Anda di halaman 1dari 14

MODUL 2

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM (KELISTRIKAN)

A. Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Energi angin yang tersedia di Indonesia ternyata belum dimanfaatkan


sepenuhnya sebagai energi alternatif. Angin selama ini dipandang sebagai proses
alam biasa yang kurang memiliki nilai ekonomis bagi kegiatan produktif
masyarakat. Pengembangan sumber energi alternatif ngin sangat cocok di
Indonesia terutama di laut, mengingat wilayah laut Indonesia cukup luas dan di
laut energi angin sangat besar jumlahnya. Oleh sebab itu studi potensi angin pada
lokasi yang mempunyai potensi merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan
sebelum diputuskan untuk pengembangan energi angin (Klara,dkk. 2013). Energi
angin merupakan suatu energi kinetis atau energi akibat kecepatan angin dan
selanjutnya energi kinetis. Energi tersebut dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
1
E = 2 m V2

Dimana :
E adalah energi kinetis (joule)
m adalah massa udara (kg)
v adalah kecepatan angin (m/s).

Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit
Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan
menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana,
energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada
generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi
listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat
dimanfaatkan. Secara sederhana sketsa kincir angin adalah sebagai berikut :
Gambar 1
Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Sumber: tech.dbagus.com

Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan


mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan
wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik tenaga angin, namun
sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh pemerintah. Sungguh ironis,
disaat Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi dunia mengenai pemanasan global
di Nusa Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah justru akan membangun
pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang merupakan penyebab nomor 1
pemanasan global. Syarat – syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1
Tingkat Kecepatan Angin 10 Meter Diatas Permukaan Tanah
Kelas Kecepatan
Kondisi Alam di daratan
Angin Angin m/d
1 0.00-0.02 -
2 0.3-1.5 Angin tenang, asap lurus ke atas
3 1.6-3.3 Asap bergerak mengikuti arah angin
Wajah terasa ada angin, daun-daun bergoyang
4 3.4-5.4
pelan, petunjuk arah angin bergerak
Debu jalan, kertas berterbangan, ranting pohon
5 5.5-7.9
bergoyang
6 9.0-10.7 Ranting pohon bergoyang, bendera berkibar
Ranting pohon besar bergoyang, air plumpang
7 10.8-13.8
berombak kecil
Ujung pohon melengkung, hembusan angin terasa
8 13.9-17.1
di telinga
Dapat mematahkan ranting pohon, jalan berat
9 17.2-20.7
melawan arah angin
10 20.8-24.4 Dapat mematahkan ranting pohon, rumah rubuh
11 24.5-28.4 Dapat merubuhkan pohon, menimbulkan kerusakan
12 28.5-32.6 Menimbulkan kerusakan parah
13 32.736.9 tornado

Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas
maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi
listrik.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbaru yang
paling berkembang saat ini. Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energy
Association), sampai dengan tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan
oleh turbin angin mencapai 93.85 GigaWatts, menghasilkan lebih dari 1% dari total
kelistrikan secara global. Amerika, Spanyol dan China merupakan negara
terdepan dalam pemanfaatan energi angin. Diharapkan pada tahun 2010 total
kapasitas pembangkit listrik tenaga angin secara glogal mencapai 170 GigaWatt.
Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas
terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di
seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing
80 kilowatt (kW) sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama
menyusul dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit,
Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-
masing satu unit. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit
listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun
2025.

