Anda di halaman 1dari 11

Makalah Penggunaan Bahasa Pergaulan dalam Aktivitas Resmi

Oleh :

Bayu Ravik Nugraha (161411069)

Hanifah Muslimah (161411074)

Inggrid Novasuli (161411076)

Rizka Elfanti (161411085)

Tiwi Sigita N
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan seharusnya kita gunakan dalam kegiatan
sehari-hari. Selain itu menggunakan bahasa Indonesia harus dengan baik dan benar, bukan
dicampuradukkan dengan bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa “gaul“. Dalam hal ini media
sangat berpengaruh kepada masyarakat dalam berbahasa. Tetapi pada kenyataannya, media justru
menampilkan atau menulis berita yang cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur
dengan bahasa gaul, bahkan bahasa asing. Remaja-remaja saat ini cenderung lebih arogan
dibandingkan dengan zaman dulu. Teknologi dan pengetahuan kini sudah semakin maju, begitu
pula dengan cara berpikir anak-anak muda zaman sekarang.
Bahasa gaul memang pebuh rahasia. Hanya mereka yang dapat
mengomunikasikannya secara aktif. Terbukti dengan banyaknya hasil karya para remaja yang
cenderung lebih banyak menggunakan bahasa ‘gaul’ daripada bahasa Indonesia baku seperti
dalam membuat novel, puisi, cerpen, dan sebagainya.
Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia semakin hari semakin kacau, dan belum ada
lembaga pemerintahan dan masyarakat yang memberikan perhatian terhadap masalah ini.
Apabila penggunaan bahasa Indonesia kian hari terus tergeser oleh bahasa asing atau bahasa
daerah, maka posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional akan terlupakan oleh masyarakat
Indonesia.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan makalah ini ialah :
1. Mengetahui Penggunaan Bahasa Pergaulan dalam Aktivitas Resmi
2. Menjelaskan cara mengatasi perkembangan dan pemakaian bahasa gaul terhadap remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenai Bahasa Gaul
Bahasa Gaul atau Bahasa prokem merupakan bahasa pergaulan. Bahasa ini kadang merupakan
bahasa sandi, yang dipahami oleh kalangan tertentu. Bahasa ini konon dimulai dari golongan
preman. Bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan
oleh kalangan tertentu, bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa, penggunaannya
meliputi: kosakata, ungkapan, singkatan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi.
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja
sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri
dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk
menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak
dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara
lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka.
Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa
rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Bahasa akan selalu berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya
pemakainya, baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisi psikologis dari penggunanya.
Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat/politikus,
ragam bahasa anak-anak, termasuk ragam bahasa gaul. Hal tersebut merupakan perilaku
kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki aneka ragam
atau variasi.
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di
lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan
bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa
kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin
menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat
yang lain.
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan
perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan
usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia
tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang
digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat
tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun
bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan
berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.
Bahasa gaul merupakan sarana komunikasi di kalangan remaja untuk menyampaikan
hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok atau pihak lain. seperti contoh: Dan masih banyak
kosakata bahasa Gaul lainny, Jadi gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena
dengan kita menggunakan bahasa Indonesia secara baik, kita berarti sopan dalam bertutur kata.
B. Struktur Dalam Pemakaian Bahasa Gaul
Struktur dan tatabahasa dari bahasa prokem tidak terlalu jauh berbeda dari bahsa formalnya (
bahasa Indonesia ). Pada dasarnya ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat,
lincah, dan kreatif. Dalam banyak kasus kosakata yang digunakan cenderung pendek, sementara
kata yang agak panjang diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata
yang lebih pendek. Hal itu dapat dilihat dari :
1. Pengunaan awalan e Kata emang itu bentukan dari kata memang yang disisipkan bunyi e.
Disini jelas terlihat terjadi pemendekan kata berupa mengilangkan huruf depan (m). Sehingga
terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan merancu dari kata aslinya.
2. Kombinasi k, a, g Kata kagak bentukan dari kata tidak yang bunyinya tid diganti kag. Huruf
konsonan pada kata pertama diganti dengan k huruf vocal i diganti a. Huruf konsonan kedua
diganti g. sehingga kata tidak menjadi kagak.
3. Sisipan e Kata temen merupakan bentukan dari kata teman yang huruf vocal a menjadi e. Hal
ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pelafalan
Contoh penulisan dengan bahasa gaul :
1. gua : kata ini sudah digunakan digunakan oleh Suku Betawi sejak bertahun-tahun lalu dan
menjadi kata untuk menyebut “saya”.
2. L, elu, dsb : kata ini juga sudah digunakan digunakan oleh Suku Betawi sejak bertahun-
tahun lalu dan menjadi kata untuk menyebut “Anda / Kamu”.
3. ok :Kata ini merupakan singkatan dari Bokap-Nyokap (orang tua). Tidak jelas siapa yang
mempopulerkan kata ini, tapi kata ini mulai sering digunakan diperiode awal 2000an, ketika
bahasa sms mulai populer di kalangan remaja.
Bokap (Ayah) dan Nyokap (Ibu) sendiri merupakan istilah yang telah populer sejak tahun
80an dan masih digunakan hingga hari ini.
4. lebay : Merupakan hiperbol dan singkatan dari kata “berlebihan”. Kata ini populer di
tahun 2006an. Kalo tidak salah Ruben Onsu atau Olga yang mempopulerkan kata ini di
berbagai kesempatan di acara-acara di televisi yg mereka bawakan, dan biasanya digunakan
untuk “mencela” orang yang berpenampilan norak.
5. Garing : Kata ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti “tidak lucu”. Awalnya
kata-kata ini hanya digunakan di Jawa Barat saja. Namun karena banyaknya mahasiswa luar
pulau yang kuliah di Jawa Barat (Bandung) lalu kembali ke kota kelahiran mereka, kata ini
kemudian dipakai mereka dalam beberapa kesempatan. Karena seringnya digunakan dalam
pembicaraan, akhirnya kata ini pun menjadi populer di beberapa kota besar di luar Jawa
Barat.
6. Jaim : Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito,
seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan
kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image.
7. Cukstaw : Kata ini merupakan singkatan dari cukup tahu.
8. Hoax : Hoax diartikan sebagai berita palsu, diambil dari kata sama dalam
bahasa Inggris yang berarti cerita bohong. Di film Amerika berjudul The
Hoax (2006) yang dianggap mengandung kebohongan. Awalnya hanya
pengguna Internet di Amerika saja yang memakai istilah Hoax, tapi
lama-lama kata ini menjadi dipakai di seluruh dunia.
9. Mager : Singkatan dari ‘malas gerak’.
10. LOL :Kata ini belakangan ini sering dipakai, terutama dalam komunikasi
chatting, baik di YM, FB, Twitter, atau pun komunitas yang lain. Kata itu merupakan
singkatan dari Laugh Out Loud yang berarti “Tertawa Terbahak-bahak”.

C. Contoh Penulisan Bahasa Gaul


1. Penulisan Bahasa Gaul pada Novel

”Ibu mau apa, sih, ke sini sekarang? Udah ngga’ ada gunanya, Bu! Lebih baik Ibu pergi aja, deh dari
sini. God, this is like a nightmare for me, l right know,” Jani menghela nafas dalam, masih dalam
ketidakpercayaan.
”Jani… komment pourriez-vous dire cela a moi?” wanita itu berusaha memegang tangan Jani, namun
Jani mengelak.
”Tega? Ibu bilang tega? Bu, dengar ya … Jangan ngebahas masalah tega deh sama saya. Saya
udah ngga’ kenal kata itu lagi, thanks to you.” Tanpa ia sadari air matanya telah bercucuran keras.
Sepertinya semua luka batin Jani yang selama ini ia pendam dan tutup-tutupi, perlahan terbuka
kembali.
“Anjani!” teriak ibu yang juga mulai menitikkan air matanya....
2. Penulisan Bahasa Gaul pada Puisi

Gubuk itu Rumahku

Selama puluhan tahun lamanya


Kau masih kokoh berdiri di sana
Tempat kita bertahan hidup
Berlindung dari manis dan kejam dunia
Masa tlah memakan umurmu
Gubuk reot tempatku berteduh
Dari panas dan hujan
Kini tlah dimakan sang waktu
Helai demi helai lapisan kulitmu
Tlah keropos rapuh
Aku hanya bisa meratapi
Memandangmu dalam rapuhnya jiwaku
Aku tak bisa untuk berbuat banyak
Karena tak banyak dana untuk merubahmu
Aku tak tahu... entah....

