Anda di halaman 1dari 9

HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

A. LATAR BELAKANG
Hukum, HAM, dan Demokrasi Dalam islam berisi tentang penjelasan konsep-
konsep hukum islam, HAM menurut islam dan demokrasi dalam Islam meliputi prinsip
bermusyawarah dan prinsip dalam ijma’. HAM dan Demokrasi merupakan konsepsi
kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh
penjuru dunia. HAM dan demokrasi juga dapat dimaknai sebagai hasil perjuangan
manusia untuk mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya, sebab hingga
saat ini hanya konsepsi HAM dan demokrasilah yang terbukti paling mengakui dan
menjamin harkat kemanusiaan.Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan
seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai manusia. Hak-hak inilah yang
kemudian disebut dengan hak asasi manusia, yaitu hak yang diperoleh sejak
kelahirannya sebagai manusia yang merupakan karunia Sang Pencipta.
Karena setiap manusia diciptakan kedudukannya sederajat dengan hak-hak yang
sama, maka prinsip persamaan dan kesederajatan merupakan hal utama dalam interaksi
sosial. Namun kenyataan menunjukan bahwa manusia selalu hidup dalam komunitas
sosial untuk dapat menjaga derajat kemanusiaan dan mencapai tujuannya. Hal ini tidak
mungkin dapat dilakukan secara individual. Akibatnya, muncul struktur sosial.
Dibutuhkan kekuasaan untuk menjalankan organisasi sosial tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah HAM dalam Islam ?


2. Bagaimanakah HAM menurut Islam?
3. Apa prinsip bermusyawarah dalam Islam?
4. Apa prinsip ijma’ dalam Islam?

Kelompok 4 Page 1
C.PEMBAHASAN
A. Sejarah Hak Asasi Manusia Dalam Islam
Menurut Jan Materson dari komisi Hak Asasi Manusia PBB, Hak Asasi Manusia
adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia. Menurut Baharudin Lopa, kalmiat mustahil dapat hidup
sebagai manusia hendaklah diartikan mustahil dapat hidup sebagai manusia yang
bertanggung jawab.
Alasan penambahan istilah bertanggung jawab ialah disamping manusia
memiliki hak, juga memiliki tanggung jawab atas segala yang dilakukannya.Hak-hak
asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta
(hak-hak yang bersifat kodrati).Oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun di dunia ini
yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian, bukan berarti manusia dengan hak-
haknya dapat berbuat semaunya, sebab apabila seseorang melakukan sesuatu yang
dapatdikategorikan memperkosa hak asasi manusia lain, maka harus mempertanggung
jawabkan perbuatannya (Baharudin Lopa,1996:1).
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, secara kodrati dianugerahi
hak dasar yang disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Dengan hak asasi tersebut, manusia dapat mengembangkandiri pribadinya,
peranandansumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia. Hak Asasi Manusia
(HAM) sebagai suatu hak dasar melekat pada diri tiap manusia.
Dilihat dari segi sejarahnya, umumnya para pakar di Eropa berpendapat, bahwa
lahirnya HAM dimulai denga lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 M di inggris.
Magna Charta antara lain mencanangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan
absolut (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat pada hukum),
menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai pertanggung jawabannya di
muka hukum. Dari sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi, dan mulai
bertanggung jawab kepada hukum. Sejak saat itu mulai dipraktikkan ketentuan bahwa
jika raja melanggar hokum harus diadili dan harus mempertanggung jawabkan
kebijakannya kepada parlemen. Dengan demikian, saat itu mulai dinyatakan bahwa raja
terikat pada hokum dan bertanggung jawab pada rakyat, walaupun kekuasaan membua
tundang-undang pada saat itu lebih banyak berada di tangannya. Dengan demikian

Kelompok 4 Page 2
kekuasaan raja mulai dibatasi dan kondis ini merupakan embroil lahirnya monarkhi
konstitusional yang berintikan kekuasaan raja hanya sebagai simbol belaka.
Lahirnya magna charta diikuti dengan lahirnya Bill of Rights di inggris pada
tahun 1679. Pada saat itu mulai ada adagium yang berintikan bahwa manusia sama di
muka hukum. Adagium ini memperkuat dorongan timbulnya demokrasi dan Negara
hukum. Pada prinsipnya, Bill of Rights ini melahirkan persamaan. Perkembangan HAM
selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of Independence
yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquieu. Selanjutnya pada tahun 1789 lahir
pula The French Declaration, di mana hak-hak lebih dirinci, dan kemudian melahirkan
The Rule of Low.
Dalam The French Declaration, antara lain disebutkan tidak boleh ada
penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk penangkapan tanpa alasan
yang sah dan penahanan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Di
samping itu dinyatakan juga adany apresumption of innocence, artinya orang-orang
yang ditangkap, kemudian dituduh dan ditahan, berhak dinyatakan tidak bersalah,
sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hokum tetap yang menyatakan ia
bersalah. Dalam deklarasi ini juga dipertegas adanya freedom of expression, freedom of
religion, the right of property, dan hak-hak dasar lainnya. Semua hak-hak yang ada
dalam berbagai instrument HAM tersebut kemudian dijadikan dasar pemikiran untuk
melahirkan rumusan HAM yang bersifat universal, yang kemudian dikenal dengan The
Universal Declaration of Human Rights yang disahkan oleh PBB pada tahun 1948.
B. Hak Asasi Manusia menurut Islam
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang
maha pencipta(hak-hak yang bersifat kodrati.) oleh karena itu, tidak ada kekuasaan
apapun yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian, bukan berarti manusia dengan
hak-haknya dapat berbuat semaunya, sebab apabila seseorang melakukan sesuatu yang
dapat dikatagorikan memperkosa atau merampas hak asasi orang lain, harus
mempertangung jawabkan perbuatanya.
Hak asasi yang dimiliki oleh manusia telah dideklerasikan oleh ajaran islam jauh
sebelum masyarakat(Barat) mengenalnya, melalui berbagai ayat Al-Qur’an misalnya
manusia tidak dibedakan berdasarkan warna kulitnya, rasnya tingkat sosialnya. Allah
menjamin dan memberi kebebasan pada manusia untuk hidup dan merasakan

Kelompok 4 Page 3
kenikmatan dari kehidupan, bekerja dan menikmati hasil usahanya, memilih agama
yang diyakininya.
a. HAM dalam pandangan Islam dan Barat
Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu-Nya,
dalam Al-Quran dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai rasulnya melalui sunah beliau
yang kini terhimpun dengan baik dalam al-qur’an dan hadist. HAM terbagi menjadi 2
HAM Menurut barat dan menurut islam.
HAM barat bersifat anthroposentris: segala sesuatu berpusat pada manusia sehingga
menempatkan manusia sebagai tolak ukur segala sesuatu. HAM islam bersifat
theosentris: segala sesuatu berpusat pada Allah. Dalam konsep demokrasi modern,
kedaulatan rakyat merupakan inti dari demokrasi sedang demokrasi islam meyakini
bahwa kedaulatan Allah-lah yang menjadi inti dari demokrasi.

C. Demokrasi dalam Islam


a. Musyawarah
Kedaulatan mutlak dan Keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid
dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep kilafah memberikan kerangka
yang dengannya para cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu
yang dapat dianggap demokratis.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual islam, bayak
perhatian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan politik.
Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep islami
yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah, konsensus (ijma’) dan ijtihad. Masalah
musyawarah ini dengan jelas telah disebutkan dalam QS. 42:28, yang berisi perintah
kepada para pemimpin dalam kedudukan apapun untuk menyelesaikan urusan mereka
yang dipimpinnya dengan cara bermusyawarah. Dengan, demikian, tidak akan terjadi
kesewenang-wenangan dari seorang pemimpi terhadap rakyat yang dipimpinnya.
b. Konsensus Atau Ijma’
Disamping musyawarah, ada hal lain yang sangat penting dalam masalah
demokrasi, yakni consensus atau ijma’. Konsep consensus memberikan dasar bagi
penerima system yang mengakui suara mayoritas.

Kelompok 4 Page 4
Selain syura dan ijma’ ada konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi
islam, yaitu ijtihad. Ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Allah,
berkaitan debgan tempat dan waktu.
Dalam pengertian politik murni, Muhammad iqbal dalam tulisanya menegaskan
tentang hubungan anatara consensus, demokratisasi, dan ijtihad, bahwa tumbuhnya
semangat legislatif di Negara – Negara muslim merupakan langkah awal yang besar.
Pengalihan wewenang ijtihad dan individu-individu berbagai madzab kepada suatu
majelis legislatif muslim yang dalam kondisi kemajemukan madzabmerupakan satu-
satunya bentuk ijma’ yang dapat diterima di zaman modern, akan terjamin kontribusi
dalam pembahasan hukum dari kalangan rakyat yang memliki wawasan yang tajam.
c. Pengertian Hukum Dalam Islam
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang
kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya
melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits.
Terdapat perbedaan pendapat antara ulama ushul fiqh dan ulama fiqh dalam
memberikan pengertian hukum syar’i karena berbedanya sisi pandang mereka. Ulama
fiqh berpendapat bahwa hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh tuntutan yaitu
wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Sedangkan ulama ushul fiqh mengatakan
bahwa yang disebut hukum adalah dalil itu sendiri. Mereka membagi hukum tersebut
kepada dua bagian besar yaitu hukum taklifi dan hukum wadh’i. Hukum taklifi
berbentuk tuntutan dan pilihan yang disebut dengan wajib, sunnat, haram, makruh dan
mubah.
Dan hukum wadh’i terbagi kepada lima macam yaitu sabab, syarat, mani’, shah dan
bathal. Masyarakat Indonesia disamping memakai istilah hukum Islam juga
menggunakan istilah lain seperti syari’at Islam, atau fiqh Islam. Istilah-istilah tersebut
mempunyai persamaan dan perbedaan. Syari’at Islam sering dipergunakan untuk ilmu
syari’at dan fiqh Islam dipergunakan istilah hukum fiqh atau kadang-kadang hukum
Islam, yang jelas antara yang satu dengan yang lain saling terkait.
d. Sumber Hukum dalam Islam
Ada 2 sumber hukum dalam islam yaitu :
1. Al-Qur’an sebagai sumber hukum

Kelompok 4 Page 5
2. Definisi: al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad dalam
bahasa Arab yang berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat
Islam.
Tiga Fungsi: sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang berupa:
a. doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di
dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syari’at,
metafisika tentang Tuhan dan kosmologi alam, dan penjelasan tentang sejarah
dan eksistensi manusia.
b. Ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi,kaum
c. Mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.
3. Penjelasan Al-Qur’an:
a. Ijmali (global): yaitu penjelasan yang masih memerlukan penjelasan lebih
lanjut dalam pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat
b. Tafshili (rinci): yaitu keterangannya jelas dan sempurna, seperti masalah
akidah, hukum waris dan sebagainya.
c. Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum: berdasarkan kandungan ayat,
jika mengandung ketetapan hukum maka disebut dengan ayat hukum dan dapat
menjadi dalil fiqh. Dalalah atau petunjuk al-Qur’an dibagi dua:
1. Qat’y (definitive text): lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa
dipahami dengan makna lainnya. Lafal ini tidak membutuhkan ijtihad dan takwil.
2. Zanny (speculative text): lafal yang mengandung pengertian lebih dari satu dan
memungkinkan untuk ditakwil, dan dapat menerima ijtihad.
4. Hadis sebagai sumber Hukum:
Definisi: Hadis adalah penuturan sahabat tentang Rasulullah baik mengenai
perkataan, perbuatan, dan taqrirnya.
Keshahihan Hadis: Hadis yang dapat digunakan sebagai sumber adalah hadis yang
sahih dan hasan. Hadis dha’if tidak dapat dipakai sebagai sumber hukum. Sebagian
ulama membolehkan menggunakan hadis dha’if sebagai dalil dengan syarat:
1. Kedha’ifanya tidak terlalu lemah
2. Memiliki beberapa jalur sanad
3. Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum sunnah atau makruh.

Kelompok 4 Page 6
Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga terjadi perbedaan
pendapat.
e. Tujuan Hukum Islam
Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul mashaalihi
(mencegah terjadinya kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan). Abu Ishaq As-
Sathibi merumuskan lima tujuan hukum islam:
1. Memelihara agama
Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh
martabatnyadapat terangkat lebih tinggi dan martabat makhluk lain danmemenuhi hajat
jiwanya. Agama islam memberi perlindungan kepada pemeluk agama lain untuk
menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya.
2. Memelihara jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib memelihara
hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Islam melarang
pembunuhan sebagai penghilangan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang
dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatannya hidupnya
(Qs.6:51,17:33)
3. Memelihara akal
Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal mempunyai
peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan
dapat menjalankan hukum islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal
sehat. (QS.5:90)
4. Memelihara keturunan
Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat penting.
Karena itu, meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut
ketentuan Yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dilarang melakukan
perzinahaan.(qs4:23)
5. Memelihara harta
Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk
kelangsungan hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi
haknya untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan
benar menurut aturan moral. Jadi hukumislam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi

Kelompok 4 Page 7
kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun
tersier (dloruri, haaji, dan tahsini).

C. KESIMPULAN

1. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang maha
pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati), oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun
yang dapat mencabutnya.
2. Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini
terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya
melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits.
3. Sumber hukum islam adalah Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, Qiyas
4. Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul mashaalihi
(mencegah terjadinya kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan). Abu Ishaq As-
Sathibi merumuskan lima tujuan hukum islam.
5. Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu-Nya, dalam
Al-Quran dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai Rasul Nya melalui sunah beliau yang
kini terhimpun dengan baik dalam Al-Qur’an dan Hadits

Kelompok 4 Page 8
E. PUSTAKA

 Terjemah AL-QUR’AN
 Husain, syekh syaukat, 1991, Hak asasi – manusia dalam islam, Jakarta. Gema Insani
perss
 Lopa, Baharuddin, 1999. Al Qur’an dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT. Dana
Bakti Prima Yasa.
 Ilyas, Muhtarom, 2009. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
 Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004

Kelompok 4 Page 9

Anda mungkin juga menyukai