1. Kenapa perusahaan terdorong untuk melakukan tanggung jawab sosial?
Terdapat faktor internal dan eksternal yang dapat mendorong perusahaan melakukan tanggung jawab sosial(CSR). Faktor eksternal terutama berkaitan dengan kritik organisasi masyarakat sipil terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Sejarah hubungan antara perusahaan dan masyarakat mencatat banyak peristiwa tragis yang disebabkan operasi perusahaan. Organisasi masyarakat sipil memprotes kinerja yang buruk, yang kemudian ditanggapi oleh perusahaan. Tanggapan defensif serta kamuflase hijau memperumit masalah, sedang yang positif menghasilkan perkembangan CSR.
Institusi pembiayaan yang kian kritis menanamkan investasi memperkuat
kecenderungan CSR. Demikian pula konsumen yang juga bersedia membayar untuk produk-produk tertentu yang dihasilkan perusahaan berkinerja sosial dan lingkungan baik. Terakhir, pasar tenaga kerja yang menunjukkan adanya pergeseran pilihan dengan mempertimbangkan reputasi perusahaan.
Faktor internal, misalnya, kepemimpinan puncak manajemen perusahaan
yang melihat CSR merupakan sumber peluang memperoleh keunggulan kompetitif (responsibility is opportunity). Cukup banyak pengamat yang berpendapat bahwa faktor internal sebagai pendorong CSR semakin kuat berperan di masa datang.
Menurut Bhatt, 2002 : 6) terdapat tiga alasan mengapa perusahaan
melakukan CSR Perusahaan setidaknya harus patuh (comply) terhadap peraturan nasional. Demikian pula dengan multinasional yang harus mematuhi ketentuan hukum, kesepakatan, konvensi ataupun standar internasional yang berlaku. Risk minimisation. Lebih dari sekedar kepatuhan, perusahaan harus menyadari impact nyata dan impact potensial secara sosio ekonimi, politik maupun lingkungan. Berdasarkan pada kesadaran inilah, perusahaan harus mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan serta prosedur untuk meminimalisasi berbagai kerusakan atau kerugian yang mungkin dihasilkan dari operasi perusahaan atau dari rekanan bisnisnya. Value Creation. Lebih dari sekedar kepatuhan dan meminimalisasi kerusakan, perusahaan dapat menciptakan “positive social value” dengan melibatkan masyarakat di dalamnya (engage in), seperti inovasi investasi sosial (innovative social investment), konsultasi dengan stakeholders, dialog kebijakan (policy dialogue), dan membangun istitusi masyarakat (building civic institution), baik secara mandiri ataupun bersama dengan perusahaan yang lain.
2. Sebutkan conceptual framework (kerangka teori) untuk CSR!
Kontrak Sosial Kontrak sosial bertujuan untuk menjelaskan batas-batas interaksi yang dapat diterima antara peserta dalam masyarakat. Awalnya, kontrak sosial berusaha untuk menjelaskan kekuatan dan kewajiban pemerintah dengan membuat konsep kontrak teoritis yang ditarik di antara individu (atau pemangku kepentingan). Ini dieksplorasi kesetaraan, pembagian tanggung jawab dan kekuasaan, dan penentuan praktik yang dapat diterima atau tidak dapat diterima dalam mencapai kebutuhan masyarakat. Konsep kontrak sosial pada awalnya didasarkan pada gagasan 'keadilan' bagi individu di dalam masyarakat. Namun, kontrak sosial juga mengakui biaya kepada individu, meskipun bantuan yang diberikan harus melebihi biaya terkait (baik keuangan dan sosial). Karena sifat implisit dari kontrak sosial, beberapa orang mungkin mengabaikan batas-batas perilaku yang diinginkan secara sosial. Untuk melawan perilaku seperti itu, masyarakat memungkinkan pembentukan pemerintah dengan kekuasaan untuk mengatur dan membatasi individu. Pemerintah dapat menghukum individu atau struktur sosial di mana mereka beroperasi menggunakan hukuman yang bersifat finansial dan / atau membatasi kegiatan individu atau kebebasan pribadi. Organizational Legitimacy Menurut teori kontrak sosial, manajemen perusahaan berusaha untuk memenuhi harapan masyarakat, sehingga memperoleh legitimasi organisasi. Lindblom mendeskripsikan legitimasi organisasi sebagai: o kondisi atau status yang ada ketika sistem nilai entitas adalah kongruen dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar di mana entitas adalah bagiannya. Ketika perbedaan aktual atau potensial, ada di antara dua sistem nilai, ada ancaman terhadap legitimasi entitas. ”Lindblom juga menyarankan: o Legitimasi tidak identik dengan keberhasilan atau legalitas ekonomi. o Legitimasi ditentukan untuk ada ketika tujuan organisasi, output, dan metode operasi sesuai dengan norma dan nilai- nilai kemasyarakatan. o Tantangan legitimasi terkait dengan ukuran organisasi dan jumlah dukungan sosial dan politik yang diterimanya dengan kemungkinan yang paling terlihat untuk ditantang. o Tantangan legitimasi dapat melibatkan sanksi hukum, politik atau sosial Political Economic Theory Cara alternatif untuk mengamati pelaporan sosial dan lingkungan adalah dari perspektif ekonomi politik. Teori ekonomi politik menunjukkan bahwa sistem akuntansi bertindak sebagai mekanisme yang digunakan untuk menciptakan, mendistribusikan dan membingungkan kekuasaan, di mana laporan akuntansi berfungsi sebagai alat untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi [penekanan ditambahkan] pengaturan ekonomi dan politik, lembaga dan tema ideologis yang berkontribusi pada kepentingan pribadi perusahaan. Teori ekonomi politik, oleh karena itu, mengadopsi perspektif yang mirip dengan teori legitimasi. sehubungan dengan fungsi laporan tahunan dan alasan perusahaan untuk mengungkapkan informasi. Oleh karena itu, tindakan yang digambarkan oleh teori ekonomi politik dilihat sebagai 'sarana untuk legitimasi organisasi
3. Carilah contoh di annual report yang menjelaskan tentang praktik CSR di