3. Penulisan Bahasa Gaul pada Cerpen

Irena ternyata membawa Icang ke sebuah pesta ulang tahun seorang temannya, entah
teman dari mana, yang jelas bukan anak Binke, yang diselenggarakan di sebuah restoran
papan atas. Temannya itu pasti se-borju Irena, buktinya sanggup menyewaresto yang harga
sekali makan sama dengan jatah ‘beasiswa’ dari ortu Icang untuk dua bulan. Teman Irena
itu bernama Anita, cewek cakep bermata sipit dan berkuning langsat, keturunan Tionghoa.
Ia menyambut Irena dengan segala kecerewetan khas ABG golongan the have.
“Halo … Irena, akhirnya lo datang juga ke my birthday party! Gue seneng banget karena gue
pikir lo udah lupa sama gue!”
Bahasanya Jakarta-an, tetapi logatnya medok khas Solo, pikir Icang iseng.
“Masak sama temen sendiri lupa? Meski udah dua tahun nggak ketemu, aku masih inget
kamu, Nit! Kita kan tiga tahun di SMP satu kelas terus. Hei, kamu ngelanjutin sekolah ke
Aussie kan? Gimana rasanya sekolah sama bule?”
Ajaib, tenyata Irena bisa renyah seperti kicauan burung prenjak juga….
“Wah, extraordinary! Segalanya menyenangkan. Sayang babe lo terlalu protect sama lo.
Kuliah di luar negeri aja dilarang. Eh, gue sekarang sudah punya gebetan bule lho …
namanya Dick! Sayang dia nggak bisa ikutan terbang ke Indonesia karena sedang sibuk
penelitian buat ikutan karya ilmiah. Nah, yang satu ini … siapa? Cowok lo?”
“Cowokku?” Irena melirik Icang dengan paras merendahkan. “Eh, kamu jangan menghinaku
begitu dong! Mentang-mentang dapet doi orang bule!”
“Eh, siapa yang menghina lo?” Anita tampak bingung.
“Aku masih ngejomblo tahu nggak?”
“Terus dia?” Anita semakin bingung.
“Dia itu sopir keluargaku yang baru. Pacaran sama sopir? Wih … nggak level, mending juga
sama Anton yang pecandu narkoba itu! Aku sih nggak mau menurunkan harga diri,Fren!”
Deg! Icang spontan merasakan wajahnya memanas. Benar, Irena cuma ingin
mempermalukannya di depan umum. Sialan, jelek-jelek gini gue itu idola, Fren!
“Sopir? Dia itu sopir?!”
“Iya.”
“Suuuer?”
“Yup!”
“Wah…,” Anita mengangkat sepasang alisnya, lantas membelalakkan mata sipitnya. “Sopir
lo keren banget! Gue juga mau punya gebetan kayak dia!”

D. Pengaruh Bahasa Pergaulan Terhadap Bahasa Indonesia

 Bahasa remaja
Salah satu dampak dari pembangunan dan perkembangan jaman adalah modernisasi, di mana
segala hal yang ada di lingkungan kita harus selalu berkembang. Dampak dari modernisasi
yang paling terlihat adalah gaya hidup, entah itu cara berpakaian, cara bertutur kata, cara
belajar, aplikasi teknologi yang makin maju dan lain-lain. Hal ini memicu munculnya bahasa
gaul. Bahasa gaul memicu munculnya kecenderungan untuk memakai bahasa slang yang
memiliki kesan santai dan tidak kaku. Ketidak bakuan tersebut tercermin dalam kosakata,
struktur kalimat, dan intonasi.
 Kasus
Berasal dari keluarga solo budi yang sejak kecil hidup di daerah solo. Budi terbiasa dengan
bahasa jawa yang berintonasi lemah lembut kemudian saat sma hidup dijakarta yang
lingkungannya di dominasi dengan bahasa jakarta yang dalam intonasinya lebih tegas. Saat di
sma budi berteman dengan rio yang berasal dari daerah sumatra yang dikenal dengan
intonasinya lebih tegas dari intonasi bahasa jakarta. Hal ini dapat menimbulkan kebingungan
bagi budi untuk memilih bahasa yang digunakan. Karena perbedaannya tidak hanya pada
intonasinya namu juga berbeda dalam kosakata bahasa daerah dan arti. Terlebih bahasa
pergaulan yang mencampur adukan antara bahasa daerah dan bahasa indonesia.
E. Pengaruh Bahasa Pergaulan dalam Pengembangan Bahasa Indonesia
• Bahasa Indonesia yang baik berarti maknanya dapat dipahami oleh komunikan dan
ragamnya sudah sesuai dengan siuasi saat bahasa itu digunakan.
• Bahasa Indonesia yang benar berarti bahasa yang memiliki ragam formal dan taat
pada kaidah bahasa baku.
• Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa yang maknanya dapat dipahami
dan sesuai dengan situasi pemakainannya serta tidak menyimpang dari kaidah bahasa
baku.
• Namun saat ini banyak remaja yang tidak memakai bahasa yang baik dan benar.
Mereka lebih kepada memakai bahasa gaul yang sudah jelas dalam penulisan maupun
pengucapannya tidak sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Munculnya bahasa gaul merupakan ancaman yang sangat serius terhadap bahasa
Indonesia. Bahasa gaul memberikan pengaruh bahwa kemampuan berbahasa remaja
saat ini semakin buruk dan jauh dari kata baik dan benar. Apabila kegemaran ini
berlangsung lama dan makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat sumpah
pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia.
• Penggunaan bahasa gaul dalam komunikasi baik di dunia nyata maupun dunia maya
menimbulkan beberapa masalah, antara lain:
• Bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya dalam berkomunikasi dengan orang lain
dalam acara formal. Misalnya ketika sedang presentasi di depan kelas.
• Bahasa gaul dapat menyulitkan orang lain yang mendengar kata-kata yang termaksud
gaul untuk mengerti maksud yang dibicarakannya.
• Bahasa gaul dapat menyebabkan buruknya penggunaan bahasa Indonesia dikalangan
remaja yang akan datang. Mereka tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
• Akan tetapi sebagian orang mengatakan bahwa bahasa gaul dapat membawa pengaruh
positif bagi remaja :
• Dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih kreaif. Karena
remaja dapat mengembangkan ide yang ada pada diri mereka dan mereka dapat
menciptakan inovasi bahasa yang baru.
• Hal ini membuktikan bahwa bahasa gaul telah menghambat perkembangan bahasa
Indonesia di kalangan remaja. Pengaruh bahasa gaul terhadap eksistensi bahasa
Indonesia sangat besar. Bahasa Indonesia sekarang sudah jauh dari kata indah karena
telah dicemari oleh penggunaan bahasa gaul yang semakin banyak.
F. Media Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Gaul

Terliahat dari contoh struktur bahasa gaul bahwa media sangat berpengaruh terhadap
penggunaan bahasa gaul, khususnya situs-situs jejaring sosial. Penikmat situs-situs jejaring
sosial kebanyakan adalah remaja. Tulisan seorang remaja di situs jejaring sosial yang
menggunakan bahasa gaul, akan dilihat dan bisa jadi ditiru oleh remaja lain. Selain remaja
anak sekolah dasar pun banyak yang menggunakan situs jejaring sosial. Berarti banyak juga
anak sekolah dasar yang seharusnya diberikan atau diajarkan bahasa yang baik dan benar
dengan adanya situs jejaring sosial sebagai media juga dapat berpengaruh besar. Tapi tak
dapat dipungkiri bahwa penyerapan bahasa gaul dikalangan anak dan remaja yang tengah
menjadi tren merupakan bagian dari konformitas terhadap lingkungan. Yang dimaksud
konformitas adalah meleburkan diri pada lingkungan agar mendapat pengakuan. Dalam
perkembangan sosial anak usia SD dan remaja, konformitas memang amat diperlukan karena
akan meningkatkan self esteem (harga diri) anak. Jadi, biarkan saja anak SD ataupun remaja
yang memang diperlukan bagi perkembangan sosialnya. Yang harus diajarkan pada anak
adalah soal penempatan, dalam arti kapan dan kepada siapa bahasa tersebut boleh digunakan.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa media berpengaruh besar terhadap penyebaran
bahasa gaul.

