Puji dan syukur kami hadirat kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan
makalah ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini yang masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah
ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………...
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………….....
BAB I
Pendahuluan………………………………………………………………………...
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………
1.3 Tujuan………………………………………………………………………
BAB 2
Pembahasan………………………………………………………………………
2.1
2.2
2.3
2.4
BAB 3
Penutup……………………………………………………………………………………
3.1
Kesimpulan………………………………………………………….....……………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
Apabila terlihat dari pendekatan sistem, maka proses pendidikan terdiri dari
masukan (sarana pendidikan) dan keluaran (perubahan perilaku), serta faktor yang
mempengaruhi proses pendidikan yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a) Perangkat lunak atau software yang mencakup antara lain kurikulum organisasi
pendidikan, peraturan, metode belajar dan lain-lainnya.
b) Perangkat keras atau hardware yaitu fasilitas mencakup gedung, perpustakaan,
alat bantu peraga, dan sebagainya, (sadarmayanti,2001:33)
Kualitas keluaran menyangkut hasil proses sistem keluaran itu rendah atau tinggi
mutunya bilamana dibawah atau diatas standar yang telah ditetapkan bilamana standar itu
memang ada. Tercapainya keluaran tidak hanya ditentukan oleh pihak peserta didik sebagai
masukan (raw input ) (Sedarmayanti, 2001 ). untuk mengubah masukan menjadi keluaran
sebagaimana dikehendaki ditentukan pula oleh proses di dalam proses termaksud mencangkup
antara lain :
a) Bagaimana program pendidikan tersebut (kerangka acuan, kurikulum, dan Silabus ,
metode pemberian pelajaran, sistem pencatatan, pemantauan, pelaporan, dan
sebagainya).
b) bagaimana pendayagunaan sarana dan prasarana, baik fisik maupun nonfisik, manusia
maupun non manusia, termasuk biaya, sarana dan prasarana, gedung ,dan informasi
Bagaimana sistem koordinasi untuk membina keterpaduan, integrasi, dan sinkronisasi
(KIS) serta evaluasinya.
Di dalam masukan maupun keluaran( yaitu ,peserta didik ) dalamnya termasuk pula :
1. masukan lingkungan, baik fisik (lokasi lingkungan alam, dan sebagainya) maupun
nonfisik (landasan falsafah, IPOLEKSOSBUD, dan sebaginya)
2. masukan Wahana atau instrumen input, termasuk peraturan perundang undangan
(dari yang tertinggi sampai yang terendah) dengan penjelasan:
dengan penjelasan terwujudnya suatu sistem manajemen terpadu yang perlu
diterapkan untuk mengupayakan keberhasilan misi pendidikan.
karyawan yang mengikuti pelatihan tanpa adanya minat padanya sudah tentu tidak akan
membawa hasil kerja yang memuaskan.sebaliknya, dengan timbulnya minat maka perhatian
terhadap pelatihan yang dijalani akan semakin besar ( As'ad ,2001 ) . Oleh karena itu, sebelum
karyawan menjalani pelatihan hendaknya pada mereka di Berikan penjelasan mengenai arti
dan tujuan pelatihan terlebih dahulu. dengan adanya pemahaman tersebut maka para karyawan
yang akan mengikuti pelatihan akan termotivasi untuk mengikutinya. Terdapat dua hal yang
harus diperhatikan pelaku bisnis untuk mencapai pelatihan yang efektif. Pertama,
memperhatikan posisi pelatihan dalam proses bisnis, dan kedua, berkaitan dengan tahapan-
tahapan memprogram and dan pengimplementasian pelatihan. dalam konteks strategi
manajemen masa kini, penggunaan teknologi tidak dapat ditawar tawar lagi. oleh karena itu,
Setiap karyawan dituntut dapat menguasai penggunaan teknologi dengan berbagai macam
bentuk. dalam format manajeral macam inilah richardson (dalam Usmara ,2002 : 160 ),
menyarankan agar pelatihan seharusnya diposisikan sebagai bagian integral dan setiap
perencanaan strategi dengan basis teknologi.
