Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN

KE POSYANDU LARASLESTARI II PADA LANSIA


DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
SULISTIANINGSIH
201210201143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN
KE POSYANDU LARASLESTARI II PADA LANSIA
DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
SULISTIANINGSIH
201210201143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016
i
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN
KE POSYANDU LARASLESTARI II PADA LANSIA
DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
SULISTIANINGSIH
201210201143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016
ii
iii
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN
KE POSYANDU LARASLESTARI II PADA LANSIA
DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN
YOGYAKARTA1
Sulistianingsih2, Widaryati3, Ibrahim Rahmat4

INTISARI

Posyandu mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial


lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dengan frekuensi
kunjungan ke Posyandu Laraslestari II pada Lansia di Dusun Karang Tengah Sleman
Yogyakarta. Desain penelitian ini adalah kuantitatif analisis korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di Posyandu
Laraslestari II Dusun Karang Tengah Sleman Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel
menggunakan sampling jenuh berjumlah 46 responden. Instrument penelitian
menggunakan kuesioner dan data kunjungan posyandu selama 1 tahun. Analisis data
menggunakan uji korelasi Kendall Tau. Hasil penelitian menunjukan lansia yang
mendapat motivasi baik 8 orang (17,4%), motivasi cukup 24 orang (52,2%), kurang 14
(30,4%) sedangkan frekuensi kunjungan posyandu lansia baik 7 orang (15,2%), cukup
16 orang (34,8%), kurang 23 orang (50,0%). Hasil uji statistik Kendall Tau didapatkan
nilai τ = 0,704 dengan taraf signifikan p=0,000<0,05 dengan taraf kesalahan 5%
sehingga Hο ditolak Hα diterima. Semakin tinggi motivasi maka frekuensi kunjungan ke
posyandu semakin meningkat. Diharapkan kader untuk dapat memberikan motivasi pada
lansia sehingga dapat meningkatkan kunjungan ke posyandu setiap bulan.

Kata Kunci : Motivasi, Frekuensi Kunjungan, Posyandu Lansia.


Kepustakaan : 28 buku (2000-2015), 5 jurnal, 10 skripsi, 2 tesis, 5 website.
Jumlah Halaman : xiii, 68 halaman, 10 tabel, 2 gambar, 15 lampiran.

¹Judul Skripsi
²Mahasiswa Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta
³Dosen Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
4
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gajah Mada Yogyakarta

iv
THE CORRELATION BETWEEN MOTIVATION AND VISIT
FREQUENCY TO LARASLESTARI II ELDERLY HEALTH
CARE CENTER AT KARANG TENGAH VILLAGE OF
SLEMAN YOGYAKARTA1
Sulistianingsih2, Widaryati3 , Ibrahim Rahmat4

ABSTRACT

Health care center has an important role in improving the social welfare of elderly. The
study aims to reveal the correlation between motivation and visit frequency to
Laraslestari II elderly health care center at Karang Tengah Village of Sleman
Yogyakarta. The design of the study is correlation quantitative analysis with cross
sectional approach. The population of the study is all elderly who live in Laraslestari II
health care center at Karang Tengah Village of Sleman Yogyakarta. The sampling
technique uses saturated sampling. There are 46 respondents in the study. The
instrument uses questionnaire the data of health care center visit in 1 year. The data
analysis uses Kendall Tau correlation test. The result shows that there are 8 elderlies
who get good motivation (17,4%), 24 elderlies who get enough motivation (52,2%) and
14 elderlies who get less motivation (30,4%). There are 7 elderlies who have good visit
frequency (15,2%), 16 elderlies who have enough visit frequency (34,8%), and 23
elderlies who have less visit frequency (50,0%). The result of Kendall Tau correlation
test shows that τ = 0,704 with significant extent p=0,000<0,05 and error extent of 5%.
So, Hο is refused and Hα is accepted. In conclusion, the higher motivation for visiting
health care center the higher frequency visit to health care center. It is expected that
health cadre can give motivation to elderly so their visit frequency will increase every
month.

Keywords : Motivation, Visit Frequency, Elderly Health Care.


Bibliography : 28 book (2000-2015), 5 journals, 10 undergraduate papers, 2 thesis, 5
websites.
Pages : xiii, 68 pages, 10 tables, 2 pictures, 15 appendices.

