Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL AKIBAT KELAINAN


METABOLIK DAN ENDOKRIN OSTEOMALASIA

Disusun Oleh :

1. Nabela Pradina .P. (1611027)


2. Reka Dwi Intan .P. (1611029)
3. Shella Elselina .P. (1611030)
4. Via Arantika (1611031)

Pendidikan Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PATRIA HUSADA BLITAR

Tahun 2017/2018

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana pembahasan
dan pemahaman dalam mata kuliah KMB 3, materi yang kami bahas mengenai Osteomalasia.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa STIKES.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Bisepta Prayogi M.Kep.,Ns selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah KMB 3. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka kepada para pembaca kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Blitar, 07 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................1


KATA PENGANTAR .........................................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................4
1.2 TUJUAN .......................................................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI ......................................................................................................................6
2.2 ETIOLOGI ....................................................................................................................6
2.3 MANIFESTASI KLINIS ..............................................................................................7
2.4 PATOFISIOLOGI .........................................................................................................7
2.5 KOMPLIKASI ............................................................................................................10
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ..............................................................................10
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS ...............................................................................10
BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN ...........................................................................................................12
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ..................................................................................15
3.3 INTERVENSI .............................................................................................................15
BAB IV. APLIKASI KASUS SEMU
4.1 KASUS .......................................................................................................................18
4.2 RENCANA KEPERAWATAN ...................................................................................21
4.3 INTERVENSI .............................................................................................................23
BAB V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ..........................................................................................................27
5.2 SARAN .......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium.
Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat
pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang
dan tulang menjadi lunak. Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan
kekuatannya, sehingga mudah retak/ patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang
disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang
diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara
mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan
vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa
tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia. Konsumsi kalsium
yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang
umumnya terjadi pada dewasa, dapat menyebabkan osteomalasia, selain itu ganguan pada
sindroma malabsorbsi usus, penyakit hati, gagalginjal kronis dapat juga menyebab
terjadinya osteomalasia.
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis. Pada saat
sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak-anak,
dewasa atau pun orang tua.
Berdasarkan hasil penelitian University of Otago, SelandiaBaru, bekerja sama dengan
Seameo Tropmed RCCN Universitas Indonesia dan Universitas Putra Malaysia, yang
dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition tahun 2007, perempuan Indonesia
hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari.
Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50%
rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan
tulang.
Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga terjadi di 9
negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar dan tim pada 2001.
Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per harinya adalah 1.000-1.200 mg.
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
(Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005 ,ditemukan bahwa - dari 1 orang Indonesia berisiko
menderita kerapuhan tulang.

4
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi penyakit Osteomalasia.

2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari penyakit Osteomalasia.

3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari penyakit Osteomalasia.

4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Osteomalasia.

5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit Osteomalasia.

6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Osteomalasia.

7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Osteomalasia.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik oleh


kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas
skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa
pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). (Smeltzer. 2001: 2339).

Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan mendasar pada


penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai meningkatnya osteoid yang tidak
mengalami mineralisasi. (Robins, 2007).

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah
“soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini
tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak)
karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

2.2 ETIOLOGI
1. Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan
mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan
vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di
dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil
menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir
pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses
mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
2. Resiko
a. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak
mampu memproses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.

6
b. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium
akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Dan
Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal
tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
c. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian
obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit
ini.
d. Gangguan malabsorbsi.
e. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus
halus proksimal dan penyakit ileum.
f. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan peningkatan
kerja enzim-enzim oksidase hati.

2.3 MANIFESTASI KLINIS


1. Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang
2. Kelemahan otot
3. Cara berjalan seperti bebek atau pincang
4. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (sebagai berat tubuh dan tarikan
otot)
5. Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami pemendekan tinggi
badan, dan merusak toraks (kifosis)
6. Sekrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral
7. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan resiko jatuh dan fraktur

2.4 PATOFISIOLOGI

Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yangmerangsang


pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid meningkatkan penguraian
tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang
menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal
yang membungkus saluran-saluran tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas
tulang.

Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu


absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan

7
kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah.Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium
dan fosfat tidak dapat dimasukkan ketempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan
kegagalan mineralisasi,terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.

