Anda di halaman 1dari 16

Andalas Dental Journal P a g e | 137

ARTIKEL PENELITIAN

PENGGUNAAN ANALISIS PONT PADA POPULASI MAHASISWA


SUKU MINANG DI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS

Maya Safitri 1, Murniwati 2


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas
2
Staf Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas

ABSTRACT
Background : Dental cast analysis is one of the important thing in orthodontic treatments. One of
the dental cast analysis which is usually used is Pont analysis, proposed in 1909. Pont did his research to a
population in French which is Caucasian and stated that his theory needs to be tested to another ethnics to
verify the applicability of Pont analysis to that population. On each race, there are some specific physical
characteristics such as the form and width of dentition and dental arch. Minang population are Mongolian
who has the different characteristics of dentition and dental arch with the Caucasians.The aim of this study is
to identify whether Pont analysis is precise to be used to Minang population. Method : Cross-sectional
design was used in this study. This study was done to 65 upper dental casts from Minang student at the
Faculty of Dentistry Andalas University who met the inclusion criteria. The difference between the measured
and the calculated interpremolar and intermolar arch width was tested with paired T test with the significant
value of 0.05 (p=0.05). Result : Mean value of interpremolar width was 37.8838 ± 2.29042 mm and
intermolar width was 47.6046±3.18780 mm. The result of statistical analysis showed that there is no
significant differences of the measured and the calculated interpremolar and intermolar width of Minang
Student at Faculty of Dentistry Andalas University (p>0.05). Conclusion : Pont analysis can be used as one
of the dental cast analysis in orthodontic diagnosis and treatment planning to Minang population. It is
suggested to do a further research to identify lower dental arch form of the Minang population whose upper
dental arch width equals to the predicted arch width according to Pont’s formula.
Keywords : Dental cast analysis, Pont analysis, Minang ethnic

Affiliasi penulis: 1Mahasiswa Fakultas al (2007) diketahui terdapat hubungan


Kedokteran Gigi Universitas Andalas
Korespondensi: Maya Safitri antara tingkat keparahan crowding
email: safitrimaya18@gmail.com
dengan tingkat kejadian penyakit
PENDAHULUAN
periodontal.
Gigi geligi yang mengalami
Derajat keparahan crowding dapat
maloklusi seperti crowding dapat
diukur dari perbedaan antara ruang yang
meningkatkan risiko kejadian penyakit
tersedia pada lengkung rahang dengan
periodontal. Hal ini disebabkan oleh
jumlah ruang yang dibutuhkan untuk
sulitnya menjaga oral hygiene karena
menampung gigi geligi dan untuk
untuk menghilangkan plak dibutuhkan
melakukan pengukuran ini butuhkan
metode khusus dan waktu yang lebih
model studi (Johal et al, 2007). Model
lama (Madlena, 2012). Dari hasil
studi yang merupakan hasil pencetakan
penelitian yang dilakukan oleh Pugaca et
rahang merupakan satu-satunya catatan
126
Andalas Dental Journal P a g e | 127

tiga dimensi yang non invasiv yang dapat perbaikan karena terdapat variasi pada
membantu dalam diagnosis dan rencana ukuran dan bentuk gigi geligi dan
perawatan untuk kasus ringan maupun lengkung rahang pada setiap ras (Celebi
berat. Analisis model studi digunakan et al, 2011; Poosti, 2007). Analisis Pont
untuk mengevaluasi kesimetrisan rahang digunakan untuk menentukan lebar
dan susunan gigi geligi jika terjadi lengkung ideal yang dibutuhkan untuk
crowding (gigi berjejal) atau spacing menampung seluruh gigi geligi agar
(diastema) (Wong et al, 2006). didapatkan hasil perawatan ortodonti
Terdapat berbagai macam jenis yang stabil (Celebi et al, 2011; Proffit et
analisis model studi yang digunakan al, 2007). Reliabilitas analisis Pont yang
dalam diagnosis dan rencana perawatan tidak baik pada populasi tertentu akan
crowding. Salah satu metode yang menyebabkan kesalahan dalam rencana
digunakan adalah analisis Pont (1909). perawatan ortodonti untuk mengoreksi
Menurut Pont, lebar lengkung rahang atas crowding dan dapat mengakibatkan
ideal pada regio interpremolar dan terjadinya kegagalan perawatan.
intermolar dapat ditentukan dengan Beberapa penelitian telah menguji
membandingkan jumlah lebar mesiodistal analisis Pont pada beberapa populasi
keempat gigi insisivus rahang atas yang berbeda. Penelitian pada Suku Jawa
dengan suatu nilai konstanta. Lebar yang dilakukan oleh Paramesthi dkk.
lengkung rahang atas ideal pada regio (2010), populasi Tumkur oleh Sridharan
interpremolar ditentukan dengan et al (2011), populasi di Yordania oleh
membandingkan jumlah lebar mesiodistal Al-Omari et al (2007), dan penelitian
keempat gigi insisivus rahang atas pada populasi di Turki oleh Celebi et al
dengan 0.8. Sedangkan untuk (2011). Penelitian tersebut menunjukkan
menentukan lebar lengkung rahang atas hasil yang berbeda-beda.
ideal pada regio intermolar dengan cara Sampel yang digunakan Pont dalam
yang sama, nilai konstanta yang penelitiannya berasal dari ras Kaukasoid
digunakan adalah 0.64 (Al-Omari et al, yang memiliki tipe lengkung rahang
2007). berbentuk huruf “V” yang sempit dengan
Pont melakukan penelitian pada gigi anterior yang berbentuk seperti
populasi di Perancis. Pont menyatakan pahat. Suku Minang yang tergolong ke
penelitiannya harus diuji pada kelompok dalam ras Mongoloid memiliki lengkung
etnis yang berbeda untuk verifikasi dan rahang yang berbentuk parabola dan gigi
Andalas Dental Journal P a g e | 128