1
Title of the Thesis
2
Student of School of Nursing, Faculty of Health Sciences, 'Aisyiyah University of
Yogyakarta
3
Lecturer of School of Nursing, Faculty of Health Sciences, 'Aisyiyah University of
Yogyakarta
4
Lecturer of School of Health Sciences, Gajah Mada University of Yogyakarta

v
PENDAHULUAN pengelolaan dana sehat. Perkembangan
Posyandu mempunyai peranan penting pelayanan kesehatan yang optimal
dalam upaya peningkatan kesejahteraan ditunjukkan dengan meningkatnya usia
sosial lanjut usia, yaitu sebagai suatu harapan hidup manusia yang
forum komunikasi antara usia lanjut, menunjukkan keberhasilan dalam
keluarga, tokoh masyarakat dan pembangunan kesehatan dan kualitas
organisasi sosial yang kegiatanya hidup suatu negara atau suatu daerah.
mencakup segi promotif dan preventif, Dan hal ini mengakibatkan
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan meningkatnya jumlah dan proporsi
rehabilitatif. Posyandu lansia adalah penduduk lansia (Nurhidayah, 2009).
pelayanan terpadu untuk masyarakat usia Puskesmas telah membina
lanjut disuatu wilayah tertentu yang beberapa kader posyandu di Provinsi
sudah disepakati, yang sudah digerakkan Indonesia untuk memberikan pelayanan
oleh masyarakat dimana mereka bisa kesehatan dalam rangka meningkatkan
mendapatkan pelayanan kesehatan. kualitas kesehatan masyarakat termasuk
Adapun tujuannya adalah untuk lansia. Menurut keputusan Menteri
meningkatkan kesejahteraan usia lanjut Kesehatan RI Nomor
melalui kelompok usia lanjut yang 1457/MENKES/2013 tentang standar
mandiri (Badan Informasi Daerah, 2007 pelayanan minimal bidang kesehatan di
dalam Nurhidayah, 2009). kabupaten/kota, untuk posyandu yaitu
Kegiatan posyandu lansia pada 40% dan pelayanan kesehatan usia lanjut
prinsipnya harus dilakukan 1 bulan sekali 70%. Secara kualitas, perkembangan
agar dapat memantau kondisi kesehatan. jumlah posyandu di Indonesia sangat
Dalam kegiatan ini setiap lansia yang menggembirakan, karena setiap desa
datang akan dilakukan pelayanan ditemukan sekitar 3-4 posyandu.
kesehatan, penimbangan berat badan, Posyandu dirancang pada tahun 1986,
pengukuran tekanan darah, pemeriksaan jumlah posyandu tercatat sebanyak
kesehatan secara berkala, peningkatan 25.000 unit posyandu, sedangkan pada
olahraga, pengembangan keterampilan, tahun 2007 ada 250.000 unit posyandu.
bimbingan pendalaman agama, dan Namun, hanya sekitar 40% saja yang