B. Pembangunan SUTET Dekat Pemukiman

SUTET adalah singkatan dari saluran udara tegangan ekstra tinggi dengan
kekuatan 500 kV yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat
pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik
bisa disalurkan dengan efisien. Berbagai macam kekhawatiran muncul akan
dampak SUTET terhadap kesehatan bagi penduduk yang tinggal di wilayah yang
dilewati jalur SUTET. Menurut situs http://www.elektroindonesia.com, sampai
sekarang masyarakat masih khawatir tinggal dibawah SUTET 500 kV. Ketakutan
ini tampaknya berawal dari pernyataan ahli Epidemiologi bahwa SUTET dapat
membangkitkan medan listrik dan medan magnet yang berpengaruh buruk
terhadap kesehatan manusia.
Kekhawatiran akan pengaruh buruk medan listrik dan medan magnet
terhadap kesehatan dipicu oleh publikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wertheimer dan Leeper pada tahun 1979 di Amerika. Penelitian tersebut
menggambarkan adanya hubungan kenaikan risiko kematian akibat kanker pada
anak dengan jarak tempat tinggal yang dekat jaringan transmisi listrik tegangan
tinggi. Banyak ahli yang meragukan hasil penelitian tersebut dengan menunjuk
berbagai kelemahannya, antara lain tidak adanya data hasil pengukuran kuat
medan listrik dan medan magnet yang mengenai kelompok anak-anak yang diteliti.
Koreksi yang dilakukan oleh peneliti lainnya seperti yang dilakukan oleh Savitz dan
kawan-kawan serta temuan studi Fulton dan kawan-kawan, ternyata hubungan
tersebut tidak ada. Hasil penelitian dengan metoda yang lebih disempurnakan
pernah dilakukan oleh Maria Linett dan kawan-kawan dari National Cancer
Institute -Amerika tahun 1997. Penelitian yang melibatkan lebih kurang 1200 anak
ini melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian leukemia pada anak
yang terpajan medan listrik dan medan magnet dengan anak-anak yang tidak
terpajan. Temuan ini mengukuhkan penolakan terhadap hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wertheimer dan Leeper tersebut.
Penelitian dengan menggunakan hewan percobaan pernah dilakukan
sejak tahun 60-an dengan hasilnya bervariasi mulai dari gambaran yang tidak
berpengaruh, adanya perubahan perilaku sampai pada pengaruh terjadinya cacat
pada keturunan. Sesungguhnya hasil penelitian pada hewan yang menunjukkan
adanya pengaruh buruk tersebut diakibatkan oleh penggunaan kuat medan listrik
atau medan magnet yang sangat besar dalam percobaan tersebut. Percobaan
dengan kuat medan listrik dan medan magnet sampai pada tingkat yang
menghasilkan kelainan tersebut memang diperlukan untuk mengetahui proses
terjadinya gangguan tertentu sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar
penanggulangannya. Kuat medan listrik dan medan magnet yang digunakan pada
percobaan tersebut hampir mustahil dapat dihasilkan dan terjadi di lingkungan
sekitar kehidupan manusia.
Pengaruh medan listrik dan medan magnet terhadap kesehatan sangat
tergantung pada dosis yang diterimanya. Dosis yang kecil tentu tidak akan
berpengaruh, bahkan penelitian yang dilakukan oleh Piekarsi dari negara bekas
Uni Sovyet menunjukkan efek positif terhadap penyambungan tulang yang patah
pada anjing percobaan. Para ahli telah sepakat bahwa medan listrik dan medan
magnet yang berasal dari jaringan listrik digolongkan sebagai frekuensi ekstrim
rendah dengan konsekuensi kemampuan memindahkan energi sangat kecil,
sehingga tidak mampu mempengaruhi ikatan kimia pembentuk sel-sel tubuh
manusia. Disamping itu sel tubuh manusia mempunyai kuat medan listrik sekitar
10 juta Volt/m yang jauh lebih kuat dari medan listrik luar. Medan listrik dan medan
magnet dengan frekuensi ekstrim rendah ini juga tidak mungkin menimbulkan efek
panas seperti yang dapat terjadi pada efek medan elektromagnet gelombang
mikro, frekuensi radio, dan frekuensi yang lebih tinggi seperti pada telepon seluler.
Adanya sementara orang yang tinggal dekat dengan jaringan transmisi listrik
melaporkan keluhan-keluhan seperti sakit kepala, pusing, berdebar dan susah
tidur serta kelemahan seksual adalah bersifat subyektif, karena persepsi mereka
yang kurang tepat.
Pengukuran kuat medan magnet dilakukan di lapangan terbuka tanpa
adanya pengaruh keberadaan pohon-pohonan, rumah serta obyek-obyek lain.
Pengukuran kuat medan untuk Ciledug mencapai angka maksimum 0,0021 mili
Tesla dititik 0 meter (sejajar tower), Cirata mencapai angka maksimum 0,036 mili
Tesla pada titik sejarak 0 m, Ungaran mencapai angka maksimum 0,00180 mili
Tesla pada titik sejarak 0 m, sedang Gresik mencapai angka maksimum 0,0021
mili Tesla pada titik sejarak 0 m. Menurut IRPA dan WHO, batasan pajanan kuat
medan magnet yang diduga dapat menimbulkan efek biologis untuk umum adalah
0,5 mili Tesla, sedang seperti diuraikan diatas kuat medan magnet di bawah
SUTET 500 kV dilapangan terbuka mencapai harga maksimum 0,036 mili Tesla
(di Cirata) pada titik 0 m sejajar tower.
Jadi masih sangat jauh dibawah ambang batas yang ditetapkan.
Pengukuran kuat medan magnet di tiga lokasi dilakukan pada posisi listrik nyala,
diperoleh hasil sebagai berikut : di desa Marga Hurip, Kec. Banjaran, Kab.
Bandung diperoleh angka maksimum 0.0255 mili Tesla; di desa Genuk RT. 01
Ungaran diperoleh angka maksimum 0.0124 mili Tesla; dan di perumahan Bhakti
Pertiwi Gresik diperoleh angka maksimum 0.0175 mili Tesla. Pengukuran kuat
medan magnet di dalam rumah dengan posisi listrik nyala memperlihatkan harga
yang kecil. Hal ini, sama seperti pada kasus pengukuran medan listrik, disebabkan
pula oleh adanya redaman rumah terhadap pajanan medan magnet. Demikian
juga pengukuran kuat medan magnet pada posisi listrik tidak menyala, diperoleh
hasil sedikit lebih rendah dibanding oleh kuat medan listrik pada posisi nyala. Hasil
pengukuran ini jauh dibawah batas pajanan yang diperbolehkan.
Dari penelitian yang sudah dilakukan ditemukan kuat medan listrik di
halaman/luar rumah lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam rumah, sehingga
dalam rangka peningkatan kondisi lingkungan akibat adanya SUTET perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : mengusahakan agar rumahnya berlangit-
langit, menanam popohonan sebanyak mungkin disekitar rumah pada lahan yang
kosong, bagian atap rumah terbuat dari atap logam, seharusnya ditanahkan
(digroundkan), penduduk disarankan tidak berada diluar rumah terutama pada
malam hari, karena pada saat itu arus yang mengalir pada kawat penghantar
SUTET lebih tinggi dari pada siang hari.
Pengamanan terhadap arus peluahan elektrostatis perlu dilakukan untuk
menghindari adanya pengutupan muatan yang akan terjadi pada benda terbuat
dari bahan logam. Caranya yaitu dengan mentanahkan agar terjadi penetralan
kembali semua benda terbuat dari bahan logam dengan ukuran cukup besar
(contohnya kawat jemuran, kabal interkom, mobil dan sepeda motor), yang terletak
dibawah SUTET. Hal ini dikarenakan untuk menghindari adanya pengutupan
muatan yang akan terjadi pada objek tersebut, dengan mentanahkan maka akan
terjadi penetralan kembali. Akibat adanya arus peluahan ini pengamanan yang
harus dilakukan oleh penduduk adalah: disarankan tidak membuat jemuran yang
atasnya bebas sama sekali dari pepohonan; disarankan membuat jemuran bukan
