Laporan Spektofotometri Visibel
Laporan Spektofotometri Visibel
Oleh :
Kelompok :5
Nama Kelompok : - Revian Prisca Erninda
- Rezza Lingga Permana
- Rheynna Ayunita Pranatha
- Riski Eka Fahira
Kelas : 1B – Teknik Kimia
I. TUJUAN
Hukum dasar dari Spektrofotometri diterangkan oleh Lambert dan Beer, sehingga
hukum atau persamaan yang digunakan dikenal dengan “hukum Lambert-Beer”.
Gambar 1. Hukum Lambert - Beer
Ir
It
C C
CV
V V
Ia
Io Io = Ia + Ir + It
Bila cahaya jatuh pada suatu medium homogen, maka sebagian cahaya tersebut
akan dipantulkan, sebagian diserap dalam media dan sisanya diteruskan. Jika
intensitas cahaya yang masuk dinyatakan dengan Io, intensitas cahaya yang
dipantulkan Ir, intensitas cahaya yang diserap Ia dan intensitas cahaya yang diteruskan
It, maka :
IO = Ia + I r + It
Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan sel kaca, cahaya yang
dipantulkan hanya sekitar 4%, sehingga Ir biasanya terhapus dengan penggunaan
suatu control (misalnya dengan sel pembanding atau blanko, jadi :
Io = Ia + It
A=kbc
A = a b c (gram/liter)
A = E b c (mol/liter)
Io It
Log = A dengan T =
It Io
Absorbansi
Cuplikan
Konsentrasi
Cuplikan
Konsentrasi (ppm)
Inilah dasar prinsip kerja dari alat spektrofotometer : “adanya interaksi antara
materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”
Kadar besi dalam suatu sample yang diproduksi akan cukup kecil dapat
dilakukan dengan teknik spektrofotometri UV-Vis menggunakan pengompleksan
orto-fenantrolin. Dasar penentu kadar besi (II) dengan orto-Fenantrolin. Senyawa ini
memiliki warna sangat kuat dan kestabilan relatif lama dapat menyerap sinar tampak
secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Pada persiapan larutan, sebelum
pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi seperti
hidroksilamina. HCl yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus
dijaga pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat
(Hendayana, S, dkk, 2001 : 22).
5. Sumber Radiasi
· Lampu deuterium (λ= 190nm-380nm, umur pemakaian 500 jam)
· Lampu tungsten, merupakan campuran dari flamen tungsten dan gas iodine.
Pengukurannya pada daerah visible 380-900nm.
· Lampu merkuri, untuk mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada
spectra UV-VIS pada 365 nm.
6. Monokromator
Wadah sampel umumnya disebut kuvet. Berikut jenis-jenis kuvet yang bisa
digunakan:
a. Gelas
b. Kwarsa
c. Matched cells
d. Polystyrene range ( 340-1000nm) throw away type
e. Micro cells.
2. Detektor
Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang akan
mengubahnya menjadi besaran terukur. Berikut jenis-jenis detektor dalam
spektrofotometer UV-VIS.
7. Recorder
Radiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi arus listrik oleh
recorder dan terbaca dalam bentuk transmitansi.
8. Read out
a. Null balance, menggunakan prinsip null balance potentiometer, tidak
nyaman, banyak diganti dengan pembacaan langsung dan pembacaan
digital
b. Direct readers, %T, A atau C dibaca langsung dari skala
c. Pembacaan digital, mengubah sinyal analog ke digital dan menampilkan
peraga angka Light emitting diode (LED) sebagai A, %T atau C. Dengan
pembacaan meter seperti gambar, akan lebih mudah dibaca skala
transmitannya, kemudian menentukan absorbansi dengan A = - log T.
(sumber:http://tjahkimiaunnes.blogspot.com/2010/03/instrumentasi-pada-
spektrofotometer-uv.html)
Wadah sampel umumnya disebut sel/kuvet. Kuvet yang terbuat dari kuarsa baik
untuk spektrosokopi UV dan juga untuk spektroskopi sinar tampak. Kuvet plastik
dapat digunakan untuk spektroskopi sinar tampak.
Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang berguna
untuk mendeteksi cahaya yang melewati sampel tersebut. Cahaya yang melewati
detektor diubah enjadi arus listrik yang dapat dibaca melalui recorder dalam bentuk
transmitansi absorbansi atau konsentrasi (Hendayana, S, dkk, 2001 : 67).
A. Alat
1. Spektofotometer Labo
2. Pipet Tetes
3. Pipet Ukur 5 ml dan 10 ml
4. 9 buah Labu takar 50 ml
5. Botol Semprot
6. Gelas Kimia 250 ml dan 150 ml
7. Bola Hisap
B. Bahan
1. Larutan induk 𝐹𝑒 3+ 100 ppm (=Metoda Nessler)
2. Larutan Hidroksilamin – HCl 10%
3. Larutan Na Asetat 10%
4. Larutan O – fenantrolin 0,1%
5. Aquades
• Mengisi kuvet yang ingin digunakan dengan blanko dan larutan yang
akan diukur.
• Membersihkan dinding luar kuvet dari kotoran ataupun larutan yang
tertinggal.
• Mematikan alat dengan menekan tombol yang ada di belakang kiri alat.
V. MSDS
A. Fe (II)
Sifat Kimia dan Sifat Fisika
1. Nama Kimia : Fe atau Ferrum
2. Nomor Atom : 26
3. Warna : Logam berwarna perak abu-abu, yang bersifat reaktif
dengan oksigen dan air,sehingga mudah membentuk
karat.
4. Jumlah : Besi adalah elemen nomor 4 terbesar di kerak bumi.
5. Sifat : Besi murni bersifat lunak( lebih lunak dari
alumunium), tetapi dapat diperkeras dan diperkuat
dengan campuran lain seperti carbon dengan proses
smelting.
1. Besi adalah mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk pembentukan
hemoglobin.
2. Besi dapat ditemukan di sumber makanan daging dan sayur-sayuran.
3. Besi dapat menimbulkan masalah kesehatan conjunctivitis, choroiditis,
retinitis jika kontak dan besi tetap permanen didalamnya.
4. Inhalasi kronik debu atau fume dari besi oksida bisa menimbulkan masalah
kesehatan pneumoconiosis jinak yang dinamakan siderosis dan meningkatkan
resiko kanker paru-paru.
5. LD 50 ( oral, rat ) : 30 gm/kg
1. Pig iron untuk industri : kompor, pipa, radiator, rel kereta api.
2. Stainless steel untuk : alat rumah tangga, alat kesehatan.
B. Hikdrosilamin – HCl
Sifat Kimia
1. Nama Kimia : Hydroxylamine Hydrochloride
2. Rumus Kimia : NH2OH.HCl
Identifikasi Bahaya
1. Mata : Menyebabkan iritasi pada mata, kerusakan pada mata,
dan kebutaan
2. Kulit : Menyebabkan peradangan pada kulit dan
menimbulkan kegatalan
3. Inhalasi : Menghirup debu akan menghasilkan iritasi pada
saluran gastro-intestinal atau saluran pernapasan, yang
ditandai dengan pembakaran, bersin dan batuk.
Pertolongan Pertama
1. Kontak Mata : Cek dan lepas jika menggukan kontak lensa. Bilas
dengan air mengalir selama 15 menit.
2. Kulit : Bilas bagian kulit yang terkena zat dengan air
mengalir selama 15 menit. Lepas dan cuci pakaian yang
terkena zat. Gunakan krim anti – bakterial bila
diperlukan. Hubungi dokter apabila terjadi iritasi serius.
3. Inhalasi : Bawa korban ke udara segar, beri korban beberapa
gelas susu atau air. Bila diperlukan beri korban oksigen.
Hubungi dokter.
Penanganan Kebakaran
1. Titik nyala : 152°C (305.6°F).
2. Media pemadam : Bila terjadi kebakaran kecil gunakan bubuk kimia
kering. Apabila terjadi kebakaran besar gunakan
semprotan air, kabut atau busa.
