Anda di halaman 1dari 8

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No.

3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

UJI EFEK AFRODISIAK EKSTRAK ETANOL BUAH PARE


(Momordica charantia L.) TERHADAP LIBIDO TIKUS PUTIH
JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)

Vini Alvionita Sarapi1), Widdhi Bodhi1), Gayatri Citraningtyas1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Bitter melon fruit is a plant that used to treat impotence and increased libido but has not
been studied scientifically. This research aimed to determine the aphrodisiac effect of
ethanol extract bitter melon fruit against libido of male rats and the relationship between
extract dose and libido increase in male rats. This research design was experimental
laboratory with a completely randomized design. It used 15 male rats so do the female rats.
Samples of male rats were divided into 5 groups: K (-) (2 ml distilled water), EEPDose1
(dose extract of 0.035 g / 200 g BW), EEPDose2 (dose extract of 0.07 g / 200 g BW),
EEPDosis3 (dose extract of 0.14 g / 200 g BW) and EEPDosis4 (dose extract of 0.28 g /
200 g BW). The research were analyzed using Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test to
determine the significant differences among treatments. The results showed the ethanol
extract of bitter melon fruit has an aphrodisiac effect against libido male rats and 0.28 g /
200 g BW was the optimal dose, 0.14 g / 200 g BW dose of ethanol extract bitter melon
was not significant difference with the negative control.

Keywords: Momordica charantia L., aphrodisiac, libido

ABSTRAK

Buah pare merupakan tanaman yang digunakan dalam mengatasi impotensi, meningkatkan
libido dan dalam bidang ginekologi akan tetapi belum diteliti secara ilmiah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek afrodisiak ekstrak etanol buah pare terhadap libido tikus
jantan dan hubungan antara dosis ekstrak terhadap peningkatan libido tikus jantan. Desain
penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan acak lengkap. Sampel
yang digunakan tikus putih jantan galur wistar sebanyak 15 ekor dan tikus putih betina
sebanyak 15 ekor untuk melihat aktivitas seksual tikus jantan. Sampel tikus jantan dibagi
dalam 5 kelompok : K (-) (aquades 2 ml), EEPDosis1 (ekstrak dosis 0,035 g/200 g BB),
EEPDosis2 (ekstrak dosis 0,07 g/200 g BB), EEPDosis3 (ekstrak dosis 0,14 g/200 g BB)
dan EEPDosis4 (ekstrak dosis 0,28 g/200 g BB). Data dianalisis menggunakan uji Kruskal-
Wallis dan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil
penelitian menunjukkan ekstrak etanol buah pare memiliki efek afrodisiak terhadap libido
tikus dan dosis yang paling optimal adalah 0,28 g/200 g BB. Ekstrak etanol buah pare
dosis 0,14 g/200 g BB tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kontrol
negatif.

Kata kunci : Momordica charantia L., afrodisiak, libido.

147
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN tradisional untuk mengobati berbagai


