Anda di halaman 1dari 44

V.

I HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Magang kerja

4.1.1 kegiatan di dusun padang Rewatae

Proses budidaya tanaman sawi

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran
pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan,
penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta
pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.
Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam,
kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada
juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik
budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil.
Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.
Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli
harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh.
kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan
dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman
yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi
yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan
proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan
diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak
digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang
tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya
matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20
sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai
contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan
saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita
gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan
pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai
4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan
tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3
meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu
sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di
tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1– 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.

D. PENANAMAN.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.
Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum
penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP
100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan
20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat
lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita
perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau
terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi
keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2
minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan penggulu dan
bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu
tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram
dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
4.1.2 Pembuatan Biopestisida Nabati dan Aplikasinya pada tanaman sawi
Budidaya tanaman sawi yang di lakukan di dusun padang
Rewatae desa pattappa kecamatan pujananting kabupaten barru.
Dalam budidaya tanaman sawi yang telah di terapkan adalah sistem
pertanian organik salahsatunya adalah pembuatan dan pemakaian
Biopestisida nabati yang bahan-bahannya berasal dari tumbuh-
tumbahan salahsatu tumbuhan yang di gunakan adalah tumbuhan
kirinyu. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan – bahan
tersebut kami menggunakan bahan pengurai yaitu bakteri EM4 dan
air gula merah serta air cucian beras.Pestisida nabati ini berfungsi
sebagai pengendalian ulat daun yang menyerang daun tanaman sawi
secara nabati, pemilihan bahan – bahan tersebut berdasarkan
pengalaman dan informasi– informasi yang didapat dari luar seperti
pengamalan orang lain, majalah pertanian, buku pedoman dll.
Pemilihan tumbuhan Kirinyu untuk di jadikan pestisida nabati karena efektif
untuk mengendalikan hama pada tanaman.

Pemilihan tumbuhan kirinyu, karena daun kirinyu diketahui


mempunyai zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan
beberapa hama dan penyakit pada tanaman. Tanaman kirinyu
diketahui dapat mengendalikan larva ulat grayak bahkan dapat
membunuh ulat grayak karena kandungan racun yang ada pada
tumbuhan kirinyu .. Karena, tumbuhan kirinyu merupakan jenis
tumbuhan yang memiliki kandungan Pryrrolizidine alkaloids yang
terkandung dalam tumbuhan kirinyu memiliki sifat racun.
Tumbuhan kirinyu sangat banyak di jumpai di sepanjang
pinggir jalan Desa Pattappa kecamatan pujananting kabupaten
barru

Dengan ketersedian bahan yang melimpah maka kami


memanfaatkan tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan
baku untuk biopestisida nabati untuk pengendalian serangan hama
ulat grayak.
Proses pembuatan biopestisida nabati dari bahan baku
tumbuhan kirinyu, adalah sebagai berikut :
a. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida
Nabati untuk pengendalian hama ulat daun yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Daun kirinyu : @ 1 kilogram
2. Air cucian beras : @ 1 liter
3. EM4 : @ 5 tutup botol EM4
4. Air : @ 5 liter
5. cairan gula merah : @ 250 ml
b. Alat yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati
adalah sebagai berikut :
1. Pisau : @ 1 buah
2. Talenan : @ 1 buah
3. Jirigen 5 lt : @ 2 buah
4. Mug Takaran : @ 1 buah

c. Proses pembuatan Biopestisida Nabati untuk mengendalikan hama ulat daun


Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan sebagai pembuatan pestisida nabati daun kirinyu,
kemudian menimbang daun kirinyu seberat 1 kilogram dan
langkah selanjuntnya memotong atau mencacah daun kirinyu
sampai daun kirinyu berukuran kecil. Setelah itu daun kirinyu
yang telah di potong - potong di masukkan kedalam jirigen
dengan volume 5 liter untuk 1 kg daun kirinyu yang telah di
cacah. Selanjutnya menambahkan air secukupnya, air cucian
beras dan di beri cairan gula merah sebanyak 250 ml, serta
bakteri EM4. Setelah semua bahan tercampur menjadi satu
kemudian langkah selanjutnya adalam melakukan proses
fermentasi atau dekomposisi untuk mendapatkan ekstrakan
daun kirinyu, proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak
daun kirinyu dibutuhkan ± 14 hari.

4.2.2.1 Aplikasi Biopestisida nabati


Setelah proses yang cukup panjang dan lama maka di
dapatkan larutan biopestisida nabati berbahan daun kirinyu. Untuk
penggunakan biopestisida nabati ini karena masih dalam bentuk
larutan maka dibutuhkan air untuk mengencerkan larutan tersebut
dan siap untuk di aplikasikan

untuk mengendalikan serangan hama ulat daun. Proses aplikasinya adalah


sebagai berikut antara lain :
1) Aplikasi pada tanaman jambu kristal
Bahan yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati
sebagai berikut :
1. Biopestisida nabati : 1 liter
2. air : 25 liter
alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati adalah
sebagai berikut :
1. Mesin sprayer
2. Selang spraayer dan nozzle : 100 meter
3. Drum kapasitas 50 liter : 1 buah
4. Kayu pengaduk : 1 buah
5. Gelas takar ukuran 500 ml : 1 buah

Proses aplikasi biopestisida dari bahan daun kirinyu). Setelah


dilakukan proses fermentasi selama ± 14 hari. Maka ektrak dari
bahan tersebut telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman
sawi. ekstrakan hasil fermentasi tersebut masih dalam bentuk
larutan pekat yang apabila langsung di gunakan pada tanaman akan
mengakibatkan efek negatif pada tanaman. penyemprtan di lapang
menggunakan mesin sprayer. Dosis yang digunakan pada saat
pengaplikasian di lapang adalah 1 liter ektrak biopestisida nabati
untuk 25 liter air. Kemudian dilakukan pengadukan bahan agar
bahan tercampur homogen. Setelah semua bahan telah tercampur
maka telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman sawi untuk
mengendalikan serangan hama ulat grayak.

