KGD 2 - Askep Cedera Kepala
KGD 2 - Askep Cedera Kepala
I ILM
GG U
IN K
E
T
S
EH
A
S EKO L
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
Oleh Kelompok 2
Nama Anggota :
1. Abdul Aziz
2. Gita Anggalia
3. Wira Melyca Sadri
TAHUN AJARAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Asuhan Keperawatan Cedera Kepala”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami
sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Semoga
dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik
bagi kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari
itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya
kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II :
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
B. Defenisi ........................................................................................................ 8
C. Klasifikasi .................................................................................................... 8
D. Etiologi ......................................................................................................... 9
E. Prognosis ...................................................................................................... 9
F. Patofisiologi ................................................................................................. 9
H. Komplikasi ................................................................................................. 11
J. Penatalaksanaan ......................................................................................... 13
BAB III :
A. Pengkajian .................................................................................................. 14
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 17
ii
BAB IV :
PENUTUP ............................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran ........................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otak adalah organ manusia yang paling berharga. Otak dilindungi dengan baik
oleh tengkorak, tetapi ukurannya besar dan berat, serta mudah mengalami cedera
dan trauma, terutama akibat pukulan yang secara cepat mengaklerasi dan
mendeselerasikannya dalam batas-batas tengkorak. Cedera yang signifikan pada
otak menyebabkan terputusnya sungsi yang lebih tinggi yang lebih temporer
(konkusio). Namun, jangan pernah dilupakan bahwa ketidaksadaran dapat juga
berupa koma, epilepsi, atau obat-obatan. Sehingga, hilang kesadaran dapat
menjadi penyebab kecelakaan, bukan akibat.
Kunci penanganan sebagian besar cedera kepala adalah memastikan bahwa
otak mengalami perfusi yang baik dalam priode pascacedera dan pemulihan.
Kegagalan mempertahankan saluran napas tetap bersih darah teroksigenasi yang
baik, dan perfusi otak tetap baik dapat menimbulkan keadaan yang disebut
“cedera sekunder” pada otak. Kerusakan tersebut haruslah dihindari.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
2
A. Anatomi Otak
Secara garis besar Anatomi Otak manusia dibagi atas empat bagian utama
yang sangat mempengaruhi kinerja otak, yaitu:
3
4
Menurut Carl Gustav Jung, sistem limbik bisa disebut sebagai alam
bawah sadar manusia, karena sistem limbik juga sering disebut sebagai
pusat rasa cinta dan pusat kejujuran, yang seringkali diwujudkan dengan
timbulnya perasaan simpati ataupun memicu tindakan yang dilakukan
berlandaskan ketulusan tanpa paksaan dari manapun.
B. Defenisi
Trauma atau cedera kepala atau cedera otak adalah gangguan fungsi normal
otak karena trauma baik trauma tumpul maupun tajam (batticaca, 2008).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
ulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).
Trauma atau cedera kepala adalah di kenal sebagai cedera otak gangguan
fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam.
Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan
pengaruh masa karena hemoragik, serta edema serebral di sekitar jaringan otak.
(Batticaca Fransisca, 2008, hal 96).
Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera otak adalah
gangguan fungsi normal otak karena trauma baik tumpul maupun trauma
tajam. (Btticcaca. Fransisca B. 2011).
C. Klasifikasi
D. Etiologi
E. Prognosis
F. Patofisiologi
otak. Patogen ini dapat menyebabkan peradangan pada otak. Cedera juga dapat
menyebabkan perdarahan. Peradangan dan perdarahan dapat meningkatkan
tekanan intrakranial. Akibat perdarahan intracranial menyebabkan sakit kepala
hebat dan menekan pusat refleks muntah dimedulla yang mengakibatkan
terjadinya muntah proyektil sehingga tidak terjadi keseimbangan antar intake
dan output. Selain itu peningkatan TIK juga dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kesadaran dan aliran darah otak menurun. Jika aliran darah otak
menurun maka akan terjadi hipoksia yang menyebabkan disfungsi cerebral
sehingga koordinasi motorik terganggu dan menyebabkan ketidakseimbangan
perfusi jaringan serebral.
G. Manifestasi Klinis
j. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serbrosfinal yang keluar dari hidung
(rhinorrea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tualng temporal
H. Komplikasi
a. Hemorhagie
b. Infeksi
c. Edema
d. Herniasi
Menurut Elizabeth J Corwin, komplikasi yang dapat terjadi adalah :
c) Hematoma Subdural
Hematoma Subdural adalah pengumpulan darah pada ruang di
antara dura mater dan dasar otak, yang pada keadaan normal diisi
oleh cairan. Hematoma subdural paling sering disebabkan karena
trauma tetapi juga terjadi karena kecenderungan perdarahan yang
serius dan aneurisma.
I. Pemeriksaan Diagnostik
J. Penatalaksanaan
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a) Primary Survey
1) Airway
Penilaian Mengenal patensi Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas
dengan bebas ?
Jika ada obstruksi maka lakukan :
Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
Suction / hisap (jika alat tersedia)
Guedel airway / nasopharyngeal airway
Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi
netral
Evaluasi
2) Breathing
Tentukan laju dan dalamnya pernafasan
Inspeksi dan palpasi leher dan thorax untuk menggali kemungkinan
terdapat defiasi trakhea, dan ekspansi thorax simetris atau tidak,
pemakaian otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainya
Perkusi thorax untuk menentukan redup atau hipersonor
Auskultasi thorax
Pengelolaan Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang
apakah jalan nafas bebas.
Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
Pemberian oksigenj kinsentrasi tinggi
Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
Pernafasan buatan
Evaluasi
14
15
3) Circulation
Penilaian
Mengetahui sumber pendarahan internal
Periksa nadi
Periksa warna kulit dan perhatikan bila adanya sianosis
Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas dan pernafasan
cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
Hentikan perdarahan eksternal
Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
Berikan infus cairan
Evaluasi
4) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
Glasgow Coma Scale
AWAKE = A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U
Cara ini cukup jelas dan cepat.
5) Exposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera
yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi in-line harus dikerjakan. Dan cegah terjadinya hipotermi
dengan berikan selimut hangat atau tempatkan pada ruangan yang cukup
hangat.
b) Secondary Survey
1) Pemeriksaan kepala
Kelainan kulit kepala dan bola mata
16
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
nyeri
Kolaborasi dengan dokter jika ada
krluhan lainnya
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
2. pemberian analgesik
Kaji lokasi dan karakteristik nyeri
Kolaborasi pemberian analgesik
Cek riwayat alergi
Cek intruksi dokter tentang jenis
obat
Tentukan lokasi, karateristik,
kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Pilih analgesik yang diperlukan
Evaluasi evektifitas analgsik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma atau cedera kepala atau cedera otak adalah gangguan fungsi normal
otak karena trauma baik trauma tumpul maupun tajam (batticaca, 2008).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, ulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).
Adapun pengkajian keperawatan pada saat di IGD maka yang di utamakan adalah
1. Primary Survey
a. A = Airway
b. B = Breathing
c. C = Circulation
d. D = Disability
e. E = Exposure
2. Secondary Survey
a. Pemeriksaaan dilakukan jika pasien sudah dalam keadaan
sadar ataupun stabil sehingga dilanjutkan ke secondary
survey
b. Pengkajian Head to toe hingga ke akral.
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2001.
21