anterior yang lebar (Paramesthi dkk, mahasiswa Suku Minang di Fakultas


2010; Yacoob et al, 1996). Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Andalas.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Andalas 70.3% berasal dari Suku Analisis Data
Minang. Berdasarkan alasan – alasan 1. Analisis Univariat
tersebut di atas, dengan demikian peneliti Analisis univariat dilakukan untuk
tertarik untuk meneliti bagaimana hasil melihat distribusi frekuensi dari masing-
analisis Pont pada mahasiswa suku masing variabel independen (jumlah
Minang di Fakultas Kedokteran Gigi lebar mesiodistal gigi insisivus rahang
Universitas Andalas atas, lebar lengkung interpremolar dan
MATERI DAN METODE lebar lengkung intermolar) pada
Kajian dalam penelitian ini mahasiswa Suku Minang di Fakultas
mencakup pengukuran diskrepansi Kedokteran Universitas Andalas. Data
rahang menggunakan analisis Pont. disajikan secara deskriptif dan dalam
Kajian ini menggunakan rancangan bentuk tabel distribusi frekuensi.
penelitian analitik dengan metode cross 2. Analisis Bivariat
sectional. Pengambilan sampel dilakukan Analisis data dilakukan dengan uji-T
dengan metode Slovin dengan jumlah berpasangan (paired t-test) untuk
sampek sebanyak 65 model rahang atas mengetahui perbedaan antara rerata lebar
dan rahang bawah mahasiswa Fakultas lengkung interpremolar dan rerata lebar
Kedokteran Gigi Universitas Andalas. lengkung intermolar yang diukur dari
Data Primer model kerja mahasiswa Suku Minang di
Data primer diperoleh dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
pengukuran model kerja sampel yang Andalas dengan rerata lebar lengkung
terdiri dari variable independen (lebar interpremolar dan rerata lebar lengkung
lengkung interpremolar dan lebar intermolar yang dihitung berdasarkan
lengkung intermolar) dan variabel rumus yang ditetapkan oleh Pont (CPV
dependen (hasil analisis Pont). dan CMV). Jika pada hasil analisis
Data Sekunder didapatkan nilai kemaknaan lebih kecil
Data sekunder diperoleh dari dari 0.05 (p<0.05) maka terdapat
pencatatan dan pelaporan jumlah perbedaan bermakna antara rerata lebar
mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi lengkung rahang interpremolar dan
Universitas Andalas dan jumlah populasi intermolar yang diukur pada model kerja
Andalas Dental Journal P a g e | 129

mahasiswa Suku Minang di Fakultas Umur Frekuensi Persentase


Kedokteran Gigi Universitas Andalas (tahun) (%)

dengan lebar lengkung rahang 17 3 4.6

interpremolar dan intermolar ideal yang 18 20 30.8


19 12 18.5
dihitung dengan rumus Pont sehingga
20 13 20
analisis Pont tidak valid untuk digunakan
21 12 18.5
pada mahasiswa Suku Minang di
22 4 6.2
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
23 1 1.5
Andalas. Jika pada hasil analisis
Tabel 3.1. Distribusi responden
didapatkan nilai kemaknaan lebih besar
berdasarkan umur
dari 0.05 (p>0.05) maka tidak terdapat
Hasil Analisis Univariat
perbedaan bermakna antara rerata lebar
Lebar Lengkung Interpremolar
lengkung rahang interpremolar dan
Diukur
intermolar yang diukur pada model kerja
Distribusi rata-rata lebar lengkung
mahasiswa Suku Minang di Fakultas
interpremolar yang diukur pada model
Kedokteran Gigi Universitas Andalas
rahang atas mahasiswa suku Minang
dengan lebar lengkung rahang
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
interpremolar dan intermolar ideal yang
Andalas dapat dilihat pada tabel 3.2.
dihitung dengan rumus Pont sehingga
berikut
analisis Pont valid untuk digunakan pada
Lebar Lengkung
mahasiswa Suku Minang di Fakultas
Interpremolar Diukur
Kedokteran Gigi Universitas Andalas.
Mean (mm) 37.8838
HASIL PENELITIAN
Standar 2.29042
Karakteristik Responden
Deviasi (mm)
Umur Responden
Min (mm) 31
Pada penelitian ini, rentang umur
Maks (mm) 42.2
responden adalah 17 tahun sampai
n 65
dengan 23 tahun. Umumnya responden
Tabel 3.2. Distribusi Rata-Rata Lebar
berumur 18 tahun sebanyak 31%. Lengkung Interpremolar Diukur
Distribusi umur responden pada Berdasarkan tabel 3.2. diketahui

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 lbahwa rata-rata dari lebar lengkung
interpremolar yang diukur pada model
rahang atas mahasiswa suku Minang di
Andalas Dental Journal P a g e | 130