Disfungsi seksual merupakan macam penyakit (Subahar, 2004)..
kondisi yang menunjukkan adanya Di negara Brazil dan Meksiko,
gangguan pada salah satu atau lebih pare digunakan untuk mengatasi
aspek fungsi seksual (Pangkahila, 2006). impotensi dan meningkatkan libido
Gangguan seksual pada pria adalah (Kumar dan Bhowmik, 2010).
masalah yang serius (Clouatre, 2005). Penggunaan pare secara tradisional dalam
Gangguan seksual pada pria dapat berupa bidang ginekologi meliputi : aborsi,
rendahnya dorongan seksual (libido), emmenagogue, galactogogue, afrodisiak
disfungsi ereksi (impotensi), ejakulasi dan dalam pengobatan infertilitas
dini, ejakulasi retrogade (terlambat) dan perempuan (Cunnick dan Takemoto,
nyeri saat intercourse (Rachmadi, 2008). 1993).
Libido adalah dorongan untuk Akan tetapi, belum ada penelitian
melakukan aktivitas seksual (Pfaus dan secara ilmiah yang membuktikan khasiat
Scepkowski, 2005). Gangguan libido buah pare tersebut sehingga perlu diteliti
didefinisikan sebagai defisiensi atau lebih lanjut tentang efek afrodisiak
absennya fantasi seksual dan dorongan ekstrak etanol buah pare terhadap libido
untuk melakukan aktivitas seksual yang tikus putih jantan galur wistar (Rattus
terjadi baik secara persisten maupun norvegicus).
rekuren serta dapat menyebabkan stres
berat atau gangguan hubungan METODOLOGI PENELITIAN
antarpersonal (Kandeel et al., 2001). Alat dan Bahan
Pengatasan gangguan seksual Alat-alat yang digunakan dalam
salah satunya dengan menggunakan penelitian ini ialah pisau, blender, alat-
afrodisiak, yaitu suatu bahan organik, alat gelas (Pyrex), stoples, batang
minyak esensial (minyak atsiri), obat, pengaduk, corong, erlenmeyer, rotary
minuman herbal atau bahan yang dapat evaporator, cawan petri, oven, sudip, pot
membangkitkan gairah seksual salep, kandang pemeliharaan dan tempat
(Oktavina, 2006). air minum tikus, timbangan hewan uji,
Di Indonesia terdapat banyak lumping dan alu, timbangan analitik,
bahan tanaman obat herbal alami yang disposable syringe (Terumo), alat vortex,
dapat digunakan sebagai obat kuat seperti NGT (Naso Gastric Tube) 5/40 cm
pisang, lengkuas, tiram, kucai, belimbing (Terumo). Bahan-bahan yang digunakan
wuluh, ginseng, jahe, terong ungu, pare, dalam penelitian ini ialah buah pare
adas, pasak bumi, bawang putih dan biji segar, etanol 70%, aquades steril,
selasih (Harmusyanto, 2013). Salah satu aluminium foil, kertas saring, tikus putih
tanaman yang telah banyak dikenal dan jantan, tikus putih betina, pakan hewan
digunakan secara luas oleh masyarakat uji (AD II), air mineral (Aqua).
Indonesia adalah buah pare (Momordica
charantia L.) (Hyeronimus, 2006). Persiapan Sampel
Masyarakat Indonesia telah sejak lama Tahap awal yang dilakukan dalam
menggunakan buah pare sebagai persiapan sampel adalah pengumpulan
hidangan sehari-hari dan juga telah lama bahan baku buah pare. Buah pare
dipercaya dan digunakan sebagai obat disortasi basah, untuk memisahkan

148
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

kotoran atau bahan-bahan asing, ekstrak kering mengandung 142,857


selanjutnya dicuci bersih dengan air gram buah pare segar. Maka, dosis
mengalir. Buah pare yang sudah bersih normal untuk tikus (200 g) yang
kemudian dibersihkan dari biji-bijinya, memerlukan 5,04 gram buah pare
diiris tipis lalu dikeringkan dengan cara segar/hari adalah : 5,04/142,857 g =
diletakkan di tempat terbuka dengan 0,035 g/200 g BB sebagai dosis I, 0.07
sirkulasi udara yang baik dan tidak g/200 g BB; 0.07 g/200 g BB (2 × 0,035
terkena sinar matahari langsung. Buah g/200 g BB) sebagai dosis II; 0,14 g/200
pare yang telah kering kemudian g BB (4 × 0,035 g/200 g BB) sebagai
diblender sampai halus. dosis III dan 0,28 g/200 g BB (8 × 0,035
g/200 g BB) sebagai dosis IV. Sedangkan
Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Pare untuk kontrol negatif diberikan aquades
Pembuatan ekstrak etanol buah steril 2 ml.
pare dilakukan dengan cara maserasi.
Simplisia buah pare sebanyak 240 gram Pembuatan Larutan Uji Ekstrak
diekstraksi dengan menggunakan etanol Etanol Buah Pare
70% sebanyak 1200 ml (1:5). Proses Ekstrak kering buah pare
maserasi dilakukan di dalam wadah yang dimasukkan kedalam lumpang, digerus
ditutup aluminium foil selama 5 (lima) sampai halus. Ekstrak kering yang telah
hari dengan setiap hari pengadukan. halus ditimbang sesuai dosis pemberian
Maserat yang didapat disaring dengan berdasarkan berat badan tikus, kemudian
kertas saring hingga diperoleh filtrat 1. dilarutkan dalam 2 ml aquades steril dan
Residunya diekstrak kembali dengan divortex hingga menjadi larutan
etanol 70% sebanyak 720 ml (1:3) selama homogen.
dua hari lalu disaring (filtrat 2). Filtrat 1
dan filtrat 2 dikumpulkan lalu diuapkan Uji Efek Afrodisiak
menggunakan rotary evaporator pada Pengujian efek afrodisiak
suhu 400 C dan dilanjutkan dengan terhadap tikus putih jantan galur wistar
pengeringan menggunakan oven pada dilakukan selama 7 (tujuh) hari berturut-
suhu 400 C sehingga menghasilkan turut. Setiap hari, tikus jantan diberikan
ekstrak kering. larutan uji dengan volume pemberian
masing-masing dosis 2 ml secara per oral.
Penentuan Dosis Ekstrak Etanol Buah Pemberian larutan uji diberikan satu kali
Pare sehari pada pukul 18.00 wita. Selang 1
Secara empiris, dosis penggunaan jam setelahnya (pukul 19.00 WITA),
buah pare pada manusia dengan berat masing-masing 1 tikus betina
badan 50 Kg adalah 200 gram/hari, untuk dimasukkan ke dalam tiap kandang tikus
manusia (BB 70 Kg) yang dikonversi jantan. Diamati dan dicatat aktivitas
pada tikus (200 g) adalah 70/50 × 0,018 × seksual tikus jantan terhadap tikus betina
200 g = 5,04 g/200 g BB. Dalam dengan parameter jumlah pendekatan
pembuatan ekstrak kering buah pare, penunggangan dan kawin selama satu
sebanyak 4000 gram (4 Kg) buah pare jam.
segar menghasilkan ekstrak kering
sebanyak 28 gram. Berarti dalam 1 gram

149
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu frekuensi pendekatan,


Pengamatan efek afrodisiak penunggangan dan kawin. Digunakan
terhadap tikus putih jantan galur wistar tiga parameter uji tersebut karena
dilakukan pada pukul 19.00 WITA. Hal aktivitas seksual terjadi akibat libido
ini disesuaikan dengan kecenderungan yang meningkat, dimana peningkatan
jam biologis tikus melakukan aktivitas libido merupakan fase awal respon
seksual. Parameter uji yang digunakan seksual.

Tabel 1. Data frekuensi pendekatan selama 7 (tujuh) hari


Frekuensi Pendekatan
Kelompok
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
Perlakuan
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7
1 2 2 9 5 15 20 11
K (-) 2 7 15 13 15 26 21 15
3 4 12 5 1 6 7 8
Rata-rata 4 10 9 7 16 16 11
1 8 4 7 8 18 9 13
EEPDosis1 2 5 - 5 5 - 8 4
3 27 22 12 35 45 30 15
Rata-rata 13 13 8 16 31 16 11
1 9 28 25 9 42 10 46
EEPDosis2 2 9 33 25 9 39 13 -
3 4 19 3 - 15 7 42
Rata-rata 7 27 18 9 32 10 44
1 9 8 4 33 59 30 10
EEPDosis3 2 20 13 26 14 18 19 17
3 27 10 12 18 11 11 8
Rata-rata 19 10 14 27 29 20 12
EEPDosis4 1 33 25 30 17 12 30 34
2 32 19 23 3 30 28 10
3 56 40 41 19 30 37 12
Rata-rata 40 28 31 13 24 32 19
Keterangan : K (-) = Kontrol negatif (aquades 2 ml); EEPDosis1 = Ekstrak etanol buah pare dosis 1 (0,035
g/200 g BB); EEPDosis2 = Ekstrak etanol buah pare dosis 2 (0,07 g/200 g BB); EEPDosis3 = Ekstrak etanol
buah pare dosis 3 (0,14 g/200 g BB); EEPDosis4 = Ekstrak etanol buah pare dosis 4 (0,28 g/200 g BB).

Sebaran data frekuensi p=0,031. Data tersebut menunjukkan


pendekatan selama 7 (tujuh) hari diuji bahwa terdapat perbedaan frekuensi
menggunakan uji normalitas Shapiro- pendekatan yang signifikan antar
Wilk dan diperoleh hasil p=<0,05 pada kelompok perlakuan. Uji Mann-Whitney
kelompok perlakuan EEPDosis2 hari ke- selanjutnya dilakukan untuk
1,3 dan 4 serta EEPDosis4 hari ke-3 yang menunjukkan dimana letak perbedaan
menunjukkan bahwa data tidak yang bermakna antar kelompok
terdistribusi normal sehingga dilanjutkan perlakuan. Hasil pengujian menunjukkan
dengan uji Kruskal-Wallis. Dari hasil perbedaan yang bermakna terjadi antara
pengujian didapatkan perbedaan kelompok EEPDosis2 dengan EEPDosis4
bermakna antar kelompok perlakuan (p=0,046). Meskipun perbedaan ini
yaitu pada hari ke-1 dengan nilai bukan didasarkan pada perbedaan dengan
150
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

pembanding yaitu kontrol negatif, namun meningkatkan frekuensi pendekatan


data tersebut menunjukkan bahwa secara signifikan dibandingkan kelompok
pemberian ekstrak etanol buah pare dosis perlakuan yang lainnya.
0,28 gram/200 g BB terbukti dapat

Tabel 2. Data frekuensi penunggangan selama 7 (tujuh) hari


Frekuensi Penunggangan
Kelompok
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
Perlakuan
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7
1 - - - - 1 1 -
K (-) 2 - 2 - 1 5 3 2
3 1 - - - 2 - -
Rata-rata 1 2 - 1 3 2 2
1 - - 2 - 4 3 2
EEPDosis1 2 - - 1 1 - - -
3 2 4 1 - 3 5 -
Rata-rata 2 4 1 1 3 4 2
1 1 7 3 13 1 2 2
EEPDosis2 2 1 6 3 6 2 4 -
3 5 11 12 - - - -
Rata-rata 2 8 6 9 1 3 2
1 3 1 - 8 9 1 1
EEPDosis3 2 4 3 2 3 6 1 2
3 - - 3 - 1 1 -
Rata-rata 3 2 2 5 5 1 1
EEPDosis4 1 4 3 15 5 1 4 2
2 1 2 17 2 10 1 1
3 6 - 32 27 5 1 1
Rata-rata 4 2 21 11 5 2 1
Keterangan : K (-) = Kontrol negatif (aquades 2 ml); EEPDosis1 = Ekstrak etanol buah pare dosis 1 (0,035
g/200 g BB); EEPDosis2 = Ekstrak etanol buah pare dosis 2 (0,07 g/200 g BB); EEPDosis3 = Ekstrak etanol
buah pare dosis 3 (0,14 g/200 g BB); EEPDosis4 = Ekstrak etanol buah pare dosis 4 (0,28 g/200 g BB).

Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan


menunjukkan bahwa data pada frekuensi frekuensi penunggangan yang signifikan
penunggangan tidak terdistribusi secara antar kelompok perlakuan pada hari ke-3.
normal (p=<0,05) yaitu pada kelompok Uji Mann-Whitney menunjukkan letak
perlakuan K (-), EEPDosis1, EEPDosis2 perbedaan frekuensi penunggangan yang
dan EEPDosis3 hari ke-1; K (-) dan bermakna (p=<0,05) terjadi antara
EEPDosis1 hari ke-2 dan hari ke-4; kelompok perlakuan K (-) dengan
EEPDosis1 dan EEPDosis2 hari ke-3; EEPDosis1 (p=0,034); K (-) dengan
EEPDosis4 hari ke-6; serta K (-), EEPDosis2 (p=0,034); K (-) dengan
EEPDosis1, EEPDosis2 dan EEPDosis4 EEPDosis4 (p=0,037); EEPDosis1
hari ke-7. Uji Kruskal-Wallis dengan EEPDosis2 (p=0,043);
menunjukkan adanya perbedaan yang EEPDosis1 dengan EEPDosis4
bermakna antar perlakuan pada hari ke-3 (p=0,046); serta EEPDosis3 dengan
dengan nilai p=0,016. Hal ini EEPDosis4 (p=0,046). Data tersebut

151
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah kontrol negatif, dimana yang paling
pare dosis 0,035 gram/200 g BB; 0,07 banyak menunjukkan perbedaan secara
gram/200 g BB; dan 0,28 gram/200 g BB berturut-turut, yaitu dosis 0,28 gram/ 200
dapat meningkatkan frekuensi g BB; 0,07 gram/200 g BB; 0,035
penunggangan secara signifikan jika gram/200 g BB.
dibandingkan dengan pembanding yaitu

