Hubungan Masalah Gizi Pada Anak PDF
Hubungan Masalah Gizi Pada Anak PDF
Asupan Energi dan Protein Berhubungan dengan Gizi Kurang pada Anak Usia
6-24 Bulan
ABSTRAK
Latar belakang: Anak dengan usia di bawah dua tahun rentan mengalami masalah gizi. Asupan gizi
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Asupan energi yang tidak
mencukupi dalam waktu jangka panjang dapat menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada
kekurangan energi-protein.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan asupan energi dan protein
dengan status gizi berdasarkan BB/U pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Klampis
Ngasem, Surabaya.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subyek dari penelitian ini adalah 62 bayi
di bawah dua tahun (baduta) berusia 6-24 bulan yang didapatkan dari metode simple random
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, asupan gizi
dengan recall 2x24hrs, dan pengukuran berat badan. Teknik analisis data dilakukan dengan uji
statistik Chi-square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar baduta memiliki asupan energi tidak
adekuat, asupan protein adekuat, dan 24,2% mengalami underweight. Terdapat hubungan asupan
energi (p=0,044) dan asupan protein (p=0,038) dengan status gizi BB/U.
Kesimpulan: Energi dan protein berkontribusi terhadap kejadian underweight pada baduta. Oleh
karena itu, disarankan selalu melakukan peningkatan konsumsi pangan dengan memberikan asupan
makanan yang mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan yang optimal.
ABSTRACT
Background: Children under two years of age are susceptible to nutritional problems. Nutrient intake
are needed for optimal growth and mental development. Inadequate energy intake in the long run
can lead to protein energy malnutrition.
Objectives: The purpose of this study was to analyze the association energy and protein intake with
nutritional status of children aged 6 to 24 months.
Methods: This research used cross sectional design aprroach. The subjects of this study were 62
children under two years (aged 6-24 months). Selection of sample was using simple random sampling
Data was collected through interviews using a structured questionnaire, nutrient intake using
2x24hours recall, and weight measurement. Data was analyzed using Chi-square test.
Results: The results showed that majority of the children had inadequate energy intake, adequate
protein intake, 24.2% were underweight. There was a correlation between energy intake (p=0.044)
and protein intake (p=0.038) with nutritional status WAZ.
Conclusion: The conclusion of this study is energy and protein intake contribute to underweight
incidences among children aged 6-24 months. Therefore, it could be advised to increase high energy
and protein intake for optimum growth.
*Koresponden:
dewikenconojati@gmail.com
1
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat-Universitas Airlangga
terstruktur meliputi data karakteristik baduta kelamin laki-laki lebih banyak dibanding
dan kaluarga. Data asupan energi dan protein dengan baduta yang berjenis kelamin
diperoleh dari konsumsi ASI dan MP-ASI perempuan. Anak laki-laki lebih berisiko
melalui proses wawancara menggunakan form mengalami gizi kurang daripada
food recall 2x24 hours tidak berurutan dengan perempuan10,12,13. Selain itu, anak laki-laki
jarak 2-3 hari. Penilaian konsumsi ASI dengan lebih rentan mengalami permasalahan
cara mengukur frekuensi dan lama pemberian kesehatan dibandingkan dengan anak
ASI yang diberikan pada 24 jam yang lalu. perempuan pada kelompok usia yang sama14.
Apabila lama menyusui < 15 menit, maka Mayoritas baduta ketika lahir memiliki berat
volume ASI sebesar 20 mL, dan apabila lama badan lahir normal yakni > 2.500 gram
menyusui ≥ 15 menit, maka volume AS (85,5%). Salah satu faktor yang memiliki
sebesar 60 mL. Setelah diketahui volume ASI hubungan dengan kejadian underweight
dalam satu hari (mL), kemudian dikalikan adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)15,16.
dengan kandungan gizi dalam ASI9. Hasil recall Anak yang terlahir BBLR dan besar di
kemudiaan dikonversikan menggunakan lingkungan keluarga miskin yang ditandai
Nutrisurvey 2007. Hasil asupan energi dan dengan rendahnya status sosial ekonomi,
protein selama dua hari dikategorikan tidak status gizi ibu kurang, dan morbiditas yang
adekuat jika < 77% Angka Kecukupan Gizi tinggi dapat menghambat kenaikan berat
(AKG) dan adekuat jika ≥ 77% AKG. badan anak di kemudian hari17. Sebagian
Pengukuran berat badan dilakukan besar orang tua baduta memiliki pendapatan
untuk mengetahui status gizi baduta dalam sebulan sebesar Rp 0 – Rp 2.000.000
menggunakan timbangan digital dengan atau tergolong rendah (48,4%). Balita yang
ketelitian 0,1 kg. Status gizi ditentukan dengan mempunyai orang tua dengan tingkat
indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U) pendapatan yang rendah berisiko 4 kali lebih
yang dikategorikan menjadi underweight besar untuk mengalami status gizi kurang
(gabungan status gizi buruk dan gizi kurang) dibanding dengan tingkat pendapatan yang
dan tidak underweight (gabungan status gizi cukup18. Pendapatan berkaitan dengan
normal dan gizi lebih). Analisis hubungan pemilihan dan pembelian bahan makanan.
asupan gizi dengan status gizi (BB/U) dianalisis Rendahnya pendapatan yang diperoleh
menggunakan uji statistik Chi-square dengan memperkecil peluang dalam membeli
signifikansi diterima jika p < 0,05. Penilitian ini makanan yang berkualitas dan berkuantitas
telah mendapatkan persetujuan dari Komisi baik sehingga pilihan gizi bagi anaknya akan
Etik Penelitian Kesehatan dari Fakultas terbatas dan anak lebih mudah terserang
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga penyakit yang akan menghambat tumbuh
dengan nomor: 220-KEPK. kembangnya.
Baduta yang memiliki status gizi
HASIL DAN PEMBAHASAN underweight sebesar 24,2%. Angka tersebut
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
Karakteristik baduta dan keluarga yang prevalensi gizi kurang di Kota Surabaya tahun
diteliti pada penelitian yakni terdiri dari usia 2015 yaitu sebesar 20%. Menurut WHO,
baduta, jenis kelamin, berat badan lahir, dan masalah gizi kurang dikatakan tinggi apabila
pendapatan keluarga. Berdasarkan Tabel 1, berada prevalensinya pada rentang 20-29%19,
sebagian besar baduta memiliki usia 12-24 sehingga permasalahan gizi kurang pada
bulan sebesar 66,1%. Prevalensi underweight penelitian ini berada pada tingkat tinggi.
akan meningkat pada usia 12-23 bulan dan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
akan meningkat lagi pada usia lebih dari dua besar asupan energi baduta berada dalam
tahun10. Hal ini dikarenakan pada kelompok kategori tidak adekuat (< 77% AKG). Asupan
usia yang lebih tua lebih mudah terpapar energi yang tidak adekuat ini dapat dikaitkan
infeksi dan penyakit karena adanya dengan faktor daya beli terhadap makanan.
pengenalan jenis makanan baru untuk MP- Sebagian besar pendapatan yang diperoleh
ASI11. Persentase baduta yang berjenis orang tua baduta tergolong rendah.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Baduta dan Keluarga Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Klampis
Ngasem, Surabaya, Tahun 2017.
Karakteristik Baduta dan Keluarga n %
Usia Baduta
6-8 bulan 15 24,2
9-11 bulan 6 9,7
12-24 bulan 41 66,1
Total 62 100,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 32 51,6
Perempuan 30 48,4
Total 62 100,0
Berat Badan Lahir
BBLR 9 14,5
Non-BBLR 53 85,5
Total 62 100,0
Pendapatan
Rendah (Rp 0-2.000.000) 30 48,4
Sedang (Rp 2.000.001-3.300.000) 16 25,8
Tinggi (≥ Rp 3.300.000) 16 25,8
Total 62 100,0
Tabel 2. Distribusi Status Gizi (BB/U) Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Klampis Ngasem, Surabaya,
Tahun 2017.
Status Gizi (BB/U) n %
Underweight 15 24,2
Tidak underweight 47 75,8
Total 62 100,0
Tabel 3. Distribusi Asupan Energi dan Protein Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Klampis Ngasem,
Surabaya, Tahun 2017.
Asupan Gizi n %
Energi
Tidak adekuat (< 77% AKG) 38 61,3
Adekuat (≥ 77% AKG) 24 38,7
Total 62 100,0
Protein
Tidak adekuat (< 77% AKG) 29 46,8
Adekuat (≥ 77% AKG) 33 53,2
Total 62 100,0
Tabel 4. Tabulasi Silang Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi (BB/U) Baduta di Wilayah
Kerja Puskesmas Klampis Ngasem, Surabaya, Tahun 2017.
Status Gizi (BB/U)
Tidak
Asupan Gizi Underweight Total % p-value
Underweight
n % n %
Energi
Tidak adekuat 13 34,2 25 65,8 38 100,0
0,044
Adekuat 2 8,3 22 91,7 24 100,0
Protein
Tidak adekuat 11 37,9 18 62,1 29 100,0
0,038
Adekuat 4 12,1 29 87,9 33 100,0
rendah dikarenakan kebiasaan anak sering Secara kimia, protein memiliki atom
mengonsumsi makanan atau jajanan ringan yang sama dengan karbohidrat dan lemak,
yang rendah gizi22. yang membedakan adalah protein
Makanan diubah menjadi energi yang mengandung unsur nitrogen (N). Protein
digunakan untuk pertumbuhan, memiliki fungsi sebagai zat pembangun dan
perkembangan, fungsi metabolik seperti zat pengatur tubuh yang dibutuhkan untuk
pernapasan, kontraksi jantung, dan pertumbuhan tulang dan otot. Selain itu,
pencernaan23. Asupan energi dapat dilihat dan apabila seseorang mengalami kekurangan
diperoleh dari konsumsi makanan yang energi, maka protein dapat menggantikan
mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. sebagai sumber energi23.
Ketika seorang anak memiliki energi yang Hasil uji statistik pada penelitian ini
dikeluarkan lebih tinggi dari yang dikonsumsi, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
maka dapat menyebabkan penurunan berat signifikan antara asupan energi dengan status
badan23. Selain itu, apabila seorang anak gizi (BB/U) dengan nilai p = 0,044. Tabel 4
mengalami kekurangan energi, maka akan menunjukkan bahwa baduta yang mengalami
berdampak pada gagalnya pertumbuhan fisik status gizi underweight memiliki asupan
dan perkembangan mental, serta daya tahan energi tidak adekuat. Sejalan dengan
tubuh mengalami penurunan sehingga penelitian yang dilakukan pada anak usia 6-24
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada bulan di Surabaya, menyebutkan bahwa
anak. kecukupan energi dengan status gizi (BB/U)
Berbeda dengan asupan energi, baduta memiliki hubungan yang bermakna26.
yang memiliki asupan protein adekuat lebih Penelitian lain menyebutkan bahwa anak yang
banyak dibandingkan dengan asupan protein memiliki asupan energi tidak adekuat berisiko
yang tidak adekuat. Asupan protein adekuat untuk mengalami underweight 2,9 kali lebih
disebabkan sebagian besar responden besar daripada dengan anak yang memiliki
memberikan susu pertumbuhan atau susu asupan energi adekuat 27.
formula yang tinggi kandungan protein. Hasil Apabila asupan energi kurang dari
tersebut diperoleh dari analisis food recall kebutuhan individu dan aktivitas fisik, maka
24hrs. Penelitian yang dilakukan di Negara laju pertumbuhan akan mengalami
Eropa, tingginya asupan protein dikarenakan penurunan. Asupan energi yang rendah
penggunaan susu sapi yang mengandung 3,2- mengakibatkan lemak dan protein digunakan
3,3 gram protein per 100 mL24. Susu formula untuk menghasilkan energi28. Keadaan ini
yang mengandung tinggi protein memiliki menyebabkan lemak dan protein tidak dapat
hubungan dengan berat badan pada dua melakukan fungsi utamanya. Dampak dari
tahun pertama kehidupan, namun tidak keadaan ini adalah terjadinya gangguan
memiliki hubungan dengan panjang badan25. pertumbuhan. Sebaliknya, asupan energi yang
Under Five Children with Malnutrition Program Keluarga Harapan ( Pkh ) 2007. J
Status in East Java, West Java, and Central Gizi dan Pangan. 2012;7(1):19–26.
Kalimantan, Year 2011). Buletin Penelitian 14. Wamani H, Astrøm AN, Peterson S,
Sistem Kesehatan 2013;16(2):185-193. Tumwine JK, Tylleskär T. Boys are more
7. Ahmadi A, Moazen M, Mosallaei Z , stunted than girls in sub-Saharan Africa: a
Mohammadbeigi A, Amin-lari F. Nutrient meta-analysis of 16 demographic and
Intake and Growth Indices for Children at health surveys. BMC Pediatr. 2007;7:17.
Kindergartens in Shiraz, Iran. Journal 15. Nakamori M, Ninh NX, Khan NC, Huong
Pakistan Medicine Association CT, Tuan NA, Mai LB, et al. Nutritional
2014;64(3):316-321. status , feeding practice and incidence of
8. Khomsan A, Anwar F, Hernawati N, infectious diseases among children aged 6
Suhanda NS, Oktarina. Tumbuh Kembang to 18 months in northern mountainous
dan Pola Asuh Anak. Bogor: PT. Penerbit Vietnam. The Journal of Medical
IPB Press; 2013. p. 2. Investigation. 2010;57(2):45–53.
9. Aritonang, E. Pengaruh Pemberian Mie 16. Rachmi CN, Agho KE, Li M, Baur LA.
Instan Fortifikasi pada Ibu Menyusui Stunting, underweight and overweight in
terhadap Kadar Zink dan Besi serta children aged 2.0-4.9 years in Indonesia:
Pertumbuhan Linier Bayi. Disertasi. Bogor: Prevalence trends and associated risk
Institut Pertanian Bogor; 2007. p. 70. factors. PLoS One. 2016;11(5):1–18.
10. Demissie S, Worku A. Magnitude and 17. Gewa CA, Yandell N. Undernutrition
Factors Associated with Malnutrition in among Kenyan children: contribution of
Children 6-59 Months of Age in Pastoral child, maternal and household factors.
Community of Dollo Ado District, Somali Public Health Nutr. 2011;15(6):1029–38.
Region, Ethiopia. Sci J Public Heal 18. Persulessy V, Mursyid A, Wijanarka A.
[Internet]. 2013;1(4):175. Available from: Tingkat Pendapatan dan Pola Makan
http://www.sciencepublishinggroup.com/ Berhubungan dengan Status Gizi Balita di
journal/paperinfo.aspx?journalid=251&do Daerah Jayapura Utara Kota Jayapura.
i=10.11648/j.sjph.20130104.12 Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia
11. Alemayehu M, Tinsae F, Haileslassie K, 2013;1(3):143-150.
Seid O, Gebregziabher G, Yebyo H. 19. WHO. Nutrition Landscape Information
Undernutrition status and associated System (NLIS) Country Profile Indicators
factors in under-5 children, in Tigray, Interpretation Guide. 2010. Avalaible from
Northern Ethiopia. Nutrition [Internet]. http://www.who.int/nutrition/nlis_interpr
Elsevier Inc.; 2015;31(7–8):964–70. etationguide_isbn9789241599955/en/.
Available from: Diakses 15 Februari 2017.
http://dx.doi.org/10.1016/j.nut.2015.01.0 20. Regar E, Sekartini R. Hubungan Kecukupan
13 Asupan Energi dan Makronutrien dengan
12. Mukabutera A, Thomson DR, Hedt- Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di
Gauthier BL, Basinga P, Nyirazinyoye L, Kelurahan Kampung Melayu , Jakarta
Murray M. Risk factors associated with Timur Tahun 2012. eJournal Kedokteran
underweight status in children under five: Indonesia 2013;1(3):184–189.
an analysis of the 2010 Rwanda 21. Departemen of Health Goverment of
Demographic Health Survey (RDHS). BMC South Australia. Guard Against
Nutr [Internet]. BMC Nutrition; Underweight. 2010. Available from
2016;2(1):40. Available from: http://www.wch.sa.gov.au/services/az/ot
http://bmcnutr.biomedcentral.com/articl her/nutrition/documents/Guard_against_
es/10.1186/s40795-016-0078-2 underweight.pdf. Diakses 16 Juni 2017.
13. Aries M, Herdinsyah, Tuhiman H. 22. Sulistya, H.K., and Sunarto. Hubungan
Determinan Gizi Kurang Dan Stunting Tingkat Asupan Energi dan Protein dengan
Anak Umur 0 – 36 Bulan Berdasarkan Data Kejadian Gizi Kurang Anak Usia 2-5 Tahun.