1
masih aktif dalam kegiatan posyandu salah satu faktor yang dapat
(Depkes RI, 2006). mempengaruhi frekuensi kunjungan
Frekuensi kunjungan posyandu lansia ke posyandu. Motivasi tidak dapat
lansia dari tahun ke tahun semakin dipisahkan dengan kebutuhan karena
menurun. Hal ini bisa dilihat dari hasil seseorang terdorong melakukan sesuatu
penelitian yang dilakukan oleh bila merasa ada suatu kebutuhan. Jadi,
Henniwati (2007) menunjukkan bahwa dapat diartikan bahwa lansia yang
jumlah kunjungan lansia ke posyandu memiliki motivasi akan terdorong untuk
hanya 505 orang (20,1%) dari 2511 mengikuti posyandu. Di sisi lain bagi
orang lansia yang dibina di Kabupaten lansia yang tidak memiliki motivasi
Aceh Timur. Pada bulan Juni tahun untuk datang ke posyandu dikhawatirkan
2008, jumlah kunjungan lansia yang kesehatan lansia tidak terpantau.
datang ke posyandu di Puskesmas Motivasi adalah keinginan yang
Kabupaten Aceh Timur berjumlah 462 terdapat pada diri seseorang individu
orang. yang mendorongnya untuk melakukan
Hartiningsih (2011) di Puskesmas perbuatan-perbuatan (perilaku). Motivasi
Mojo Surabaya menyatakan bahwa sangat erat kaitanya dengan seorang
lansia merupakan kelompok resiko lansia karena motivasi akan berfungsi
tinggi, tetapi pemanfaatan pelayanan untuk menentukan arah perbuatan apa
kesehatan oleh lansia sangat rendah. yang harus dilakukan dengan baik
Dimana menurut perolehan data di terutama dalam meningkatkan kesehatan
Puskesmas Mojo Surabaya (2011) seorang lansia salah satunya adalah
kunjungan posyandu lansia hanya 2,09%. dalam keaktifan kedatangan ke posyandu
Berdasarkan survey yang dilakukan (Terry, 1986 dalam Notoadmodjo, 2007).
Desiana (2007) di Dusun Kabregan Berdasarkan studi pendahuluan di
Piyungan Bantul Yogyakarta dari total Posyandu Laraslestari II Dusun Karang
lanjut usia 93 orang, hanya 25 orang saja Tengah Sleman Yogyakarta tercatat
atau 25% yang teratur mengunjungi bulan Oktober 2015 terdapat 46 orang
posyandu. lansia. Hasil wawancara yang dilakukan
Hasil penelitian yang dilakukan pada Ketua Dukuh hanya sekitar 6 orang
Suseno (2012) motivasi lansia adalah lansia (13%) saja yang hadir dalam

2
kegiatan posyandu alasan mereka tidak Instrument penelitian menggunakan
mengikuti posyandu karena pemanfaatan kuesioner dan data kunjungan posyandu
posyandu yang kurang. Sementara itu selama 1 tahun. Analisis data
ditemui juga 4 dari 7 lansia mengatakan menggunakan uji korelasi Kendall Tau.
bahwa alasan mereka tidak mengikuti HASIL PENELITIAN DAN
kegiatan posyandu lansia karena tidak PEMBAHASAN
ada yang mengingatkan atau mencari Hasil Penelitian
informasi karena kesibukan keluarga Gambaran Umum Lokasi Penelitian
dalam bekerja, sedangkan 3 dari 7 lansia
Dusun Karang Tengah terletak di
tersebut mengatakan datang ke posyandu
Kecamatan Gamping Sleman
karena sedang bertemu dengan teman
Yogyakarta. Dusun tersebut mempunyai
sesama lansia.
perbatasan sebelah utara Desa
METODE PENELITIAN
Ponowaren, selatan Desa Kajor, timur
Penelitian ini merupakan penelitian
Desa Kwarasan, barat Ponowaren
kuantitatif analisis korelasi yaitu
Ringroad.
penelitian yang menghubungkan dua
Dusun Karang Tengah memiliki
variabel yang akan diteliti (Notoadmojo,
2012). Pendekatan waktu yang program yang bergerak dalam bidang

digunakan adalah cross sectional yaitu kesehatan yaitu posyandu lansia yang
suatu penelitian dimana variabel bebas
setiap bulanya mengadakan pelayanan
dan terikat yang diteliti dan diukur
secara hampir bersamaan dan dinilai kesehatan bagi para lansia. Posyandu

hanya satu kali. Populasi penelitian ini tersebut memiliki tujuan untuk
adalah semua lansia yang berada di
meningkatkan peran serta dan
Posyandu Laraslestari II di Dusun
Karang Tengah Sleman Yogyakarta kemampuan masyarakat untuk

sebanyak 46 orang lansia. Instrument mengembangkan kesehatan yang


penelitian menggunakan kuesioner dan
menunjang dan untuk mencapai
data kunjungan posyandu selama 1
tahun. Teknik pengambilan sampel masyarakat sejahtera. Adapun kegiatan

menggunakan sampling jenuh. yang ada di posyandu meliputi: meja 1

3
pendaftaran, meja 2 pengukuran berat Tabel 4.3 Distribusi Motivasi di Posyandu
Laraslestari II pada Lansia Dusun Karang
badan, meja 3 pencatatan KMS meja 4 Tengah Sleman Yogyakarta

pemeriksaan tekanan darah dan


Motivasi (%) Frekuensi (%)
penyuluhan serta meja 5 PMT.
Kurang (<55) 14 30,4
1. Analisis Univariat
Cukup (56%-75) 24 52,2

a. Motivasi Baik (76%-100) 8 17,4

Tabel 4.2 Distribusi Motivasi Intrinsik dan


Total 46 100,0
Ekstrinsik di Posyandu Laraslestari II pada
Lansia Dusun Karang Tengah Sleman Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian
Yogyakarta besar lansia memiliki motivasi cukup

Motivasi (%) intrinsik Ekstrinsik yaitu sebanyak 24 orang (52,2%).


F (%) F (%)
b. Frekuensi ke Posyandu
Kurang (<55) 27 58,7 8 17,4
Cukup (56%-75) 16 34,8 19 41,3
Laraslestari II pada Lansia
Baik(76%-100) 3 6,5 19 41,3 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi ke Posyandu
Laraslestari II pada Lansia di Dusun Karang
Total 46 100,0 46 100,0 Tengah Sleman Yogyakarta

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Frekuensi ke (%) Frekuensi (%)


sebagian besar lansia pada kategori posyandu

motivasi intrinsik di Posyandu Laraslestari II


Kurang (<55) 23 50,0
pada Lansia Dusun Karang Tengah Sleman
Cukup (56%-75) 16 34,8
Yogyakarta memiliki motivasi intrinsik
Baik (76%-100) 7 15,2
yang kurang yaitu sebanyak 27 orang
(58,7%), dan sebagian besar lansia pada Total 46 100,0

kategori motivasi ekstrinsik di Posyandu


Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
Laraslestari II pada Lansia Dusun Karang
sebagian besar lansia memiliki frekuensi
Tengah Sleman Yogyakarta memiliki
kunjungan ke posyandu kurang
motivasi ekstrinsik yang cukup dan baik
sebanyak 23 orang (50,0%) dan lansia
yaitu sebanyak 19 orang (41,3%).
yang memiliki frekuensi kunjungan
cukup sebanyak 16 orang (34,8%).

4
Sedangkan lansia yang memiliki bahwa ada hubungan motivasi dengan
frekuensi kunjungan baik sebanyak 7 frekuensi ke Posyandu Laraslestari II
orang (15,2%). pada Lansia di Dusun Karang Tengah
Sleman Yogyakarta diperoleh nilai 0,704
2. Analisis Bivariat
yang berarti bahwa motivasi lansia
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan Motivasi
dengan Frekuensi ke Posyandu Laraslestari II memiliki keeratan hubungan yang kuat
pada Lansia di Dusun Karang Tengah Sleman terhadap frekuensi kunjungan posyandu.
Yogyakarta Dan dapat dijelaskan bahwa semakin
tinggi motivasi maka frekuensi ke
Motivasi (%) Frekuensi ke posyandu Total
Kurang Cukup Baik
Posyandu semakin meningkat.
N % N % N % N %
Kurang (<55) 14 30,4 0 0,0 0 0,0 14 30,4
Pembahasan
Cukup (56-75) 8 17,4 15 32,6 1 2,18 24 52,1
Baik (76-100) 1 2,18 1 2,18 6 13,0 8 17,3
1. Motivasi
Total 23 50.0 16 35.0 7 15,0 46 100,0
a. Motivasi Intrinsik
Tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian
hasil tabulasi silang lansia yang
sebagian besar motivasi intrinsik yang
mendapat motivasi dengan frekuensi
dimiliki lansia adalah kurang sebanyak
kunjungan posyandu paling banyak yaitu
27 orang (58,7%).
lansia yang memiliki motivasi cukup
Motivasi intrinsik merupakan
dengan frekuensi kunjungan posyandu
motivasi yang muncul dari dalam
cukup yaitu sebanyak 15 orang (32,6%).
individu itu sendiri. Individu tersebut
Tabel 4.8 Uji korelasi Kendall Tau
senang melakukan perbuatan itu,