berasal dari kawat dan tiang besi, (contoh : kayu, bambu, tali plastik) dan kalau
terpaksa membuat jemuran yang menggunakan bahan konduktor maka harus di
tanahkan; saluran interkom harus jauh dari SUTET; bila atap bukan dari bahan
logam (genting, asbes, sirap) maka usahakan atap tersebut tidak terdapat bahan
logam (misalnya antena TV, talang seng); jangan memasang antena TV atau radio
(ORARI)di atap rumah; usahakan kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor dll)
ditanahkan untuk menghilangkan medan elektrostatis akibat induksi SUTET;
usahakan tidak terdapat bahan-bahan yang bersifat konduktor berada di teras
rumah yang bertingkat di bawah SUTET; Sering mungkin melakukan pengukuran
tegangan dengan testpen pada objek yang dicurigai bertegangan.
Pengamanan Terhadap Induksi Tegangan Lebih Transien Pada Peralatan
Listrik dapat dilaksanakan dengan pemasangan titik nol yang ditanahkan.
Tegangan induksi pada peralatan di bawah SUTET aman bagi manusia.
Pengamanan Terhadap Tegangan Langkah dan Tegangan Sentuh disarankan
penduduk agar masyarakat tidak masuk didalam daerah sekitar pentanahan kaki
menara yang telah diberi pagar oleh PLN. Pengamanan Terhadap Bahaya
Putusnya Kawat Saluran Transisi dilakukan agar pemukiman yang dilintasi SUTET
perlu ditanami pepohonan, tetapi perlu di pantau ketinggiannya dan batas-batas
ruang bebas, yaitu puncak pohon berjarak minimum 15 M dari kabel SUTET
terbawah. Bahaya putusnya kawat SUTET belum pernah dijumpai, yang dijumpai
adalah pecahnya isolator, oleh sebab itu digunakan isolator ganda dan dengan
tanaman pohon dibawah SUTET yang dipantau ketinggiannya maka bahaya
seandainya kawat SUTET putus dapat dieleminir.
Pengamanan terhadap loncatan listrik keinstalasi diatas atap bangunan
diadasarkan pada Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No.01.P/47/MPE/1992, yaitu agar jarak minimum titik tertinggi bangunan (pohon)
terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV harus memenuhi
ketentuan sbb : Jarak minimum titik tertinggi bangunan tahan api terhadap titik
terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 8,5 m; Jarak minimum titik
tertinggi jembatan besi titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 8,5
m; Jarak minimum jalan kereta api terhadap titik terendah kawat penghantar
SUTET 500 kV adalah 15 m; Jarak minimum lapangan terbuka terhadap titik
terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 11 m; Jarak minimum titik
tertinggi bangunan tidak tahan api terhadap titik terendah kawat penghantar
SUTET 500 kV adalah 15 m; Jarak minimum titik tertinggi bangunan tidak tahan
api terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m; Jarak
minimum jalan raya terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV
adalah 15 m. Ruang bebas adalah ruang sekeliling penghantar yang dibentuk oleh
jarak bebas minimum sepanjang SUTT atau SUTET yang didalam ruang itu harus
dibebaskan dari benda-benda dan kegiatan lainnya. Ruang bebas ditetapkan
berdeda-beda dalam luas dan bentuk. Sementara ruang aman adalah ruang yang
berada di luar ruang bebas. Lahan atau tanahnya yang masih dapat dimanfaatkan.
Dalam ruang aman pengaruh kuat medan listrik dan kuat medan magnet sudah
dipertimbangkan dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku. Ruang bebas
dan ruang aman dapat diatur besarnya sesuai kebutuhan pada saat
mempersiapkan rancangbangun. Ruang aman dapat diperluas dengan cara
meninggikan menara dan atau mempendek jarak antara menara, sehingga bila
ada pemukiman yang akan dilintasi SUTT / SUTET yang akan dibangun berada di
dalam ruang yang aman.

C. Konsep Distribusi Listrik Secara Konsep Tata Ruang


Dalam system distribusi listrik secara konsep tata ruang terdapat
keterkaitan satu sama lain. Dikarnakan agar terpenuhinya tetentuan distribusi
listrik yang sesuai dengan kebutuhan ruang. Terdapat ketentuan atau aturan yang
mengatur metode pencahayaan yang sesuai dengan SNI 03-6575-2001.
Gambar 1.
Standar SNI pencahayaan
Sumber: http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/asset/doc/sni/SNI_CAHYABU.PDF

D. Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


1. Sistem Radial
Merupakan jaringan sistem distribusi primer yang sederhana dan murah
biaya investasinya. Pada jaringan ini arus yang paling besar adalah yang paling
dekat dengan Gardu Induk. Tipe ini dalam penyaluran energi listrik kurang handal
karena bila terjadi gangguan pada penyulang maka akan menyebabkab terjadinya
pemadaman pada penyulang tersebut.

Gambar 2
Sistem Radial
Sumber : http://ilmulistrik.com/sistem-jaringan-distribusi-tenaga-listrik.html.
2. Sistem Spindle
Jaringan ini merupakan jaringan distribusi primer gabungan dari struktur
radial yang ujung-ujungnya dapat disatukan pada gardu hubungdan terdapat
penyulang ekspres. Penyulang ekspres (express feeder) ini harus selalu dalam
keadaan bertegangan, dan siap terus menerus untuk menjamin bekerjanya system
dalam menyalurkan energi listrik ke beban pada saat terjadi gangguan atau
pemeliharaan. Dalam keadaan normal tipe ini beroperasi secara radial.

Gambar 3
Sistem Spindle
Sumber : http://ilmulistrik.com/sistem-jaringan-distribusi-tenaga-listrik.html.

3. Sistem Ring/Loop
Tipe ini merupakan jaringan distribusi primer, gabungan dari dua tipe
jaringan radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT. Pada keadaan normal
tipe ini bekerja secara radial dan pada saat terjadi gangguan PMT dapat
dioperasikan sehingga gangguan dapat terlokalisir. Tipe ini lebih handal dalam
penyaluran tenaga listrik dibandingkan tipe radial namun biaya investasi lebih
mahal.

Gambar 4
Sistem Close Loop atau Ring
Sumber : http://ilmulistrik.com/sistem-jaringan-distribusi-tenaga-listrik.html.
4. Sistem Mesh
Struktur jaringan distribusi primer ini dibentuk dari beberapa Gardu Induk
yang saling dihubungkan sehingga daya beban disuplai oleh lebih dari satu gardu
Induk dibandingkan dengan dua tipe sebelumnya, tipe ini lebih handal dan biaya
investasi lebih mahal.

Gambar 5
Sistem Mesh
Sumber : http://ilmulistrik.com/sistem-jaringan-distribusi-tenaga-listrik.html.

5. Sistem Cluster
Struktur jaringan primer pola cluster ini pada dasarnya sama dengan
jaringan spindle, tetapi gardu hubungnya lebih dari satu. Biaya investasi
pembangunannya lebih mahal dari struktur spindle tetapi kehandalannya lebih
tinggi.
6. Sistem Margerithe
Struktur jaringan primer pola Margerithe merupakan gabungan dari struktur
jaringan spindle. Apabila salah satu sisi terjadi gangguan maka beban dapat
disuplai dari sisi yang lain. Biaya investasinya lebih mahal dari struktur jaringan
lain.

E. Konsep Handal Penempatan Rumahnya Dengan Sistem Listrik Yang


Diterapkan

Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial


dan loop terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan
menuju suatu tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan
GH tersebut dihubungkan dengan satu saluran yang disebut express feeder.
Sistem gardu distribusi ini terdapat disepanjang saluran kerja dan
terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh
saklar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh
sebuah saklar beban.
Jadi sistem ini dalam keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan
darurat bekerja secara loop melalui saluran cadangan dan GH.
Keuntungan pola jaringan ini adalah Sederhana dalam hal teknis
pengoperasiannya seperti pola radial. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada
pola radial maupun loop.
a. Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan dengan
pola grid.
b. Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan
dengan pola grid. Dengan demikian pola proteksinya akan lebih mudah.
c. Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi.

Julaidy,Diana Patty.2014.Analisis Karakteristik di Kota Ambon. Dalam


http://ejournal.mgi.esdm.go.id/ diunduh pada 30 Mei 2016

Anonim.2008.Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Dalam


renewableenergyindonesia.wordpress.com Diunduh pada 30 Mei
2016

Bejo. 2013. Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Dalam Web


http://ilmulistrik.com/sistem-jaringan-distribusi-tenaga-listrik.html.
Diunduh Pada 30 Mei 2016

Restu. 2011. Pembangunan SUTET Dekat Permukiman. Dalam Web


https://restu244.wordpress.com/pembangunan-sutet-dekat-
pemukiman/. Diunduh Pada 30 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai