Askep Osteomalasia Pasca Uts 4
Askep Osteomalasia Pasca Uts 4
Disusun Oleh :
Pendidikan Ners
Tahun 2017/2018
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana pembahasan
dan pemahaman dalam mata kuliah KMB 3, materi yang kami bahas mengenai Osteomalasia.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa STIKES.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Bisepta Prayogi M.Kep.,Ns selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah KMB 3. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka kepada para pembaca kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah
“soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini
tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak)
karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
2.2 ETIOLOGI
1. Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan
mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan
vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di
dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil
menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir
pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses
mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
2. Resiko
a. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak
mampu memproses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
6
b. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium
akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Dan
Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal
tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
c. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian
obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit
ini.
d. Gangguan malabsorbsi.
e. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus
halus proksimal dan penyakit ileum.
f. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan peningkatan
kerja enzim-enzim oksidase hati.
2.4 PATOFISIOLOGI
7
kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah.Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium
dan fosfat tidak dapat dimasukkan ketempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan
kegagalan mineralisasi,terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
Rakhitis (riskets) adalah penyakit tulang pada anak akibat defisiensi vitamin D.
Rakitis menyebabkan disorganisasi tulang, terutama di lempeng pertumbuhan atau epifisis
sehingga pertumbuhan terhambat. Rakitis jarang dijumpai di Amerikan Serikat, tetapi
mungkin ditemukan pada keluarga yangsangat miskin atau yang berada di daerah-daerah
pinggiran. Malabsorbsi kalsium dalam makanan pada para pengidap penyakit crohn sindrom
malabsorbsi atau fibrosis kistik dapat menyebabkan osteomalasia atau rakhiti
8
PATHWAY
Gangguan Gastrointestinal
Asidosis
Pembentukan Vitamin D
Terganggu
Deminorelisasi tulang
Oteomalasia
Deformitas
Tulang melengkung Penekanan syaraf vertebra
9
2.5 KOMPLIKASI
Penderita osteomalasia lebih mungkin untuk mengalami patah tulang, terutama di tulang
rusuk, tulang belakang dan kaki. Namun, osteomalasia pada anak dan dewasa dapat
menimbulkan komplikasi yang berbeda, seperti:
Pada Anak-anak :
2. Berat tubuhnya akan membengkokkan lutut, tulang, serta persendian lainnya. Hal ini
menyebabkan kaki melengkung ke dalam menyerupai huruf O, dada busung, dan lutut
menyerupai huruf X.
kelemahan tulang membuat tulang menjadi lunak dan menjadi pendek, sehingga
penderita akan berkurang tinggi badannya. Tulang tengkorak yang memendek,
sehingga mengubah bentuk tulang toraks (bagian antara kepala dan perut). Hal ini
membuat pasien terlihat seperti bungkuk.
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Medik
10
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D
200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan
dengan 1.600 IU setiap 4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengkonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
2. Non medik
a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak
konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja
lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan
teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah di sarankan.
b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi
makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Berjemur
dibawah sinar matahari pagi antara pukul 7-9 pagi dan sore pada pikul 16-17.
11
BAB III
KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Data biografi
Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan
lain-lain yang dianggap perlu.
Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan
gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya
atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem
lainnya. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau
mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pada klien dengan gangguan
muskuloskeletas meliputi :
a. Nyeri
b. Kekuatan sendi
c. Bengkak
d. Deformitas dan imobilitas
e. Perubahan sensori
3. Riwayat kesehatan dahulu
Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tentang adanya efek langsung atau
tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan
tulang rawan, riwayat artiritis dan osteomielitis.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang
perlu diidentifikasi misalnya: penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi
penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll.
5. Riwayat Diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan
stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadi instabilitas ligamen,
khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-
hari konsumsi vitamin A, D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk
menjaga kondisi muskuloskeletal.
6. Pemeriksaan fisik
Pengkajian Skeletal Tubuh
Hal-hal yang perlu dikaji pada skeletal tubuh, yaitu :
12
1. Adanya deformitas dan ketidak sejajaran yang dapat disebebkan oleh penyakit
sendi.
2. Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya tumor
tulang.
3. Pemendekan ekstermitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar secara
anatomis.
4. Angulasi abnormal pada tulang panajng, gerakan pada titik bukan sendi, teraba
krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah tulang.