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas dihitung dengan rumus pont adalah 33.25
Andalas adalah 37.8838 ± 2.29042 mm. mm dan nilai terbesarnya adalah 42.63
Nilai lebar lengkung interpremolar mm.
terkecil yang diukur dari model rahang
Perbedaan Lebar Lengkung
atas adalah 31 mm sedangkan nilai
Interpremolar Diukur dengan Lebar
terbesarnya adalah 42.2 mm.
Lengkung Intermolar Dihitung
Lebar Lengkung Interpremolar Perbedaan antara lebar lengkung
Dihitung interpremolar yang diukur pada model
Distribusi rata-rata lebar lengkung rahang atas dengan lebar lengkung
interpremolar rahang atas mahasiswa interpremolar yang dihitung dengan
suku Minang Fakultas Kedokteran Gigi rumus Pont pada mahasiswa Suku
Universitas Andalas yang dihitung Minang di Fakultas Kedokteran Gigi
dengan rumus Pont dapat dilihat pada Universitas Andalas dapat dilihat pada
tabel 3.3. berikut tabel 3.4. berikut.
Lebar Lengkung Persentase (%)
Interpremolar Lebih Besar 49.2
Dihitung Lebih Kecil 50.8
Mean (mm) 37.8981 ± 1mm 52.3
Standar 1.99840 Tabel 3.4. Persentase Perbedaan Lebar
Lengkung Interpremolar Diukur dengan
Deviasi (mm)
Lebar Lengkung Interpremolar Dihitung
Min (mm) 33.25
Pada tabel 3.4. dapat dilihat bahwa
Maks (mm) 42.63
52.3% dari 65 responden memiliki lebar
N 65
lengkung interpremolar yang diukur pada
Tabel 3.3. Distribusi Rata-Rata Lebar model besarnya ± 1mm dari lebar
Lengkung Interpremolar Dihitung
lengkung interpremolar yang dihitung
Berdasarkan tabel 3.3. dapat dilihat
dengan rumus Pont. Sedangkan 49.2%
bahwa rata-rata lebar lengkung
dari 65 responden memiliki lebar
interpremolar yang rahang atas
lengkung interpremolar yang lebih besar
mahasiswa suku Minang di Fakultas
daripada lebar lengkung interpremolar
Kedokteran Gigi Universitas Andalas
yang dihitung dengan rumus Pont dan
yang dihitung dengan rumus Pont adalah
50.8% memiliki lebar lengkung
37.8981 ± 1.99840 mm. Nilai terkecil
interpremolar yang lebih kecil daripada
dari lebar lengkung interpremolar yang
Andalas Dental Journal P a g e | 131

lebar lengkung interpremolar yang Minang Fakultas Kedokteran Gigi


dihitung dengan rumus Pont. Universitas Andalas yang dihitung
dengan rumus Pont dapat dilihat pada
Lebar Lengkung Intermolar Diukur
tabel 3.6. berikut
Distribusi rata-rata lebar lengkung
Lebar Lengkung
intermolar yang diukur pada model
Intermolar Dihitung
rahang atas mahasiswa suku Minang
Mean (mm) 47.3726
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Standar 2.49800
Andalas dapat dilihat pada tabel 3.5.
Deviasi (mm)
berikut
Min (mm) 41.56
Lebar Lengkung
Maks (mm) 53.28
Intermolar Diukur
n 65
Mean (mm) 47.6046
Tabel 3.6. Distribusi Rata-Rata Lebar
Standar 3.18780 Lengkung Intermolar Dihitung
Deviasi (mm) Berdasarkan tabel 3.6. dapat dilihat
Min (mm) 40 bahwa rata-rata lebar lengkung
Maks (mm) 54 intermolar yang rahang atas mahasiswa
n 65 suku Minang di Fakultas Kedokteran
Tabel 3.5. Distribusi Rata-Rata Lebar Gigi Universitas Andalas yang dihitung
Lengkung Intermolar Diukur
dengan rumus Pont adalah 47.3726±
Berdasarkan tabel 3.5. dapat dilihat
2.49800 mm. Nilai terkecil dari lebar
bahwa rata-rata lebar lengkung
lengkung intermolar yang dihitung
interpremolar yang rahang atas
dengan rumus Pont adalah 41.56 mm dan
mahasiswa suku Minang di Fakultas
nilai terbesarnya adalah 53.28 mm.
Kedokteran Gigi Universitas Andalas
yang dihitung dengan rumus Pont adalah Perbedaan Lebar Lengkung
47.6046±3.18780 mm. Nilai terkecil dari Intermolar Diukur dengan Lebar
lebar lengkung intermolar yang diukur Lengkung Intermolar Dihitung
pada model adalah 40 mm dan nilai Perbedaan antara lebar lengkung
terbesarnya adalah 54 mm. intermolar yang diukur pada model
rahang atas dengan lebar lengkung
Lebar Lengkung Intermolar Dihitung
intermolar yang dihitung dengan rumus
Distribusi rata-rata lebar lengkung
Pont pada mahasiswa Suku Minang di
intermolar rahang atas mahasiswa suku
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Andalas Dental Journal P a g e | 132

Andalas dapat dilihat pada tabel 3.7. Kedokteran Gigi Universitas Andalas
berikut. yang dihitung dengan rumus Pont dapat
Persentase (%) dilihat pada tabel 3.8. berikut
Lebar
Lebih Besar 50.8
Lengkung Selisih
Mean SD t p
Lebih Kecil 49.2 Interpremo Mean
lar
± 1mm 30.8
37.883 2.2904
Tabel 3.7. Persentase Perbedaan Lebar Diukur 8 2 0.014 0.96
Lengkung Intermolar Diukur dengan -0.44
37.898 1.9984 3 5
Lebar Lengkung Intermolar Diukur Dihitung 1 0

Pada tabel 3.7. dapat dilihat bahwa Tabel 3.8. Uji T Berpasangan Rata-rata
30.8% dari 65 responden memiliki lebar Lebar Lengkung Interpremolar Diukur
dengan Lebar Lengkung Interpremolar
lengkung intermolar yang diukur pada Dihitung
model besarnya ± 1mm dari lebar Berdasarkan tabel 3.8. dapat dilihat
lengkung intermolar yang dihitung bahwa terdapat selisih antara lebar
dengan rumus Pont. Sedangkan 50.8% lengkung interpremolar yang diukur
dari seluruh responden memiliki lebar dengan lebar lengkung interpremolar
lengkung intermolar yang lebih besar dari yang dihitung sebesar 0.0143 dengan
pada lebar lengkung intermolar yang nilai p>0.05 (p=0.965), maka dapat
dihitung dengan rumus Pont dan 49.2% disimpulkan bahwa tidak terdapat
responden memiliki lebar lengkung perbedaan bermakna antara lebar
intermolar yang lebih kecil daripada lebar lengkung interpremolar diukur dengan
lengkung yang dihitung dengan rumus lebar lengkung interpremolar dihitung.
Pont.
Hasil Perbandingan Lebar Lengkung
Hasil Analisis Bivariat
Intermolar
Hasil Perbandingan Lebar Lengkung
Hasil perbandingan antara lebar
Interpremolar
lengkung intermolar yang diukur pada
Hasil perbandingan antara lebar
model rahang atas mahasiswa suku
lengkung interpremolar yang diukur pada
Minang di Fakultas Kedokteran Gigi
model rahang atas mahasiswa suku
Universitas Andalas dengan lebar
Minang di Fakultas Kedokteran Gigi
lengkung intermolar rahang atas
Universitas Andalas dengan lebar
mahasiswa suku Minang di Fakultas
lengkung interpremolar rahang atas
Kedokteran Gigi Universitas Andalas
mahasiswa suku Minang di Fakultas
Andalas Dental Journal P a g e | 133

yang dihitung dengan rumus Pont dapat dengan yang dihitung dengan rumus
dilihat pada tabel 3.9. berikut Pont. Sedangkan pada perbandingan lebar
Lebar lengkung intermolar yang diukur dan
Selisih
Lengkung Mean SD t p
Mean yang dihitung dengan rumus Pont adalah
Intermolar

Diukur 47.6046 3.18780 0.591 (p>0.05) sehingga dapat


0.232 -0.54 0.591
Dihitung 47.3726 2.49800
disimpulkan tidak terdapat perbedaan
Tabel 3.9. Uji T Berpasangan Rata-rata
Lebar Lengkung Intermolar Diukur yang signifikan antara lebar lengkung
dengan Lebar Lengkung Intermolar interpremolar dan lebar lengkung
Dihitung
intermolar yang diukur pada model
Berdasarkan tabel 5.10. dapat
rahang atas dengan lebar lengkung
dilihat bahwa terdapat selisih antara lebar
interpremolar dan lebar lengkung
lengkung intermolar yang diukur dengan
intermolar yang ditentukan dengan rumus
lebar lengkung intermolar yang dihitung
Pont. Oleh sebab itu, analisis Pont dapat
sebesar 0.232 dengan nilai p>0.05
dipertimbangkan sebagai salah satu
(p=0.591), maka dapat disimpulkan
analisis model studi yang dapat
bahwa tidak terdapat perbedaan
digunakan dalam melakukan diagnosa
bermakna antara lebar lengkung
dan rencana perawatan ortodonti untuk
interpremolar diukur dengan lebar
mengoreksi crowding.
lengkung interpremolar dihitung.
Penelitian yang sebelumnya
PEMBAHASAN dilakukan pada suku Jawa oleh
Pengujian kembali terhadap analisis Paramesthi (2010) dan pada populasi di
Pont telah dilakukan pada beberapa Tumkur India oleh Sridharan (2011)
populasi dan etnis yang berbeda untuk menunjukkan hal yang sama. Nilai indeks
menilai reliabilitas dan efektifitas analisis premolar dan indeks molar pada suku
Pont untuk diaplikasikan pada populasi Jawa dan populasi di Tumkur India tidak
tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 65 jauh berbeda dari indeks premolar dan
model rahang atas mahasiswa Suku indeks molar yang ditentukan oleh Pont
Minang di Fakultas Kedokteran Gigi dari populasi Perancis. Sedangkan
Universitas Andalas. Hasil analisis penelitian yang dilakukan oleh Celebi
bivariat dengan uji T berpasangan (2011) pada populasi Turki dan Al-Omari
menunjukkan nilai signifikansi 0.965 (2007) pada populasi Yordania
(p>0.05) pada perbandingan antara lebar menunjukkan bahwa lebar lengkung
lengkung interpremolar yang diukur interpremolar dan intermolar yang diukur
Andalas Dental Journal P a g e | 134

pada model rahang atas populasi tersebut yang diteliti oleh Al-Omari 24.31% dari
berbeda secara signifikan dengan lebar 144 model yang diteliti memiki selisih
lengkung interpremolar dan intermolar lebar lengkung intermolar + 1 mm dari
yang dihitung dengan rumus Pont. lebar lengkung yang dihitung dengan
Pada tabel 5.4 dapat disimpulkan rumus Pont. Sementara pada populasi di
52.3% dari 65 model rahang atas Turki yang diteliti, dari 142 model,
mahasiswa suku Minang di Fakultas 19.72% yang selisih antara lebar
Kedokteran Gigi Universitas Andalas lengkung intermolar diukur dengan lebar
memiliki lebar lengkung interpremolar lengkung intermolar dihitung + 1 mm.
yang selisih + 1mm dari lebar lengkung Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
interpremolar yang dihitung dengan populasi di Yordania dan Turki yang
rumus Pont. Hal ini berbeda dengan hasil dilakukan oleh Al-Omari (2007) dan
penelitian Al-Omari (2007) pada populasi Celebi (2011) dapat disimpulkan bahwa
di Yordania dan Celebi (2011) pada analisis Pont tidak dapat digunakan pada
populasi di Turki. Pada penelitian Al- populasi tersebut.
Omari (2007), hanya 29.86% dari 144 Perbedaan hasil penelitian pada
model yang diteliti yang memiliki lebar populasi-populasi tersebut disebabkan
lengkung interpremolar dengan selisih + oleh adanya variasi ciri fisik pada
1 mm dengan lebar lengkung masing-masing populasi tersebut. Salah
interpremolar yang ditentukan dengan satu faktor yang menyebabkan terjadinya
rumus Pont. Sementara dari 142 model variasi ciri fisik tersebut adalah faktor
yang diteliti oleh Celebi (2011), hanya genetik. Menurut antropologis, proses
9.86% model yang memliki selisih + 1 adaptasi menyebabkan perubahan
mm antara lebar lengkung interpremolar struktur genetik yang menyebabkan
yang diukur dengan lebar lengkung variasi ciri fisik tersebut. Ciri fisik pada
interpremolar yang ditentukan dengan masing-masing populasi tersebut dapat
rumus Pont. dilihat pada kulit, rambut, bentuk kepala,
Sementara pada lengkung bentuk wajah, hidung, mata, tinggi badan
intermolar, seperti yang terdapat pada dan gigi geligi (Yacoob et al, 2006).
tabel 5.7, hanya 30.8% dari 65 model Menurut Ripley (1900), populasi
yang diteliti memiliki selisih + 1 mm dari Perancis termasuk kepada subras
lebar lengkung yang dihitung dengan Kaukasoid Alpin yang memiliki wajah
rumus Pont. Pada populasi di Yordania yang berbentuk bundar, sedangkan
Andalas Dental Journal P a g e | 135

populasi Yordania berasal dari subras pertumbuhan maksila dan mandibula


Kaukasoid Mediterania yang memiliki secara transversal. Penelitian-penelitian
bentuk wajah oval. Menurut Ricketts lain menunjukkan bahwa konsistensi
(1982) yang dikutip oleh Anwar et al makanan tidak hanya mempengaruhi
(2010), terdapat hubungan antara tipe otot-otot mastikasi tetapi juga
wajah dan lengkung rahang sehingga mempengaruhi pertumbuhan ukuran dan
dapat disimpulkan terdapat perbedaan massa tulang, struktur internal tulang, dan
antara bentuk lengkung rahang populasi ukuran dan morfologi kraniofasial
Perancis dengan populasi Yordania. (Varrela, 2006).
Selain itu faktor lingkungan seperti Penelitian mengenai analisis Pont
pola makan pada masa pertumbuhan juga dilakukan pada tahun 1909. Rentang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan waktu selama kurang lebih 100 tahun
perkembangan rahang yang akan antara penelitian yang dilakukan oleh
berdampak terhadap bentuk dan ukuran Pont dengan penelitian-penelitian pada
rahang (Yacoob et al, 2006; Sridharan et berbagai populasi termasuk suku Minang,
al, 2011). Pada mamalia, makanan menyebabkan hasil yang berbeda-beda.
berpengaruh besar terhadap gigi geligi. Pada rentang waktu tersebut tentunya
Perubahan pola gigi geligi pada manusia telah terjadi perubahan pola makananan
merupakan akibat dari perubahan dan distribusi penduduk yang
fungsional yang disebabkan oleh gaya menyebabkan variasi genetik pada satu
hidup modern. Terutama perubahan populasi bertambah.
makanan menjadi makanan lunak yang Analisis Pont tidak
tidak membutuhkan aktivitas mastikasi mempertimbangkan keadaan lengkung
yang tinggi (Varrela, 2006). rahang bawah untuk mencapai oklusi
Menurut Corruccini yang dikutip yang seimbang (Singh, 2007). Pada
oleh Varrela (2006), perubahan oklusal penelitian inipun tidak diketahui
pada manusia modern disebabkan oleh bagaimana keadaan lengkung rahang
pertumbuhan rahang yang tidak bawah sampel penelitian ini. Untuk itu
berlangsung sempurna. Menurutnya, perlu diteliti lebih lanjut lagi mengenai
makanan yang berstruktur keras akan keadaan lengkung rahang bawah
membutuhkan mastikasi yang kuat yang responden yang lebar lengkung
kemudian merangsang pertumbuhan rahangnya sesuai dengan lebar lengkung
tulang-tulang wajah, terutama yang dihitung dengan rumus Pont.
Andalas Dental Journal P a g e | 136

Responden penelitian ini terdiri dari perempuan. Sedangkan pada penelitian


14 orang responden laki-laki dan 51 yang dilakukan pada populasi di
orang responden perempuan. Dari hasil Yordania yang terdiri dari 71 model
penelitian ditemukan perbedaan rerata rahang atas laki-laki dan 73 model rahang
lebar lengkung interpremolar dan atas perempuan oleh Al-Omari (2007)
intermolar laki-laki dan perempuan. disimpulkan bahwa lebar lengkung
Rerata lebar lengkung interpremolar laki- rahang perempuan lebih kecil daripada
laki adalah 39.98 mm dan lebar lengkung lebar lengkung rahang laki-laki.
interpremolar perempuan adalah 37.58 Perbedaan lebar lengkung antara
mm. Sedangkan lebar lengkung laki-laki dan perempuan disebabkan oleh
intermolar laki-laki adalah 50.41 mm dan pertumbuhan maksila secara transversal
lebar lengkung intermolar perempuan pada laki-laki berlangsung lebih lama
adalah 46.83 mm. Hal ini serupa dengan daripada pertumbuhan maksila pada
penelitian Pramanthi (2007) pada maksila perempuan. Pada perempuan
dari ras deutro melayu yang ada di bagian pertumbuhan maksila berhenti pada umur
anatomi Fakultas Kedokteran Airlangga. 15 tahun. Sedangkan pertumbuhan
Hasil penelitian tersebut menunjukkan maksila pada laki-laki berhenti pada
bahwa lebar palatum laki-laki lebih besar umur 17 tahun sehingga secara
daripada lebar palatum perempuan yang transversal lengkung rahang laki-laki
artinya lebar lengkung rahang laki-laki lebih lebar daripada lengkung rahang
lebih besar daripada lebar lengkung perempuan (Paramesthi, 2010).
rahang perempuan. Penelitian oleh Aluko Menurut Hakimy (1994),
et al (2009) menyimpulkan bahwa lebar masyarakat Minangkabau berasal dari
lengkung intercaninus, interpremolar dan lereng Gunung Merapi. Setelah
intermolar laki-laki lebih besar daripada masyarakat Minangkabau berkembang,
lebar lengkung perempuan. penduduk suku Minangkabau berpindah
Pada penelitian yang dilakukan menuruni Gunung Merapi tersebut dan
pada populasi di Turki yang terdiri dari menyebar ke beberapa daerah. Daerah
64 model rahang atas laki-laki dan 78 Minangkabau secara garis besar dibagi
model rahang atas perempuan oleh Celebi menjadi 3 daerah yaitu daerah Darek
(2011) disimpulkan tidak terdapat yaitu di sekitar Gunung Merapi, Gunung
perbedaan yang signifikan antara lebar Sago dan Gunung Singgalang; daerah
lengkung rahang laki-laki dan Pasisia yaitu daerah di sepanjang pantai
Andalas Dental Journal P a g e | 137

barat pulau Sumatera mulai dari memiliki ciri yang berbeda-beda. Untuk
perbatasan daerah Muko Muko Bengkulu itu analisis Pont perlu diuji pada populasi
sampai perbatasan Tapanuli Selatan; dan dari etnis tersebut.
daerah Rantau yaitu daerah aliran sungai Selain analisis Pont, untuk
dan bermuara di sebelah timus pulau mengetahui diskrepansi rahang dapat
Sumatera yang berbatasan dengan Selat dilakukan dengan metode analisis lainnya
Malaka dan Laut Cina Selatan, sampai ke seperti analisis Bolton, analisis Ashley
Negeri Sembilan Malaysia. Howe dan Kesling diagnostic set up.
Pola makanan masyarakat pada Metode-metode tersebut juga perlu diuji
berbagai daerah di Minangkabau tersebut pada populasi suku Minang untuk
tidak berbeda sehingga dapat mengetahui aplikabilitas metode analisis
disimpulkan bahwa tidak ada variasi tersebut.
bentuk lengkung rahang yang ekstrim KESIMPULAN
pada masyarakat suku Minang. Berdasarkan penelitian yang
Responden dari penelitian ini berasal dari dilakukan pada mahasiswa suku Minang
berbagai daerah di Minangkabau dan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
dapat dinyatakan mewakili masyarakat Andalas Padang diperoleh kesimpulan
Minangkabau secara keseluruhan. Akan sebagai berikut :
tetapi sebaiknya dilakukan penelitian 1. Rerata lebar lengkung interpremolar
dengan jumlah sampel yang lebih besar diukur pada model rahang atas
dengan responden yang berasal dari mahasiswa suku Minang di Fakultas
masing-masing daerah di Minangkabau Kedokteran Gigi Universitas Andalas
untuk mendapatkan hasil yang lebih adalah 37.8838 ± 2.29042 mm.
valid. 2. Rerata Rerata lebar lengkung
Penduduk Indonesia terdiri dari interpremolar rahang atas mahasiswa
berbagai etnis dan suku bangsa. Menurut suku Minang di Fakultas Kedokteran
Pratiwi, distribusi penduduk Indonesia Gigi Universitas Andalas yang
berdasarkan suku bangsa adalah Sunda dihitung dengan rumus Pont adalah
(14.1%), Madura (7.1%), Minang (3.3%), 37.8981 ± 1.99840 mm.
Bugis (2.5%), Batak (2.0%), Bali (1.8%), 3. Rerata lebar lengkung intermolar
24 suku bangsa lainnya (20.3%), dan diukur pada model rahang atas
keturunan Cina (2.7%). Masing-masing mahasiswa suku Minang di Fakultas
penduduk dari suku bangsa tersebut
Andalas Dental Journal P a g e | 138

Kedokteran Gigi Universitas Andalas lengkung rahang yang diukur pada


adalah 47.6046±3.18780 mm. model dengan lebar lengkung rahang
4. Rerata Rerata lebar lengkung yang dihitung dengan rumus pont;
interpremolar rahang atas mahasiswa dengan keadaan lengkung rahang
suku Minang di Fakultas Kedokteran bawah.
Gigi Universitas Andalas yang 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut
dihitung dengan rumus Pont adalah mengenai analisis Pont pada suku
47.3726± 2.49800 mm. Minang dengan jumlah sampel yang
5. Tidak terdapat perbedaan bermakna lebih besar dan berasal dari setiap
antara lebar lengkung interpremolar daerah di Minangkabau.
yang diukur pada model dengan lebar 3. Dilakukan penelitian untuk menguji
lengkung interpremolar yang dihitung aplikabilitas metode analisis model
dengan rumus Pont pada mahasiswa studi lain pada populasi Minang.
suku Minang di Fakultas Kedokteran 4. Dilakukan penelitian lebih lanjut
Gigi Universitas Andalas. mengenai analisis Pont pada berbagai
6. Tidak terdapat perbedaan bermakna suku bangsa yang ada di Indonesia
antara lebar lengkung intermolar yang karena bangsa Indonesia terdiri dari
diukur pada model dengan lebar suku bangsa yang berbeda-beda.
lengkung intermolar yang dihitung KEPUSTAKAAN
dengan rumus Pont pada mahasiswa 1. Al-Omari IK, Duaibis DB, Al-Bitar ZB,
2007. Application of Pont’s Index to a
suku Minang di Fakultas Kedokteran
Jordanian Population. European Journal of
Gigi Universitas Andalas.
Orthodontics. 29 : 627-631
7. Analisis Pont dapat digunakan pada 2. Al-Sarraf HA, Abdul-Majwood AA, Al-
populasi mahasiswa Suku Minang di Sayagh MM, 2006. Re-Assessment of Pont’s
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Index in Class I Normal Occlusion. Al
Rafidain Dental Journal. 6 : 1-5
Andalas.
3. Altemus LA, 1959. Frequency of the
SARAN
Incidence of Malocclusion in American
Berdasarkan kesimpulan hasil Negro Children Aged Twelve to Sixteen.
penelitian, maka peneliti menyampaikan Angle Orthodontists. 29 : 189-200
beberapa saran untuk penelitian 4. Aluko IA, daCosta OO, Isiekwe MC, 2009.
Dental Arch Widths in the Early and Late
berikutnya antara lain:
Permanent Dentitions of a Nigerian
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut
Population. Nig Dent J. 17(1) : 7-11
mengenai hubungan kesesuaian lebar
Andalas Dental Journal P a g e | 139

5. Anwar N, Fida M, 2010. Variability of Arch 15. Hakimy I, 1994. Pokok Pokok Pengetahuan
Forms in Various Vertical Facial Patterns. Adat Alam Minangkabau. Bandung : Remaja
Journal of The College of Physicians and Rosdakarya Offset
Surgeons Pakistan. 20 (9) : 565-570 16. Harty FJ, Ogston R, 1995. Kamus
6. Araujo TM, Fonseca LM, Caldas DL, Costa- Kedokteran Gigi. diterjemahkan oleh
Pinto RA, 2012. Preparation and Evaluation Sumawinata. Jakarta : EGC
of Orthodontic Set Up. Dental Press J. of 17. Hassan R, Rahimah AK, 2007. Occlusion,
Orthodontics. 17 : 146-165 Malocclusion and Method of Measurement –
7. Basaran G, Selek M, Hamamci O, Akkus Z, an Overview. Archives of Orofacial Science.
2006. Intermaxillary Bolton Tooth Size 2 : 3-9
Discrepancies Among Different Malocclusion 18. Hong Q, Koirala R, Jun T, Li-na Y, Takagi S,
Group. Angle Orthodontists. 76 : 26-30 Kawahara K, Kishimoto E, 2008. A Study
8. Bishara SE, 2001. Textbook of Orthodontics. About Tooth Size and Arch Width
USA : W.B. Saunders Company Measurement. Journal of Hard Tissue
9. Blumenfeld J, 2000. Racial Identification in Biology. 17 : 91-98
the Skull and Teeth. Totem : The University 19. Johal AS, Battagel JM, 1997. Dental
of western Ontario Journal of Anthropology. Crowding : a Comparison of Three Methods
8 : 20-32 of Assesment. European Journal of
10. Brook AH, Griffin RC, Townsen G, Orthodontics. 19 : 543-551
Levisianos Y, Russel J, Smiths RN, 2005. 20. Madlena M, 2012. The Importance and
Variability and Patterning in Permanent Possibilities of Proper Oral Hygiene in
Tooth Size of Four Human Ethnic Groups Orthodontic Patients, Orthodontics – Basic
diunduh dari www.liv.ac.uk Aspects and Clinical Consideration,
11. Celebi AA, Tan E, Gelgor IE, 2011. Bourzgui F (Ed.) diunduh dari
Determination and Application of Pont’s http://www.intechopen.com/books/orthodonti
Index in Turkish Population, The Scientific cs-basic-aspects-and- clinicalconsiderations/
World Journal 2012 the-importance-and-possibilities-of-proper-
12. Cobourne MT, Di Biase AT, 2010. oral-hygiene-in-orthodontic-patients
Handbook of Orthodontics. China : Mosby 21. Miguel-Neto AB, Nishio C, Mucha JN, 2010.
Elsevier Agreement Evaluation of a Newly Proposed
13. Denton LC, 2011. Shovel-Shaped Incisors System For Malocclusion Classification. Int.
and the Morphology of the Enamel-Dentin J. Odontostomat. 4(1) : 33-41
Junction: an Analysis of Human Upper 22. Mockers O, Aubry M, Mafart B, 2004.
Incisors in Three Dimensions (Thesis). Dental Crowding In a Prehistoric
Colorado State University. p. 18 Population. European Journal of
14. Greenwall L, 2011. Treatment Options for Orthodontics. 26 : 151-156
Peg-shaped Laterals Using Direct Composite 23. Nimkarn Y, Miles PG, O’Reilly MT, Weyant
Bonding. International Dentistry SA. 2(1) RJ. 1995. The Validity of Maxillary
Andalas Dental Journal P a g e | 140

Expansion Indices. Angle Orthodontists. 65 : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendid


321-326 ikan/Poerwanti%20Hadi%20Pratiwi,%20S.P
24. Normando D, Almeida MAO, Quintao CCA, d.,%20M.Si./3-PIN-Suku%20Bangsa.pdf. 23-
2012. Dental Crowding – the Role of 03-2013, 13:19 WIB
Genetics and Toothwear. Angle 33. Proffit WR, Fields Jr HW, Sarver DM, 2007
Orthodontists Contemporary Orthodontics Fourth Edition.
25. Okeson JP, 2008. Management of Canada : Mosby Elsevier
Temporomandibular Disorders and 34. ugaca J, Urtane I, Andra L, Laurina Z, 2007.
Occlusion. USA : Mosby Elsevier The Relationship Between the Severity of
26. Othman SA, Mookin H, Asbolah MA, Malposition of the Frontal Teeth and
Hashim NA, 2008. Bolton Tooth-Size Periodontal Health in Age 15-21 and 35-44.
Discrepancies Among University of Malaya’s Baltic Dental and Maxillofacial Journal. 9 :
Dental Students. Annals of Dentistry 86-90
University of Malaya. 15 : 40-47 35. Ripley WZ, 1900. The Races of Europe : A
27. Panchal R, 2010. Assessment of Dental Sociological Study. London : Kegan Paul,
Crowding in Mandibular Anterior Region by Trench, Trubner & Co
Three Different Methods. Journal of Dental 36. Singh G, 2007 Textbook of Orthodontics.
Science. 2 New Delhi : Jaypee Brothers Medical
28. Paramesthi GAMDH, Farmasyanti CA, Publisher
Karunia D, 2010. Besar Indeks Pont dan 37. Sridharan K, Madhusudhan V, Srinivasa H,
Korkhaus Serta Hubungan Antara Lebar dan Mahobia Y, Sailesh S, 2011. Evaluation of
Panjang Lengkung Gigi terhadap Tinggi Validity of Pont’s Index Analysis in Tumkur
Palatum. FKG UGM Population. Journal of Dental Science &
29. Petricevic N, Stipetic J, Antonic R, Borcic J, Research. 2 : 41-49
Strujic M, Kovacic I, Celebic A, 2008. 38. Stifter J, 1958. Study of Pont’s, Howe’s,
Relations Between Anterior Permanent Rees’, Neff’s, and Bolton Analyses on Class I
Teeth, Dental Arches and Hard Palate. Coll. Adult Dentition. Angle Orthodontists 28(4) :
Antropol. 32 : 1099-1104 215-225
30. Poosti M, Jalali T, 2007. Tooth Size and Arch 39. Sulandjari H, 2008. Buku Ajar Ortodonsia I
Size Dimension in Uncrowded Versus KGO I. diunduh dari
Crowded Class I Malocclusion. Journal of www.cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/wp-
Contemporary Dental Practice. 8 content/buku-ajar-orto-i-th-2008.pdf
31. Pramanthi S, 2007. Perbedaan Ukuran 40. Varrela J, 2006. Masticary Function and
Maxillae dan Mandibulae antara Laki-laki Malocclusion : A Clinical Perspective.
dengan Wanita di Bagian Anatomi Fakultas Seminars in Orthodontics. 12(2) : 102-109
Kedokteran Universitas Airlangga. Jurnal 41. Wong RWK, Hagg U, 2006 The Uses of
PDGI. 57 (1) : 26-29 Orthodontic Study Models in Diagnosis and
32. Pratiwi PH, Suku Bangsa (Ethnic Group). Treatment Planning. Hong Kong Dental
Pdf diunduh dari Journal. 3 : 107-115
Andalas Dental Journal P a g e | 141

42. Yacoob H, Narnbar P, Naidu MDK, 1996. Special Emphasis on the Mongoloid
Racial Characteristic of Human Teeth with Dentition. Malaysian J. Pathol. 18 : 1-7

Anda mungkin juga menyukai