Uji Korelasi Nilai Koefisien Hasil perbuatan itu sendiri tampak sebagai
Korelasi Sig. keinginan dan kebutuhan pokok yang
Kendall Tau 0,704 0,000 menjadi dasar dan harapan yang akan
diperolehnya dengan tercapainya tujuan
Hasil penelitian ini menunjukan (Monks dan Knoers dalam Andriyani,
bahwa nilai p=0,000 lebih kecil dari 2013).
nilai p<0,05 sehingga dapat dinyatakan Motivasi intrinsik muncul karena
bahwa hipotesis diterima. Berdasarkan adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan
hasil penelitian ini dapat disimpukan menunjukan adanya kekurangan yang

5
dialami individu (Usmara, 2006). dapat dikatakan bahwa dalam diri
Manusia hidup dengan memiliki seseorang ada kekuatan yang mengarah
berbagai kebutuhan yaitu kebutuhan kepada tindakanya (Koesmono, 2005).
untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu
aktifitas. Hal ini sangat penting bagi b. Motivasi Ekstrinsik
lansia karena kegiatan ini mengandung Berdasarkan hasil penelitian
kegembiraan baginya. Selain itu ada motivasi yang dimiliki lansia pada
kebutuhan lainya yaitu kebutuhan untuk kategori motivasi ekstrinsik memiliki
menyenangkan orang lain. Banyak orang cukup dan baik yaitu sebanyak 19 orang
dalam kehidupannya memiliki motivasi (41,3%).
untuk banyak berbuat sesuatu demi
Motivasi ekstrinsik merupakan
kesenangan dapat dinilai dari berbagai
motif-motif yang aktif dan berfungsinya
tindakan usaha memberikan kesenangan
karena ada perangsang dari luar
pada orang lain, hal ini sudah barang
(Suryabrata, 2005). Rangsangan tersebut
tentu merupakan kepuasan dan
antara lain orang-orang terdekat,
kebahagiaan tersendiri bagi orang yang
lingkungan atau pergaulan. Dari hasil
melakukan kegiatan tersebut (Nasution,
penelitian menunjukkan motivasi
2002 dalam Ratnasari, 2014).
ekstrinsik pada kategori cukup dan baik
Berbagai usaha yang dilakukan
yang nilainya sama yaitu sebanyak 19
oleh manusia tentunya untuk memenuhi
orang (41,3%). Dengan demikian dapat
keinginan dan kebutuhannya, namun
dikatakan bahwa motivasi ekstrinsik
agar keinginan dan kebutuhannya dapat
sifatnya dinamis, dapat berubah-ubah
terpenuhi tidaklah mudah didapatkan
dan juga komponen-komponen lain
apabila tanpa usaha yang maksimal.
untuk tetap mempertahankan motivasi
Mengingat kebutuhan orang yang satu
ekstrinsik (Suryabrata, 2005).
dengan yang lain berbeda-beda tentunya
cara untuk memperolehnya akan berbeda Keluarga merupakan peran penting
pula. Dalam memenuhi kebutuhanya dalam mendorong motivasi, minat atau
seseorang akan berperilaku sesuai kesediaan lansia untuk mengikuti
dengan dorongan yang dimiliki dan apa kegiatan posyandu lansia. keluarga bisa
yang mendasari perilakunya, untuk itu menjadi motivasi kuat bagi lansia apabila

6
selalu menyediakan diri untuk yang lebih baik adalah dengan
mendampingi atau mengantar lansia ke mengikuti posyandu lansia. Lansia
posyandu, dan berusaha membantu yang aktif berkunjung ke posyandu
mengatasi segala permasalahan penyakit memiliki status Indeks Massa Tubuh
degeneratif yang yang rentan terhadap (IMT) normal, sedangkan lansia
lansia (Depkes RI, (2006). yang tidak aktif dalam kegiatan
posyandu dikhawatirkan kesehatan
Selain keluarga, motivasi juga
lansia tidak terpantau, dimana lansia
dapat diperoleh dari dukungan sosial
merupakan salah satu kelompok
seperti halnya teman, pemerintah
rawan dipandang dari segi kesehatan
maupun tenaga kesehatan (Sadirman,
karena kepekaan dan kerentanan
2011).
yang tinggi terhadap gangguam
2. Frekuensi ke Posyandu kesehatan dan ancaman kematian
Laraslestari II pada Lansia (Wijayanti, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian 3. Hubungan Motivasi dengan
frekuensi kunjungan lansia dapat Frekuensi di Posyandu Laraslestari II
diketahui bahwa sebagian besar pada Lansia.
kunjungan lansia kurang yaitu Berdasarkan uji statistik
sebanyak 23 orang (50,0%). Kendall Tau didapatkan nilai τ =
Frekuensi kunjungan lansia di 0,704 dengan taraf signifikan atau p
Posyandu ini dilihat dari data KMS = 0,000 lebih kecil dari nilai p<0,05.
lansia selama 1 tahun pada masing- Hasil penelitian ini dapat diartikan
masing responden. Kunjungan lansia ada hubungan motivasi dengan
dapat dikatakan baik apabila frekuensi ke Posyandu Laraslestari II
kunjungan dilakukan setiap bulan pada Lansia di Dusun Karang
atau sebanyak 12 kali kunjungan Tengah Sleman Yogyakarta
dalam 1 tahun (Sulistyorini dkk, diperoleh nilai 0,704 yang berarti
2010). bahwa motivasi lansia memiliki
Salah satu cara yang dilakukan keeratan hubungan yang kuat
dalam upaya preventif dan promotif terhadap frekuensi kunjungan
untuk mencapai derajat kesehatan posyandu.

7
Hasil penelitian ini sejalan sangatlah penting bagi lansia
dengan penelitian sebelumnya yang (Sadirman, 2011).
menyimpulkan ada hubungan
dukungan keluarga dengan frekuensi SIMPULAN DAN SARAN
kunjungan lansia untuk melakukan
Simpulan
pemeriksaan kesehatan di Posyandu
Desa Bapangsari Bagelen Purworejo 1. Motivasi lansia ke Posyandu
(Dewi, 2013). Selain itu penelitian Laraslestari II di Dusun Karang
sebelumnya menyimpulkan ada Tengah Sleman Yogyakarta
hubungan motivasi keluarga dengan sebagian besar pada kategori cukup.
mekanisme koping lansia di RT 01 2. Frekuensi lansia ke Posyandu
RW 01 Desa Sumberpucung Laraslestari II di Dusun Karang
Kabupaten Malang (Mahardika, Tengah Sleman Yogyakarta
2005). sebagian besar pada kategori kurang.
Motivasi merupakan hal yang 3. Semakin tinggi motivasi maka
sangat penting karena dengan frekuensi ke posyandu semakin
tingginya motivasi yang dimiliki meningkat.
seseorang maka akan dapat Saran
menimbulkan semangat yang tinggi
1. Bagi Responden
(Hasibuan, 2003). Pernyataan ini
Bagi responden yang memiliki
dipertegas dengan teori yang
kunjungan di posyandu dengan
menyatakan bahwa motivasi yang
kriteria baik agar tetap
tinggi akan tampil berupa kesediaan
dipertahankan, sedangkan untuk
untuk bekerja keras dan bersungguh-
responden yang memiliki frekuensi
sungguh, dan tekun untuk mencapai
kunjungan ke posyandu dengan
kegiatan yang optimal (Simamora,
kriteria cukup dan kurang
1995 dalam Dewi dkk, 2016).
diharapkan dapat meningkatkan
Seseorang akan berhasil dalam
kunjungan ke Posyandu setiap
mencapai tujuannya, kalau di dalam
bulan agar status kesehatan dapat
diri sendiri ada dorongan atau
terpantau dengan baik.
motivasi, maka dari itu motivasi

8
2. Bagi Keluarga Lansia
Andriyani, J. (2013). Terapi Religius
Diharapkan keluarga lansia
Sebagai Strategi Peningkatan
dapat memberikan motivasi secara Motivasi Hidup Lansia. Jurnal Al-
Bayan. Vol.19, No.28, Juli-
intrinsik sehingga memfasilitasi
Desember 2013.
lansia untuk datang ke posyandu.
Depkes RI. (2006). Pedoman Umum
3. Bagi Kader Posyandu dan Pengurus
Pengelolaan Posyandu. Jakarta.
Masyarakat Dusun Karang Tengah
Diharapkan dapat meningkatkan Dewi dkk. (2016). Pengaruh Tingkat
Pendidikan dan Motivasi Kerja
motivasi intrinsik lansia dengan Terhadap Kinerja Karyawan. e-
mengadakan perkumpulan pada Journal Manajemen Volume 4
Tahun 2016.
lansia sehingga dapat memotivasi
lansia untuk datang ke posyandu. Dewi, F.K. (2013). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Frekuensi
selain itu, hendaknya memberikan Kunjungan Lansia untuk
pelayanan yang lebih menarik Pemeriksaan Kesehatan di
Posyandu Lansia Desa
terhadap lansia yang berkunjung ke Bapangsari Bagelan Purworejo
posyandu seperti mengadakan Jawa Tengah. (Skripsi tidak di
publikasikan). Progam Studi Ilmu
kunjungan ke rumah-rumah sehingga Keperawatan Sekolah Tinggi
status kesehatan lansia dapat Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
terpantau dengan baik.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hartiningsih, S. (2011). Pelayanan
Kesehatan Lansia Berdasarkan
Melakukan penelitian dengan
Kebutuhan dan Harapan Lansia
pertanyaan-pertanyaan yang lebih serta Kemampuan Provider di
Puskesmas Mojo Surabaya.
mendalam dan meluaskan area
(Tesis tidak di publikasikan).
penelitian, jumlah responden dan Universitas Airlangga: Surabaya.
materi penelitian. Hasibuan. (2003). Manajemen Sumber
Daya Manusia. PT.Bumi Aksara:
Daftar Pustaka Jakarta.

Azannia, N. (2007). Perbedaan Status Henniwati. (2008). Faktor-Faktor yang


IMT Lansia yang Aktif dan Tidak Mempengaruhi Pemanfaatan
Aktif pada Kunjungan Posyandu Pelayanan Posyandu Lanjut Usia
Lansia di Kelurahan Kalisari di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Mulyorejo Surabaya. Kabupaten Aceh Timur. (Tesis
http://adln.fkm.unair.ac.id, tidak di publikasikan).
diakses tanggal 23 Oktober 2015.

9
Universitas Sumatra Utara:
Medan. Ratnasari, B.L.U (2014). Hubungan
Motivasi dan Dukungan
Koesmono, H.T. (2005). Pengaruh Keluarga dengan Prestasi
Budaya Organisasi terhadap Belajar Mahasiswa Tingkat II
Motivasi dan Kepuasan Kerja Prodi DIII Kebidanan. (Skripsi
Serta Kinerja Karyawan pada tidak di publikasikan). Progam
Sub Sektor Industri Pengolahan Studi Bidan Pendidik Jenjang
Kayu Skala Menengah di Jawa DIV Sekolah Tinggi Ilmu
Timur. Jurnal Manajemen & Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Kewirausahaan. Vol.7. No.2,
September 2005. Sadirman. (2011). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, PT Raja
Mahardika, V. (2005). Hubungan Grafinda Persada: Jakarta.
Motivasi Keluarga dengan
Mekanisme Koping Lansia di RT Sulistyorini, dkk. (2010). Posyandu dan
01 RW 01 Desa Sumberpucung Desa Siaga. Nuha Medika:
Kabupaten Malang. (Skripsi di Yogyakarta.
publikasikan). Universitas Suryabrata, S. (2005). Psikologi
Muhammadiyah Malang. Pendidikan. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Notoadmodjo, S. (2007). Promosi
Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Usmara. (2006). Motivasi Kerja.
Rineka Cipta: Jakarta. Rajawali Pers: Jakarta.

.. (2012). Metodologi Wijayanti, R. (2007). Hubungan Antara


Penelitian Kesehatan. Rineka Dukungan Keluarga Melalui
Cipta: Jakarta. Interaksi Sosial, Upaya
Penyediaan Transportasi,
Nurhidayah, F. (2009). Motivasi Usia Finansial dan Dukungan Dalam
Lanjut Dalam Mengikuti Menyiapkan Makanan Dengan
Kegiatan Posyandu Usia Lanjut Respon Kehilangan pada Lansia
di Taman Patehan Kraton di Desa Pejaka Kalibagor
Yogyakarta. (Skripsi tidak di Banyumas. (Skripsi di
publikasikan). Progam Studi Ilmu publikasikan). Universitas
Keperawatan Sekolah Tinggi Sumatera Utara.
Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai