Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ Asuhan Keperawatan Cedera Kepala ”

I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I

Dosen Pembimbing : Ns. Vino Rika, M. Kep

Oleh Kelompok 2

Nama Anggota :

1. Abdul Aziz
2. Gita Anggalia
3. Wira Melyca Sadri

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Asuhan Keperawatan Cedera Kepala”.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami
sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Semoga
dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik
bagi kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.

Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap


makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang
membacanya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari
itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya
kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Padang... March 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I :

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II :

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Anatomi Otak ............................................................................................... 3

B. Defenisi ........................................................................................................ 8

C. Klasifikasi .................................................................................................... 8

D. Etiologi ......................................................................................................... 9

E. Prognosis ...................................................................................................... 9

F. Patofisiologi ................................................................................................. 9

G. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 10

H. Komplikasi ................................................................................................. 11

I. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................. 12

J. Penatalaksanaan ......................................................................................... 13

BAB III :

ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................... 14

A. Pengkajian .................................................................................................. 14

B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 17

C. Rencana Keperawatan ................................................................................ 17

ii
BAB IV :

PENUTUP ............................................................................................................. 20

A. Kesimpulan ................................................................................................ 20

B. Saran ........................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otak adalah organ manusia yang paling berharga. Otak dilindungi dengan baik
oleh tengkorak, tetapi ukurannya besar dan berat, serta mudah mengalami cedera
dan trauma, terutama akibat pukulan yang secara cepat mengaklerasi dan
mendeselerasikannya dalam batas-batas tengkorak. Cedera yang signifikan pada
otak menyebabkan terputusnya sungsi yang lebih tinggi yang lebih temporer
(konkusio). Namun, jangan pernah dilupakan bahwa ketidaksadaran dapat juga
berupa koma, epilepsi, atau obat-obatan. Sehingga, hilang kesadaran dapat
menjadi penyebab kecelakaan, bukan akibat.
Kunci penanganan sebagian besar cedera kepala adalah memastikan bahwa
otak mengalami perfusi yang baik dalam priode pascacedera dan pemulihan.
Kegagalan mempertahankan saluran napas tetap bersih darah teroksigenasi yang
baik, dan perfusi otak tetap baik dapat menimbulkan keadaan yang disebut
“cedera sekunder” pada otak. Kerusakan tersebut haruslah dihindari.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk Anatomi Otak?


2. Apa yang dimaksud dengan cedera atau trauma kepala?
3. Apa saja klasifikasi cedera kepala?
4. Apa saja penyebab terjadinya trauma atau cedera kepala?
5. Bagaimana cedera kepala bisa terjadi?
6. Apa saja tanda dan gejala terjadinya cedera kepala?
7. Apa saja komplikasi yang terjadi pada cedera kepala jika lama ditangani?
8. Apa saja pemeriksaan yang perlu dilakukan pada pemeriksaan cedera
kepala?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada cedera kepala?
10. Bagaimana Asuhan keperawatan pada cedera kepala?

C. Tujuan

1
2

1. Mengetahui anatomi otak dan fungsinya


2. Memahami defenisi cedera otak
3. Memahami klasifikasi cedera kepala
4. Memahami penyebab terjadinya trauma atau cedera kepala
5. Memhami mengapa cedera kepala bisa terjadi
6. Memahami tanda dan gejala terjadinya cedera kepala
7. Memahami komplikasi yang terjadi pada cedera kepala jika lama ditangani
8. Mengetahui pemeriksaan yang perlu dilakukan pada pemeriksaan cedera
kepala
9. Memahami penatalaksanaan pada cedera kepala
10. Mengetahui Asuhan keperawatan pada cedera kepala
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Otak

Secara garis besar Anatomi Otak manusia dibagi atas empat bagian utama
yang sangat mempengaruhi kinerja otak, yaitu:

1. Otak Besar (Cerebrum)


2. Otak Kecil (Cerebellum)
3. Batang Otak (Brainstem)
4. Sistem Limbik (Lim)

1. Otak Besar (Cerebrum)


Jika Anda pernah bertanya, dalam anatomi otak bagian otak yang
paling besar itu yang mana? Jawabannya adalah Cerebrum atau yang lebih
dikenal dengan Otak Besar, sesuai dengan namanya cerebrum / Otak besar
memang bagian otak manusia yang paling besar, cerebrum juga bisa
disebut dengan otak depan, Cerebral Cortex atau Foreibrain. Cerebrum
merupakan bagian otak yang berfungsi untuk menganalisa, mengambil
kesimpulan, berfikir, logika, memiliki daya ingat / memori dan lain
sebagainya.

3
4

Tidak hanya itu Cerebrum juga sangat mempengaruhi kecerdasan


intelektual manusia. Nah perlu Anda ketahui, bahwa Cerebrum masih
terbagi lagi menjadi empat bagian utama yang sering disebut dengan
Lobus. Empat Lobus tersebut adalah: Lobus Parietal, Lobus Frontal,
Lobus Occipital, dan Lobus Temporal. Dari keempat bagian lobus tersebut
ada bagian lobus yang menonjol atau sering disebut dengan gyrus dan juga
ada yang seperti lekukan parit atau yang biasa disebut dengan sulcus.

 Lobus Parietal, merupakan bagian dari cerebrum yang terletak di tengah,


yang berfungsi memberikan respon jika terjadi sentuhan, tekanan, rasa
sakit, ataupun bahagia. Lobus Parietal ini juga merupakan salah satu
bagian yang berhubungan dengan sensor perasaan.
 Lobus Frontal, Nah bagian ini terletak pada bagian depan cerebrum,
Lobus Frontal berkaitan dengan prilaku, kemampuan kognitif dan juga
kemampuan motorik tubuh Anda. Tidak hanya itu bagian ini juga
merupakan salah satu bagian otak yang mempengaruhi kreatifitas dan
kemampuan menyelesaikan masalah ataupun kemampuan dalam
mengambil keputusan.
 Lobus Occipital, Merupakan bagian cerebrum yang terletak di belakang
atau bisa dikatakan paling belakang. Bagian ini sangat berkaitan dengan
5

kemampuan dalam menerima rangsangan visual yang memungkinkan


manusia untuk melakukan penafsiran terhadap obyek yang diterima oleh
retina mata.
 Lobus Temporal, Nah ini merupakan salah satu bagian cerebrum yang
terletak di bagian bawah. Bagian ini juga berhubungan dengan
kemampuan pendengaran dan juga berkaitan dengan kemampuan
memaknai bahasa dan suara.

Selain 4 bagian cerebrum tersebut, sebenarnya pada setiap bagian


masih ada bagian bagian kecil yang lain dan saling terhubung. Dan tidak
hanya dalam anatomi otak cerebrum juga bisa dibagi menjadi 2 bagian yaitu
bagian otak kanan dan otak kiri. Dimana secara garis besar otak kanan
berkaitan dengan kemampuan artistik dan kreativitas, sedangkan bagian otak
kiri berkaitan dengan kemampuan logika dan analisa.

2. Otak Kecil (Cerebellum)


Otak kecil atau yang sering disebut dengan Cerebellum merupakan
salah satu bagian otak yang memiliki fungsi vital, yaitu berfungsi untuk
mengatur keseimbangan tubuh manusia, tidak hanya itu otak kecil ini juga
berfungsi untuk mengontrol setiap gerakan yang dilakukan oleh organ
tubuh baik yang dilakukan secara otomatis atau refleks ataupun gerakan
yang disengaja. Semua gerakan tersebut secara penuh dikontrol oleh
bagian otak kecil atau Cerebellum.
6

Otak kecil ini terletak pada bagian belakang kepala, posisinya


berada didekat ujung leher bagian atas. Oleh karena itu Anda harus berhati
hati karena jika terjadi benturan atau sedikit cedera saja pada bagian otak
ini, maka bisa jadi Anda akan kehilangan keseimbangan tubuh, akibatnya
Anda akan susah untuk berdiri apalagi berjalan. Untuk itu Anda harus
lebih waspada dan berhati hati agar tidak terjadi kejadian yang tidak
diinginkan.

3. Sistem Limbik (Limbic System)


Sistem limbik terletak dibagian tengah otak manusia. Sistem
limbik merupakan bagian otak yang berfungsi untuk memproduksi
hormon, menghasilkan perasaan, menghasilkan dorongan seksual,
menimbulkan rasa lapar, mempengaruhi sistem metabolisme tubuh, dll.

Dalam sistem limbik ada bagian yang bernama Hipotalamus,


bagian inilah yang berfungsi untuk membentuk rasa cinta dan juga
memberikan penilaian serta memutuskan sesuatu hal yang menjadi
prioritas. Semisal penilaian terhadap kepentingan pribadi dengan
kepentingan keluarga, nah bagian ini yang berfungsi untuk memberikan
penilaian dan analisa sehingga Anda akan dapat memutuskan mana yang
akan Anda jadikan sebagai prioritas.
7

Menurut Carl Gustav Jung, sistem limbik bisa disebut sebagai alam
bawah sadar manusia, karena sistem limbik juga sering disebut sebagai
pusat rasa cinta dan pusat kejujuran, yang seringkali diwujudkan dengan
timbulnya perasaan simpati ataupun memicu tindakan yang dilakukan
berlandaskan ketulusan tanpa paksaan dari manapun.

4. Batang Otak (Brainstem)


Batang Otak atau Brainstem merupakan bagian otak yang terletak
di dalam tulang tengkorak atau pada bagian rongga kepala yang paling
dasar dan memanjang sampai ke sumsum tulang belakang. Bagian otak ini
berfungsi untuk mempengaruhi denyut nadi dan detak jantung,
pernapasan, mengatur suhu badan, dan juga sebagai sistem penerima
sinyal atau semacam sensor atau insting terhadap apapun yang
mengancam jiwa manusia. Respon yang dihasilkan biasanya merinding
dan ingin berlari atau bahkan melawan saat bahaya datang menghampiri
Anda.
8

B. Defenisi

Trauma atau cedera kepala atau cedera otak adalah gangguan fungsi normal
otak karena trauma baik trauma tumpul maupun tajam (batticaca, 2008).

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
ulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).

Trauma atau cedera kepala adalah di kenal sebagai cedera otak gangguan
fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam.
Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan
pengaruh masa karena hemoragik, serta edema serebral di sekitar jaringan otak.
(Batticaca Fransisca, 2008, hal 96).

Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera otak adalah
gangguan fungsi normal otak karena trauma baik tumpul maupun trauma
tajam. (Btticcaca. Fransisca B. 2011).

C. Klasifikasi

Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan,


dan morfologi cedera :

a) Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi durameter


- Trauma tumpul : Kecepatan tinggi ( tabrakan mobil ) Kecepatan
rendah (terjatuh, dipukul)
- Trauma Tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)
b) Keparahan Cedera
- Ringan : skala koma glasglow (Glasglow Coma Scale,GCS) 14- 15
- Sedang : GCS 9-13
- Berat : GCS 3-8
c) Morfologi
9

- Fraktur tengkorak : Kranium : Linear/ Stelatum ; Depresi/ Non


depresi ; Terbuka/ tertutup.
Basis : Dengan/ tanpa kebocoran cairan serebrospinaldengan/
tanpak kelumpuhan nervus VII
- Lesi Intrakranial : Fokal : epidural, subdural, intraserebral
Difus : Konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus.(arif
mansjoer, dkk)

D. Etiologi

Penyebab cedera terbagi atas 2 :

1) Cedera tertutup : kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh dan cedera


olahraga
2) Cedera terbuka : Peluru atau pisau.

E. Prognosis

Prognosis setelah cedera kepala sering mendapat perhatian besar,


terutama pada pasien dengan cedera berat. Skor GCS waktu masuk rumah sakit
memiliki nilai prognostic yang besar: skor pasien 3-4 memiliki kemungkinan
meninggal 85% atau tetap dalam kondisi vegetatif, sedangkan pada pasien
dengan GCS 12 atau lebih kemungkinan meninggal atau vegetatif hanya 5-10
%. Sindrom pascakonkusi berhubungan dengan sindrom kronis nyeri kepala,
keletihan, pusing, ketidakmampuan berkonsentrasi, iritabilitas, dan perubahan
kepribadian yang berkembang pada banyak pasien setelah cedera kepala.
Seringkali bertumpang-tindih dengan gejala depresi.(arif mansjoer, dkk).

