Anda di halaman 1dari 12

GAYA BELAJAR DAN STRATEGI MENGAJAR GEOGRAFI,

PENTINGKAH TERHADAP HASIL BELAJAR?

Aprilia Dwi Rizki Puspa Wardani


Pendidikan Geografi
Pascasarjana
Universitas Negeri Malang

Geografi merupakan sebuah ilmu terapan yang menuntut peserta didik


tidak hanya menghafal tetapi mampu memahami materi yang dipelajari dengan
baik. Namun yang menjadi permasalahan dalam praktik pembelajaran geografi
sebagian besar materi disampaikan dengan menggunakan cara konvensional
seperti ceramah dan tanya jawab. Sehingga mata pelajaran geografi menjadi
kurang menarik minat peserta didik, hal ini dapat dilihat dari seringnya peserta
didik meminta izin keluar pada saat Kegiatan Belajar Mengajar sedang
berlangsung. Hal ini mengakibatkan materi yang disampaikan tidak sepenuhnya
diserap dan kurangnya interaksi peserta didik secara aktif sehingga hasil belajar
cenderung rendah bahkan ada yang berada dibawah KKM yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah.

Hasil belajar merupakan tolok ukur yang dapat digunakan untuk


menentukan keberhasilan peserta didik dalam menguasai sebuah materi tertentu.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Sanjaya (2005;7)

“Hasil belajar merupakan alat yang digunakan untuk


menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran. Hasil belajar
terwujud dalam perubahan tingkah laku dari tidak tahu akan
sesuatu dan dari tidak mengerti akan sesuatu menjadi mengerti
serta tahu.”

Hasil belajar sendiri menurut Bloom yang dikutip dalam Anderson dkk,
(2001) dikelompokkan menjadi tiga ranah yakni sebagai berikut: (1) ranah
kognitif, terbagi dalam 6 tingkatan yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
evaluasi dan kreativitas; (2) ranah afektif terbagi menjadi 5 tingkatan yaitu
penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian dan penjatidirian; dan
(3) ranah psikomotorik terbagi menjadi 4 tingkatan yaitu peniruan, manipulasi,
artikulasi dan pengalamiahan.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan ranah kognitif, merupakan


yang berhubungan dengan perubahan dari segi pengetahuan dan pemahaman.
Ranah psikomotorik, yakni ranah yang berhubungan dengan ketrampilan dalam
melakukan atau menyelesaikan pekerjaan, dan ranah afektif, yakni ranah yang
berhubungan dengan sikap yang diwujudkan dalam perilaku maupun tindakan.
Ketiga ranah ini akan mengalami kenaikan apabila guru mampu memilih gaya
mengajar dan menerapkan strategi mengajar yang tepat.

Gaya Mengajar Geografi


Gaya belajar maupun mengajar merupakan salah satu keunikan dari
individu. Secara umum gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dan membuat
nyaman dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses, dan mengerti suatu
informasi. Dengan kata lain gaya belajar adalah cara mengenali berbagai metode
belajar yang disukai dan dirasa lebih efektif bagi peserta didik.

De Porter (2003:110) menjelaskan ada dua kategori secara umum tentang


bagaimana gaya belajar. Pertama, bagaimana menyerap informasi secara mudah,
dan kedua cara mengatur serta mengolah informasi tersebut. Lebih jauh lagi De
Porter (2003:112) menyebutkan bahwa:

“Awal pengalaman belajar salah satu diantara langkah-langkah


pertama adalah modalitas, seseorang sebagai modalitas visual,
auditorial, atau kinestetik. Walaupun dalam belajar sesungguhnya
setiap individu menggunakan ketiganya, tetapi pasti ada
kecenderungan pada salah satu modalitas.”

Dapat disimpulkan bahwa peserta didik akan mampu menyerap sebuah


informasi dengan baik apabila informasi tersebut disampaikan dengan cara yang
membuat mereka nyaman. Salah satu nya adalah dengan memperhatikan
kecenderungan gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik.
Gaya belajar tidak hanya diperhitungkan dari segi peserta didik namun
juga bagi pendidiknya. Gaya mengajar pendidik juga dapat mempengaruhi
kuantitas penyerapan materi oleh peserta didik. Menurut Usman (2010;84) gaya
atau variasi merupakan suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi
belajar-mengajar yang ditunjukan untuk mengatasi kebosanan peserta didik
sehingga dalam situasi belajar mengajar peserta didik senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme, dan partisipasi.

Dalam proses belajar mengajar perhatian peserta didik terhadap materi


yang diberikan guru merupakan masalah yang sangat penting karena dengan
perhatian tersebut akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah
dirancang. Dalam jumlah peserta didik yang banyak, biasanya sangat sulit untuk
mempertahakan agar perhatian tetap pada materi yang diberikan. Banyak faktor
yang mempengaruhinya, missal faktor penjelasan guru yang kurang mengenai
sasaran, dan yang paling utama adalah gaya mengajar.

Namun, pada kenyataannya gaya belajar yang diterapkan masih bersifat


monoton, sehingga peserta didik enggan untuk memperhatikan apa yang
disampaikan oleh guru apalagi peserta didik yang memiliki kecenderungan belajar
secaa visual. Dimana peserta didik tersebut belajar dari gerak gerik guru ketika
menjelaskan sebuah materi.

Strategi Mengajar

Brown (1980: 83) menyatakan, “Strategi didefinisikan sebagai metode


khusus dalam mendekati suatu tugas atau masalah, yakni satu bentuk operasi
dalam mencapai tujuan akhir, suatu desain yang direncanakan untuk
mengendalikan dan memanipulasi informasi tertentu. Dalam konteks belajar
mengajar, strategi berarti pola dan urutan umum perbuatan guru murid di dalam
perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Senada dengan kedua pendapat itu,
Sanjaya (2006:126) mengutip pendapat J. R. David yang menyatakan bahwa,
strategi merupakan suatu rencana, metode, atau rangkaian kegiatan yang
dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Kemp (1994) Strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya Dick. & Carey
(2005: 30), menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi
dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada peserta didik.

Strategi mengajar pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan gaya


mengajar. Strategi belajar lebih mengarah kepada metode yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar, sementara gaya mengajar lebih cenderung kepada
gerak tubuh guru dalam menyampaikan materi. Strategi mengajar disini
merupakan suatu cara, langkah-langkah yang dirumuskan secara matang sebelum
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Hal ini dimaksudkan sebagai pola yang ditetapkan guru sebelum mengajar
dengan maksud mencapai pembelajaran secara optimal. Hasilnya berupa peserta
didik menguasai secara optimal semua materi pelajaran yang disampaikan guru.
Dari sisi guru akan mendapatkan kepuasan batin dari hasil tersebut.

Gaya Belajar dan Strategi Mengajar Geografi, Pentingkah terhadap Hasil


Belajar ?

Begitu pentingkah strategi dan gaya guru dalam kegiatan belajar mengajar
geografi? Suatu pertanyaan yang menyentuh, sudahkah seorang pendidik atau
calon pendidik menguasai strategi pembelajaran yang akan dilakukan? Gaya dan
strategi mengajar sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai
mana yang sudah dipaparkan diatas tidak tepatnya penggunaan gaya dan strategi
belajar mengajar akan menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik.

Mengingat geografi merupakan ilmu terapan, sehingga diperlukan strategi


belajar yang mengacu pada praktik atau outdoor learning. Strategi yang tepat
adalah penggunaan metode scientific approach berbasis projek. Projek ini nanti
tentunya dengan memperhatikan gaya mengajar dan belajar peserta didik. Peserta
Didik dengan kecenderungan belajar. Project yang diberikan kepada Peserta Didik
dengan kecenderungan visual berbeda dengan kinestetik dan audio.

Berikut ini merupakan tahapan belajar mengajar pada saat bertatap muka
dengan peserta didiknya. Kegiatan belajar mengajar yang perlu dipahami guru
untuk kemudian merumuskan strateginya. Mata Pelajaran geografi jenjang SMA
untuk tatap muka paling lama 4 x 45 menit (2 x pertemuan) atau 3 x 45 menit
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
guru sangatlah sederhana, kegiatan mengajar dan membelajarkan peserta didik
sudah terpola meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tanggal 23
November 2007 tentang standar proses pendidikan.

Berdasarkan Standar Proses Pendidikan secara rinci pola kegiatan


pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup belajar mengajar adalah sebagai
berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

(1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
(2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
(3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
(4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
dengan silabus.

2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar (KD) yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
secara aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi (munculnya) prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran khususnya
matapelajaran geografi yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.

2.1 Proses Eksplorasi


1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam sehingga sumber belajar tidak hanya berasal dari guru;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, antar peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium
maupun lapangan.

2.2 Proses Elaborasi


Dalam kegiatan elaborasi, guru:
(1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
(2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
(3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
(4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
(5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
(6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
(7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
(8) memfasilitasi pesertadidik melakukanpameran,turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

2.3 Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:


(1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
(2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber,
(3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
(4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
(1) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat simpulan
selama proses pembelajaran;
(2) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
(3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
(4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik;
(5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Setelah memahami tahapan belajar mengajar, maka strategi yang perlu


dirumuskan guru diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hadirkan Suasana Hati, Strategi Menyiapkan Psikis dan Fisik Siswa dalam
Memulai Pembelajaran.
Menghadirkan suasana hati yang bersih (Allen, 2010), saat akan membuka
sampai menutup pembelajaran perlu dilakukan guru. Hal ini akan berdampak
terhadap tampilan guru yang terlihat bersahabat serta kelihatan lebih santai
tidak tegang. Kondisi ini memungkinkan siswa merasa terayomi dan merasa
nyaman selama pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sikap respect dan
empati guru sangat dibutuhkan ketika menghadapi siswa saat baru memasuki
kelas atau akan memasuki kelas. Perhatian guru terhadap kondisi siswa,
kondisi ruangan belajar, perlengkapan belajar siswa, kebersihan papan tulis,
dan atau kesiapan peralatan LCD, serta terhadap ganggung-gangguan kecil
yang mungkin perlu dihilangkan sebelum pembelajaran di mulai dengan
harapan penyampaian materi pelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Lebih lanjut menurut Tea (2009: 221-223), selama melakukan
pembelajaran haruslah memberikan pelayanan dengan setulus hati dengan cara
banyak mendengarkan dan membangun kepercayaan siswa.
2. Sampaikan bahwa Materi Pelajaran itu Penting dan Semenantang Mungkin
Penyampaian bahwa materi itu penting untuk memecahkan permasalahan
siswa dikemudian hari perlu disampaikan kepada siswa, yang tentunya
merupakan motivasi eksternal bagi siswa untuk lebih bersemangat
mempelajarinya. Kegiatan tersebut meliputi hal sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan


sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, merupakan motivasi
tersendiri bagi siswa;
b. Penyampaian Tujuan Pembelajaran dan Cakupan Materi Sebelum Memulai
pembelajaran, merupakan salah satu strategi yang dapat memotivasi siswa
untuk berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
c. Penyampaian materi pelajaran semenarik mungkin, juga merupakan strategi
yang perlu dilakukan guru, mulai dari intonasi suara, penguatan, gerarakan-
gerakan tubuh, sampai penggunaan media yang dapat membuat siswa
tertarik dan belajar dengan senang hati.
d. Guru perlu memahami bentuk materi yang akan disampaikannya, dapat saja
materi berupa konsep, fakta, dalil atau rumus kesemua bentuk materi ini
membutuhkan strategi penyampaian yang berbeda-beda.
Hal apa saja yang perlu dipahami oleh seorang guru agar pembelajaran yang ia
sampaikan akan menjadi menarik?

1. Strategi Mengajarkan Materi Berupa Fakta


Jika guru harus menyajikan materi pelajaran termasuk jenis fakta (nama-
nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, atau simbol, dsb) strategi yang
tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut:
(1)Sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar.
(2)Berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal, menggunakan jembatan
ingatan, jembatan keledai, asosiasi berpasangan, dll. Contohnya : Indonesia
memiliki dua musim, yakni penghujan dan kemarau. Untuk menghafal pada
bulan apa saja musim kemarau dan sebaliknya dapat menggunakan jembatan
keledai atau jembatan ingatan, seperti: PAO-HOA (panas April-Oktober,
Hujan Oktober-April)
2. Strategi Mengajarkan Materi Berupa Konsep
Materi pelajaran jenis konsep (Darmadi, 2010: 224) adalah materi
berupa definisi ataupun pengertian dari konsep tersebut. Tujuan pembelajaran
konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur,
membedakan, membandingkan menggeneralisasikan, dsb. Selanjutnya
langkah-langkah mengajarkan konsep (Darmadi, 2010: 224) yakni: (1), sajikan
konsep, (2), berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok); (3) berikan
latihan (exercise), misalnya: berupa tugas untuk mencari contoh lain; (4),
berikan umpan balik; dan (5) berikan tes.

3. Strategi Mengajarkan Materi Prosedural


Tujuan mempelajari prosedur (Darmadi, 2010: 225) adalah agar siswa
dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar hapal
saja. Termasuk materi pelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah
mengerjakan suatu tugas secara berurutan misalnya langkah-langkah penelitian
geografi.
Langkah-langkah mengajarkan materi prosedur meliputi (Darmadi, 2010:
225): (1) Menyajikan prosedur, (2) Pemberian bantuan dengan jalan
mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur, (3) Memberikan
latihan (praktek), (4) Memberikan umpan balik, (5) Memberikan tes.
Pembelajaran materi dalam Mata Pelajaran Geografi sangat beragam,
sehingga membutuhkan strategi yang berbeda pula. Tidak semua materi dapat
diberikan metode pengajaran yang sama. Apabila strategi yang digunakan tepat
maka hal tersebut akan membantu dalam meningkatkan hasil belajar pada peserta
didik.
Kesimpulan

Strategi belajar dan gaya mengajar perlu dirancang dan diterapkan guru
ketika akan dan pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Strategi
pembelajaran yang baik, tentunya akan dapat dihasilkan hasil pembelajaran yang
maksimal. Peserta didik dapat belajar dengan nyaman, karena gurunya mengajar
dengan empati, strategi menghadirkan hati, menyampaikan pentingnya materi
untuk kehidupan masa mendatang bagi peserta didik, dan juga memahami bentuk-
bentuk materi pelajaran yang disampaikannya. Pemahaman ini, guru dapat
menentukan strategi yang cocok yang sesuai dengan bentuk materi geografi, yang
berupa konseptual maupun kontekstual.
DAFTAR PUSTAKA

Allen. 2010. Mendidik dengan Hati. Bandung: Kaifa


Anderson, Lorin W, et all. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education. New York:
Addison Wesley Logman.Inc.
Bloom, Benjamin S. 1982. Human Characteristic and School Learning. New
York: Mc-Graw Hill-Book Company
Darmadi. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar Guru. Bandung:Alfabetha
Kemp, Jerrold E. 1977. Learning Style: Cognitive and Thinking Skills. Reston,
VA: National Association of Secondary School Principals.
Peraturan Meneteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses Pendidikan
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana
Smith, Maggie.2002. Teaching Geography in Secondary Schools. London : The
Open University

Anda mungkin juga menyukai