Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN FESES MANUSIA SEBAGAI ENERGI BIOGAS

UNTUK RUMAH TANGGA DI KECAMATAN OEBOBO KOTA KUPANG

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


GEOGRAFI LINGKUNGAN, SUMBERDAYA ALAM,
DAN MITIGASI BENCANA
Yang dibina oleh Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si dan
Ike Sari Hastuti, SP, M.Nat.Res St, Ph.D

Oleh
Aprilia DR Puspa W 170721867521
Try Wahyuni 170721867518
Wolfgang Asindo 170721867539

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
April 2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun penjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah Geografi Lingkungan,
Sumberdaya alam, dan mitigasi bencana Program Pascasarjana Pendidikan
Geografi di Universitas Negeri Malang.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Prof.
Dr.Sugeng Utaya, M.Si dan Ike Sari Hastuti, SP, M.Nat.Res St, Ph.D mata kuliah
Geografi Lingkungan, Sumberdaya alam, dan mitigasi bencana. Dengan demikian
makalah ini sangat penting artinya bagi penyusun sebagai sarana untuk
pembelajaran dan memantapkan pengetahuan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat kekurang sempurnaan, maka penyusun harapkan kritik dan saran
yang bersifatmembangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini
diwaktu yang akan datang. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat.

Malang, April 2018

(Kelompok 5)

2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Energi Biogas ............................................................................................. 8
B. Pemanfaatan feses manusia sebagai .......................................................... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 11
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 11
C. Sumber Data .............................................................................................. 12
D. Metode Pengambilan Data ........................................................................ 13
E. Tahapan Pengambilan Data ...................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan
energi semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan energi ditandai dengan
tingginya konsumsi akan bahan bakar minyak bumi dan gas. Konsumsi energi
digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti industri, transportasi,
rumah tangga, pembangkit listrik dan lain-lain. Seperti halnya sebuah
makanan, kebutuhan akan energi minyak bumi dan gas adalah hal yang utama
sebagai roda atau penggerak kehidupan manusia di bumi. Seiring berjalannya
waktu, ketersediaan minyak bumi dan gas dapat semakin menipis dan bertolak
belakang dengan kebutuhan di masyarakat yang semakin meningkat.

Permasalahan minimya ketersediaan energi yang sering muncul di


masyarakat yaitu langkanya gas atau disebut Liquid Petrolum Gas (LPG).
Konsumsi LPG di Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun. Tahun 2000
penggunaan LPG di Indonesia sekitar 843.000 ton, dan tahun 2010
penggunaan LPG naik menjadi 3.689.000 ton. Selain dikarenakan program
penggantian minyak tanah menjadi LPG, ketersediaan terhadap LPG juga
terbatas. Hal ini terlihat dari hasil produksi LPG Indonesia tahun 2000 masih
memenuhi kebetuhan dalam negri, tahun 2010 diperlukan impor sebanyak 1
juta ton LPG (Kementrian ESDM, 2011).

Dalam mengatasi keterbatasan LPG diperlukan energi alternatif untuk


memenuhi permintaan dalam negri. Salah satu energi alternatif pengganti gas
yaitu energi biogas. Energi biogas merupakan energi alternatif yang berasal
dari limbah atau kotoran baik dari hewan maupun manusia. Terutama kotoran
hewan maupun manusia selama ini hanya dibuang begitu saja. Kotoran
manusia dan hewan memiliki manfaat yaitu menghasilkan gas metana yang
dapat menjadi bahan bakar alternatif. Pemanfaatan limbah atau kotoran juga
dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan seperti pencemaran air,
tanah, dan udara.

4
Salah satu wilayah yang membutuhkan energi alternatif di Indonesia yaitu
Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang tidak
memiliki sumber energi fosil dan bergantung pada pasokan energi dari daerah
lainnya. Salah satu energi yang sulit ditemukan di masyarakat Nusa Tenggara
Timur yaitu bahan bakar gas alam. Hal ini diperjelas dengan tidak tersedianya
pasokan gas LPG 3 kg yang sangat berguna bagi masyarakat menengah
kebawah dan terbatasnya persediaan gas LPG gas 12 kg maupun 50 kg. Oleh
karena itu, dibutuhkannya energi alternatif salah satunya adalah biogas untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.

Terbatasnya ketersediaan gas di Nusa Tenggara Timur juga diperjelas


dengan masyarakat yang masih menggunakan minyak tanah sebagai bahan
bakar utama untuk memasak dalam rumah tangga. Harga minyak tanah di
Nusa Tenggara Timur dapat mencapai angka Rp 7.000/Liter. Pemakaian
minyak tanah merupakan pemborosan energi dibandingkan dengan
menggunakan gas. Penggunaan 1 m3 biogas sama dengan penggunaan elpiji
0,46 kg, minyak tanah 0,62 Liter, minyak solar 0,52 liter, bensin 0,80 liter,
kayu bakar 3,50 kg (Tuti Haryati, 2006).

Pemanfaatan biogas dari feses manusia saat ini masih belum banyak
dikelola. Feses manusia dianggap limbah yang tidak bermanfaat dan langsung
dibuang begitu saja. Pengelolaan feses manusia yang tepat untuk biogas dapat
bermanfaat langsung kepada masyarakat. Pemanfaatan feses manusia di Nusa
Tenggara Timur masih sangat minim. Dalam satu hari, setiap orang
menghasilkan setidaknya 150-200 gr feses (Mulyani dkk, 2011). Apabila
penduduk Indonesia mencapai 200 juta jiwa, maka setiap hari minimal 35 juta
ton feses di produksi dan tidak mencapai 1% yang di daur ulang. Hal ini
diperjelas juga dengan kurangnya kesadaran masyarakat Nusa Tenggara
Timur mengenai masalah pembuangan feses atau sanitasi. Riset Kesehatan
Dasar 2013 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan menempatkan NTT dalam posisi sebagai 5
provinsi dengan cakupan rumah tangga terendah yang tidak memiliki fasilitas
BAB (29,3%), rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja yang tidak aman-
-SPAL, kolam/sawah, langsung ke sungai/danau/laut, lubang tanah atau ke

5
pantai/kebun--(49,7%) dan rumah tangga dengan akses sanitasi tertendah
(41.1%).

Lokasi tempat biogas yang akan ditentukan harus dekat dengan sumber
biogas tersebut. Menurut Padmono dan Susanto (2007), tempat paling tepat
untuk mengekstraksi biogas adalah tempat dengan sumber limbah organik
yang terpusat. Salah satu contohtempat dengan limbah terpusat di Jakarta
adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah. Salah satu IPAL terbesar di Jakarta
dengan kapasitas 38.880 m3 adalah PD PAL Jaya yang terletak di Kecamatan
Setiabudi, Kelurahan Setiabudi, Jakarta Selatan. IPAL PD PAL JAYA
menampung limbah domestik dari gedung-gedung dan rumah-rumah di
kawasan Setiabudi dan Kuningan (PD PAL JAYA, 2009). Oleh karena itu,
penentuan lokasi biogas nantinya merupakan daerah dengan jumlah penduduk
atau pemukiman yang berpotensi besar terhadap sumber bahan biogas.

Seperti penjelasan sebelumnya, penelitian ini dikhususkan pada wilayah


dengan jumlah penduduk atau pemukiman yang padat. Salah satu wilayah
dengan padat penduduk atau pemukiman yang tinggi yaitu di Kecamatan
Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Jumlah penduduk di
Kecamatan Oebobo yaitu 5.076 jiwa/km2 dan memiliki 7 kelurahan. Salah
satu alasan penentuan lokasi biogas agar mempermudah penyaluran feses
dalam satu tempat atau disebut dengan septic tank komunal. Sasaran
pembuatan biogas nantinya adalah rumah tangga di Kecamatan Oebobo Kota
Kupang karena masih menggunakan minyak tanah dan minimnya penggunaan
gas.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti akan mengangkat


judul penelitian yaitu “Pemanfaatan Feses Manusia Sebagai Energi Biogas
Untuk Rumah Tangga Di Kecamatan Oebobo Kota Kupang”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pegelolaan feses manusia menjadi energi biogas untuk
rumah tangga di Kecamatan Oebobo Kupang?
2. Pada titik manakah penentuan lokasi yang tepat untuk biogas rumah di
Kecamatan Oebobo Kupang?

6
3. Bagaimanakah manfaat energi biogas dari feses manusia untuk rumah
tangga di Kecamatan Oebobo Kupang?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengelolaan feses manusia menjadi energi biogas
untuk rumah tangga di Kecamatan Oebobo Kupang.
2. Untuk mengetahui titik lokasi biogas rumah tangga yang tepat di
Kecamatan Oebobo.
3. Untuk mengetahui manfaat biogas dari feses manusia untuk rumah
tangga di Kecamatan Oebobo Kupang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan energi alternatif berkelanjutan dan pengembangan wilayah
yang dapat memanfaatkan sumberdaya alam sekitar.
2. Bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi dan edukasi mengenai energi alternatif
berkelanjutan yang dapat mudah ditemukan di masyarakat.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Energi Biogas

Biogas merupakan energi terbarukan yang dapat dijadikan sebagai bahan


bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar dari fosil seperti minyak tanah
dan gas alam. Pada umumnya biogas berasal dari limbah atau kotoran yang besar
produksinya tergantung atas ketersediaan makanan, hal ini dimaksudkan selama
makanan tersedia maka energi tersebut akan selalu tersedia. Berbeda dengan gas
alam, yang jumlah cadangannya terbatas karena berasal dari fosil yang proses
pembentukannya membutuhkan waktu jutaan tahun.

Biogas merupakan bahan bakar yang tidak menghasilkan asap merupakan


suatu alternatif yang unggul untuk menggantikan bahan bakar konvensional,
dimana gas ini dihasilkan oleh suatu proses yang disebut pencernaan anaerobic,
yakni percampuran antara gas metana (CH4), Karbondioksida (CO2), serta
sejumlah kecil nitrogen, ammonia, sulfur dioksida, hydrogen dioksida dan
hydrogen. Secara alami gas ini terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan
sampah, dasar danau atau rawa (Haryati, 2006).

Kandungan metana (CH4) dan nilai kalornya yang tinggi, yakni 50 MJ/kg pada
biogas sangat potensial sebagai sumber energi terbarukan. Selain itu, gas metana
memiliki satu karbon dalam setiap rantainya dapat menghasilkan pembakaran
yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar berantai karbon
panjang. Hal ini disebabkan jumlah CO2 yang dihasilkan selama pembakaran
bahan bakar berantai karbon pendek lebih sedikit Berikut ini merupakan
campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada
material-material terurau dalam kondisi anaerobic menurut (Haryati;2006), pada
umumnya biogas terdiri atas gas metana (CH4) dengan persentasi antara 50-70%,
gas karbondioksida (CO2) 30-40%, hydrogen (H2) antara 5-10%, dan gas lainnya
dalam jumlah yang sedikit.

Komposisi gas yang terkandung dalam biogas ini nantinya sangat cocok
digunakan sebagai bahan bakar alternative yang ramah lingkungan khususnya

8
pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) maupun bahan lain yang berasal dari
fosil. Kesetaraan biogas dalat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Biogas Bahan Bakar Lain


 Elpiji 0,46 Kg
 Minyak Tanah 0,62Liter
 Minyak Solar 0,52 Liter
1 m3 Biogas
 Bensin 0,80 Liter
 Gas Kota 1.50 m3
 Kayu Bakar 3,50 Kg

Sumbet: Haryanti; 2006

Untuk membuat biogas diperlukan proses digestifikasi anaerobik, yakni


proses pembusukan bahan organic oleh bakteri anaerobic pada kondisi tanpa
udara yang menghasilkan biogas dan pupuk cair. Ada dua jenis digestifikasi
anaerobic yakni alamiah dan buatan seperti yang terlihat dalam gambar dibawah
ini:

Gambar 2.1 Proses Digestifikasi Anaerobik

Metana yang terkandung dalam biogas akan relative lebih bersih daripada
batubara, dan menghasilkan energy yang lebih besar dengan emisi

9
karbondioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas merupakan salah satu
cara pengolahan yang tepat dalam pengelolaan limbah karena metana
merupakan salah satu gas rumah kaca yang lebih membahayakan daripada
karbondioksida.

B. Pemanfaatan feses manusia sebagai energi biogas

Pemanfaatan feses manusia sebagai biogas menuai berbagai perspektif


masyarakat. Menurut penelitian Susmarkanto dalam Jurnal Sains dan Teknologi
BPPT (2003) yang berjudul “Sikap Santtri Tebuireng terhadap Biogas”
menyatakan bahwa banyak santri yang tidak setuju dengan biogas hasil
pengolahan feses manusia dikarenakan kecanggungan pemanfaatan. Kondisi ini
dipengaruhi oleh pemahaman mereka tentang hakikat biogas dan konsekuensi
yang timbul dari pemanfaatan energy tersebut.

Pada dasarnya energi biogas sangat membantu dalam memecahkan masalah


kelangkaan yang sedang terjadi. Sebagaimana yang disampaikan oleh N.Agung
dalam penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan Biogas sebagai Energi
Alternatif” bahwa anaerobic digestion atau biodigester terhadap bahan organic
dari feses maupun limbah memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai sumber
energy pengganti.

Penelitian mengenai biogas juga dilakukan oleh Ristijarno (2008) yang


menyebutkan bahwa, Pemanfaatan satu unit biogas dengan kapasitas 9 m3 dapat
dimanfaatkan oleh tiga Kepala Keluarga (KK) untuk kebutuhan memasak atau
penerangan rumah. Keungggulan energy biogas disamping sebagai kebutuhan
rumahtangga, feses ternak yang sudah diolah dan dimanfaatkan

Berdasarkan beberapa penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


penggunaan biogas memberikan manfaat yang cukup yakni dari mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara meminimalisir produksi karbondioksida,
serta pengurangan perusakan laisan ozon. Selan itu, dari segi biaya, pengeluaran
rumah tangga akan sedikit lebih murah daripada menggunakan konvensional.

10
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian


kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif yang
cenderung menggunakan analisis. Menurut Bogdan dalam Moleong (2011)
penelitian kualitatif sebagai proses penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.

B. Lokasi Penelitian

Wilayah penentuan lokasi biogas dari feses manusia berada di kecamatan


Oebobo Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. kecamatan Oebobo dipilih
berdasarkan jumlah kepadatan penduduk tertinggi di Kota Kupang. Penetuan
titik lokasi akan dilakukan di tujuh kelurahan yaitu, kelurahan Oetete,
kelurahan fatululi, kelurahan kayu putih, kelurahan Oebufu, kelurahan Tuak
daun merah, kelurahan Liliba.

Sumber: map data 2018

11
C. Sumber data

Sumber data pada penelitian ini menggunakan 2 jenis data yaitu: data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden
rumah tangga disetiap kelurahan yang menerima langsung energi biogas. Data
primer menggunkan wawancara yang terkait dengan penggunaan biogas
dalam rumah tangga. Menurut Moleong (2001), pencatatan sumber data
melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari kegiatan
melihat, mendengar, dan bertanya. Pada penelitian kualitatif, kegiatan ini
dilakukan secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu
informasi yang diperlukan. Data sekunder diperoleh badan pusat statistik
(BPS) terkait jumlah kepadatan penduduk di kecamatan Oebobo, jumlah
rumah tangga di setiap kelurahan melalui data Kecamatan Oebobo, dan peta
Topografi kecamatan Oebobo dari Badan Informasi Geospatial,

D. Metode Pengambilan Data

Sesuai dengan penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang digunakan,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
lapangan, teknik wawancara, dan dokumentasi.

Studi lapangan untuk mengumpulkan data mengenai jumlah kepadatan


penduduk dan jumlah rumah tangga di setiap kelurahan sehingga akan
ditemukan potensi feses untuk biogas. Selain itu, penentuan lokasi terkait
pembangunan biogas yang dekat dengan masyarakat atau rumah tangga.
Teknik wawancara untuk mengetahui manfaat biogas untuk kebutuhan rumah
tangga, pengaruh yang dirasakan rumah tangga sebelum dan sesudah
menggunakan biogas. Selanjutnya dokumentasi berkaitan dengan
pengumpulan data sekunder

E. Tahapan Pengambilan Data

Prosedur penelitian merupakan penjelasan langkah-langkah yang harus


ditempuh dalam suatu penelitian. Menurut Moleong (2004:127-148), Langkah
langkah prosedur penelitian meliputi tiga hal yaitu:

12
Tahap Pra Lapangan tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan
peneliti dengan pertimbangan etika penelitian lapangan melalui tahap
pembuatan rancangan usulan penelitian. Tahap pekerjaan di lapangan untuk
mengumpulkan dan menggali data. Terakhir tahap analisis data untuk
mengolah data diperoleh dari narasumber, dokumen, ataupun data di lapangan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Haryati, Tuti. 2006. Biogas: Limbah Peternakan yang enjadi Sumber Energi
Alternatif. Bogor: Balai Penelitian Ternak (dalam Jurnal
WARTAZOA Vol 16 Nomor 3 Tahun 2006)
Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral). 2011. Handbook of
Energy & Economic Statistics of Indonesia. http://prokum.esdm.go.id/,
diakses 28 Maret 2018.
Moleong, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyani, Tri. Sari, Fenita dan Noor Nissa. 2011. Eco-Development Menuju
MDGs 2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol (1) No 1.
Padmono, D. dan J.P. Susanto. 2007. Biogas sebagai energi alternative antara
mitos dan fakta ilmiah. Jurnal Teknik Lingkungan, Vol (8). 34-42.
Rahmani, Pradnya. Hartono M, Djoko. Kusnoputranto. 2013. Kajian Kelayakan
Pemanfaatan Biogas dari Pengolahan Air Limbah Untuk Memasak.
Rustijarno, Sinung. 2008. Pemanfaatan Biogas sebagai Sumber Energi Alternatif
Terbarukan di Lokasi Prima Tani Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta dalam Seminar
Internasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
(http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/semnas/pro08-
130.pdf?secure=1) diakses pada 24 Maret 2018
______. 2015. Handbok Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Susmarkanto.2003.Sikap Santri Tebuireng terhadap Biogas. Jurnal Sains dan
BPPT dalam (http://www.iptek.net.id) diakses pada 24 maret 2018

14

Anda mungkin juga menyukai