5. Pemeriklsaan TTV klien.
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju klien dilepas untuk melihat seluruh
punggung, bokong, dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang belakang dan
kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior, posterior, dan lateral.
Dengan berdiri di belakang klien, perlihatkan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista
iliaka. Lipatan bokong normal simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan
tulang belakang diperiksa dalam posisi klien berdiri tegak dan membungkuk kedepan.
Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi
mengenai integritas sendi. Suara “gemeletuk”dapat menunjukkan adanya ligamen
yang tergelncir di antara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi
yang tidak rata ditemukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan
yang khas ditemukan pada pasien :
13
1. Artritits reumatoid, benjolan lunak di dalam dan sepanjang tendon.
2. Gout, benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi.
3. Osteoatritis, benjolan keras dan tidak nyeri merupakan pertumbuhantulang baru
akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalamkapsul sendi, biasanya
ditemukan pada lansia.
Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif, perawat
akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta pasien
menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan. Misalnya, otot bisep yang diuji
dengan meminta klien meluruskan lengan sepenuhnya, kemudian fleksikan lengan
melawan tahanan yang diberikan oleh perawat.Tonus otot (kontraksi ritmik otot) dapat
dibangkitkan pada pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat,
atau tangan dengan ekstensi pergelangan tangan.
3.3 INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Kontrol Nyeri Pemberian Analgesik
14
Dipertahankan pada : 4 Aktivitas-aktivitas :
Tentukan lokasi,
Ditingkatkan ke : 3
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
Indikator:
sebelum mengobati
Mengenali kapan nyeri pasien.
terjadi. Cek perintah
pengobatan meliputi
Mengambarkan factor
obat, dosis, dan
penyebab.
frekuensi obat
analgesic yang
Mengunakan jurnal
diresepkan.
harian untuk
Cek adanya riwayat
memonitor gejala dari
alergi obat.
waktu kewaktu.
Evaluasi kemampuan
Mengunakan tindakan pasien untuk berperan
pencegahan. serta dalam pemilihan
analgesic, rute dan
Menggunakan tindakan dosis dan keterlibatan
pengurangan nyeri pasien, sesuai
tampa analgesic. kebutuhan.
Pilih analgesic atau
Menggunakan
kombinasi analgesic
analgesic yang
yang sesuai ketika lebih
direkomendasikan.
dari satu diberikan.
15
aktivitas lain yang
Menggunakan dapat membantu
sumberdaya yang relaksasi untuk
tersedia. memfasilitasi
penurunan nyeri.
Mengenali apa yang
Berikan analgesik
terkait dengan gejala
sesuai waktu paruhnya,
nyeri.
terutama pada nyeri
Melaporkan nyeri yang
yang berat.
terkontrol.
Susun harapan yang
positif mengenai
keefektifan analgesik
untuk mengoptimalkan
respon pasien.
Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos yang
dimiliki pasien dan
anggota keluarga yang
mungkin keliru tentang
analgesik.
Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping.
Lakukan tindakan –
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnys, kontipasi
dan iritasi lambung).
(NIC HAL. 247)
2. Gangguan Pergerakan Terapi latihan : Mobilitas
mobilitas fisik Dipertahankan pada : 4 Sendi
Ditingkatkan ke : 3 Aktivitas :
16
Indikator : Tentukan batas pergerakan
Keseimbangan sendi dan efeknya
Koordinasi terhadap fungsi sendi.
Cara berjalan Kolaborasikan dengan ahli
Gerakan sendi terapi fisik dalam
17
BAB IV
4.1 Kasus
a. Biodata
1) Nama : Tn. N
2) Usia : 46 tahun
5) Pekerjaan : Swasta
6) Agama : Kristen
b. Riwayat Kesehatan
18
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
c. Keadaan umum
Tanda-tanda Vital
1. kesadaran : composmentis
2. TD : 140/90 mmHg
3. Suhu : 37°C
4. Nadi : 110x/m
5. Pernapasan :26x/m
Data Subyektif
Data Obyektif
Observasi
19
a. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit makan 2 kali sehari,
selera makan baik, porsi makan dihabiskan.
b. Keadaan sejak sakit : sejak sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang,
pasien tidak dapat mengunyah makanan yang keras. Porsi makan tidak dihabiskan.