G. Menggunakan Bahasa Formal Saat Rapat


Saat ini mungkin sudah sangat jarang orang yang masih mau menggunakan bahasa formal.
Lihat saja bahasa-bahasa informal yang melenceng jauh dari KBBI sudah menjadi tren
tersendiri. Perlu Anda perhatikan bahasa informal ada baiknya tak digunakan saat Anda
sedang berbincang soal bisnis atau saat ada di lingkup pekerjaan. Penggunaan bahasa
informal dalam rapat resmi di kantor juga perlu dihindari agar penggunaan bahasa Indonesia
ragam formal tetap dapat digunakan. Hal ini merupakan pendapat dari pakar pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bernadine Ria Lestari. “Menggunakan variasi bahasa
Indonesia non formal dan bahasa Inggris dalam rapat dinas sebaiknya harus dan perlu
dikurangi agar peserta rapat yang tidak mengerti kedua bahasa tersebut dapat mengikuti rapat
dengan nyaman,” katanya. Mungkin sering Anda temui dalam rapat, orang yang
mempresentasikan menggunakan bahasa-bahasa yang dicampur aduk antara Inggris dan
Indonesia. Mereka memang terlihat sangat intelek dan seakan paham segalanya, tapi
sayangnya tak semua audien yang ada di dalam ruang rapat dapat mengerti apa yang
disampaikan. Hal ini justru berakibat pesan yang ingin disampaikan malah tak sepenuhnya
dimengerti. Ria Lestari melanjutkan menggunakan bahasa Indonesia yang formal sangat
perlu dilakukan untuk menjaga agar kesopanan berbahasa terjaga dengan baik dan rapat dapat
berjalan dengan lancar serta nyaman. Hal tersebut ternyata sangat penting karena penggunaan
bahasa mencerminkan si pengguna bahasa itu sendiri. Sebaiknya orang yang akan melakukan
presentasi dalam meeting perlu pelatihan bahasa yang baik dan santun, hal ini dilakukan agar
tak terjadi pertentangan batin dalam penggunaan bahasa. “Pelatihan itu perlu dilakukan terus
menerus terutama penggunaan bahasa yang santun di antara kaum muda (mahasiswa) dan
pejabat publik terutama jika percakapan tersebut dilakukan di depan umum,” katanya. Masih
menurut Ria, bahasa pada hakikatnya memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, alat
penyampai pesan. Komunikasi sendiri sebenarnya dapat dilakukan dalam dua cara yaitu lisan
dan tertulis. Bentuk komunikasi yang tertulis ataupun lisan biasanya disampaikan dalam
sebuah wacana. Wacana sendiri pada umumnya mendefinisikan sebagai satuan bahasa yang
lebih besar dari kalimat dan membentuk sebuah kesatuan dan memiliki arti yang
berkesinambungan dengan ide yang keseluruhannya menyatakan topik atau sebuah ide
pokok.”Jika analisis wacana dikhususkan pada analisis percakapan, maka satuan bahasa yang
diamati bukan kalimat atau klausa tetapi tuturan,” katanya. Untuk itu biasakan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar saat melakukan rapat. Jika belum terbiasa Anda dapat
memulainya dengan menggunakan bahasa formal dalam surel atau percakapan ringan di
kantor. Mungkin awalnya terkesan terlalu kaku, namun akan terbiasa seiring berjalannya
waktu. Anda boleh menggunakan bahasa Inggris saat meeting apabila ada audiens yang tak
bisa berbahasa Indonesia. Tapi usahakan juga untuk tetap menyampaikannya dalam bahasa
Indonesia, karena tingkat penguasaan bahasa Inggris seseorang tentu berbeda-beda. Jangan
lupa tujuan utama melaksanan rapat adalah menyampaikan tujuan tertentu atau mencari
solusi, jadi bila pesan tak sampai dengan baik, rapat tentu tidak akan mendapatkan hasil
maksimal.
H. Cara Mengatasi Perkembangan Bahasa Gaul
Tidak dapat dipungkiri lagi, dalam bermasyarakat, bersosialisasi lebih sering menggunakan
bahasa gaul. Anak-anak dan para remaja dalam perkembangan psikologis pun tidak bisa
ditolak atau dicegah untuk tidak terbiasa dengan bahasa gaul, karena itu memang suatu proses
dalam psikologisnya. Dengan kata lain penggunaan bahasa gaul tidak bisa kita hilangkan atau
cegah perkembangannya.
Yang dapat kita lakukan yaitu :
1. Memberi pengertian yang lebih mendalam akan pentingnya berbahasa yang baik dan
benar,
2. Menanamkan sikap cinta bahasa sendiri pada anak-anak atau remaja dengan berbagai cara,
contohnya mengadakan lomba puisi dan lain-lain,
3. Inisiatif dan kemauan yang kuat dari dalam diri sendiri.

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan

B. Saran
Dalam masyarakat kita, masih ada beberapa yang menggunakan bahasa gaul dalam
aktivitas resmi. Sebaiknya aktivitas resmi lebih baik menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai