Anda di halaman 1dari 7

BAGAIMANA MENULIS TES URAIAN

Sunarya mengatakan tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan) yang
menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya menurut kata-
kata (kalimat) sendiri. Menurut Sunarya (2011:43) dalam menulis soal bentuk uraian, penulis
soal harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup
jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin
diberikan oleh siswa. Dengan adanya batasan ruang lingkup, kemungkinan terjadinya
ketidakjelasan soal dapat dihindari, serta dapat mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman
penyekoran. Karena itu kaidah umum yang terpenting dalam menulis soal bentuk uraian adalah,
segera tulis kunci jawaban atau pokok-pokok jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa
beserta kriteria atau rentang skor yang mungkin diberikan, begitu selesai menulis soal.

Sedangkan menurut Ilma (2011:73) menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan
kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang
ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara
tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Hal ini sesuai dengan kebaikan tes uraian
yang dikemukakan oleh Sudijono (2011:102) bahwa dengan menggunakan tes uraian, tester akan
terdorong dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan menggunakan susunan
kalimat dan gaya bahasa yang merupakan hasil olahannya sendiri. Adapun kelengkapan yang
dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek
yang dinilai dalam pedoman penskoran.

A. Perencanaan Tes Uraian


Perencanaan tes uraian menurut Sunarya, yaitu :
1. Merumuskan tujuan tes, untuk apa tes itu dilakukan
2. Mengkaji/menganalisis: GBPP, pokok bahasan/topik/ tema/konsep, buku sumber,
rencana pembelajaran/ satuan pelajaran, dan
3. Mengidentifikasi materi-materi yang cocok untuk dibuat dengan soal uraian.
4. Membuat kisi-kisi
5. Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran
6. Penelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang lain)
B. Pedoman Penyusunan Tes Uraian
Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti petunjuk praktis ini.
(Arifin, 2013: 131)
a. Materi yang akan diujikan hendaknya materi yang kuarang cocok diukur dengan
menggunakan bentuk objektif, seperti : (1) kemampuan peserta didik untuk menyususn
pendapatnya mengenai suatu maslah, (2) hasil pekerjaan anak didik setelah mengadakan
kegiatan seperti peninjauan, kerja nyata, dan sebagainya, (3) perkembangan peserta
didik dalam menggunkan bahasa asing, dan (4) kecakapan peserta didik dalam
memecahkan masalah.
b. Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan
mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan kebimbangan pada peserta didik.
c. Jangan member kesempatan pada peserta didik untuk memilih beberapa soal dari
sejumlah soal yang diberikan sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk
memperoleh skor yang dapat dibandingkan.
d. Persoalan yang terkandung dalam tes bentuk uraian hendaknya difokuskan pada hal-hal,
seperti menelaah persoalan, melukiskan persoalan, menjelaskan persoalan, seperti
menghitung, membuat contoh mengenai pengertian, memecahkan suatu persoalan
dengan jalan mengaplikasikan prinsip-prinsip yang telah dikuasainya, dan menyusun
suatu konsepsi.
Pedoman penyusunan tes uraian dikemukan oleh Sudijono dalam Basir, 2013:36 sebagai
berikut:
1. Butir-butir soal diusahakan mencakup ide-ide pokok dari materi yang diajarkan.
2. Susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat dalam
buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk dipelajari.
3. Sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera disusun dan
dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang
dikehendaki oleh testee sebagai jawaban yang betul.
4. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-
pertanyaan atau perintah-perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan secara
bervariasi
5. Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga cepat
dipahami oleh testee dan tidak menimbulkan keraguan atau kebingungan bagi testee
dalam memberikan jawabannya.
Pentunjuk penyusunan tes uraian menurut Arikunto, 2012;178
1. Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan
kalu mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku
catatan.
3. Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta
pedoman penilaiannya.

C. Kaidah Khusus Penulisan Soal Bentuk Uraian


Kaidah khusus penulisan soal bentuk uraian (Sunarya:2011; Ilma:2011) adalah sebagai
berikut :
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator pada kisi-kisi. Artinya soal harus menyatakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.
b. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas.
c. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan kelas.
2. Konstruksi
a. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah
yang menuntut jawaban terurai; seperti : mengapa, uraikan, jelaskan, hubungkan,
tafsirkan, buktikan, hitunglah, dsb. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak
menuntut jawaban uraian, misalnya: siapa, dimana, kapan. Demikian juga kalimat
tanya yang menuntut jawaban “ya” atau “tidak”, jangan digunakan.
b. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Buatlah pedoman penyekoran segera setelah soal selesai ditulis dengan cara
menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskorannya, besarnya skor
bagi setiap komponen, serta rentang skor yang dapat diperoleh untuk soal yang
bersangkutan.
Hal-hal lain yang menyertai soal (grafik, tabel, gambar, peta, atau yang sejenisnya)
harus jelas dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif, yaitu menggunakan bahasa yang sederhana,
dan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal siswa, serta baik dari segi kaidah
bahasa Indonesia.
b. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
c. Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran yang
berbeda (salah pengertian) atau bermakna ganda.
d. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika para peserta berasal dari
berbagai daerah.
e. Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan testee
Untuk memastikan soal sudah sesuai atau tidak, maka digunakan kartu telaah seperti berikut
ini.
Nomor Soal : Perangkat :
No ASPEK YANG DITELAAH Ya Tidak
A. Materi
01 Soal sesuai dengan indicator
02 Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas
03 Isi materi sesuai dengan tujuan tes
04 Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan kelas
B. Konstruksi
05 Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan kata Tanya atau
perintah yang menuntut jawaban teruarai
06 Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
07 Ada pedoman penskoran
08 Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya disajikan dengan jelas dan
terbaca
C. Bahasa
09 Rumusan kalimat soal komunikatif
10 Butir soal menggunkan bahasa Indonesia yang baik dan benar
11 Rumusan soal tidak menggunkan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda atau slah pengertian.
12 Tidak menggunkan bahasa lokal/daerah.
13 Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan peserta didik.
Catatan :
D. MEMERIKSA/MEMBERI SKOR
Menurut Sunarya, untuk memeriksa atau member skor ada hal-hal yang perlu dilakukan,
yaitu :
1. Siapkan garis-garis besar jawaban yang dikehendaki sebelum pengoreksian dilakukan.
2. Sembunyikan identitas siswa,
3. Hilangkan hal-hal yang akan membuat bias skor
4. Tetapkan/gunakan metoda penskoran tertentu.
Dengan: point method, atau rating method.
5. Skorlah semua jawaban untuk satu soal-satu soal untuk semua siswa, (whole method).
6. Susunlah pedoman penyekoran segera setelah soal selesai dirumuskan.
a. Kata-kata kunci
b. Kriteria jawaban
7. Dalam hal ujian yang menentukan nasib seseorang (misalnya, SPMB atau UAN) lakukan
penskoran oleh lebih dari satu orang

E. Membuat Kisi-Kisi

Kisi-Kisi Soal

Jenis Sekolah : Alokasi Waktu :


Mata Pelajaran : Jumlah soal : 5 soal
Kelas/ Semester : Penulis :
Kurikulum :
No. Kompetensi Dasar Indikator Bentuk No. Kunci
Materi
Urut / Indikator Soal Tes Soal Jawaban

Dalam merumuskan indikator soal ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kata kerja yang digunakan harus operasional
2. Untuk soal objektif/uraian hanya menggunakan satu kata kerja operasional.
F. Membuat Kartu Soal
Jenis Sekolah : Penyusun :
Mata Pelajaran : 1.
Kelas/Semester : 2.
Bentuk Tes : 3.
Tahun Ajaran : Kurikulum :
Kompetensi Dasar : Sumber Belajar :

Materi :

Indikator :

Keterangan Soal

Nomor Soal Tingkat Kesukaran


1
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Basir, Djahir dan Dwi Hasmidyani. 2013. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Palembang :
Universitas Sriwijaya
Eriga. 2013. Bagaimana Menulis Tes Uraian (Online). Tersedia.
http://mayangeriga.blogspot.com/2013/01/bagaimana-menulis-tes-uraian.html (31
Agustus 2014).
Anonim. Strategi Meningkatkan Tes Uraian (Online). Tersedia.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195911
301987031-YAYA_SUNARYA/SHOW-URAIAN_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf
(31 Agustus 2014)

Anda mungkin juga menyukai