V.I HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Magang kerja

4.1.1 kegiatan di dusun padang Rewatae

Proses budidaya tanaman sawi

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran
pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan,
penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta
pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.
Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam,
kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada
juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik
budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil.
Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.
Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli
harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh.
kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan
dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman
yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi
yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan
proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan
diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.
B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak
digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang
tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya
matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20
sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai
contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan
saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita
gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan
pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai
4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan
tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3
meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu
sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di
tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1– 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.

D. PENANAMAN.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.
Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum
penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP
100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan
20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat
lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita
perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau
terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi
keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2
minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan penggulu dan
bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu
tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram
dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
4.1.2 Pembuatan Biopestisida Nabati dan Aplikasinya pada tanaman sawi
Budidaya tanaman sawi yang di lakukan di dusun padang
Rewatae desa pattappa kecamatan pujananting kabupaten barru.
Dalam budidaya tanaman sawi yang telah di terapkan adalah sistem
pertanian organik salahsatunya adalah pembuatan dan pemakaian
Biopestisida nabati yang bahan-bahannya berasal dari tumbuh-
tumbahan salahsatu tumbuhan yang di gunakan adalah tumbuhan
kirinyu. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan – bahan
tersebut kami menggunakan bahan pengurai yaitu bakteri EM4 dan
air gula merah serta air cucian beras.Pestisida nabati ini berfungsi
sebagai pengendalian ulat daun yang menyerang daun tanaman sawi
secara nabati, pemilihan bahan – bahan tersebut berdasarkan
pengalaman dan informasi– informasi yang didapat dari luar seperti
pengamalan orang lain, majalah pertanian, buku pedoman dll.
Pemilihan tumbuhan Kirinyu untuk di jadikan pestisida nabati karena efektif
untuk mengendalikan hama pada tanaman.

Pemilihan tumbuhan kirinyu, karena daun kirinyu diketahui


mempunyai zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan
beberapa hama dan penyakit pada tanaman. Tanaman kirinyu
diketahui dapat mengendalikan larva ulat grayak bahkan dapat
membunuh ulat grayak karena kandungan racun yang ada pada
tumbuhan kirinyu .. Karena, tumbuhan kirinyu merupakan jenis
tumbuhan yang memiliki kandungan Pryrrolizidine alkaloids yang
terkandung dalam tumbuhan kirinyu memiliki sifat racun.
Tumbuhan kirinyu sangat banyak di jumpai di sepanjang
pinggir jalan Desa Pattappa kecamatan pujananting kabupaten
barru

Dengan ketersedian bahan yang melimpah maka kami


memanfaatkan tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan
baku untuk biopestisida nabati untuk pengendalian serangan hama
ulat grayak.
Proses pembuatan biopestisida nabati dari bahan baku
tumbuhan kirinyu, adalah sebagai berikut :
d. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida
Nabati untuk pengendalian hama ulat daun yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Daun kirinyu : @ 1 kilogram
2. Air cucian beras : @ 1 liter
3. EM4 : @ 5 tutup botol EM4
4. Air : @ 5 liter
5. cairan gula merah : @ 250 ml
e. Alat yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati
adalah sebagai berikut :
1. Pisau : @ 1 buah
2. Talenan : @ 1 buah
3. Jirigen 5 lt : @ 2 buah
4. Mug Takaran : @ 1 buah

f. Proses pembuatan Biopestisida Nabati untuk mengendalikan hama ulat daun


Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan sebagai pembuatan pestisida nabati daun kirinyu,
kemudian menimbang daun kirinyu seberat 1 kilogram dan
langkah selanjuntnya memotong atau mencacah daun kirinyu
sampai daun kirinyu berukuran kecil. Setelah itu daun kirinyu
yang telah di potong - potong di masukkan kedalam jirigen
dengan volume 5 liter untuk 1 kg daun kirinyu yang telah di
cacah. Selanjutnya menambahkan air secukupnya, air cucian
beras dan di beri cairan gula merah sebanyak 250 ml, serta
bakteri EM4. Setelah semua bahan tercampur menjadi satu
kemudian langkah selanjutnya adalam melakukan proses
fermentasi atau dekomposisi untuk mendapatkan ekstrakan
daun kirinyu, proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak
daun kirinyu dibutuhkan ± 14 hari.
4.2.2.1 Aplikasi Biopestisida nabati
Setelah proses yang cukup panjang dan lama maka di
dapatkan larutan biopestisida nabati berbahan daun kirinyu. Untuk
penggunakan biopestisida nabati ini karena masih dalam bentuk
larutan maka dibutuhkan air untuk mengencerkan larutan tersebut
dan siap untuk di aplikasikan

untuk mengendalikan serangan hama ulat daun. Proses aplikasinya adalah


sebagai berikut antara lain :
2) Aplikasi pada tanaman jambu kristal
Bahan yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati
sebagai berikut :
1. Biopestisida nabati : 1 liter
2. air : 25 liter
alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati adalah
sebagai berikut :
6. Mesin sprayer
7. Selang spraayer dan nozzle : 100 meter
8. Drum kapasitas 50 liter : 1 buah
9. Kayu pengaduk : 1 buah
10. Gelas takar ukuran 500 ml : 1 buah

Proses aplikasi biopestisida dari bahan daun kirinyu). Setelah


dilakukan proses fermentasi selama ± 14 hari. Maka ektrak dari
bahan tersebut telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman
sawi. ekstrakan hasil fermentasi tersebut masih dalam bentuk
larutan pekat yang apabila langsung di gunakan pada tanaman akan
mengakibatkan efek negatif pada tanaman. penyemprtan di lapang
menggunakan mesin sprayer. Dosis yang digunakan pada saat
pengaplikasian di lapang adalah 1 liter ektrak biopestisida nabati
untuk 25 liter air. Kemudian dilakukan pengadukan bahan agar
bahan tercampur homogen. Setelah semua bahan telah tercampur
maka telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman sawi untuk
mengendalikan serangan hama ulat grayak.

V.I HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Magang kerja

4.1.1 kegiatan di dusun padang Rewatae

Proses budidaya tanaman sawi

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran
pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan,
penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta
pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.
Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam,
kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada
juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik
budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil.
Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.
Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli
harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh.
kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan
dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman
yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi
yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan
proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan
diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak
digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang
tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya
matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20
sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai
contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan
saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita
gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan
pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai
4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan
tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3
meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu
sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di
tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1– 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.

D. PENANAMAN.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.
Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum
penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP
100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan
20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat
lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita
perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau
terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi
keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2
minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan penggulu dan
bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu
tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram
dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
4.1.2 Pembuatan Biopestisida Nabati dan Aplikasinya pada tanaman sawi
Budidaya tanaman sawi yang di lakukan di dusun padang
Rewatae desa pattappa kecamatan pujananting kabupaten barru.
Dalam budidaya tanaman sawi yang telah di terapkan adalah sistem
pertanian organik salahsatunya adalah pembuatan dan pemakaian
Biopestisida nabati yang bahan-bahannya berasal dari tumbuh-
tumbahan salahsatu tumbuhan yang di gunakan adalah tumbuhan
kirinyu. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan – bahan
tersebut kami menggunakan bahan pengurai yaitu bakteri EM4 dan
air gula merah serta air cucian beras.Pestisida nabati ini berfungsi
sebagai pengendalian ulat daun yang menyerang daun tanaman sawi
secara nabati, pemilihan bahan – bahan tersebut berdasarkan
pengalaman dan informasi– informasi yang didapat dari luar seperti
pengamalan orang lain, majalah pertanian, buku pedoman dll.
Pemilihan tumbuhan Kirinyu untuk di jadikan pestisida nabati karena efektif
untuk mengendalikan hama pada tanaman.

Pemilihan tumbuhan kirinyu, karena daun kirinyu diketahui


mempunyai zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan
beberapa hama dan penyakit pada tanaman. Tanaman kirinyu
diketahui dapat mengendalikan larva ulat grayak bahkan dapat
membunuh ulat grayak karena kandungan racun yang ada pada
tumbuhan kirinyu .. Karena, tumbuhan kirinyu merupakan jenis
tumbuhan yang memiliki kandungan Pryrrolizidine alkaloids yang
terkandung dalam tumbuhan kirinyu memiliki sifat racun.
Tumbuhan kirinyu sangat banyak di jumpai di sepanjang
pinggir jalan Desa Pattappa kecamatan pujananting kabupaten
barru

Dengan ketersedian bahan yang melimpah maka kami


memanfaatkan tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan
baku untuk biopestisida nabati untuk pengendalian serangan hama
ulat grayak.
Proses pembuatan biopestisida nabati dari bahan baku
tumbuhan kirinyu, adalah sebagai berikut :
g. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida
Nabati untuk pengendalian hama ulat daun yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Daun kirinyu : @ 1 kilogram
2. Air cucian beras : @ 1 liter
3. EM4 : @ 5 tutup botol EM4
4. Air : @ 5 liter
5. cairan gula merah : @ 250 ml
h. Alat yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati
adalah sebagai berikut :
1. Pisau : @ 1 buah
2. Talenan : @ 1 buah
3. Jirigen 5 lt : @ 2 buah
4. Mug Takaran : @ 1 buah

i. Proses pembuatan Biopestisida Nabati untuk mengendalikan hama ulat daun


Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan sebagai pembuatan pestisida nabati daun kirinyu,
kemudian menimbang daun kirinyu seberat 1 kilogram dan
langkah selanjuntnya memotong atau mencacah daun kirinyu
sampai daun kirinyu berukuran kecil. Setelah itu daun kirinyu
yang telah di potong - potong di masukkan kedalam jirigen
dengan volume 5 liter untuk 1 kg daun kirinyu yang telah di
cacah. Selanjutnya menambahkan air secukupnya, air cucian
beras dan di beri cairan gula merah sebanyak 250 ml, serta
bakteri EM4. Setelah semua bahan tercampur menjadi satu
kemudian langkah selanjutnya adalam melakukan proses
fermentasi atau dekomposisi untuk mendapatkan ekstrakan
daun kirinyu, proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak
daun kirinyu dibutuhkan ± 14 hari.