C. Na Asetat
Sifat Kimia
1. Nama Kimia : Sodium acetate
2. Rumus Kimia : CH3COONa
Identifikasi Bahaya
1. Mata : Menyebabkan iritasi pada mata, kerusakan pada mata,
dan kebutaan
2. Kulit : Menyebabkan peradangan pada kulit dan
menimbulkan kegatalan
3. Inhalasi : Menghirup debu akan menghasilkan iritasi pada
saluran gastro-intestinal atau saluran pernapasan, yang
ditandai dengan pembakaran, bersin dan batuk.
Pertolongan Pertama
1. Kontak mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus
kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama
minimal 15 menit. Air dingin dapat digunakan.
Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi.
2. Kontak Kulit : Cuci dengan sabun dan air. Tutupi kulit yang teriritasi
dengan emolien. Dapatkan bantuan medis jika terjadi
iritasi. Air dingin dapat digunakan.
3. Inhalasi : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak
bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit
bernapas, berikan oksigen. Dapatkan medis
perhatian jika gejala muncul.
4. Proses menelan : Jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk
melakukannya oleh tenaga medis. Tidak pernah
memberikan apapun melalui mulut kepada sadar
orang. Kendurkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, ikat
pinggang atau pinggang. Dapatkan bantuan medis jika
gejala muncul.
D. O – Fenantrolin
Sifat Kimia
1. Nama Produk : Phenanthroline monohydrate
2. Rumus Kimia : C12H8N2.H2O
Identifikasi Bahaya
Sangat berbahaya dalam kasus menelan. Berbahaya dalam kasus kontak
kulit (iritan), kontak mata (iritan), inhalasi. Sedikit berbahaya dalam kasus kontak
kulit (permeator). Parah over-exposure dapat mengakibatkan kematian.
Pertolongan Pertama
1. Kontak mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. segera siram mata
dengan air yang mengalir sedikitnya 15 menit, dengan
kelopak mata tetap dibuka. Air dingin dapat digunakan.
Jangan gunakan salep mata. Mencari bantuan medis.
2. Kontak Kulit : Setelah kontak dengan kulit, segera cuci dengan
banyak air. Lembut dan benar-benar mencuci kulit
terkontaminasi dengan berjalan air dan sabun non-
abrasif. Sangat berhati-hati untuk membersihkan
lipatan, celah-celah, lipatan dan pangkal paha. Tutupi
kulit yang teriritasi dengan yang melunakkan. Jika
terjadi iritasi, mencari perhatian medis. Cuci pakaian
yang terkontaminasi sebelum menggunakan kembali.
Bila terjadi iritasi serius cuci dengan sabun desinfektan
dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim anti-
bakteri. Hubungi dokter.
3. Inhalasi : Biarkan korban untuk beristirahat di area yang
berventilasi. Mencaribantuan medis segera. Bila terjadi
inhalasi serius evakuasi korban ke daerah yang aman
secepatnya. Kendurkan pakaian ketat seperti kerah,
dasi, ikat pinggang atau pinggang. Jika sulit bernafas,
berikan oksigen. Jika korban tidak bernafas, melakukan
mulut ke mulut. Hubungi dokter
4. Proses menelan : Jangan memaksakan muntah. Periksa bibir dan mulut
untuk memastikan apakah jaringan yang rusak, indikasi
kemungkinan bahwa bahan beracun tertelan; tidak
adanya tanda-tanda seperti itu, bagaimanapun, tidak
konklusif. Kendurkan pakaian ketat seperti leher, dasi,
ikat pinggang atau pinggang. Jika korban tidak
bernafas, melakukan mulut ke mulut. Mencari perhatian
medis segera.
VI. DATA PENGAMATAN
A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Tabel 3. Panjang Gelombang
Panjang Gelombang
No A
(nm)
1 400 0,085
2 410 0,103
3 420 0,128
4 430 0,145
5 440 0,159
6 450 0,163
7 460 0,178
8 470 0,177
9 480 0,202
10 485 0,206 Panjang
11 490 0,202 Gelombang
12 500 0,215 Maksimum
13 510 0,222
14 520 0,202
15 530 0,215
16 540 0,209
17 550 0,176
18 560 0,124
19 570 0,07
20 560 0,041
0,206
0.200
0.150
Absorbansi
Series
1
0.100
Poly.
(Series
0.050 1)
0.000
0 100 200 300 400 500 600
Panjang Gelombang (nm)
No Konsentrasi (ppm) A
1 0 0
2 2 0,075
3 3 0,104
4 4 0,134
5 5 0,173
6 6 0,207
7 7 0,238
8 8 0,278
9 Sampel (25 ml) 0,139
0.3
Absorbansi vs Panjang Gelombang
0.278
0.25
0.238
0.2
0.173
Series1
0.15
0,139 Linear (Series1)
0.134
Linear (Series1)
0.1 0.104
y = 0.0342x + 0.0015
0.075 Konsentrasi Cuplikan R² = 0.9989
0.05
0 0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (ppm)
𝑀𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎
392 𝑔𝑟𝑎𝑚 3,5 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄
= 56 = 7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 500 𝑚𝑙
𝐴𝑟 𝐹𝑒
2. Pembuatan O – Fenantrolin 0,1 % untuk 500 ml
0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄
Artinya massa O – Fenantrolin = 100 𝑚𝑙
Jadi untuk membuat 500 ml dibutuhkan o – fenantrolin sebanyak 0,5 gram
10 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄
Artinya massa Na – Asetat = 100 𝑚𝑙
Jadi untuk membuat larutan 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎 500 ml dibutuhkan Na – Asetat sebanyak
50 gram
Fe (II) 1 ml Fe (II) 3 ml
𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2 𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2
1,0 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2 3 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2
𝑝𝑝𝑚2 = 2 ppm 𝑝𝑝𝑚2 = 6 ppm
Fe (II) 2 ml Fe (II) 4 ml
𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2 𝑉1 x 𝑝𝑝𝑚1 = 𝑉2 x 𝑝𝑝𝑚2
2 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2 4 𝑥 100 = 50 x 𝑝𝑝𝑚2
𝑝𝑝𝑚2 = 4 ppm 𝑝𝑝𝑚2 = 8 ppm
VIII. PEMBAHASAN
a. Revian Prisca Erninda (161411049)
Pada praktikum ini dilakukan untuk menguji konsentrasi Fe total dengan
menggunakan Spektrofotometer Labo. Spektrofotometer Labo ini menggunakan teknik sinar
tampak atau visibel (dengan panjang gelombang 380 – 780 nm). Larutan besi digunakan
sebagai bahan percobaan. Larutan besi merupakan larutan yang tidak berwarna. Maka larutan
besi harus dibuat berwarna terlebih dahulu sebelum diukur absorbannya dengan
spektrofotometer Labo. Agar larutan besi dapat berwarna, maka direaksikan dengan orto -
fenantrolin, karena orto - fenantrolin dapat membentuk kompleks warna merah dari 𝐹𝑒 2+
Adapun reaksinya adalah:
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap yang dapat menyerap sinar tampak.
Pada spektrofotometer ini terdapat 4 kotak tempat penyimpanan kuvet. Dimana pada
spektrofotometer labu ini dapat diisi lebih dari satu kuvet dimana pengukuran setiap kuvetnya
dapat digeser-geser kedepan dan kebelakang. Kuvet yang akan diukur digeser hingga ke
tengah-tengah, sedangkan kuvet yang ada didepannya maupun dibelakangnya tidak akan ikut
terukur. Larutan yang terukur adalah yang berada pada kuvet yang digeser hingga ketengah
tepat terlewati sinar monokromatis. Pada percobaan ini kotak yang terisi adalah sebanyak 2
kotak yang diisi oleh 2 kuvet. Setelah itu langkah selanjutnya yang dilakukan dalam
percobaan ini adalah memilih panjang gelombang maksimum pada larutan standar Fe.
Semakin besar panjang gelombang maka akan semakin besar absorbansinya. Tapi dalam
kondisi tertentu, absorbansi akan kembali turun saat bertambahnya panjang gelombang.
Setiap pergantian pengukuran panjang gelombang selalu diukur terlebih dahulu larutan
blanko, dimana larutan blanko % transmitansinya harus 100. Larutan blanko yang digunakan
adalah pereaksi yang digunakan (tanpa sampel atau larutan Fe). Fungsi dari blanko sendiri
adalah mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar Fe sehingga jumlah
serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar atau sampel (mengandung pereaksi
dan Fe) dikurangi serapan pereaksinya. Sehingga absorbansi yang didapat pada pengukuran
ini adalah serapan untuk Fe dalam sampel. Pada panjang gelombang 420-460 nm kemampuan
zat menyerap cahaya meningkat, namun kembali turun dalam penyerapan cahayanya pada
panjang gelombang 470 nm yang mana titik tersebut di sebut dengan titik ekstrim.
Dalam penentuan kadar besi kali ini, digunakan 7 larutan deret standar, blangko dan
larutan sampel. Larutan deret standar berisi campuran larutan Fe, hidroksilamin, larutan Na
Asetat, orto-fenantrolin, dan aquadest. Hidroksilamin ditambahkan ke dalam larutan
berfungsi agar ion besi tetap stabil berada pada keadaan bilangan oksidasi 2+. Natrium asetat
merupakan suatu garam yang bersifat basa yang merupakan penyangga. Keberadaan natrium
asetat dalam larutan menyebabkan larutan berada pada pH optimal untuk pembentukan
kompleks besi fenantrolin, yaitu pada kisaran pH 6-8. pH harus tetap dijaga dalam kondisi
optimal karena dikhawatirkan jika pH terlalu besar, akan terjadi endapan-endapan misalnya
Fe(OH)2. Kemudian, orto-phenantrolin dalam percobaan ini berfungsi sebagai pembentuk
senyawa kompleks sehingga dalam bentuk senyawa kompleks, ion besi dapat memberikan
warna yang dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri dengan memperhitungkan besar
absorbansinya. Adapun dalam keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna.
Untuk menganalisis kadar besi di dalam larutan digunakan panjang gelombang 485
nm karena pada panjang gelombang ini absorbansi sinar mempunyai nilai maksimal. Panjang
gelombang ini juga termasuk dalam rentang panjang gelombang yang diserap warna biru
kehijauan (480-490 nm) yang merupakan warna komplementer dari larutan yang dianalisis
yaitu warna jingga.
Pengujian dilanjutkan pada setiap larutan deret standar dengan menggunakan panjang
gelombang 485 nm dimulai dari larutan standar 1 dengan 0,5 ppm. Dengan dilakukan
pengujian dari laturan standar 1 hingga 7 didapatkan nilai absorbansi yang meningkat. Maka,
didapatkan kurva kalibrasi dan dalam perhitungan kadar besi didapatkan 4,06 ppm
Larutan yang digunakan yaitu larutan besi dengan kosentrasi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5
ppm, 6 ppm, 7ppm, dan 8 ppm yang masing-masing ditambahkan 0,5 ml larutan
hidroksilamin 10%, 5 ml larutan fenantrolin 0,1% dan 5 ml natrium asetat 10%. Tujuan
ditambahkan fenantrolin adalah untuk membentuk senyawa kompleks yang berwarna
sehingga dapat diukur absorbansinya. Sementara penambahahan natrium
asetat bertujuan untuk mempertahankan pH larutan.
Setiap melalukan pengukuran, alat spektrofotometri ini harus dinolkan dengan larutan
blanko. Larutan blanko ini berisi 0 ppm besi, 0,5 ml hidroksilamin, 5 ml larutan fenantrolin,
dan 5 ml natrium asetat. Larutan ini hanya sebagai pembanding.
Pada saat praktikum kami mendapatkan panjang gelombang maksimum Fe yaitu 485
nm. Sedangkan menurut literatur panjang gelombang maksimum Fe adalah 470-480 nm.
Sehingga hasil dari percobaan kami tidak jauh berbeda dengan literatur. Dan didapatkan
konsentrasi Fe total sebesar 4,06 ppm.
IX. KESIMPULAN
1. Untuk menetapkan kadar besi maka dilakukan reaksi antara ion besi (II) dengan o-
fenantrolin hingga terbentuk kompleks merah.