Tabel 3. Data frekuensi kawin selama 7 (tujuh) hari


Frekuensi Kawin
Kelompok
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
Perlakuan
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7
1 - - - - - - -
K (-) 2 - - - - - - -
3 - - - - - - -
Rata-rata - - - - - - -
1 - - - - - - -
EEPDosis1 2 - - - - - - -
3 - - - - - - -
Rata-rata - - - - - - -
1 - - - - - - -
EEPDosis2 2 - - - - - - -
3 - - - - - - -
Rata-rata - - - - - -
1 - - - - - - -
EEPDosis3 2 - - - - - - -
3 - - - - - - -
Rata-rata - - - - - -
EEPDosis4 1 - - - - - - -
2 - - 1 - - - -
3 - - 1 - - - -
Rata-rata - - 1 - - - -
Keterangan : K (-) = Kontrol negatif (aquades 2 ml); EEPDosis1 = Ekstrak etanol buah pare dosis 1 (0,035
g/200 g BB); EEPDosis2 = Ekstrak etanol buah pare dosis 2 (0,07 g/200 g BB); EEPDosis3 = Ekstrak etanol
buah pare dosis 3 (0,14 g/200 g BB); EEPDosis4 = Ekstrak etanol buah pare dosis 4 (0,28 g/200 g BB).

Berdasarkan hasil uji normalitas aktivitas kawin yaitu hari ke-3 pada
Shapiro-Wilk, data frekuensi kawin tidak kelompok perlakuan EEPDosis4 (ekstrak
terdistribusi normal dengan nilai p=0,000 etanol pare dosis 0,28 gram/BB). Diduga
(<0,05). Selanjutnya hasil uji Kruskal- hal ini disebabkan karena tikus betina
Wallis menunjukkan bahwa tidak sedang tidak dalam periode estrus.
terdapat perbedaan yang bermakna antar Hewan jantan biasanya tidak
kelompok perlakuan (p=>0,05) selama 7 menunjukkan perhatian seksual terhadap
(tujuh) hari sehingga uji ini tidak lagi betina di luar masa estrus, disamping itu
dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. jantan akan ditolak oleh betina yang tidak
Tabel 3. menunjukkan bahwa pada estrus (Nalbandov, 1990). Tikus jantan
pengujian aktivitas kawin selama 7 selalu siap kawin bila ditempatkan
(tujuh) hari berturut-turut, hanya terdapat bersama dengan tikus betina, namun tikus
2 pasang hewan uji yang melakukan betina hanya akan menerima pejantan
152
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

pada awal fase estrus saja. Dalam sehari, menghantarkan impuls saraf ke pangkal
seekor tikus jantan akan mengawini saraf tulang belakang yang disebut pusat
seekor tikus betina apabila populasi tikus tegang sampai ke penis. Hal ini akan
betina konstan dipertahankan di dalam merangsang pembuluh darah di penis
kandang (Rafferty, 1970). untuk mengeluarkan neurotransmitter NO
Berdasarkan data hasil frekuensi yang akan mengaktifkan enzim guanilate
aktivitas seksual yang diperoleh dari cyclase. Enzim guanilate cyclase akan
ketiga parameter uji diatas, terdapat 1 menstimulasi perubahan GTP (guanil-
(satu) dosis perlakuan yang tidak triphospate) menjadi cGMP (cyclic
memberikan efek bermakna secara guanosine monophosphate). cGMP
statistik baik pada tahap pendekatan, menurunkan kadar kalsium dalam sel
penunggangan maupun kawin yaitu sehingga terjadi relaksasi sel-sel otot dari
EEPDosis3 (ekstrak etanol pare dosis dindingnya dan terjadi vasodilatasi lokal.
0,14 g). Hal ini dapat disebabkan oleh Daerah dinding pembuluh darah penis
beberapa hal, diantaranya pemberian akan terisi darah dalam jumlah yang
larutan uji yang tidak sesuai volumenya banyak dan terjadilah ereksi (Arifien,
akibat kesalahan saat penginduksian serta 2013). Selain senyawa-senyawa diatas,
perbedaan respon tubuh masing-masing saponin yang terkandung dalam buah
tikus. pare juga dapat melancarkan sirkulasi
Efek afrodisiak yang ditimbulkan darah pada alat kelamin. Manfaat ini
akibat pemberian ekstrak etanol buah kurang lebih sama seperti manfaat
pare diduga karena senyawa aktif yang vitamin E yang merupakan salah satu zat
terkandung dalam buah pare yaitu yang dapat mempengaruhi libido secara
flavonoid dan triterpenoid yang non-hormonal.
merangsang produksi hormon testosteron
yakni hormon yang bertanggungjawab PENUTUP
terhadap dorongan seksual (libido). Kesimpulan
Peningkatan hormon testosteron akan Berdasarkan hasil penelitian yang
menyebabkan meningkatnya akumulasi diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
testosteron pada daerah preoptic anterior ekstrak etanol buah pare (Momordica
hypothalamus yang berintegrasi dengan charantia L.) memiliki efek afrodisiak
sistem yang mengatur libido yaitu daerah terhadap peningkatan libido dimana dosis
gyrus rectus bagian dorsal dari thalamus, optimal yang paling menunjukkan efek
cyngulate gyrus, mammilary bodies, yaitu dosis 0,28 gram/BB.
anterior thalamus dan hypocampus.
Akibatnya daerah yang mengaktifkan DAFTAR PUSTAKA
metabolisme otak dan mengatur libido Arifien A. P. 2013. Uji Efek Seduhan Air
menjadi lebih aktif yang diikuti dengan Katuk (Sauropus androgynus (L.)
peningkatan libido dan perubahan Merr.) Terhadap Libido Tikus
perilaku seksualnya (Taufiqqurrachman, Jantan (Rattus norvegicus) dalam
1999). Selain itu, apabila ada rangsangan Penggunaannya Sebagai Afrodisiak
(rangsangan taktil, visual, pendengaran dengan Alat Libidometer :
dan fantasi) senyawa steroid akan Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
menstimulasi saraf otak dan Universitas Surabaya. 2(1).

153
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493

Clouatre, D. 2005. New Help Male Current Sexual Health Reports. 2:


Fertility. Total Health. 26 (4): 26- 95–100.
27. Rachmadi, A. 2008. Kadar Gula Darah
Cunnick J. and Takemoto D. 1993. Bitter dan Kadar Hormon Testosteron
melon. J Naturopath Med. 4(1):16- Pada Pria Penderita Diabetes
21. Melitus Hubungannya Dengan
Harmusyanto, R. 2013. Studi Mengenai Disfungsi Seksual dan
Efek Daun Katuk (Sauropus Perbedaannya dengan yang Tidak
androgynus (L.) Merr.) Terhadap Mengalami Disfungsi Seksual
Libido Kelinci Jantan (Oryctolagus [tesis]. Universitas Diponegoro,
cuniculus) Sebagai Afrodisiak : Semarang.
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Rafferty, K.A. Jr. 1970. Method in
Universitas Surabaya. 2(1). Experimental Embryology of The
Hyeronimus S. B. 2006. Ragam dan Mouse. The John Hopkins Press
Khasiat Tanaman Obat. 1st ed. Agro Ltd, London.
Media, Jakarta. Subahar T. 2004. Khasiat dan Manfaat
Kandeel, F.R., V.K.T. Koussa., dan R.S. Pare. Penerbit Agromedia Pustaka,
Swerdloff. 2001. Physiology, Jakarta.
Pathophysiology, Clinical Taufiqqurrachman. 1999. Pengaruh
Investigation, and Treatment. In : Ektrak Pimpinella alpina Molk.
Male Sexual Function and Its (Purwoceng) dan Akar Eurycoma
Disorders. longifolia Jack. (Pasak Bumi)
http://edrv.endojournals.org/cont terhadap Peningkatan Kadar
ent/22/3/342.full [Diakses tanggal Testosteron, LH dan FSH serta
24 Oktober 2014]. Perbedaan Peningkatannya pada
Kumar, S.K.P. dan Debjit Bhowmik. Tikus Jantan Sprague Dawley
2010. Traditional Medicinal Uses [tesis]. Universitas Diponegoro,
And Therapeutic Benefits Of Semarang.
Momordica Charantia Linn.
International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review
and Research. 4(3): 25.
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi
Reproduksi pada Mamalia dan
Unggas. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Oktavina, D. M. 2006. Ramuan
Afrodisiak Nusantara Pembangkit
Gairah. Esensi, Jakarta.
Pangkahila, W. 2006. Seks yang
Membahagiakan. Penerbit Buku,
Jakarta.
Pfaus, J.G. and L.A. Scepkowski. 2005.
The Biologic Basis for Libido.

154

Anda mungkin juga menyukai