Dengan posisi sebagai elemen penting dalam manajemen strategis, eksitensi pelatihan
mendapat macam nilai tambah khususnya berkenaan dengan referensi Manager. Menurut
Richardson (dalam usmara,2002), perencanaan strategik yang melibatkan pelatihan meliputi
sebagai berikut, yaitu :
a) menentukan tingkat skill karyawan saat ini.
b) menyeleksi tempat yang paling fleksibel dan menjadwalkan program.
c) memilih metode pelatihan yang paling cepat.
d) mengumpulkan dan mengembangkan materi pelatihan.
e) mengevaluasi pelatihan.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa pelatihan pada dasarnya merupakan sebuah proses untuk
meningkatkan kompetensi karyawan. Disamping itu, program pelatihan tidaklah
memperhitungkan apakah perusahaan berskala besar atau kecil. pelatihan juga bukan
merupakan pemborosan mengingat hasil atau manfaatnya jauh lebih besar daripada biaya atau
waktu yang harus disediakan. pelatihan merupakan sarana ampuh mengatasi bisnis masa depan
yang penuh dengan tantangan dan mengalami perubahan yang sedemikian cepat. pelatihan
effective dapat dicapai dengan pemosisian program pelatihan secara utuh dalam kerangka
perencanaan manajemen strategis dan dilakukan tahap-tahapan yang teratur.
Sasaran Pelatihan
Sasaran pelatihan dan pengembangan SDM adalah sebagai berikut :
3. Meningkatkan produktivitas kerja.
Pelatihan dapat meningkatkan performance kerja pada posisi jabatan yang sekarang.
Kalau level of performance-nya naik/meningkat, maka berakibat peningkatan dari
produktivitas dan peningkatan keuntungan bagi perusahaan.
4. Meningkatkan mutu kerja.
Ini berarti peningkatan baik kualitas maupun kuantitas. Tenaga kerja yang
berpengetahuan jelas akan lebih baik dan akan lebih sedikit berbuat kesalahan dalam
organisasi.
5. Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan SDM.
Pelatihan yang baik bisa mempersiapkan tenaga kerja untuk keperluan di masa yang
akan datang. Apabila ada lowongan-lowongan, maka secara mudah akan diisi oleh
tenaga-tenaga dari dalam perusahaan sendiri.
6. Meningkatkan moral kerja.
Apabila perusahaan menyelenggarakan program pelatihan yang tepat, maka iklim dan
suasana organisasi pada umumnya akan menjadi lebih baik. dengan iklim kerja yang
sehat, maka moral kerja juga akan meningkat.
7. Menjaga kesehatan dan keselamatan
Suatu pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja. Selain daripada itu lingkungan kerja akan menjadi lebih aman
dan tentram.
8. Menunjang pertumbuhan pribadi.
Dimaksudkan bahwa progran pelatihan yang tepat sebenarnya memberi keuntungan
kedua belah pihak yaitu perusahaan dan tenaga kerja itu sendiri. Bagi tenaga kerja, jelas
dengan mengikuti program pelatihan akan lebih memasakkan dalam bidang
kepribadian, intelektual, dan keterampilan.
5.Pelayanan;
peningkatan pelayanan terhadap konsumen semakin baik.
6.Moral;
karyawan semakin bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
7.Karier;
meningkatakan keahlian, prestasi, dan ketrampilan untuk menjadi lebih baik.
8.Konseptual;
meningkatkan kecakapan kecepatan dalam pengambilan keputusan.
9.Kepemimpinan;
meningkatkan cara dalam perencanaan, pengarahan, pemotivasiandan pengendalian
terhadap karyawan lebih baik.
10.Balas jasa (gaji, benefit dan insentif);
meningkatkannya balas jasa maka prestasi kerjasemakin baik.
11.Konsumen;
semakin baik dalam pelayanan dan kualitas produk yang dihasilkan.