Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PASIEN SEBELUM OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL DI


RS TUGU SEMARANG

Arwani1), Iis Sriningsih2), Rodhi Hartono3)

1,2,3 Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang


Email: arwani_arwani@ymail.com.

ABSTRAK

Terkait adanya stressor pada saat dilakukan pembedahan dengan anestesi spinal sangat penting
untuk membuat tubuh selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak.
Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah melalui teknik relaksasi.
Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan metode meditasi, yoga, maupun aromaterapi. Aromaterapi
merupakan terapi komplementer yang layak untuk dicoba karena cara tersebut diketahui dapat
memberi stimulus positif ke otak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu
Semarang.
Jenis penelitian quasy-experiement dengan rancangan one group without control group design
dilakukan pada 40 responden yang akan dilakukan operasi dengan spinal anestesi menggunakan Hamilton
Rating Scale (HRS-A) untuk menggali kecemasan. Data penelitian dianalisis dengan uji statistic
Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0.05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak responden sebelum pemberian aromaterapi
lavender mengalami cemas berat (40.0%), dan setelah pemberian aromaterapi terbanyak mengalami
cemas sedang (42.5%). Hasil uji statistic dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.00 (<0.05).
Disimpulkan terdapat pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum
operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang.
Disarankan agar pemberian aromaterapi dapat dijadikan sebagai alternative menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien sebelum dilakukan operasi (preoperative anxiety disorder).

Kata Kunci: Aromaterapi, lavender, preoperasi, spinal anestesi.

Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Operasi Dengan 129
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Tingkat KecemasanAnestesi Spinal Di RS Tugu
Pasien Semarang
Sebelum Operasi 129
Arwani, Iis
Dengan Anestesi Sriningsih,
Spinal DI RSRodhi
TuguHartono
Semarang
Arwani, Iis Sriningsih, Rodhi Hartono
PENDAHULUAN kriteria: berusia 25-55 tahun; merupakan
tindakan operasi elektif; merupakan
Terjadinya kecemasan pada klien yang pengalaman operasi yang pertama; belum
akan dilakukan operasi dimungkinkan pernah melakukan terapi dengan
karena tindakan yang akan dilakukan. Pada aromaterapi; dan menyenangi aromaterapi
saat dilakukan tindakan pembedahan lavender. Pada penelitian ini besar sampel
dengan anestesi spinal merupakan suatu seluruhnya adalah 40 orang.
ancaman potensial maupun aktual pada
integritas seseorang, sehingga dapat Pengumpulan data menggunakan lembar
membangkitkan reaksi stress fisiologis kuesioner yang digunakan untuk
maupun psikologis, dan merupakan mengumpulkan data karakteristik
pengalaman yang sulit bagi hampir semua responden yang meliputi umur, jenis
klien, sehingga tidak mengherankanapabila kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Data
pasien dan keluarga menunjukkan perilaku kecemasan diukur dengan menggunakan
yang mengarah pada terjadinya kecemasan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-
(Carpernito, 1999). Salah satu cara untuk A). Masing-masing nilai angka (score) dari
menurunkan kecemasan adalah dengan ke 14 kelompok gejala tersebut
pemberian aromaterapi. Beberapa penelitian dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan
menunjukkan bahwa dengan menghirup tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
aromaterapi mampu menurunkan tingkat seseorang yaitu <14 (tidak ada kecemasan),
kecemasan seseorang (Davis, dkk, 2005; 14–20 (kecemasan ringan), 21–27
Indrati, 2009). (kecemasan sedang), 28–41 (kecemasan
berat), dan 42–56 (kecemasan berat sekali
Tujuan penelitian ini adalah untuk atau panic). Nilai validitas dan reliabilitas
mengetahui pengaruh pemberian instrument penelitian memiliki nilai p <
aromaterapi terhadap tingkat kecemasan 0.05.
pasien sebelum operasi dengan anestesi
spinal di RS Tugu Semarang. Analisis data penelitian dilakukan dengan
analisis univariat dan bivariat. Analisis
METODA PENELITIAN univariat dilakukan untuk menggambarkan
tingkat kecemasan responden sebelum dan
Jenis penelitian iniadalah penelitian setelah diberikan aromaterapi dengan nilai
eksperimental semu (quasy experiment) pemusatan datan (mean, SD) dan nilai
dengan rancangan Rancangan penelitian penyebaran data (median, minimum-
yang peneliti gunakan adalah pretest- maksimum). Analisis data bivariat dengan
posttest without control group design. uji Saphiro-Wilk (karena data tidak
Pengambilan data awal tingkat kecemasan berdistribusi normal).
dilakukan 2 jam sebelum operasi.
Kemudian responden diberikan aroma
terapi dengan cara meneteskan 5 tetes
aromaterapi (lavender oil) pada masker
untuk dipakaikan selama 15 menit. Peneliti
kemudian melakukan pengukuran kedua
(post test) tingkat kecemasan yakni 1 jam
sebelum operasi untuk dilakukan
pengolahan dan analisis data.

Populasi penelitian ini adalah semua pasien


yang dilakukan tindakan operasi dengan
anestesi spinal di Instalasi Bedah Sentral
Rumah Sakit Tugu Semarang. Sampel
penelitian adalah anggota polulasi dengan

130 Jurnal Keperawatan Jiwa


130 Volume
Jurnal1 No. 2 November 2013
Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 129-134
129-134
1. Karakteristik Sampel Penelitian Tabel 3. Hasil uji statistik (Wilcoxon)
Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian Kondisi Perubahan N Mean Sum Nilai
(n=40) tingkat Rank of p
Karakteristik Frekuensi Persentase kecemasan Ranks
a. Jenis kelamin (pre-post)
1) Laki-laki 23 57.5 POST– Negative 36a 21.64 779.00 0.000
2) Perempuan 17 42.5 PRE Ranks
Positive 4b 10.25 41.00
b. Pekerjaan Ranks
1) PNS 2 5.0 Ties 0c
2) Wiraswasta 8 20.0 Total 40
3) Ibu rumah
9 22.5 Keterangan:
tangga
4) Petani 10 25.0 a. Nilai kecemasan yang mengalami
5) Buruh 9 22.5 penurunan setelah intervensi
6) Pelajar 2 5.0 b. Nilai kecemasan yang mengalami
peningkatan setelah intervensi
c. Pendidikan c. Nilai kecemasan sama antara
1) SD 16 40.0 sebelum dan setelah intervensi.
2) SMP 7 17.5
3) SMA
15 37.5 PEMBAHASAN
4) Diploma III
2 5.0
1. Kecemasan sebelum pemberian
2. Tingkat Kecemasan aromaterapi
Terdapat perubahan tingkat kecemasan Sebelum pemberian aromaterapi paling
antara sebelum dan setelah pemberian banyak tingkat kecemasan responden
aromaterapi. Terbanyak responden adalah tingkat cemas berat. Munculnya
mengalami cemas berat (sebelum kecemasan berat tersebut dapat
aromaterapi), setelahnya lebih banyak disebabkan karena tindakan operasi
pada tidak cemas dan cemas sedang merupakan pengalaman yang pertama.
(Tabel 2). Responden dalam penelitian ini adalah
mereka yang sebelumnya belum pernah
Tabel 2. Tingkat kecemasan sebelum & mengalami tindakan operasi. Hal ini
setelah pemberian aromaterapi sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Sebelum Setelah oleh Palese, Cecconi, Moreale, dan
Tingkat pemberian pemberian Skrap (2012) bahwa mereka yang
kecemasan aromaterapi aromaterapi mengalami pengalaman pertama operasi
f % f % terlebih operasi pada bagian tubuh yang
Tidak cemas 6 15.0 16 40.0 vital, akan mengalami kecemasan yang
Cemas ringan 7 17.5 7 17.5 lebih tinggi bahkan dapat mengalami
Cemas sedang 11 27.5 17 42.5 depresi. Hal ini juga sesuai dengan
Cemas berat 16 40.0 0 0.0 penelitian yang dilakukan oleh Jawaid,
Mushtaq, Mukhtar, dan Khan (2007)
Total 40 100 40 100
dan penelitian oleh Roomruangwong,
Tangwongchai, dan Chokchainon
Beradasarkan uji statistik dengan (2012) bahwa klien yang akan dioperasi
Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.00 untuk pertama kalinya memiliki tingkat
lebih kecil dari alpha (0.05). Dengan kecemasan sebelum operasi yang lebih
demikian disimpulkan ada pengaruh tinggi dibandingkan dengan yang telah
pemberian aromaterapi terhadap tingkat memiliki pengalaman operasi
kecemasan pasien sebelum operasi sebelumnya.
dengan anestesi spinal di RS Tugu
Semarang (Tabel 3).
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Operasi Dengan 131
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Tingkat KecemasanAnestesi Spinal Di RS Tugu
Pasien Semarang
Sebelum Operasi 131
Arwani, Iis
Dengan Anestesi Sriningsih,
Spinal DI RSRodhi
TuguHartono
Semarang
Arwani, Iis Sriningsih, Rodhi Hartono
2. Kecemasan setelah pemberian disorder) dibandingkan dengan
aromaterapi pemberian Lorazepam. Hasil penelitian
Setelah dilakukan pemberian oleh Conrad dan Adams (2012)
aromaterapi tidak lagi ditemukan menunjukkan bahwa pemberian
responden dengan kecemasan berat, aromaterapi dapat menurunkan secara
namun terjadi peningkatan jumlah pada signifikan tingkat kecemasan dan
kategori kecemasan sedang dari 11 depresi pada wanita melahirkan dengan
orang menjadi 17. Di lain sisi, terdapat resiko tinggi.
peningkatan jumlah klien / responden
yang tidak cemas dari 6 orang menjadi Dampak positif aromaterapi terhadap
16 orang setelah aromaterapi. Perubahan penurunan tingkat kecemasan ini
jumlah responden ke arah tingkat disebabkan karena aromaterapi lavender
kecemasan yang lebih rendah ini diberikan secara langsung (inhalasi).
dimungkinkan karena adanya intervensi Mekanisme melalui penciuman jauh
yang diberikan yaitu aromaterapi. lebih cepat dibanding rute yang lain
Aromaterapi diberikan untuk dalam penanggulangan problem
meningkatkan kesehatan dan emosionl seperti stess dan kecemasan,
kesejahteraan tubuh, pikiran, dan jiwa. termasuk sakit kepala, karena hidung/
Aromaterapi mempunyai efeknya positif penciuman mempunyai kontak langsung
karena aroma yang segar dan harum dengan bagian-bagian otak yang
akan merangsang sensori dan resptor bertugas merangsang terbentuknya efek
yang pada akhirnya mempengaruhi yang ditimbulkan oleh aromaterapi.
organ lain sehingga dapat menimbulkan Hidung sendiri bukanlah organ untuk
efek kuat terhadap emosi dan mampu membau, tetapi hanya memodifikasi
bereaksi terhadap stress. Aromaterapi suhu dan kelembaban udara yang
mempunyai beberapa keuntungan masuk. Saraf otak (cranial) pertama
sebagai tindakan supportive seperti efek bertanggung jawab terhadap indera
relaksasi maupun perangsang, pembau dan menyampaikan pada sel-sel
menenangkan kecemasan dan reseptor. Ketika aromaterapi dihirup,
menurunkan depresi (Primadiati, 2003). molekul yang mudah mengguap dari
3. Pengaruh aromaterapi terhadap tingkat minyak tersebut dibawa oleh udara ke
kecemasan “atap” hidung dimana silia-silia yang
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui lembut muncul dari sel-sel reseptor.
ada pengaruh pemberian aromaterapi Ketika molekul-molekul itu menempel
terhadap tingkat kecemasan pasien pada rambut-rambut tersebut, suatu
sebelum operasi dengan anestesi spinal pesan elektro kimia akan
di RS Tugu Semarang (p < 0.05). Hasil ditra nsmisikan melalui bola dan
penelitian ini sesuai dengan hasil-hasil olfactory ke dalam sistem limbik. Hal
penelitian yang pernah dilakukan ini akan merangsang memori dan
sebelumnya. Kritsidima, Newton, dan respons emosional. Hipotalamus
Asimakopoulou (2010) melaporkan berperan sebagai relay dan regulator,
dalam penelitiannya bahwa pemberian memunculkan pesan-pesan ke bagian
aromateraphy lavender pada klien otak serta bagian tubuh yang lain. Pesan
dengan masalah gigi secara signifikan ya ng diterima kemudian diubah
menurunkan tingkat kecemasan jika menjadi tindakan yang berupa pelepasan
dibandingkan dengan kelompok yang senyawa elektrokimia yang
tidak diberi lavender (p = 0.001). menyebabkan euporia, relaks atau
Penelitian yang dilakukan oleh Woelk sedative. Sistem limbic ini terutama
dan Schlafke (2010) juga menunjukkan digunakan untuk sistem ekspresi emosi
bahwa pemberian lavender sangat (Koensoemardiyah, 2009).
efektif untuk menurunkan tingkat Namun demikian tidak selamanya
kecemasan umum (generalized anxiety pemberian lavender berdampak pada

132 Jurnal Keperawatan Jiwa


132 Volume
Jurnal1 No. 2 November 2013
Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 129-134
129-134
perubahan penurunan tingkat anxiety and depression in the high
kecemasan. Muzzarelli, Force, dan risk postpartum woman – a pilot
Sebold (2006) melaporkan dalam study. Complement Ther Clin Pract,
penelitiannya bahwa tidak ada 18(3), 164-8.
perbedaan tingkat kecemasan antara
kelompok yang diberikan aromateraphy Devita, M. L. (2008). Aromaterapi. Diambil
(lavender) dengan kelompok kontrol dari:
(tanpa aromaterapi) (p = 0.47). http://asic.lib.unair.ac.id/journal/abstra
Walaupun tidak bermakna secara k/. diakses 10 Februari 2012.
statistic, namun hasil penelitian
Muzzarelli, et.al. (2006) melaporkan Davis. C., Cooke. M., Holzhauser. K.,
bahwa kelompok yang diberikan Jones. M, &Finucane. J. (2005). The
lavender merasa lebih nyaman. effect of aromatherapy massage with
music on the street and anxiety levels
SIMPULAN of emergency nurses, Australian
Emergency Nursing Journal, 1-9.
Terdapat pengaruh pengaruh pemberian
aromaterapi terhadap tingkat kecemasan Hutasoid, A . (2002). Aromaterapi untuk
pasien sebelum operasi dengan anestesi pemula. Jakarta: GramediaPustaka.
spinal di RS Tugu Semarang (p < 0.05).
Disarankan perlunya pemberian Hawari, D. (2008). Manajemen stess dan
aromaterapi yang sesuai keinginan klien depresi. Jakarta: Balai PenerbitF KUI.
sebelum dilakukan operasi guna
menurunkan tingkat kecemasan sebelum Hale, G. (2008). Lavender-nature’ said to
operasi (preoperative anxiety), dan strees relief.Diakses10Februari2012:
penelitian mendatang perlu adanya dari: www.aromatherapy-stres-
kelompok kontrol (pembanding) agar dapat relief.com.
dikontrol pengaruh pemberian aromaterapi
terhadap penurunan tingkat kecemasan Indrati, D. (2009). Efektifitas terapi aroma
pada pasien sebelum operasi. lavender terhadap tingkat nyeri dan
kecemasan persalinan kala I di Rumah
DAFTAR PUSTAKA Sakit dan Klinik Berslin Purwokerto.
Diambil
Aromatherapy. Diambil dari http//www. dari:www.digilib.ui.ac.id/file=pdf/abtra
minyakherbal.com. Diakses tanggal 15 k-124684.pdf diakses tanggal 20
Februari 2012. Februari 2012.

Buckle, J. (2003). Clinical aromatherapy: Imura. M., Misau, H & Ushijima, H.


Essential oil in practice. Second (2005). The Psycolocal Effectsof
Edisition. New York : Churchill Aromatherapy Massage in Healty
Livingtone. Pospartum Mother. Journal of
Midwifery Women Health, 1-7.
Bastard.J. &Tiran. D. (2006).
Aromatheraphy and massage for Koensoemardiyah. (2009). A-Z
antenatal anxiety: Its effect on aromaterapi untuk kesehatan,
the fetus. Diambil dari: kebugaran, dan kecantikan. Ed 1.
www.aromatherapy.ir/article/aromath Yogyakarta: Andi.
erapy2027pdf. diakses 5 Februari
2012. Keliat, B. A. (2001). Keperawatan jiwa:
Konsep dan klinis. Jakarta: EGC.
Conrad, P., & Adams, C. (2012). The Kritsidima, M., Newton, T., &
effects of clinical aromateraphy for Asimakopoulou, K. 2010. The effect of

Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Operasi Dengan 133
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Tingkat KecemasanAnestesi Spinal Di RS Tugu
Pasien Semarang
Sebelum Operasi 133
Arwani, Iis
Dengan Anestesi Sriningsih,
Spinal DI RSRodhi
TuguHartono
Semarang
Arwani, Iis Sriningsih, Rodhi Hartono
lavender scent on Dental patient Part I: An introduction Into nursing
anxiety levels: A cluster randomized- practice. Clinical Journal of Oncology
controlled trial. Community Dent Oral Nursing, 7(5).
Epidemiol, 38 (1), 83-87.
Kuriyama, H., Watanabe, S., & Nakaya, T. Potter, P. A. (2005). Buku ajar
(2005). Imunological and fundamental keperawatan: Konsep,
psychological benefits of proses dan praktik. Ed. 4. Terjemahan.
aromatherapy massage. Diakses Jakarta: EGC.
15 Februari 2012 dari:
http//ccam.oxfortdjournal.org. Primadiati, R. (2002). Aromaterapi:
Perawatan alami untuk sehat dan
Mansjoer, A. dkk. (2005). Kapita selekta cantik. Jakarta: Gramedia.
kedokteran. Edisi Ketiga, Jakarta: Roomruangwong, C., Tangwongchai, S., &
Media Aesculap. Chokchainon, A. (2012). Preoperative
anxiety among patients who were
Maifrisco. (2005). Pengaruh aromaterapi about to receive uterine dilatation and
terhadap stress mahasiswa. Diambil curettage. J Med Assoc Thai, 95 (10),
dari: 1344-51.
http://www.scribd.com/doc/22355491
/Pengaruh-Aromaterapi. Diakses 5 Smeltzer, SC. &Bare, G. B. (2001). Buku
Februari 2012. ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddart. Diterjemahkan
Maddocks-Jennings, W., &Wilkinson, J. oleh Monica Ester. Ed.8. Jakarta:
M. (2005). Aromatherapy practicein EGC.
nursing: Literaturereview. Journal of
Advanced Nursing. Stuart, G. W. &Michele, T.L. (2001).
Principles and practice of psychiatric
Jawaid, M., Mushtaq, A., Mukhtar, S., nursing. Ed. 7. USA: Mosby Inc.
&Khan, Z. (2007). Preoperative
anxiety before elective surgey. Stuart, G W. &Sandra J. S. (1998). Buku
Neurosciences, 12 (2), 145-148. saku keperawatan jiwa. Alih
bahasaoleh Achir Yani S. Hamid.
Muzzarelli, L., Force, M., & Sebold, M. Editor edisi bahasa Indonesia oleh
(2006). Aromateraphy and reducing Yasmin Asih. Ed. 3. Jakarta: EGC.
preprocedural anxiety: A controlled
prospective study. Gastroenterol Turana, Y. (2008). Pijat
Nurs, 29 (6), 466-71. aromaterapi.Diambil
dari:http//www.Medicaholistik.com.
Pailese, A., Cecconi, M., Moreale, R., & Diakses 12 Februari 2012.
Skrap, M. (2012). Pre-operative
stress, anxiety, depression and coping Woelk, H., & Schlafke, S. (2010). A multi-
strategies adopted by patients center, double-blind, randomized study
experiencing their first or recurrent of the lavender oil preparation Silexan
brain neoplasm: An explorative study. in comparison to Lorazepam for
Stress Health, 28 (5), 416-25. generalized anxiety disorder.
Phytomedicine, 17 (2), 94-9.
Perez, C. (2003). Clinical aromatherapy

134 Jurnal Keperawatan Jiwa


134 Volume
Jurnal1 No. 2 November 2013
Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 129-134
129-134

Anda mungkin juga menyukai