F. Patofisiologi

Cedera kepala dapat bersifat terbuka (menembus melalui durameter) atau


tertutup (trauma tumpul tanpa penetrasi menembus dura). Cedera kepala
terbuka mengkinkan pathogen-patogen lingkungan memiliki akses langsung ke
10

otak. Patogen ini dapat menyebabkan peradangan pada otak. Cedera juga dapat
menyebabkan perdarahan. Peradangan dan perdarahan dapat meningkatkan
tekanan intrakranial. Akibat perdarahan intracranial menyebabkan sakit kepala
hebat dan menekan pusat refleks muntah dimedulla yang mengakibatkan
terjadinya muntah proyektil sehingga tidak terjadi keseimbangan antar intake
dan output. Selain itu peningkatan TIK juga dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kesadaran dan aliran darah otak menurun. Jika aliran darah otak
menurun maka akan terjadi hipoksia yang menyebabkan disfungsi cerebral
sehingga koordinasi motorik terganggu dan menyebabkan ketidakseimbangan
perfusi jaringan serebral.

Perdarahan ekstrakranial dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan terbuka dan


tertutup. Perdarahan terbuka (robek dan lecet) merangsang lapisan mediator
histamine, bradikinin, prostalglandin yang merangsang stimulus nyeri
kemudian diteruskan nervus aferen ke spinoptalamus menuju ke korteks serebri
sampai nervus eferen sehingga akan timbul rasa nyeri. Jika perdarahan terbuka
(robek dan lecet)mengalami kontak dengan benda asing akan memudahkan
terjadinya infeksi bakteri pathogen. Sedangkan perdarahan tertutup hamper
sama dengan perdarahan terbuka yaitu dapat menimbulkan rasa nyeri pada kulit
kepala.(Elizabeth, J. 2001).

G. Manifestasi Klinis

a. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih


b. Kebingungan
c. Iritabel
d. Pucat
e. Mual dan muntah
f. Pusing kepala
g. Terdapat hematoma
h. Kecemasan
i. Sukar untuk dibangunkan
11

j. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serbrosfinal yang keluar dari hidung
(rhinorrea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tualng temporal

H. Komplikasi

a. Hemorhagie
b. Infeksi
c. Edema
d. Herniasi
Menurut Elizabeth J Corwin, komplikasi yang dapat terjadi adalah :

a) Perdarahan didalam otak, yang disebut hematoma intraserebral, dapat


menyertai cedera kepala tertutup yang berat, atau lebih sering cedera
kepala terbuka. Pada perdarahan diotak, tekanan intracranial
meningkat, dan sel neuron dan vascular tertekan. Ini adalah jenis
cedera otak sekunder. Pada hematoma, kesadaran dapat menurun
dengan segera, atau dapat menurun setelahnya ketiak hematoma
meluas dan edema interstisial memburuk.

b) Perubahan perilaku yang tidak Nampak dan deficit kognitif dapat


terjadi dan tetap ada. (Elizabeth J Corwin).

Menurut Batticcaca, Fransisca B. 2011, komplikasi yang dapat terjadi :


a) Hemoragik intrakranial
Pengumpulan darah (hematoma) yang terjadi dalam kubah kranial
adalah akibat yang paling serius dari hemoragik cedera kepala,
penimbunan darah pada rongga epidural (epidural hematoma),
subdural, atau intraserebral, bergantung pada lokasinya. Deteksi dan
penanganan hematoma sering kali lambat dilakukan sehingga akhirnya
hematoma tersebut cukup besar untuk menyebabkan distrosi dan
herniasi serta peningkatan TIK.
12

b) Hematoma Epidural (hematoma ekstradural atau hemoragik)


Setelah cedera kepala darah berkumpul di dalam ruang epidural
(ekstradural) di antara tengkorak dan dura mater. Keadaan ini sering
diakibatkan karena terjadinya fraktur tulang tengkorak yang
menyebabkan arteri maningeal tengah putus atau rusak (laserasi)-
dimana arteri ini berada di antara dura mater dan tengkorak daerah
inferior menuju bagian tipis tulang tetaporal- dan terjadi hemoragik
sehingga menyebabkan penekanan pada otak.

c) Hematoma Subdural
Hematoma Subdural adalah pengumpulan darah pada ruang di
antara dura mater dan dasar otak, yang pada keadaan normal diisi
oleh cairan. Hematoma subdural paling sering disebabkan karena
trauma tetapi juga terjadi karena kecenderungan perdarahan yang
serius dan aneurisma.

