Anda di halaman 1dari 4

Penyembuhan Luka

http://hmkuliah.wordpress.com/2010/06/14/penyembuhan-
luka/
Juni 14, 2010 oleh hmkuliah

Proses Pemulihan : Reaksi pemulihan radang yang segera timbul setelah jejas.

Pemulihan / regenerasi : penggantian sel mati oleh sel yang hidup.


Kemungkinan pengganti :
1. Sel parenkim ( sel yang fungsional) atau
2. Stroma jaringan ikat ( yang tidak khas ) dikenal dengan pembentukan jaringan parut.

Berdasar kemampuan untuk regenerasi sel tubuh dibagi 3 golongan :

1. Sel labil

 dapat berproliferasi terus, mengganti sel yang lepas / mati secara aktif

 contoh : epidermis, epitel pelapis rongga mulut, saluran pernafasan, saluran pencernaan,
sal genetalia, epitel pelapis duktus, mukosa usus, sel-sel sumsum tulang dan jaringan
limfoid

2. Sel stabil

 mampu regenerasi ( tidak aktif ), dalam kondisi normal tidak bertambah

 contoh : Sel endotel dan otot polos, Sel parenkim semua kelenjar tubuh, termasuk
hati, pankreas, kel liur, kel.endokrin, sel tubuli ginjal, kel.kulit.

 Eksisi (potong buang) 80 % hati dapat pulih dalam waktu 1 minggu

3. Sel permanen

 rusak berarti kerusakan tetap

 selalu disusul dengan jaringan parut

 contoh : Sel neuron (=/= serabut akson ), sel otot bercorak, sel otot jantung (miokardium)
Pemulihan parenkim yg sempurna akibat jejas tidak hanya tergantung kemampuan sel
beregenerasi. Keutuhan arsitek stroma / kerangka dasar jaringan yang cedera juga sangat penting.
Bila kerangka hilang, regenerasi dapat mengembalikan massa jaringan, tetapi bukan fungsi yang
sempurna.

Pemulihan dengan pembentukan jaringan ikat.

 Proliferasi fibroblas dan tunas-tunas kapiler dan selanjutnya pembentukan kolagen untuk
membentuk jaringan parut adalah akibat yang wajar pada hampir setiap kerusakan
jaringan.

 Pada setiap kerusakan jaringan, akan diawali pembentukan jaringan ikat yang kaya
pembuluh darah yang mengisi rongga yang ditinggalkan jaringan yang rusak dan disebut
jaringan granulasi

Atas dasar pembentukan jaringan granulasi, ada 2 bentuk pemulihan / penyembuhan :

1. penyembuhan primer.

 berlangsung cepat mencapai kesembuhan

 reaksi radang hampir hilang seluruhnya

2. penyembuhan sekunder

 berlangsung lambat (faktor luas kerusakan, banyaknya sel nekrotik dan eksudat )

 hampir selalu berakibat pembentukan jaringan parut & kehilangan banyak fungsi khas

Fase penyembuhan luka menurut Smeltzer (2002)

a. Fase Inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.

Respons vaskular dan selular terjadi ketika jaringan cedera.

Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk
mengontrol pendarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh
vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokonstriksinya karena
norepinefrin dirusak oleh enzim intraselular. Juga, histamin dilepaskan, yang meningkatkan
permeabilitas kapiler.

Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein,
elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskular selama 2 sampai 3 hari,
menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri.

b. Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.

Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-

sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka; kuncup ini
berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.

Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3 % sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir
bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80%
kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses
metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.

c. Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan tahunan.

Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meninggalkan luka.

Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun ke dalam posisi yang lebih padat.
Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya.
Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12
minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :

Pengaruh sistemik :

1. Nutrisi
2. Gangguan pada darah

3. Diabetes melitus

4. Hormon

Pengaruh lokal :

1. Aliran darah lokal

2. Infeksi

3. Benda asing

4. Imobilisasi luka

DOWNLOAD handout file Pdf KLIK di SINI

Anda mungkin juga menyukai