Data Obyektif
a. Observasi
Makanan pasien tidak dihabiskan
b. Pemeriksaan fisik
- Hidrasi kulit : kulit pasien kering
- Palpebrae : tampak berwarna hitam, gelap
- Konjungtiva : anemis
- Sclera : An ikterik
- Hidung : bersih, tidak ada secret
- Rongga mulut : bersih
- Gusi : warna merah muda tidak ada luka, bibir dan mukosa kering
- Gigi : kuning dan tidak terdapat caries, klien tidak menggunakan gigi palsu
- Kesulitan mengunyah yang keras : (baik)
- Lidah : lembab, ukuran simetris
- Makan : bantuan keluarga
- Mandi : bantuan keluarga
- Berpakaian : bantuan keluarga
- Kerapihan : bantuan keluarga
- BAB : sendiri
- BAK sendiri
- Morbiditas ditempat tidur : bantuan orang
- Ambulasi : bantuan keluarga
- Postur tubuh : tidak lurus
- Gaya berjalan : seperti bebek
- Uji kekuatan otot : (skala 0-5) = 3
c. Pemeriksaan diagnostic
Pada foto X-ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat nyata.
Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri
pada ujung vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata
serum kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat.
Ekskresi urine calsium dan creatinin lamban.
20
DS Kesalahan diet & gagal ginjal kronik Nyeri
1.
Px mengeluh nyeri ↓
tulang Absorbsi lemak terganggu
Px mengeluh otot ↓
lemah Pembentukan vit.D terganggu
DO ↓
Wajah tampak Penyerapan kalsium usus menurun
meringis ↓
bergerak ↓
tusuk ↓
S : 1-10 = 5 ↓
menit ↓
RR : 24 x/menit
21
↓
Resiko cedera
4.3 Intervensi
22
pengobatan
Mengambarkan meliputi obat,
factor penyebab. dosis, dan frekuensi
obat analgesic yang
Mengunakan
diresepkan.
jurnal harian
Cek adanya riwayat
untuk memonitor
alergi obat.
gejala dari waktu
Evaluasi
kewaktu.
kemampuan pasien
Mengunakan untuk berperan
tindakan serta dalam
pencegahan. pemilihan
analgesic, rute dan
Menggunakan dosis dan
tindakan keterlibatan pasien,
pengurangan nyeri sesuai kebutuhan.
tampa analgesic. Pilih analgesic atau
kombinasi
Menggunakan
analgesic yang
analgesic yang
sesuai ketika lebih
direkomendasikan
dari satu diberikan.
.
Tentukan analgesic
Melaporkan sebelumnya, rute
perubahan gejala pemberian, dan
nyeri pada dosis untuk
professional mencapai hasil
kesehatan. pengurangan nyeri
yang optimal.
Melaporkan gejala Berikan kebutuhan
yang tidak kenyamanan dan
terkontrol pada aktivitas lain yang
profesional dapat membantu
kesehatan. relaksasi untuk
23
memfasilitasi
Menggunakan penurunan nyeri.
sumberdaya yang
Berikan analgesik
tersedia.
sesuai waktu
paruhnya, terutama
Mengenali apa
pada nyeri yang
yang terkait
berat.
dengan gejala
Susun harapan
nyeri.
yang positif
Melaporkan nyeri
mengenai
yang terkontrol.
keefektifan
analgesik untuk
mengoptimalkan
respon pasien.
Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos
yang dimiliki
pasien dan anggota
keluarga yang
mungkin keliru
tentang analgesik.
Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan
adanya efek
samping.
Lakukan tindakan –
tindakan untuk
menurunkan efek
samping analgesik
(misalnys,
kontipasi dan iritasi
lambung).
24
(NIC HAL. 247)
2. Gangguan mobilitas Pergerakan Terapi latihan : Mobilitas
fisik Dipertahankan pada : 4 Sendi
Ditingkatkan ke : 3 Aktivitas :
Indikator : Tentukan batas
Keseimbangan pergerakan sendi dan
Koordinasi efeknya terhadap
Cara berjalan fungsi sendi.
5.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada
orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit) ( Smeltzer. 2001: 2339 ).
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi kalsium.
Penyakit malabsorbsi, gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan
terjadinya osteomalasia,
Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalah nyeri tulang dan kelemahan.
Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien
kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang
dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha. Kemajuan penyakit, kaki
terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan,
pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis). Dan banyak tanda
dan gejala lainnya.
5.2 Saran
Dengan dibuatnya Asuhan Keperawatan Osteomalasia ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
tumor tulang.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Demikian penulisan makalah ini bias bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang
membutuhkan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28