I. Pemeriksaan Diagnostik

a. CT Scan (dengan atau tanpa kontras ) : mengidentifikasi luasnya lesi,


perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Cat :
untuk mengetahui adanya infark/ iskemia, jangan dilakukan pada 24-72
jam setelah injury.

b. MRI : digunakan sama seperti CT Scan dengan atau tanpa kontras


radioaktif.

c. Cerebral angiografi : menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti :


perubahan jaringan otak menjadi udema, perdarahan dan trauma.

d. Serial EEG : dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis

e. X ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur


garis (perdarahan /edema), fragmen tulang.
13

f. BAER : mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil

g. PET : mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak

h. CSF : lumbal punkis dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan


subarachnoid.

i. ABGs : mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan


(oksigenasi) jika terjadi peningkatan IK

j. Kadar elektrolit : untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai


akibat peningkatan tekanan IK

k. Screen toxicologi : untuk mendeteksi pengaruh obat, sehingga


menyebabkan penurunan kesadaran.

J. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala


adalah sebagai berikut:

1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a) Primary Survey
1) Airway
 Penilaian Mengenal patensi Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas
dengan bebas ?
Jika ada obstruksi maka lakukan :
 Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
 Suction / hisap (jika alat tersedia)
 Guedel airway / nasopharyngeal airway
 Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi
netral
 Evaluasi
2) Breathing
 Tentukan laju dan dalamnya pernafasan
 Inspeksi dan palpasi leher dan thorax untuk menggali kemungkinan
terdapat defiasi trakhea, dan ekspansi thorax simetris atau tidak,
pemakaian otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainya
 Perkusi thorax untuk menentukan redup atau hipersonor
 Auskultasi thorax
 Pengelolaan Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang
apakah jalan nafas bebas.
 Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
 Pemberian oksigenj kinsentrasi tinggi
 Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
 Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
 Pernafasan buatan
 Evaluasi

14
15

3) Circulation
Penilaian
 Mengetahui sumber pendarahan internal
 Periksa nadi
 Periksa warna kulit dan perhatikan bila adanya sianosis
 Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas dan pernafasan
cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
 Hentikan perdarahan eksternal
 Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
 Berikan infus cairan
 Evaluasi

4) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
Glasgow Coma Scale
AWAKE = A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U
Cara ini cukup jelas dan cepat.
5) Exposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera
yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi in-line harus dikerjakan. Dan cegah terjadinya hipotermi
dengan berikan selimut hangat atau tempatkan pada ruangan yang cukup
hangat.

b) Secondary Survey
1) Pemeriksaan kepala
 Kelainan kulit kepala dan bola mata
16

 Telinga bagian luar dan membrana timpani


 Cedera jaringan lunak periorbital
2) Pemeriksaan leher
 Luka tembus leher
 Emfisema subkutan
 Deviasi trachea
 Vena leher yang mengembang
3) Pemeriksaan neurologis
 Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
 Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
 Penilaian rasa raba / sensasi dan refleks
4) Pemeriksaan dada
 Clavicula dan semua tulang iga
 Suara napas dan jantung
 Pemantauan ECG (bila tersedia)
5) Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
 Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah
 Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen
kecuali bila ada trauma wajah
 Periksa dubur (rectal toucher)
 Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
6) Pelvis dan ekstremitas
 Cari adanya fraktura (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan
melakukan tes gerakan apapun karena memperberat perdarahan)
 Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma
 Cari luka, memar dan cedera lain
7) Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) untuk :
 Dada dan tulang leher (semua 7 ruas tulang leher harus nampak)
 Pelvis dan tulang panjang
 Tulang kepala untuk melihat adanya fraktura bila trauma kepala tidak
disertai defisit neurologis fokal
 Foto atas daerah yang lain dilakukan secara selektif.
17

 Foto dada dan pelvis mungkin sudah diperlukan sewaktu survei


primer

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral


2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
3. Nyeri Akut

C. Rencana Keperawatan

Masalah Keperawatan NOC NIC


Ketidakefektifan Perfusi Status Perfusi Jaringan a. Manajemen Sirkulasi
Jaringan Serebral b/d Serebral  Pantau nadi perifer
gangguan aliran arteri KH:  Catat warna kulit dan temperatur
atau vena 1. Pengisian capilarry  Cek capilery refil
refil  Monitor status cairan, masukan dan
2. Kekuatan pulsasi keluaran yang sesuai monitor lab
perifer distal hb dan hmt
3. Kekuatan pulsasi  Monitor perdarahan
perifer proksimal  Monitor status hemodinamika,
4. Tingkat sensasi neurologis dan tanda vital
normal b. Monitor Status Neurologis
5. Warna kulit  Monitor ukuran, bentuk,
6. Edema perifer kesemetrisan dan reaksi pupil
 Monitor tingkat kesadaran
 Monitor tingkat orientasi
 Monitor GCS
 Monitor TTV
18

Ketidakefektifan Status respirasi : 1. Manajemen jalan napas


Bersihan Jalan Nafas b/d kepatenan jalan nafas  Monitor respirasi dan status O2
spasme jalan napas KH :  Auskultasi suara napas, catat
1. Pengeluaran sekrek adanya suara tambahan
2. Irama dan  Identifikasi pasien perlunya
frekuensi pemasangan alat jalan napas buatan
3. Suara nafas  Buka jalan napas
4. Jalan napas  Lakukan suction pada mayor
 Lakukan fisioterapi dada
2. Pengisapan jalan napas
 auskultasi suara napas sebelum dan
sesudah suction
 informasikan pada klien da
keluarga tentang suction
 berikan O2 dengan menggunakan
nasal memfasilitasi suction
dilakukan
 monitor status O2 pasien
3. Promosi kesehatan
 Anjurkan pasien untuk
menghindari posisi telentang
 Anjurkan pasien membuang
sputum
 Anjurkan pasien untuk melaporkan
adanya perubahan warna sputum
Nyeri Akut b/d agen Kontrol Nyeri 1. manajemen nyeri
cedera fisik KH :  Observasi reaksi nonverbal dari
1. Kontrol nyeri ketidaknyamanan
2. Penyebab nyeri  Lakukan pengkajian nyeri
3. Skala, intensitas  Monitor penerimaan pasien tantang
dan frekuensi nyeri manajemen nyeri
4. TTV  Pilih dan lakukan penanganan
19

nyeri
 Kolaborasi dengan dokter jika ada
krluhan lainnya
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
2. pemberian analgesik
 Kaji lokasi dan karakteristik nyeri
 Kolaborasi pemberian analgesik
 Cek riwayat alergi
 Cek intruksi dokter tentang jenis
obat
 Tentukan lokasi, karateristik,
kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Pilih analgesik yang diperlukan
 Evaluasi evektifitas analgsik
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma atau cedera kepala atau cedera otak adalah gangguan fungsi normal
otak karena trauma baik trauma tumpul maupun tajam (batticaca, 2008).

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, ulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).

Adapun pengkajian keperawatan pada saat di IGD maka yang di utamakan adalah

1. Primary Survey
a. A = Airway
b. B = Breathing
c. C = Circulation
d. D = Disability
e. E = Exposure
2. Secondary Survey
a. Pemeriksaaan dilakukan jika pasien sudah dalam keadaan
sadar ataupun stabil sehingga dilanjutkan ke secondary
survey
b. Pengkajian Head to toe hingga ke akral.

B. Saran

Kami berharap makalah ini dapat di gunakan secara semestinya dan


bermanfaat bagi pembaca dan, kami menyadari makalah ini belum sempurna dan
banyak kekurangan sehingga kami membutuhkan kritik dan saran untuk perbaikan
pada makalah berikutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius,


Jakarta

Batticaca Fransisca B, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan, Jakarta : Salemba Medika.

Brunner and Suddart, 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3.


EGC:Jakarta

Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC


:Jakarta

Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2001.

Swalis, Catrina dan Cristoper Buston.2015.rheumatology, ortophedic and


traumatic at aglane secont edition. Erlangga : Jakarta

www.google/ Askep tentang cidera kepala/ .com, akses 4 november 2013/


19.20.com

21

Anda mungkin juga menyukai