Anda di halaman 1dari 14

TUGAS TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN

TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIODIESESL DARI MINYAK GORENG


BEKAS DENGAN TEKNIK MIKROFILTRASI DAN
TRANSESTERFIKASI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKAR MESIN
DIESEL

Disusun oleh :
Galuh Salindra NIM 21030115120065
Muhammad Iqbal NIM 21030115130107
Pradhipta Rizka Lakzita NIM 21030115120011
Sie Cinthia Melinda NIM 21030115120091
Ummi Az Zuhra NIM 21030115120071

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II ISI..................................................................................................................................2
2.1 Biodiesel......................................................................................................................2
2.2 Deskripsi Reaksi...............................................................................................................2
2.2.1 Bahan dan Alat yang Digunakan..........................................................................2
2.2.2 Variabel Penelitian...............................................................................................3
2.2.3 Prosedur Penelitian...............................................................................................3
BAB IIIKESIMPULAN.............................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................6

1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram alir percobaan

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan bakar minyak bumi diperkirakan akan habis jika dieksploitasi
secara besar-besaran. Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi dapat
dikurangi dengan cara memanfaatkan bahan bakar bioiesel, dimana bahan
bakunya masih sangat besar untuk dikembangkan (Darmanto, Ireng, 2006).
Berdasarkan hasil evaluasi kelayakan beberapa bahan baku biodiesel, Ruhyat dan
Firdaus (2006) telah menentukan bahwa jenis minyak nabati yang paling layak
digunakan sebagai bahan baku biodiesel adalah minyak goreng bekas (minyak
jelantah). Menurut Chhetri (2008), alasan utama untuk mencari sumber alternatif
bahan bakar mesin diesel dikarenakan tingginya harga produk minyak.
Pengolahan biodiesel dari minyak jelantah merupakan ccara yang efektif untuk
menurunkan harga jual biodiesel karena murahnya biaya bahan baku (Zhang, Y.,
et al , 2003). Selain itu pemanfaatan limbah minyak goreng dapat juga mengatasi
masalah pembuangan limbah minyak dan kesehatan masyarakat.
Minyak jelantah mempunyai kandungan asam lemak bebas yang cukup
tinggi. Oleh karena itu unutk menurunkan angka asam, pada umumnya diperlukan
2 (dua) tahap konversi minyak jelantah menjadi biodiesel, yaitu proses esterifikasi
dan transesterifikasi (Hamball, dkk, 2008). Kelemahan proses ini adalah
terjadinya blocking reaksi pembentukan biodiesel, yaitu methanol yang
seharusnya bereaksi dengan trigliserida terhalang oleh reaksi sabun, sehingga
konsumsi methanol naik 2 (dua) kali lipat, katalis diperlukan dalam jumlah besar,
sulitnya memisahkan biodiesel dengan gliserol akibat terbentuknya sabun
sehingga rendemen yang dihasilka menurun. Hal ini dapat mengurangi kualitas
biodiesel yang dihasilkan.
Beberapa penelitian tentang sinstesis biodiesel dari minyak jelantah telah
dilakukan. Solikhah, dkk (2009) telah mensintesis biodiesel dari minyak jelantah
dengan proses trans-esterifikasi, namun kualitas biodiesel yang diuji hanya
meliputi viskositas, gliserol bebas, dan gliserol total. Padahal untuk menghasilkan
biodiesel yang berkualitas baik dan mempunyai karakteristik mirip dengan solar
harus memenuhi semua persyaratan SNI-04-7182-2006. Jaruyanon, P dan
Wongsapai, W (2008); Suirta, I. W.(2009) telah mensintesis minyak jelantah
menggunakan proses esterifikasi menggunakan katalis asam sulfat dan
transesterifikasi. Wang (2007) telah mensistesis biodiesel menggunakan proses
katalisis 2 (dua) tahap, yaitu proses esterifikasi dengan katalis feri sulfat dan
katalis basa potasium hidroksida. Proses pengolahan biodiesel yang menggunakan
2 (dua) tahap, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi memerlukan konsumsi
methanol dua kali lipat, rendemen biodiesel juga menurun sebesar 20%-30% dan

1
memerlukan waktu reaksi yang lebih lama
(http://aesigit.multiply.com/journal/item/1). Buchori, L(2009) menilai proses
produksi biodiesel berbahan baku minyak jelansah kurang ekonomis jika
menggunakan dua tahap esterifikasi dan transesterifikasi. Buchori, L (2009)
memprodukasi biodiesel dengan proses perengkahan no katalis catalytic cracking.
Namun perengkahan non katalis berlangsung pada suhu dan tekanan tinggi
sehingga membutuhkan energi yang besar. Saifuddin, et al (2009) telah
mengembangkan teknik pengolahan biodiesel minyak jelantah menggunakan
proses enzimatis. Kelemahan dari teknik ini yaitu memerlukan biaya produksi
yang tinggi dan waktu reaksi yang lama.
Untuk menghasilkan biodiesel yang berkualitas tinggi, diperlukan suatu
pretreatment yang tepat sebelum dilakukan tahap tresnesterfikasi (Gerpen, 2005).
Asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak jelantah merupakan penyebab
kerusakan pada minyak. Salah satu cara menghilangkan sumber-sumber penyebab
kerusakan minyak adalah dengan menggunakan teknologi mikrofiltrasi.
Mikrofiltrasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan padatan
tersuspensi dan senyawa organik seperti protein, karbohidrat, dan asam lemak
bebas (Nasir, dkk, 2002). Pada penelitian ini digunakan teknik pemurnian
biodiesel menggunakan metode dry washing untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas biodiesel.

BAB II
ISI

2.1 Biodiesel
Biodiesel secara umum didefinisikan sebagai ester monoalkil dari minyak
tanaman dan lemak hewan. Minyak yang berasal dari tumbuhan dan lemak
hewan serta turunannya mempunyai kemungkinan sebagai pengganti bahan
bakar diesel (Srivastava dan Prasad, 2000).
Biodiesel memiliki sifat fisis yang sama dengan minyak solar sehingga
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermesin
diesel. Dibanding bahan bakar solar, biodiesel memiliki beberapa keunggulan,
yaitu: (i) biodiesel diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat
diperbaharui, (ii) memiliki bilangan cetane yang tinggi, (iii) ramah lingkungan
karena biodiesel tidak mengandung sulfur sehingga tidak ada emisi SOx, (iv)
aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidakmengandung racun.
Biodiesel tidak mudah terbakar karena memiliki titik bakar yang relatif tinggi,
(v) meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia, (vi) memungkinkan
diproduksi dalam skala kecil menengah sehingga bisa diproduksi di pedesaan,

2
(vii) menurunkan ketergantungan suplai minyak dari negara asing dan (viii)
biodegradabel: jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme dibandingkan
minyak mineral (Susilo, 2006, Georgogianni dkk, 2007).
Biodiesel dihasilkan melalui proses transesterifikasi minyak atau lemak
dengan alkohol. Gugus alkil dalam alkohol akan menggantikan gugus hidroksil
pada struktur ester minyak dengan dibantu katalis. NaOH dan KOH adalah
katalis yang umum digunakan. Alkohol yang dapat digunakan antara lain
metanol, etanol, propanol, butanol dan amil alkohol (Ma dan Hanna, 1999;
Pramanik, 2003).

2.2 Minyak Jelantah


Minyak jelantah merupakan minyak bekas penggorengan yang sudah
berubah warna menjadi coklat tua. Penggunaan minyak goreng yang
digunakan secara berulang-ulang menjadikan minyak dari berwarna kuning
menjadi berwarna gelap (Maskan, 2003). Perubahan warna dapat disebabkan
oleh perubahan zat warna alami yang terkandung dalam minyak, reaksi
maillard karena minyak yang panas akan mengekstraksi zat warna yang
terdapat dalam bahan pangan, adanya logam seperti Fe, Cu, Mn atau adanya
oksidasi (Ketaren, 2008). Minyak jelantah dipilih sebagai salah satu bahan
baku pembuatan biodiesel karena harganya lebih ekonomis dan merupakan
limbah organik yang terbuang (Utlu, 2007).
Karakteristik minyak jelantah bervariasi tergantung pada sumber dan
penggunaannya. Namun secara umum, komponen penyusun utamanya adalah
rantai pendek alkil asam lemak jenuh, yang terdiri dari 42-50% berat C12,
17% berat C14, 10% berat C16 dan kurang dari 10% berat senyawa tak jenuh.
Hasil identifikasi komposisi asam lemak yang terkandung dalam minyak
jelantah dengan menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass
Spectrometry) seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Minyak Jelantah
%Wt (Rhofita, % Wt (Syam et
Asam Lemak Rumus Kimia
2017) al., 2013)
Octanoic C8H16O2 5,89 6,18
Decanoic C10H20O2 6,73 7,13
Dodecanoic C12H24O2 34,79 35,36
Tetradecanoic C14H28O2 26,14 24,68
Hexadecanoic C16H32O2 12,77 12,53
9-Hexadecenoic C16H30O2 2,01 1,17
Octadecanoic C18H36O2 4,02 4,63
9-Octadecenoic C18H34O2 7,65 8,32

Perbedaan jumlah komposisi asam lemak yang terkandung dalam


minyak jelantah bergantung pada frekuensi pemakaian dan jenis bahan yang
digoreng dengan minyak tersebut (Banani et al., 2015). Pemakaian minyak

3
berulang kali dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas dalam
minyak. Chai et al., (2014) menganalisa bahwa asam lemak bebas yang
terkandung didalamnya adalah 8,71-37,96 % berat, sedangkan Dehkhoda dan
Ellis (2012) melaporkan bahwa kandungannya mencapai 41,8% berat. Selain
itu, minyak jelantah juga mengandung air dan impuritas padatan bekas
penggorengan yang dapat mengganggu proses produksi biodiesel yang dapat
dihilangkan melalui proses penyaringan dan pemanasan (Dehkhoda dan Ellis,
2012).

2.3 Reaksi Transesterifikasi


Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dalam
minyak dengan metanol yang menghasilkan FAME dan gliserol. Reaksi ini
sebagian besar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain rasio molar
alkohol terhadap minyak, waktu reaksi, sifat dan jumlah katalis, suhu reaksi,
serta komposisi dari bahan baku (Demirbas, 2009). Transesterifikasi terdiri
dari sejumlah reaksi reversible dengan beberapa tahapan reaksi. Trigliserida
diubah menjadi menjadi digliserida, monogliserida, dan akhirnya gliserol dan
menghasilkan satu mol ester dalam setiap tahapnya (Venkateswarulu et al.,
2014). Berikut merupakan mekanisme tahapan reaksi transesterfikasi :

Gambar 2.1 Mekanisme Reaksi Transesterifikasi (Borges dan Diaz , 2012)

Reaksi transesterifikasi secara keseluruhan dikendalikan oleh tiga


parameter yakni, transfer massa, laju reaksi, dan kesetimbangan (Behzadi dan
Farid, 2009). Proses yang paling lambat di antara parameter tersebut adalah

4
transfer massa antara trigliserida dan metanol, sehingga rasio molar metanol
(alkohol) terhadap minyak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
konversi reaksi (Halim et al., 2009). Katalis yang sesuai dibutuhkan untuk
mengurangi kebutuhan alkohol dan mempersingkat waktu reaksi. Umumnya
katalis yang digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa.
Berikut merupakan mekanisme katalis basa pada reaksi transesterifikasi :

Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Katalis Basa (Venkateswarulu et al., 2014)

Beberapa contoh katalis basa yang digunakan adalah NaOH, CaO,


KOH, CH3ONa, dan CH3OK (Raqeeb dan Bargavhi, 2015).

2.2 Deskripsi Reaksi


2.2.1 Bahan dan Alat yang Digunakan
1. Bahan
a. Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)
b. Metanol
c. NaOH
d. Asam Periodat
e. H2SO4
f. KI
g. Asam Klorida
h. Akuades
i. Bleaching earth
j. Filter Paper 1 µm,5µmdan 16µm
k. Etanol
l. Fenolftalein
m. KOH
n. K2Cr2O4
o. Na2S2O3.5H2O
p. CHCl3
q. CH3COOH
r. CCl4
s. Aluminium Foil
t. Toluena
u. H3PO4

2. Alat
a. Neraca Analitik

5
b. Hot plate dan Stirring
c. Pompa vakum
d. Jerigen
e. Corong pisah 500 ml
f. Heater
g. Termometer
h. Labu Leher Tiga 1000 ml
i. Kondensor
j. Erlenmeyer 500 ml, 1000 ml
k. Beaker Glass 2000 ml

2.2.2 Variabel Penelitian


Lama Proses Tranesterifikasi : 30, 60 dan 90 menit
Ukuran Filter : 1 µm,5 µm dan 16 µm
2.2.3 Prosedur Penelitian
a. Proses Pretreatment
 Minyak jelantah disaring menggunakan variasi filter bersarkan
ukuran pori, yaitu 1 µm,5 µm dan 16 µm
 Setelah pretreatment, dilakukan analisis pendahuluan terhadap
minyak jelantah, yaitu uji kadar FFA (max 5%)
b. Proses Transesterifikasi
 Siapkan larutan sodium metoksid dengan cara mencampurkan
NaOH 48 g ke dalam 2,4 L methanol.
 Minyak jelantah dituang ke dalam wadah, kemudian dipanaskan
sampai mencapai suhu 50OC. Setelah suhu tersebut tercapai maka
larutan sodiu metoksid dituangkan ke dalam minyak jelantah
sambil diaduk. Pemanasan dan pengadukan secara merata
dialkukan pada suhu 65oC dengan variasi waktu selama 30,60, dan
90 menit.
 Setelah proses pemanasan dan pencampuran selesai kemudian
campuran tersebut didiamkan (settling) selama ± 1 jam dalam air
panas. Setelah terjadi endapan kemudian proses pemisahan dimulai
yaitu dengan mengambil lapisan bawah (gliserol) terlebih dahulu
kemudian cairan yang diatasnya (biodiesel)
c. Proses Pemurnian
 Timbang adsorben bleaching earth 1% dari volume minyak
jelantah. Campurkan adsorben ke dalam biodiesel, aduk selama 15
menit pada suhu 55 oC.
 Pisahkan antara biodiesel dan adsorben menggunakan filter
vaccum pump.
d. Proses Analisis

6
 Identfikasi secarakualitatif hasil sintesis biodiesel menggunakan
Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS).
Kondisi Alat GC-MS :
Merk : Shimadzu QP2010S
Kolom : Rastek Rxi-5MS
Panjang : 30 meter
ID : 0,2 mm
Gas Pembawa : Helium
 Analisis kuantitatif karakteristik biodiesel mengacu pada SNI 04-
7182-2006

Ganbar 2.1 Diagram alir percobaan

7
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Buchori, L.2009.Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Proses


Catalytic Cracking.Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia-
SNTKI:Bandung

8
Chhetrim A.B., Wattas, K.W., Islam, M.R.2008.Waste Cooking Oil as an
Alternate Feedstock for Biodiesel Production.Energies, ISSN 1996-1073
Darmanto, S., Ireng, S. A..2006.Analisa Biodiesel Minyak Kelapa sebagai Bahan
Bakar Alternatif Minyak Diesel. Traksi 4(2):64
Georgogianni, K. G., Kontiminas, M. G., Tegou, E., Avlonitis, D., dan Gergis, V.,
2007. Biodiesel Production: Reaction and Process Parameters of Alkali-
Catalyzed Transesterification of waste Frying Oils.Energy & Fuels, 21,
3023-3027.
Gerpen, J.V.2005.Biodiesel Processing and Production. Fuel Processing
Technology, Elsevier.
Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, A.H., Pattiwiri, A.W., Hendroko,
R.2008.Teknologi Bioenergi. Agromedia Pustaka:Jakarta
http://aesigit.multiply.com/journal/item/1 diakses tanggal 19 Agustus 2011
Jayuranon, P., and Wongsapai, W.2008/Bioodiesel Technology and Managment
From Used Cooking Oil in Thailand Rural Area:Thailand
Ma, F., dan Hanna, M.A., 1999. Biodiesel Production: A Review, Bioresource
Technology. 70, 1- 15.
Nasir, M., Wuryaningsih, Anah, L., Astrini, N., Hilyati.2002.Proses Pemurnian
Minyak Makan (Edible Oil): 1. Pengaruh Tekanan dan Temperatur Proses
Mikrofiltrasi Minyak Kelapa terhadap Kualitas Minya Kelapa.Prosiding
Seminar Tantangan Penelitian Kimia.
Pramanik, K., 2003. Properties and Use of Jatropha curcas Oil and diesel Fuel
Blends in Compression Ignition Engine. Renewable Energy, 28, 239-248.
Ruhyat, N., Firdaus, A.2006.Analisis Pemilihan Bahan Baku Biodiesel di DKI
Jakarta.Universitas Mercu Buana:Jakarta
Saifuddin, N., Raziah, A.Z., Farah, H.N.2009.Production of Biodiesel from High
Value Cooking Oil Using an Optimized Lipase Enzyme/Acid-Catalyzed Hybrid
Process.E-Journal of Chemistry
Sirvastava, A. dan Prasad, R., 2000. Triglycerides Based Biodiesel Fuels,
Renewable Sustainable Energy, 4, 111-133.
Solikhah, M.D., Paryanto, I., Barus, B.R.2009.Efek Kualitas Minyak Jelantah
terhadap Harga Proses Produksi dan Kualitas Biodiesel.Seminar Nasional
Teknik Kimia Indonesia- SNTKI:Bandung
Suirta, I.W., 2009, Minyak Jelantah Kelapa Sawit.Jurnal Kimia, Universitas
Udayana
Susilo, B., 2006. Biodiesel sumber Energi Alternatif Pengganti Solar yang terbuat
dari Ekstraksi Minyak jarak Pagar, Trubus Agrisarana, Surabaya
Wang, Y., Ou., S., Liu., P., Zhang, Z., 2007.Preparationof Biodiesel from Waste
Cooking Oil via Two- Step Catalyzed Process.Energy Conversion &
Management.Elsevier

9
Zhang, Y., Dub_e, M.A., McLean, D.D., Kates, M.2003.Biodiesel Production
from Waste Cooking Oil: 1. Process Design and Technological Assessment,
Bioresource Technoogy 89 (2003):1-16,Elsevier
Halim, S.F.A., A. H. Kamaruddin, dan W.J.N. Fernando. 2009. Continuous
Biosynthesis of Biodiesel from Waste Cooking Palm Oil in a Packed Bed
Reactor: Optimization Using Response Surface Methodology (RSM) and
Mass Transfer Studies. Bioresourch Technology 100(2): 710-716.
Maskan, M., dan H.I. Bagci. 2003. Effect of Different Adsorbents On Purification
of Used Sunflower Seed Oil Utilized For Frying. Journal of Food Research
Technology. 217(1): 215-218.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press.
Jakarta.
Utlu Z. 2007. Evaluation of Biodiesel Obtained from Waste Cooking Oil. Energy
Sources, Part A 29(1): 1295–1304.
Syam, Azhari Muhammad, L. Maulinda, I. Ibrahim, dan S. Muhammad. 2013.
Waste Frying Oils Based Biodiesel: Process and Fuel Properties. Smart
Grid and Renewable Energy 4(4): 281-286.
Rhofita, Erry Ika. 2017. Pemanfaatan Minyak Jelantah sebagai Biodiesel: Kajian
Temperatur dan Waktu Reaksi Transesterifikasi. Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik
12(3): 141-150.
Banani, Ridha, S. Yousef, Bezzarga, Mounir, dan M. Abderrabba. 2015. Waste
Frying Oil with High Level of Free Fatty Acids as of the Prominent Sources
of Biodiesel Production. Journal of Matter Environmental Science 6(4):
178-1185.
Chen, Guanyi, R. Shan, J. Shi, C. Liu, dan B. Yan. 2015. Biodiesel Production
from Palm Oil using Active and Stable K Doped Hydroxyapatite Catalyst.
Energy Conversion and Management Journal 98(1): 463-469.
Dehkhoda, Amir Mehdi, dan N. Ellis. 2012. Biochar-based Catalyst for
Simultaneous Reaction of Esterification and Transesterification. Catalyst
Today 207(1): 86-92.
Demirbas, Ayhan. 2009. Production of Biodiesel Fuels from Linseed Oil Using
Methanol and Ethanol in Non-Catalytic SCF Conditions. Biomass and
Bioenergy 33(1): 113-118.

10
Behzadi, Sam dan Farid, Mohammed M. 2009. Production of Biodiesel Using a
Continous Gas-Liquid Reactor. Bioresourch Technology 100(2): 683-689.
Venkateswarulu, T. C., C. V. Raviteja, K. V. Prabhaker, D. J. Babu, A. R. Reddy,
M. Indira, dan A. Venkatanarayana. 2014. A Review Method of
Transesterification of Oils and Fats in Bio-diesel Formation. International
Journal of ChemTech Reasearch 6(4): 2568-2576.
Raqeeb, Mohammed Abdul dan R. Bhargavi. 2015. Biodiesel Production from
Waste Cooking Oil. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research
7(12): 670-681.

11

Anda mungkin juga menyukai