4.2.2.1 Aplikasi Biopestisida nabati


Setelah proses yang cukup panjang dan lama maka di
dapatkan larutan biopestisida nabati berbahan daun kirinyu. Untuk
penggunakan biopestisida nabati ini karena masih dalam bentuk
larutan maka dibutuhkan air untuk mengencerkan larutan tersebut
dan siap untuk di aplikasikan

untuk mengendalikan serangan hama ulat daun. Proses aplikasinya adalah


sebagai berikut antara lain :
3) Aplikasi pada tanaman jambu kristal
Bahan yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati
sebagai berikut :
1. Biopestisida nabati : 1 liter
2. air : 25 liter
alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati adalah
sebagai berikut :
11. Mesin sprayer
12. Selang spraayer dan nozzle : 100 meter
13. Drum kapasitas 50 liter : 1 buah
14. Kayu pengaduk : 1 buah
15. Gelas takar ukuran 500 ml : 1 buah

Proses aplikasi biopestisida dari bahan daun kirinyu). Setelah


dilakukan proses fermentasi selama ± 14 hari. Maka ektrak dari
bahan tersebut telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman
sawi. ekstrakan hasil fermentasi tersebut masih dalam bentuk
larutan pekat yang apabila langsung di gunakan pada tanaman akan
mengakibatkan efek negatif pada tanaman. penyemprtan di lapang
menggunakan mesin sprayer. Dosis yang digunakan pada saat
pengaplikasian di lapang adalah 1 liter ektrak biopestisida nabati
untuk 25 liter air. Kemudian dilakukan pengadukan bahan agar
bahan tercampur homogen. Setelah semua bahan telah tercampur
maka telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman sawi untuk
mengendalikan serangan hama ulat grayak.

V.I HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Magang kerja

4.1.1 kegiatan di dusun padang Rewatae

Proses budidaya tanaman sawi

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran
pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan,
penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta
pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.
Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam,
kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada
juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik
budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil.
Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.
Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli
harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh.
kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan
dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman
yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi
yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan
proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan
diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak
digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang
tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya
matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20
sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai
contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan
saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita
gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan
pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai
4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan
tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3
meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu
sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di
tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1– 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.

D. PENANAMAN.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.
Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum
penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP
100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan
20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat
lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita
perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau
terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi
keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2
minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan penggulu dan
bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu
tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram
dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
4.1.2 Pembuatan Biopestisida Nabati dan Aplikasinya pada tanaman sawi
Budidaya tanaman sawi yang di lakukan di dusun padang
Rewatae desa pattappa kecamatan pujananting kabupaten barru.
Dalam budidaya tanaman sawi yang telah di terapkan adalah sistem
pertanian organik salahsatunya adalah pembuatan dan pemakaian
Biopestisida nabati yang bahan-bahannya berasal dari tumbuh-
tumbahan salahsatu tumbuhan yang di gunakan adalah tumbuhan
kirinyu. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan – bahan
tersebut kami menggunakan bahan pengurai yaitu bakteri EM4 dan
air gula merah serta air cucian beras.Pestisida nabati ini berfungsi
sebagai pengendalian ulat daun yang menyerang daun tanaman sawi
secara nabati, pemilihan bahan – bahan tersebut berdasarkan
pengalaman dan informasi– informasi yang didapat dari luar seperti
pengamalan orang lain, majalah pertanian, buku pedoman dll.
Pemilihan tumbuhan Kirinyu untuk di jadikan pestisida nabati karena efektif
untuk mengendalikan hama pada tanaman.

Pemilihan tumbuhan kirinyu, karena daun kirinyu diketahui


mempunyai zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan
beberapa hama dan penyakit pada tanaman. Tanaman kirinyu
diketahui dapat mengendalikan larva ulat grayak bahkan dapat
membunuh ulat grayak karena kandungan racun yang ada pada
tumbuhan kirinyu .. Karena, tumbuhan kirinyu merupakan jenis
tumbuhan yang memiliki kandungan Pryrrolizidine alkaloids yang
terkandung dalam tumbuhan kirinyu memiliki sifat racun.
Tumbuhan kirinyu sangat banyak di jumpai di sepanjang
pinggir jalan Desa Pattappa kecamatan pujananting kabupaten
barru

Dengan ketersedian bahan yang melimpah maka kami


memanfaatkan tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan
baku untuk biopestisida nabati untuk pengendalian serangan hama
ulat grayak.
Proses pembuatan biopestisida nabati dari bahan baku
tumbuhan kirinyu, adalah sebagai berikut :
j. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida
Nabati untuk pengendalian hama ulat daun yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Daun kirinyu : @ 1 kilogram
2. Air cucian beras : @ 1 liter
3. EM4 : @ 5 tutup botol EM4
4. Air : @ 5 liter
5. cairan gula merah : @ 250 ml
k. Alat yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati
adalah sebagai berikut :
1. Pisau : @ 1 buah
2. Talenan : @ 1 buah
3. Jirigen 5 lt : @ 2 buah
4. Mug Takaran : @ 1 buah

l. Proses pembuatan Biopestisida Nabati untuk mengendalikan hama ulat daun


Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan sebagai pembuatan pestisida nabati daun kirinyu,
kemudian menimbang daun kirinyu seberat 1 kilogram dan
langkah selanjuntnya memotong atau mencacah daun kirinyu
sampai daun kirinyu berukuran kecil. Setelah itu daun kirinyu
yang telah di potong - potong di masukkan kedalam jirigen
dengan volume 5 liter untuk 1 kg daun kirinyu yang telah di
cacah. Selanjutnya menambahkan air secukupnya, air cucian
beras dan di beri cairan gula merah sebanyak 250 ml, serta
bakteri EM4. Setelah semua bahan tercampur menjadi satu
kemudian langkah selanjutnya adalam melakukan proses
fermentasi atau dekomposisi untuk mendapatkan ekstrakan
daun kirinyu, proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak
daun kirinyu dibutuhkan ± 14 hari.

4.2.2.1 Aplikasi Biopestisida nabati


Setelah proses yang cukup panjang dan lama maka di
dapatkan larutan biopestisida nabati berbahan daun kirinyu. Untuk
penggunakan biopestisida nabati ini karena masih dalam bentuk
larutan maka dibutuhkan air untuk mengencerkan larutan tersebut
dan siap untuk di aplikasikan

untuk mengendalikan serangan hama ulat daun. Proses aplikasinya adalah


sebagai berikut antara lain :
4) Aplikasi pada tanaman jambu kristal
Bahan yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati
sebagai berikut :
1. Biopestisida nabati : 1 liter
2. air : 25 liter
alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati adalah
sebagai berikut :
16. Mesin sprayer
17. Selang spraayer dan nozzle : 100 meter
18. Drum kapasitas 50 liter : 1 buah
19. Kayu pengaduk : 1 buah
20. Gelas takar ukuran 500 ml : 1 buah

Proses aplikasi biopestisida dari bahan daun kirinyu). Setelah


dilakukan proses fermentasi selama ± 14 hari. Maka ektrak dari
bahan tersebut telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman
sawi. ekstrakan hasil fermentasi tersebut masih dalam bentuk
larutan pekat yang apabila langsung di gunakan pada tanaman akan
mengakibatkan efek negatif pada tanaman. penyemprtan di lapang
menggunakan mesin sprayer. Dosis yang digunakan pada saat
pengaplikasian di lapang adalah 1 liter ektrak biopestisida nabati
untuk 25 liter air. Kemudian dilakukan pengadukan bahan agar
bahan tercampur homogen. Setelah semua bahan telah tercampur
maka telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman sawi untuk
mengendalikan serangan hama ulat grayak.

V.I HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Magang kerja

4.1.1 kegiatan di dusun padang Rewatae

Proses budidaya tanaman sawi

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran
pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan,
penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta
pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.
Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam,
kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada
juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik
budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil.
Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.
Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli
harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh.
kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan
dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman
yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi
yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan
proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan
diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak
digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang
tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya
matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20
sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai
contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan
saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita
gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan
pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai
4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan
tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3
meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu
sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di
tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1– 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.

D. PENANAMAN.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.
Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum
penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP
100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan
20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat
lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita
perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau
terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi
keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2
minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan penggulu dan
bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu
tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram
dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
4.1.2 Pembuatan Biopestisida Nabati dan Aplikasinya pada tanaman sawi
Budidaya tanaman sawi yang di lakukan di dusun padang
Rewatae desa pattappa kecamatan pujananting kabupaten barru.
Dalam budidaya tanaman sawi yang telah di terapkan adalah sistem
pertanian organik salahsatunya adalah pembuatan dan pemakaian
Biopestisida nabati yang bahan-bahannya berasal dari tumbuh-
tumbahan salahsatu tumbuhan yang di gunakan adalah tumbuhan
kirinyu. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan – bahan
tersebut kami menggunakan bahan pengurai yaitu bakteri EM4 dan
air gula merah serta air cucian beras.Pestisida nabati ini berfungsi
sebagai pengendalian ulat daun yang menyerang daun tanaman sawi
secara nabati, pemilihan bahan – bahan tersebut berdasarkan
pengalaman dan informasi– informasi yang didapat dari luar seperti
pengamalan orang lain, majalah pertanian, buku pedoman dll.
Pemilihan tumbuhan Kirinyu untuk di jadikan pestisida nabati karena efektif
untuk mengendalikan hama pada tanaman.
Pemilihan tumbuhan kirinyu, karena daun kirinyu diketahui
mempunyai zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan
beberapa hama dan penyakit pada tanaman. Tanaman kirinyu
diketahui dapat mengendalikan larva ulat grayak bahkan dapat
membunuh ulat grayak karena kandungan racun yang ada pada
tumbuhan kirinyu .. Karena, tumbuhan kirinyu merupakan jenis
tumbuhan yang memiliki kandungan Pryrrolizidine alkaloids yang
terkandung dalam tumbuhan kirinyu memiliki sifat racun.
Tumbuhan kirinyu sangat banyak di jumpai di sepanjang
pinggir jalan Desa Pattappa kecamatan pujananting kabupaten
barru

Dengan ketersedian bahan yang melimpah maka kami


memanfaatkan tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan
baku untuk biopestisida nabati untuk pengendalian serangan hama
ulat grayak.
Proses pembuatan biopestisida nabati dari bahan baku
tumbuhan kirinyu, adalah sebagai berikut :
m. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida
Nabati untuk pengendalian hama ulat daun yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Daun kirinyu : @ 1 kilogram
2. Air cucian beras : @ 1 liter
3. EM4 : @ 5 tutup botol EM4
4. Air : @ 5 liter
5. cairan gula merah : @ 250 ml
n. Alat yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati
adalah sebagai berikut :
1. Pisau : @ 1 buah
2. Talenan : @ 1 buah
3. Jirigen 5 lt : @ 2 buah
4. Mug Takaran : @ 1 buah

o. Proses pembuatan Biopestisida Nabati untuk mengendalikan hama ulat daun


Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan sebagai pembuatan pestisida nabati daun kirinyu,
kemudian menimbang daun kirinyu seberat 1 kilogram dan
langkah selanjuntnya memotong atau mencacah daun kirinyu
sampai daun kirinyu berukuran kecil. Setelah itu daun kirinyu
yang telah di potong - potong di masukkan kedalam jirigen
dengan volume 5 liter untuk 1 kg daun kirinyu yang telah di
cacah. Selanjutnya menambahkan air secukupnya, air cucian
beras dan di beri cairan gula merah sebanyak 250 ml, serta
bakteri EM4. Setelah semua bahan tercampur menjadi satu
kemudian langkah selanjutnya adalam melakukan proses
fermentasi atau dekomposisi untuk mendapatkan ekstrakan
daun kirinyu, proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak
daun kirinyu dibutuhkan ± 14 hari.

4.2.2.1 Aplikasi Biopestisida nabati


Setelah proses yang cukup panjang dan lama maka di
dapatkan larutan biopestisida nabati berbahan daun kirinyu. Untuk
penggunakan biopestisida nabati ini karena masih dalam bentuk
larutan maka dibutuhkan air untuk mengencerkan larutan tersebut
dan siap untuk di aplikasikan

untuk mengendalikan serangan hama ulat daun. Proses aplikasinya adalah


sebagai berikut antara lain :
5) Aplikasi pada tanaman jambu kristal
Bahan yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati
sebagai berikut :
1. Biopestisida nabati : 1 liter
2. air : 25 liter
alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati adalah
sebagai berikut :
21. Mesin sprayer
22. Selang spraayer dan nozzle : 100 meter
23. Drum kapasitas 50 liter : 1 buah
24. Kayu pengaduk : 1 buah
25. Gelas takar ukuran 500 ml : 1 buah

Proses aplikasi biopestisida dari bahan daun kirinyu). Setelah


dilakukan proses fermentasi selama ± 14 hari. Maka ektrak dari
bahan tersebut telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman
sawi. ekstrakan hasil fermentasi tersebut masih dalam bentuk
larutan pekat yang apabila langsung di gunakan pada tanaman akan
mengakibatkan efek negatif pada tanaman. penyemprtan di lapang
menggunakan mesin sprayer. Dosis yang digunakan pada saat
pengaplikasian di lapang adalah 1 liter ektrak biopestisida nabati
untuk 25 liter air. Kemudian dilakukan pengadukan bahan agar
bahan tercampur homogen. Setelah semua bahan telah tercampur
maka telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman sawi untuk
mengendalikan serangan hama ulat grayak.

V.I HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Magang kerja

4.1.1 kegiatan di dusun padang Rewatae

Proses budidaya tanaman sawi

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran
pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan,
penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta
pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.
Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam,
kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada
juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik
budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil.
Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.
Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli
harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh.
kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan
dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman
yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi
yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan
proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan
diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak
digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang
tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya
matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20
sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai
contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan
saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita
gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan
pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai
4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan
tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3
meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu
sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di
tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1– 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.

D. PENANAMAN.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.
Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum
penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP
100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan
20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat
lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita
perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau
terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi
keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2
minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan penggulu dan
bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu
tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram
dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
4.1.2 Pembuatan Biopestisida Nabati dan Aplikasinya pada tanaman sawi
Budidaya tanaman sawi yang di lakukan di dusun padang
Rewatae desa pattappa kecamatan pujananting kabupaten barru.
Dalam budidaya tanaman sawi yang telah di terapkan adalah sistem
pertanian organik salahsatunya adalah pembuatan dan pemakaian
Biopestisida nabati yang bahan-bahannya berasal dari tumbuh-
tumbahan salahsatu tumbuhan yang di gunakan adalah tumbuhan
kirinyu. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan – bahan
tersebut kami menggunakan bahan pengurai yaitu bakteri EM4 dan
air gula merah serta air cucian beras.Pestisida nabati ini berfungsi
sebagai pengendalian ulat daun yang menyerang daun tanaman sawi
secara nabati, pemilihan bahan – bahan tersebut berdasarkan
pengalaman dan informasi– informasi yang didapat dari luar seperti
pengamalan orang lain, majalah pertanian, buku pedoman dll.
Pemilihan tumbuhan Kirinyu untuk di jadikan pestisida nabati karena efektif
untuk mengendalikan hama pada tanaman.

Pemilihan tumbuhan kirinyu, karena daun kirinyu diketahui


mempunyai zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan
beberapa hama dan penyakit pada tanaman. Tanaman kirinyu
diketahui dapat mengendalikan larva ulat grayak bahkan dapat
membunuh ulat grayak karena kandungan racun yang ada pada
tumbuhan kirinyu .. Karena, tumbuhan kirinyu merupakan jenis
tumbuhan yang memiliki kandungan Pryrrolizidine alkaloids yang
terkandung dalam tumbuhan kirinyu memiliki sifat racun.
Tumbuhan kirinyu sangat banyak di jumpai di sepanjang
pinggir jalan Desa Pattappa kecamatan pujananting kabupaten
barru

Dengan ketersedian bahan yang melimpah maka kami


memanfaatkan tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan
baku untuk biopestisida nabati untuk pengendalian serangan hama
ulat grayak.
Proses pembuatan biopestisida nabati dari bahan baku
tumbuhan kirinyu, adalah sebagai berikut :
p. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida
Nabati untuk pengendalian hama ulat daun yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Daun kirinyu : @ 1 kilogram
2. Air cucian beras : @ 1 liter
3. EM4 : @ 5 tutup botol EM4
4. Air : @ 5 liter
5. cairan gula merah : @ 250 ml
q. Alat yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati
adalah sebagai berikut :
1. Pisau : @ 1 buah
2. Talenan : @ 1 buah
3. Jirigen 5 lt : @ 2 buah
4. Mug Takaran : @ 1 buah

r. Proses pembuatan Biopestisida Nabati untuk mengendalikan hama ulat daun


Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan sebagai pembuatan pestisida nabati daun kirinyu,
kemudian menimbang daun kirinyu seberat 1 kilogram dan
langkah selanjuntnya memotong atau mencacah daun kirinyu
sampai daun kirinyu berukuran kecil. Setelah itu daun kirinyu
yang telah di potong - potong di masukkan kedalam jirigen
dengan volume 5 liter untuk 1 kg daun kirinyu yang telah di
cacah. Selanjutnya menambahkan air secukupnya, air cucian
beras dan di beri cairan gula merah sebanyak 250 ml, serta
bakteri EM4. Setelah semua bahan tercampur menjadi satu
kemudian langkah selanjutnya adalam melakukan proses
fermentasi atau dekomposisi untuk mendapatkan ekstrakan
daun kirinyu, proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak
daun kirinyu dibutuhkan ± 14 hari.

4.2.2.1 Aplikasi Biopestisida nabati


Setelah proses yang cukup panjang dan lama maka di
dapatkan larutan biopestisida nabati berbahan daun kirinyu. Untuk
penggunakan biopestisida nabati ini karena masih dalam bentuk
larutan maka dibutuhkan air untuk mengencerkan larutan tersebut
dan siap untuk di aplikasikan

untuk mengendalikan serangan hama ulat daun. Proses aplikasinya adalah


sebagai berikut antara lain :
6) Aplikasi pada tanaman jambu kristal
Bahan yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati
sebagai berikut :
1. Biopestisida nabati : 1 liter
2. air : 25 liter
alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati adalah
sebagai berikut :
26. Mesin sprayer
27. Selang spraayer dan nozzle : 100 meter
28. Drum kapasitas 50 liter : 1 buah
29. Kayu pengaduk : 1 buah
30. Gelas takar ukuran 500 ml : 1 buah

Proses aplikasi biopestisida dari bahan daun kirinyu). Setelah


dilakukan proses fermentasi selama ± 14 hari. Maka ektrak dari
bahan tersebut telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman
sawi. ekstrakan hasil fermentasi tersebut masih dalam bentuk
larutan pekat yang apabila langsung di gunakan pada tanaman akan
mengakibatkan efek negatif pada tanaman. penyemprtan di lapang
menggunakan mesin sprayer. Dosis yang digunakan pada saat
pengaplikasian di lapang adalah 1 liter ektrak biopestisida nabati
untuk 25 liter air. Kemudian dilakukan pengadukan bahan agar
bahan tercampur homogen. Setelah semua bahan telah tercampur
maka telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman sawi untuk
mengendalikan serangan hama ulat grayak.

V.I HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Magang kerja

4.1.1 kegiatan di dusun padang Rewatae


Proses budidaya tanaman sawi

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran
pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan,
penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta
pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.
Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam,
kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada
juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik
budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil.
Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.
Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli
harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh.
kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan
dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman
yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi
yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan
proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan
diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak
digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang
tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya
matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20
sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai
contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan
saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita
gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan
pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai
4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan
tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3
meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu
sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di
tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1– 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.

D. PENANAMAN.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.
Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum
penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP
100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan
20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat
lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita
perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau
terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi
keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2
minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan penggulu dan
bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu
tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram
dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
4.1.2 Pembuatan Biopestisida Nabati dan Aplikasinya pada tanaman sawi
Budidaya tanaman sawi yang di lakukan di dusun padang
Rewatae desa pattappa kecamatan pujananting kabupaten barru.
Dalam budidaya tanaman sawi yang telah di terapkan adalah sistem
pertanian organik salahsatunya adalah pembuatan dan pemakaian
Biopestisida nabati yang bahan-bahannya berasal dari tumbuh-
tumbahan salahsatu tumbuhan yang di gunakan adalah tumbuhan
kirinyu. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan – bahan
tersebut kami menggunakan bahan pengurai yaitu bakteri EM4 dan
air gula merah serta air cucian beras.Pestisida nabati ini berfungsi
sebagai pengendalian ulat daun yang menyerang daun tanaman sawi
secara nabati, pemilihan bahan – bahan tersebut berdasarkan
pengalaman dan informasi– informasi yang didapat dari luar seperti
pengamalan orang lain, majalah pertanian, buku pedoman dll.
Pemilihan tumbuhan Kirinyu untuk di jadikan pestisida nabati karena efektif
untuk mengendalikan hama pada tanaman.

Pemilihan tumbuhan kirinyu, karena daun kirinyu diketahui


mempunyai zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan
beberapa hama dan penyakit pada tanaman. Tanaman kirinyu
diketahui dapat mengendalikan larva ulat grayak bahkan dapat
membunuh ulat grayak karena kandungan racun yang ada pada
tumbuhan kirinyu .. Karena, tumbuhan kirinyu merupakan jenis
tumbuhan yang memiliki kandungan Pryrrolizidine alkaloids yang
terkandung dalam tumbuhan kirinyu memiliki sifat racun.
Tumbuhan kirinyu sangat banyak di jumpai di sepanjang
pinggir jalan Desa Pattappa kecamatan pujananting kabupaten
barru

Dengan ketersedian bahan yang melimpah maka kami


memanfaatkan tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan
baku untuk biopestisida nabati untuk pengendalian serangan hama
ulat grayak.
Proses pembuatan biopestisida nabati dari bahan baku
tumbuhan kirinyu, adalah sebagai berikut :
s. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida
Nabati untuk pengendalian hama ulat daun yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Daun kirinyu : @ 1 kilogram
2. Air cucian beras : @ 1 liter
3. EM4 : @ 5 tutup botol EM4
4. Air : @ 5 liter
5. cairan gula merah : @ 250 ml
t. Alat yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati
adalah sebagai berikut :
1. Pisau : @ 1 buah
2. Talenan : @ 1 buah
3. Jirigen 5 lt : @ 2 buah
4. Mug Takaran : @ 1 buah

u. Proses pembuatan Biopestisida Nabati untuk mengendalikan hama ulat daun


Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan sebagai pembuatan pestisida nabati daun kirinyu,
kemudian menimbang daun kirinyu seberat 1 kilogram dan
langkah selanjuntnya memotong atau mencacah daun kirinyu
sampai daun kirinyu berukuran kecil. Setelah itu daun kirinyu
yang telah di potong - potong di masukkan kedalam jirigen
dengan volume 5 liter untuk 1 kg daun kirinyu yang telah di
cacah. Selanjutnya menambahkan air secukupnya, air cucian
beras dan di beri cairan gula merah sebanyak 250 ml, serta
bakteri EM4. Setelah semua bahan tercampur menjadi satu
kemudian langkah selanjutnya adalam melakukan proses
fermentasi atau dekomposisi untuk mendapatkan ekstrakan
daun kirinyu, proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak
daun kirinyu dibutuhkan ± 14 hari.

4.2.2.1 Aplikasi Biopestisida nabati


Setelah proses yang cukup panjang dan lama maka di
dapatkan larutan biopestisida nabati berbahan daun kirinyu. Untuk
penggunakan biopestisida nabati ini karena masih dalam bentuk
larutan maka dibutuhkan air untuk mengencerkan larutan tersebut
dan siap untuk di aplikasikan
untuk mengendalikan serangan hama ulat daun. Proses aplikasinya adalah
sebagai berikut antara lain :
7) Aplikasi pada tanaman jambu kristal
Bahan yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati
sebagai berikut :
1. Biopestisida nabati : 1 liter
2. air : 25 liter
alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati adalah
sebagai berikut :
31. Mesin sprayer
32. Selang spraayer dan nozzle : 100 meter
33. Drum kapasitas 50 liter : 1 buah
34. Kayu pengaduk : 1 buah
35. Gelas takar ukuran 500 ml : 1 buah

Proses aplikasi biopestisida dari bahan daun kirinyu). Setelah


dilakukan proses fermentasi selama ± 14 hari. Maka ektrak dari
bahan tersebut telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman
sawi. ekstrakan hasil fermentasi tersebut masih dalam bentuk
larutan pekat yang apabila langsung di gunakan pada tanaman akan
mengakibatkan efek negatif pada tanaman. penyemprtan di lapang
menggunakan mesin sprayer. Dosis yang digunakan pada saat
pengaplikasian di lapang adalah 1 liter ektrak biopestisida nabati
untuk 25 liter air. Kemudian dilakukan pengadukan bahan agar
bahan tercampur homogen. Setelah semua bahan telah tercampur
maka telah siap untuk di aplikasikan ke lahan tanaman sawi untuk
mengendalikan serangan hama ulat grayak.

Anda mungkin juga menyukai