan ibu : demam (+), batuk (+) sudah berkurang, pilek (-), muntah
(-), nyeri perut (+), BAK (+), ma/mi (+).

OBJEKTIF
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
a. Kesan : Tampak lemes
b. Kesadaran : Kompos mentis

B. Tanda Utama
1. Suhu : 36,4 oC
2. Napas
a. Laju : 28x/menit
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 104x/menit
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama di setiap ekstremitas

C. Pemeriksaan Khusus
f. Kepala

18
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.

- Mata : edema palpebra( - / - ) conjungtiva anemis ( - / - ), sklera ikterik ( - / - )

- Hidung : rhinorrhea (-), epitaksis (- )

- Mulut : lidah kotor (+)

g. Thorax

- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak, tipe
abdominothoracal, retraksi ( - )
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/suara nafas vesikuler ( + / + ) , ST (-)
C/ S1 S2 reguler (+), bising ( - )
h. Abdomen

- Inspeksi : distensi ( - ) datar (+)

- Auskultasi : Bising usus ( + ) normal

- Perkusi : Timpani ( + ), shifting dullness ( - ), undulasi ( - ) kesan ascites (-)

- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan ( - ), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas

kembali cepat

i. Ekstremitas

Akral hangat, nadi kuat, perfusi baik.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

19
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

ASSESSMENT
(Diagnosis Kerja)
Demam Tifoid

PLANNING

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1,5 gr

- Infus D5 1/2 NS 20 tpm

- Lacto B 2 x 1 sach

- Nebulizer Ventolin / 8 jam

- Monitor KU / VS

Tanggal 15 April 2017


SUBJEKTIF

- Alloanamnesis dengan ibu : demam (+), batuk (+), pilek (-), muntah (-), nyeri perut (-
), BAK (+), BAB (+), ma/mi (+).

OBJEKTIF
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
a. Kesan : Tampak lemes
b. Kesadaran : Kompos mentis

20
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

B. Tanda Utama
1. Suhu : 37,9 oC
2. Napas
a. Laju : 30x/menit
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 108x/menit
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama di setiap ekstremitas

C. Pemeriksaan Khusus
f. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.

- Mata : edema palpebra( - / - ) conjungtiva anemis ( - / - ), sklera ikterik ( - / - )

- Hidung : rhinorrhea (-), epitaksis (- )

- Mulut : lidah kotor (+)

g. Thorax

- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak, tipe
abdominothoracal, retraksi ( - )
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/suara nafas vesikuler ( + / + ) , ST (-)
C/ S1 S2 reguler (+), bising ( - )
h. Abdomen

21
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Inspeksi : distensi ( - ) datar (+)

- Auskultasi : Bising usus ( + ) normal

- Perkusi : Timpani ( + ), shifting dullness ( - ), undulasi ( - ) kesan ascites (-)

- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan ( - ), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas

kembali cepat

i. Ekstremitas

Akral hangat, nadi kuat, perfusi baik.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

ASSESSMENT
(Diagnosis Kerja)
Demam Tifoid

PLANNING

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1,5 gr

- Infus D5 1/2 NS 20 tpm

- Lacto B 2 x 1 sach

- Nebulizer Ventolin / 12 jam

- Diet bubur saring 3 x 1 porsi

22
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Monitor KU / VS

Tanggal 17 April 2017


SUBJEKTIF

- Alloanamnesis dengan ibu : demam (-), batuk (+), pilek (-), mual (-), muntah (-), nyeri
perut (-), BAK (+), BAB (-) terakhir kemarin , ma/mi (+).

OBJEKTIF
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
a. Kesan : Baik
b. Kesadaran : Kompos mentis

B. Tanda Utama
1. Suhu : 37 oC
2. Napas
a. Laju : 37 x/menit
b. Irama : regular
c. Tipe : abdominothoracal
3. Nadi
a. Laju : 96 x/menit
b. Irama : regular
c. Kualitas : cukup
d. Ekualitas : teraba sama di setiap ekstremitas

C. Pemeriksaan Khusus
f. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.

23
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
- Mata : edema palpebra( - / - ) conjungtiva anemis ( - / - ), sklera ikterik ( - / - )

- Hidung : rhinorrhea (-), epitaksis (- )

- Mulut : lidah kotor (+)

g. Thorax

- Inspeksi : terlihat bentuk dada normal, simetris, ictus cordis tak tampak, tipe
abdominothoracal, retraksi ( - )
- Palpasi : fokal fremitus (N), ketinggalan gerak ( - )
- Perkusi : sonor ( + )
- Auskultasi : P/suara nafas vesikuler ( + / + ) , ST (-)
C/ S1 S2 reguler (+), bising ( - )
h. Abdomen

- Inspeksi : distensi ( - ) datar (+)

- Auskultasi : Bising usus ( + ) normal

- Perkusi : Timpani ( + ), shifting dullness ( - ), undulasi ( - ) kesan ascites (-)

- Palpasi : Supel ( + ), nyeri tekan ( - ), hepar lien tak teraba, turgor elastisitas

kembali cepat

i. Ekstremitas

Akral hangat, nadi kuat, perfusi baik.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

24
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

ASSESSMENT
(Diagnosis Kerja)
Demam Tifoid

PLANNING

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1,5 gr —> hari ini terakhir

- Infus D5 1/2 NS 20 tpm —> aff

- Besok BLPL

DEMAM TIFOID

A. DEFINISI

Suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa
keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi
ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch.

25
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
B. EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid masih merupakan masalah yang penting di berbagai negara sedang berkem-
bang. Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia ini sangat sukar ditentukan, sebab
penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinisnya sangat luas. Di-
perkirakan angka kejadian dari 150/100.000/tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000/ta-
hun di Asia. Umur penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis) dilaporkan antara
3 - 19 tahun mencapai 91% kasus. Sebgaian besar kasus terjadi pada anak berusia > 5 tahun,
tetapi gejala dan tanda klinisnya masih sangat luas, sehingga sukar didiagnosis.

Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai natural reservoir).
Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat mengekskresikannya melalui sekret salu-
ran nafas, urin, dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi. Salmonella typhi yang
berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di daam
air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi, S. typhi hanya
dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage dan mudah dimatikan dengan klorinasi
dan pasteurisasi (T: 36 ^C).

Terjadinya penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui minuman / makanan yang
tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar
bersama-sama dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal). Dapat juga terjadi
transmisi trasnsplasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakteremia kepada
bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro-fekal dari seorang ibu pembawa kuman pada
saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal dari laboratorium
penelitian.

B. ETIOLOGI

Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gram-negatif, mempu-
nyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai an-
tigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari
protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromole-

26
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
kular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan di-
namakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang beri-
katan dengan reistensi terhadap multipel antibiotik.
Sekitar 95% kasus demam tifoid di Indonesia disebabkan oleh Salmonella typhi, sementara
sisanya disebabkan oleh Salmonella paratyphi. Keduanya merupakan bakteri gram negatif.
Masa inkubasinya sekitar 10-14 hari.

C. PATOGENESIS
Bakteri awalnya masuk bersama makanan hingga mencapai epitel usus halus (ileum) dan
menyebabkan inflamasi lokal, fagositosis, serta pelepasan endotoksin di lamina propria.
Bakteri kemudian menembus dinding usus hingga mencapai jaringan limfoid ileum yang
disebut plak peyeri. Dari tempat tersebut, bakteri dapat masuk ke aliran limfe mesenterika
hingga ke aliran darah (bakteremia I) bertahan hidup dan mencapai jaringan retikuloen-
dotelial (hepar, limpa, sumsum tulang) untuk bermultiplikasi memproduksi enterotoksin
yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus yang menyebabkan keluarnya el-
ektrolit dan air ke lumen interstinal. Selanjutnya, bakteri kembali beredar ke sirkulasi sis-
temik (bakteremia II) dan menginvasi organ lain, baik intra- maupun ekstraintestinal.

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti organisme,


yaitu: 1) Peempelan dan invasi sel-sel M Peyer’s patch, 2) Bakteri bertahan hidup dan ber-
multiplikasi di makrofag Peyer’s patch, nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-organ
ekstra intestinal sistem retikuloendotelial, 3) Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah,
dan 4) Produksi endotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan me-
nyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.

27
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
D. TANDA DAN GEJALA

• Masa inkubasi (10-14 hari): asimptomatis

• Fase invasi. Demam ringan, naik secara bertahap, terkadang suhu malam lebih
tinggi dibanding suhu pagi hari. Gejala lainnya adalah nyeri kepala, rasa tidak nya-
man pada saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, batuk, lemas, konstipasi

• Di akhir minggu pertama, demam telah mencapai suhu tertinggi dan akan konstan
tinggi selama minggu kedua. Tanda lainnya adalah bradikardi relatif, pulsasi dik-
trotik, hepatomegali, splenomegali, lidah tifoid (dibagian tengah kotor, ditepi
hiperemis), serta diare dan konstipasi

• Pada saat demam sudah tinggi dapat disertai gejala sistem saraf pusat, seperti
kesadaran berkabut atau delirium atau obtundasi, atau penurunan kesadaran mulai
dari apatis sampai koma

• Stadium evolusi. Demam mulai turun perlahan, tetapi dalam waktu yang cukup
lama. Dapat terjadi komplikasi perforasi usus. Pada sebagian kasus, bakteri masih
ada dalam jumlah minimal (menjadi karier kronis)

• Dapat juga dijumpai penderita demam tifoid yang datang dengan syok hipovolemik
sebagai akibat kurangnya masukan cairan dan makanan. Gejala gastrointestinal
pada kasus demam tifoid sangat bervariasi. Pasien dapat mengeluh diare, obstipasi,
kemudian disusul episode diare, pada sebagian pasien lidah tampak kotor dengan
putih di tengah sedangkan tepi dan ujungnya kemerahan.

• Banyak dijumpai gejala meteorismus. Lebih banyak dijumpai hepatomegali


dibandingkan splenomegali

• Red spot, suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1-5 mm,
seringkali dijumpai pada daerah abdomen, thoraks, ekstremitas dan punggung pada
orang kulit putih. Ruam ini muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2- 3 hari.

28
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

E. DIAGNOSIS

Pada pemeriksaan, gambaran diagnosis kunci adalah:

- Demam lebih dari tujuh hari

- Terlihat jelas sakit dan kondisi serius tanpa sebab yang jelas

- Nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare, konstipasi

- Delirium

- Hepatosplenomegali

- Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus

- Dapat timbul dengan tanda yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermi.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan gastrointestinal


dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, dengan kriteria ini maka
seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka demam tifoid. Diagnosis pasti dite-
gakkan melalui isolasi S. typhi dari darah.

Diagnosis dini demam tifoid dan pemberian terapi yang tepat bermanfaat untuk menda-
patkan hasil yang cepat dan optimal sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.
Pengetahuan mengenai gambaran klinis penyakit sangat penting untuk membantu men-
deteksi dini penyakit ini.8 Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan tambahan
dari laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.

Gambaran darah tepi pada permulaan penyakit dapat berbeda dengan pemeriksaan pada
keadaan penyakit yang lanjut. Pada permulaan penyakit, dapat dijumpai pergeseran hitung
jenis sel darah putih ke kiri, sedangkan pada stadium lanjut terjadi pergeseran darah tepi

29
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
ke kanan (limfositosis relatif). Ciri lainyang sering ditemukan pada gambaran darah tepi
adalah aneosino lia (menghilangnya eosino l).

Diagnosis pasti demam tifoid berdasarkan pemeriksaan laboratorium didasarkan pada 3


prinsip, yaitu:

• Isolasibakteri

• Deteksi antigen mikroba

• Titrasi antibodi terhadap organisme penyebab

Kultur darah merupakan gold standard metode diagnostik dan hasilnya positif pada 60-
80% dari pasien, bila darah yang tersedia cukup (darah yang diperlukan 15 mL untuk
pasien dewasa). Untuk daerah endemik di- mana sering terjadi penggunaan antibiotik yang
tinggi, sensitivitas kultur darah rendah (hanya 10-20% kuman saja yang terdeteksi).

Peran pemeriksaan Widal (untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen Salmonella typhi)
masih kontroversial. Biasanya antibodi antigen O dijumpai pada hari 6-8 dan antibodi ter-
hadap antigen H dijumpai pada hari 10-12 setelah sakit. Pada orang yang telah sembuh,
antibodi O masih tetap dapat dijumpai setelah 4-6 bulan dan antibodi H setelah 10-12 bu-
lan.8 Karena itu, Widal bukanlah pemeriksaan untuk menentukan kesembuhan penya- kit.8
Diagnosis didasarkan atas kenaikan titer sebanyak 4 kali pada dua pengambilan berse- lang
beberapa hari atau bila klinis disertai hasil pemeriksaan titer Widal di atas rata-rata titer
orang sehat setempat.

Pemeriksaan Tubex dapat mendeteksi antibodi IgM. Hasil pemeriksaan yang positif
menun- jukkan adanya infeksi terhadap Salmonella. Antigen yang dipakai pada pemerik-
saan ini adalah O9 dan hanya dijumpai pada Salmo- nella serogroup D.

Pemeriksaan lain adalah dengan Typhidot yang dapat mendeteksi IgM dan IgG. Terde-
teksinya IgM menunjukkan fase akut demam tifoid, sedangkan terdeteksinya IgG dan IgM
menunjukkan demam tifoid akut pada fase pertengahan. Antibodi IgG dapat menetap
selama 2 tahun setelah infeksi, oleh karena itu, tidak dapat untuk membedakan antara kasus
akut dan kasus dalam masa penyembuhan.

30
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

F. DIAGNOSIS BANDING
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang secara klinis dapat
menjadi diagnosis bandingnya, yaitu influenza, gastroenteritis, bronkitis, dan bronkopneu-
monia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraselular seperti tu-
berkulosis, infeksi jamur sistemik, bruselosis, tularemia, shigelosis dan malaria juga perlu
dipikirkan. Pada demam tifoid yang berat, sepsis, leukemia, limfoma, dan penyakit Hodg-
kin dapat sebagai diagnosis banding.

G. TATALAKSANA

1. Suportif : Tirah baring, isolasi memadai, serta kebutuhan cairan dan kalori yang ad-
ekuat. Berikan diet makanan lunak (mudah dicerna) dan tidak berserat. Stelah demam menurun,
berikan makanan yang lebih padat dengan kalori terpenuhi sesuai kebutuhan

31
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

2. Medikamentosa

a. Antibiotik
LINI I
- Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari per oral atau intravena, dibagi dalam 4 dosis, selama 10-14
hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun. Kloramfenikol tidak diberikan apabila leukosit <
2000/mikroL
- Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari per oral atau intravena selama 10 hari
- Kotrimoksazol (Sulfamethoxazol/TMP) 6-8 mg/kgBB/hari 3 bulan 7 hari dibagi 2 dosis.

LINI II (multidrug resistant S.thypii)


- Seftriakson 80 mg/kgBB/hari intravena atau intramuskular, sekali sehari, selama 5 hari.
- Sefiksim 10 mg/kgBB/hari per oral, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari
- Kortikosteroid diberikan pada kasus berat ddengan penurunan kesadaran; deksametason 1-3

32
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE
mg/kgBB/hari intravena; dibagi 3 dosis, hingga kesadaran membaik.
- Pertimbangkan transfusi darah pada kasus perdarahan saluran cerna.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi demam tifoid termasuk kejang, ensefalopati, perdarahan dan perforasi usus,
peritonitis, koma, diare, dehidrasi, syok septik, miokarditis, pneumonia, osteomielitis dan
anemia. Pada bayi muda, dapat pula terjadi syok dan hipotermia.
Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 - 3 %, sedangkan perdarahan usus
pada 1 -10% kasus demam tifoid anak. Penyulit ini biasanya terjadi pada minggu ke-3 sakit,
walau pernah dilaporkaan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi didahului dengan
penurunan suhu, tekanan darah, dan peningkatan frekuensi nadi. Pada perforasi usus halus
ditandai oleh nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan bawah akan tetapi dilaporkan juga
nyeri yang menyelubung. Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan abdomen,
defance muskulare, hilangnya keredupan hepar dan tanda-tanda peritonitis lainnya.

H. PROGNOSIS
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi,

I. PENCEGAHAN

33
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

Daftar Pustaka

Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, penyunt-
ing. Pedoman pelayanan medis IDAI. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011.
Cleary TG. Salmonella. DAlam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman
RE, penyunting. Nelson’s textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia; Else-
vier Saunders; 2011.
Sumarmo SPS, Herry G, Sri RSH, Hindra IS, penyunting. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.

World Health Organization. (2009). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit. Departement of Child and Andolescent Health and Development (CAH).
IDAI, 2010. Konsensus tatalaksana demam tifoid . dr. Mustarim, Sp.A, Bag. Anak RSUD
Raden Mattaher Jambi, kegawatdaruratan pada anak.

Hassan R., Alatas H., 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Hal: 614-615.

Pudjiadi A. H., Hegar B., Handryastuti S., Idris N. S., Gandaputra E. P., Harmoniati E. D.,
2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Hal: 141-145.

Behrman RE, Kliegman RM, Nelson WE, Vaughan III VC. Typhoid fever. Nelson text-
book of pediatrics, edisi ke-14 Philadelphia: WB Sauders Co, 1992.h.731-34

Cleary TG, Salmonella species. Dalam: Long (penyunting). Principles and practice of pe-
diatric infectious disease, edisi ke-3. New York: Churchill Livingstone,
2003.h.830-5

34
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016 LONG CASE

35

Anda mungkin juga menyukai