Penyebab osteomalasia adalah kekurangan kalsium dalam diet,malabsorbsi kalsium


(kegagalan absorbsi atau kehilangan kalsium berlebihandari tubuh), kelainan gastrointestinal
(absorbsi lemak tidak memadai sehinggamengakibatkan kehilangan vitamin D dan kalsium)
gagal ginjal berat dapat mengakibatkan asidosis (kalsium yang tersedia dalam tubuh
digunakan untuk menetralkan asidosis, pelepasan kaslsium skelet terus-menerus
mengakibatkan demineralisasi tulang), dan kekurangan vitamin D (diet dan sinar matahari).

Rakhitis (riskets) adalah penyakit tulang pada anak akibat defisiensi vitamin D.
Rakitis menyebabkan disorganisasi tulang, terutama di lempeng pertumbuhan atau epifisis
sehingga pertumbuhan terhambat. Rakitis jarang dijumpai di Amerikan Serikat, tetapi
mungkin ditemukan pada keluarga yangsangat miskin atau yang berada di daerah-daerah
pinggiran. Malabsorbsi kalsium dalam makanan pada para pengidap penyakit crohn sindrom
malabsorbsi atau fibrosis kistik dapat menyebabkan osteomalasia atau rakhiti

8
PATHWAY

Gangguan Gastrointestinal

Gagal ginjal kronis


Absorbsi Lemak Terganggu

Asidosis
Pembentukan Vitamin D
Terganggu

Kalsium yang digunakan di


Penyerapan Kalsium Usus dalam tubuh digunakan untuk
Kekurangan Vitamin D dan
Menurun menetralkan asidosis
Kalsium Dalam Diet

Kalsium ekstra sel berkurang

Transport kalsium ke tulang


terganggu

Deminorelisasi tulang
Oteomalasia

Harga diri rendah


Perlunakan Kerangka Tubuh

Berat badan dan tarikan


tubuh Kompresi pada vertebra Pemendekan tinggi badan

Deformitas
Tulang melengkung Penekanan syaraf vertebra

Cara berjalan pincang

Resiko fraktur meningkat Nyeri punggung


Resiko cedera

Gangguan mobilitas fisik Nyeri

9
2.5 KOMPLIKASI

Penderita osteomalasia lebih mungkin untuk mengalami patah tulang, terutama di tulang
rusuk, tulang belakang dan kaki. Namun, osteomalasia pada anak dan dewasa dapat
menimbulkan komplikasi yang berbeda, seperti:

 Pada Anak-anak :

1. Pertumbuhan tulangnya terhambat, sehingga menjadi terlambat untuk bisa duduk,


merangkak, dan berjalan.

2. Berat tubuhnya akan membengkokkan lutut, tulang, serta persendian lainnya. Hal ini
menyebabkan kaki melengkung ke dalam menyerupai huruf O, dada busung, dan lutut
menyerupai huruf X.

 Pada Orang Dewasa

kelemahan tulang membuat tulang menjadi lunak dan menjadi pendek, sehingga
penderita akan berkurang tinggi badannya. Tulang tengkorak yang memendek,
sehingga mengubah bentuk tulang toraks (bagian antara kepala dan perut). Hal ini
membuat pasien terlihat seperti bungkuk.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Evaluasi dengan sinar-X dapat memperlihatkan penurunan osifikasi/demineralisasi
tulang secara umum
2. Pengukuran kalsium dan fosfat serum akan memperlihatkan nilai yang rendah
3. Pemeriksaan urin menunjukkan kalsium dan kreatinin rendah
4. Pemeriksaan verterba akan memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas
vertebra yang jelas
5. Biopsi tulang akan menunjukkan peningkatan jumlah osteoid

2.7 PENATALAKSANAAN

1. Medik

10
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D
200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan
dengan 1.600 IU setiap 4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengkonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
2. Non medik
a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak
konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja
lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan
teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah di sarankan.
b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi
makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Berjemur
dibawah sinar matahari pagi antara pukul 7-9 pagi dan sore pada pikul 16-17.

11
BAB III
KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Data biografi

Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan
lain-lain yang dianggap perlu.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan
gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya
atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem
lainnya. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau
mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pada klien dengan gangguan
muskuloskeletas meliputi :

a. Nyeri
b. Kekuatan sendi
c. Bengkak
d. Deformitas dan imobilitas
e. Perubahan sensori
3. Riwayat kesehatan dahulu
Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tentang adanya efek langsung atau
tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan
tulang rawan, riwayat artiritis dan osteomielitis.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang
perlu diidentifikasi misalnya: penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi
penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll.
5. Riwayat Diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan
stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadi instabilitas ligamen,
khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-
hari konsumsi vitamin A, D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk
menjaga kondisi muskuloskeletal.
6. Pemeriksaan fisik
Pengkajian Skeletal Tubuh
Hal-hal yang perlu dikaji pada skeletal tubuh, yaitu :

12
1. Adanya deformitas dan ketidak sejajaran yang dapat disebebkan oleh penyakit
sendi.
2. Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya tumor
tulang.
3. Pemendekan ekstermitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar secara
anatomis.
4. Angulasi abnormal pada tulang panajng, gerakan pada titik bukan sendi, teraba
krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah tulang.
5. Pemeriklsaan TTV klien.

Pengkajian Tulang Belakang

Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :

1. Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)


- Bahu tidak sama tinggi
- Garis pinggang yang tidak simetris
- Skapula yang menonjol
2. Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada)
3. Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang berlebihan)

Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju klien dilepas untuk melihat seluruh
punggung, bokong, dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang belakang dan
kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior, posterior, dan lateral.
Dengan berdiri di belakang klien, perlihatkan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista
iliaka. Lipatan bokong normal simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan
tulang belakang diperiksa dalam posisi klien berdiri tegak dan membungkuk kedepan.

Pengkajian Sistem Persendian

Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi
mengenai integritas sendi. Suara “gemeletuk”dapat menunjukkan adanya ligamen
yang tergelncir di antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi
yang tidak rata ditemukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan
yang khas ditemukan pada pasien :

13
1. Artritits reumatoid, benjolan lunak di dalam dan sepanjang tendon.
2. Gout, benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi.
3. Osteoatritis, benjolan keras dan tidak nyeri merupakan pertumbuhantulang baru
akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalamkapsul sendi, biasanya
ditemukan pada lansia.

Pengkajian Sistem Otot

Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif, perawat
akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta pasien
menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan. Misalnya, otot bisep yang diuji
dengan meminta klien meluruskan lengan sepenuhnya, kemudian fleksikan lengan
melawan tahanan yang diberikan oleh perawat.Tonus otot (kontraksi ritmik otot) dapat
dibangkitkan pada pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat,
atau tangan dengan ekstensi pergelangan tangan.

Pengkajian Cara Berjalan

Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :

1. Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak.


2. Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek.
3. Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan.

Abnormalitas neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya,pasien


hemiparesis-stroke menunjukkan cara berjalan spesifik, pasien denganpenyakit
parkinson menunjukkan cara berjalan bergetar.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik

3.3 INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Kontrol Nyeri Pemberian Analgesik

14
Dipertahankan pada : 4 Aktivitas-aktivitas :
 Tentukan lokasi,
Ditingkatkan ke : 3
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
Indikator:
sebelum mengobati
 Mengenali kapan nyeri pasien.
terjadi.  Cek perintah
pengobatan meliputi
 Mengambarkan factor
obat, dosis, dan
penyebab.
frekuensi obat
analgesic yang
 Mengunakan jurnal
diresepkan.
harian untuk
 Cek adanya riwayat
memonitor gejala dari
alergi obat.
waktu kewaktu.
 Evaluasi kemampuan
 Mengunakan tindakan pasien untuk berperan
pencegahan. serta dalam pemilihan
analgesic, rute dan
 Menggunakan tindakan dosis dan keterlibatan
pengurangan nyeri pasien, sesuai
tampa analgesic. kebutuhan.
 Pilih analgesic atau
 Menggunakan
kombinasi analgesic
analgesic yang
yang sesuai ketika lebih
direkomendasikan.
dari satu diberikan.

 Melaporkan perubahan  Tentukan analgesic


gejala nyeri pada sebelumnya, rute
professional kesehatan. pemberian, dan dosis
untuk mencapai hasil
 Melaporkan gejala pengurangan nyeri
yang tidak terkontrol yang optimal.
pada profesional  Berikan kebutuhan
kesehatan. kenyamanan dan

15
aktivitas lain yang
 Menggunakan dapat membantu
sumberdaya yang relaksasi untuk
tersedia. memfasilitasi
penurunan nyeri.
 Mengenali apa yang
 Berikan analgesik
terkait dengan gejala
sesuai waktu paruhnya,
nyeri.
terutama pada nyeri
 Melaporkan nyeri yang
yang berat.
terkontrol.
 Susun harapan yang
positif mengenai
keefektifan analgesik
untuk mengoptimalkan
respon pasien.
 Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos yang
dimiliki pasien dan
anggota keluarga yang
mungkin keliru tentang
analgesik.
 Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping.
 Lakukan tindakan –
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnys, kontipasi
dan iritasi lambung).
(NIC HAL. 247)
2. Gangguan Pergerakan Terapi latihan : Mobilitas
mobilitas fisik Dipertahankan pada : 4 Sendi
Ditingkatkan ke : 3 Aktivitas :

16
Indikator :  Tentukan batas pergerakan
 Keseimbangan sendi dan efeknya
 Koordinasi terhadap fungsi sendi.
 Cara berjalan  Kolaborasikan dengan ahli
 Gerakan sendi terapi fisik dalam

 Kinerja pengaturan tubuh mengembangkan dan

 Berjalan menerapkan sebuah


program latihan.
 Bergerak dengan mudah
 Jelaskan pada pasien atau
keluarga manfaat dan
(NOC HAL.452)
tujuan melakukan latihan
sendi.
 Lindungi pasien dari
trauma selama latihan.
 Bantu untuk melakukan
pergerakan sendi yang
ritmis dan teratur sesuai
kadar nyeri yang bias
ditoleransi, ketahanan dan
pergerakan sendi.
 Tentukan perkembangan
terhadap pencapaian
tujuan.
 Sediakan petunjuk tertulis
untuk melakukan latihan.
(NIC HAL.440)

17
BAB IV

APLIKASI KASUS SEMU

4.1 Kasus

Tn.N berusia 46 tahun datang ke RS De La Salle Manado diantar oleh istri. Ia


mengatakan sejak 6 bulan lalu mengalami nyeri pada tulang, otot-ototnya terasa lemah, dan
cara berjalannya yang biasanya normal kini mulai bebek atau pincang. Sebelumnya ia pernah
ke dokter dan dokter memberikan obat kemudian sembuh dan sakitnya berulang kembali
ketika obat tersebut habis. Klien juga mengatakan dahulu Ia pernah mengalami gagal ginjal
kronik dan gangguan hati. Ia juga mengatakan orang tuanya pernah mengalami osteomalasia.
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang ia derita. Ketika datang kerumah
sakit klien tampak lemah, meringis dan tidak nyaman. Cara berjalan klien tampak pincang
atau tidak normal. Hasil pemeriksaan TTV menunjukan TD: 140/90mmhg, Suhu: 37°C
Nadi:110x/m Respirasi: 26x/m. Pengumpulan data

a. Biodata

1) Nama : Tn. N

2) Usia : 46 tahun

3) Alamat : Jl. Soggoriti RT: 01 RW:03

4) Jenis Kelamin : Laki-laki

5) Pekerjaan : Swasta

6) Agama : Kristen

7) Suku Bangsa : Toraja

8) Tanggal masuk dirawat : 05 April 2018

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Pasien mengeluh nyeri tualng


2. Ekstermitas disertai nyeri tekan
3. Kelemahan otot
4. Cara jalan bebek atau pincang.

18
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu

1. Kekurangan kalsium dalam diet


2. Pasien pernah mengalami gagal ginjal kronik
3. Pasien pernah mengalami gangguan hati

3) Riwayat kesehatan keluarga

Orang tua pasien pernah mengalami osteomalasia

c. Keadaan umum

 Tanda-tanda Vital
1. kesadaran : composmentis
2. TD : 140/90 mmHg
3. Suhu : 37°C
4. Nadi : 110x/m
5. Pernapasan :26x/m

Pengkajian Pola Kesehatan

A. Kajian Persepsi Kesehatan-Pemeliharaan Kesehatan


Riwayat penyakit yang pernah dialami :
1. Gagal ginjal kronik : pasien memeriksakan diri kerumah sakit.
2. Gangguan hati : pasien menderita gangguan hati dan selama ini memeriksakan
dirinya dirumah sakit dan mendapatkan obat dari dokter.

Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit : pasien sering mengkonsumsi alkohol dan kurang


minum air putih .
b. Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan sudah jarang meminum alkohol dan
memeriksakan diri kerumah sakit.

Data Obyektif

Observasi

a. Kebersihan rambut : rambut kotor, berminyak, dan beruban


b. Kulit kepala : tidak berketombe
c. Kebersihan kulit : kulit kering dan kotor
d. Higiene rongga mulut : mulut kotor, terdapat lendir
e. Kebersihan genetalia : tidak terkaji
f. Tanda/scar vaksinasi : cacar
B. Kajian Nutrisi Metabolik
Data Subyektif

19
a. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit makan 2 kali sehari,
selera makan baik, porsi makan dihabiskan.
b. Keadaan sejak sakit : sejak sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang,
pasien tidak dapat mengunyah makanan yang keras. Porsi makan tidak dihabiskan.

Data Obyektif

a. Observasi
Makanan pasien tidak dihabiskan
b. Pemeriksaan fisik
- Hidrasi kulit : kulit pasien kering
- Palpebrae : tampak berwarna hitam, gelap
- Konjungtiva : anemis
- Sclera : An ikterik
- Hidung : bersih, tidak ada secret
- Rongga mulut : bersih
- Gusi : warna merah muda tidak ada luka, bibir dan mukosa kering
- Gigi : kuning dan tidak terdapat caries, klien tidak menggunakan gigi palsu
- Kesulitan mengunyah yang keras : (baik)
- Lidah : lembab, ukuran simetris
- Makan : bantuan keluarga
- Mandi : bantuan keluarga
- Berpakaian : bantuan keluarga
- Kerapihan : bantuan keluarga
- BAB : sendiri
- BAK sendiri
- Morbiditas ditempat tidur : bantuan orang
- Ambulasi : bantuan keluarga
- Postur tubuh : tidak lurus
- Gaya berjalan : seperti bebek
- Uji kekuatan otot : (skala 0-5) = 3
c. Pemeriksaan diagnostic
Pada foto X-ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat nyata.
Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri
pada ujung vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata
serum kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat.
Ekskresi urine calsium dan creatinin lamban.

4.2 Rencana Keperawatan


DATA FOKUS ETIOLOGI
NO MASALAH
KEPERAWATAN

20
DS Kesalahan diet & gagal ginjal kronik Nyeri
1.
 Px mengeluh nyeri ↓
tulang Absorbsi lemak terganggu
 Px mengeluh otot ↓
lemah Pembentukan vit.D terganggu
DO ↓
 Wajah tampak Penyerapan kalsium usus menurun
meringis ↓

 Nyeri Kegagalan absorbsi

P : nyeri tekan, saat kalsium/kekurangan kalsium

bergerak ↓

Q : seperti ditusuk- Transport kalsium ke tulang terganggu

tusuk ↓

R : tulang vertebra Tulang melunak

S : 1-10 = 5 ↓

T : berlangsung 2 Tulang melengkung

menit ↓

TTV: Penekanan syaraf vertebra



TD : 140/90 mmHg
Nyeri
HR : 110 x/menit

RR : 24 x/menit

2. DS Kegagalan absorbsi Resiko cedera


 Px mengatakan kalsium/kekurangan kalsium
ototnya terasa lemah ↓
 Px mengatakan Transport kalsium ke tulang terganggu
kesulitan berjalan ↓
DO Tulang melunak
 Ekstermitas di sertai ↓
nyeri tekan Tulang melengkung
 Gaya berjalan bebek ↓
atau pincang Resiko fraktur meningkat

21

Resiko cedera

4.3 Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Kontrol Nyeri Pemberian Analgesik
Dipertahankan pada : 4 Aktivitas-aktivitas :
 Tentukan lokasi,
Ditingkatkan ke : 3
karakteristik,
kualitas dan
Indikator:
keparahan nyeri
 Mengenali kapan sebelum mengobati
nyeri terjadi. pasien.
 Cek perintah

22
pengobatan
 Mengambarkan meliputi obat,
factor penyebab. dosis, dan frekuensi
obat analgesic yang
 Mengunakan
diresepkan.
jurnal harian
 Cek adanya riwayat
untuk memonitor
alergi obat.
gejala dari waktu
 Evaluasi
kewaktu.
kemampuan pasien
 Mengunakan untuk berperan
tindakan serta dalam
pencegahan. pemilihan
analgesic, rute dan
 Menggunakan dosis dan
tindakan keterlibatan pasien,
pengurangan nyeri sesuai kebutuhan.
tampa analgesic.  Pilih analgesic atau
kombinasi
 Menggunakan
analgesic yang
analgesic yang
sesuai ketika lebih
direkomendasikan
dari satu diberikan.
.
 Tentukan analgesic
 Melaporkan sebelumnya, rute
perubahan gejala pemberian, dan
nyeri pada dosis untuk
professional mencapai hasil
kesehatan. pengurangan nyeri
yang optimal.
 Melaporkan gejala  Berikan kebutuhan
yang tidak kenyamanan dan
terkontrol pada aktivitas lain yang
profesional dapat membantu
kesehatan. relaksasi untuk

23
memfasilitasi
 Menggunakan penurunan nyeri.
sumberdaya yang
 Berikan analgesik
tersedia.
sesuai waktu
paruhnya, terutama
 Mengenali apa
pada nyeri yang
yang terkait
berat.
dengan gejala
 Susun harapan
nyeri.
yang positif
 Melaporkan nyeri
mengenai
yang terkontrol.
keefektifan
analgesik untuk
mengoptimalkan
respon pasien.
 Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos
yang dimiliki
pasien dan anggota
keluarga yang
mungkin keliru
tentang analgesik.
 Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan
adanya efek
samping.
 Lakukan tindakan –
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnys,
kontipasi dan iritasi
lambung).

24
(NIC HAL. 247)
2. Gangguan mobilitas Pergerakan Terapi latihan : Mobilitas
fisik Dipertahankan pada : 4 Sendi
Ditingkatkan ke : 3 Aktivitas :
Indikator :  Tentukan batas
 Keseimbangan pergerakan sendi dan
 Koordinasi efeknya terhadap
 Cara berjalan fungsi sendi.

 Gerakan sendi  Kolaborasikan dengan

 Kinerja pengaturan ahli terapi fisik dalam

tubuh mengembangkan dan

 Berjalan menerapkan sebuah


program latihan.
 Bergerak dengan
mudah  Jelaskan pada pasien
atau keluarga manfaat

(NOC HAL.452) dan tujuan melakukan


latihan sendi.
 Lindungi pasien dari
trauma selama latihan.
 Bantu untuk
melakukan pergerakan
sendi yang ritmis dan
teratur sesuai kadar
nyeri yang bias
ditoleransi, ketahanan
dan pergerakan sendi.
 Tentukan
perkembangan
terhadap pencapaian
tujuan.
 Sediakan petunjuk
tertulis untuk
melakukan latihan.
(NIC HAL.440)
25
26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada
orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit) ( Smeltzer. 2001: 2339 ).
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi kalsium.
Penyakit malabsorbsi, gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan
terjadinya osteomalasia,
Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalah nyeri tulang dan kelemahan.
Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien
kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang
dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha. Kemajuan penyakit, kaki
terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan,
pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis). Dan banyak tanda
dan gejala lainnya.
5.2 Saran
Dengan dibuatnya Asuhan Keperawatan Osteomalasia ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
tumor tulang.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Demikian penulisan makalah ini bias bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang
membutuhkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner and Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah.Vol 3.Ed 8.EGC.Jakarta


2. Reeves,J.Charlene.Et al.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1.Salemba
Medika.Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai