Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang
timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari
trias: hipertensi, proteinuria dan oedema, yang kadang-kadang disertai
konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 1998).
Tingginya kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara
berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi
dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal
tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat
penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah
kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan
sekitarnya (Zuhrina, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka
kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian
pre- eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka
kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di negara
berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).
Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas
hal ini, serta sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Preeklamsi.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Diharapkan dapat mengetahui tentang konsep dasar dari Preeklamsia beserta
Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan Preeklamsia.

1
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengertian dari Pre Eklamsi
2) Untuk mengetahui etiologi dari Pre Eklamsi
3) Untuk mengetahui Patofisiologi dari Pre Eklamsi
4) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Preeklamsi
5) Untuk mengetahui Web of Cause dari Preeklamsi
6) Untuk mengetahui komplikasi dari Preeklamsi
7) Untuk mengetahui klasifikasi dari Preeklamsi
8) Untuk mengengetahui manifestasi Klinik dari Preeklamsi
9) Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang dari Preeklamsi
10) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Preeklamsi
11) Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan dari Preeklamsi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pre Eklamsia


Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 2000).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan (Mansjoer, 2000).
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai
oleh hipertensi, edema, dan proteinuria (Dorland,2000).
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan
darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau
edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai
akhir minggu pertama setelah persalinan (Manuaba, 1998).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan (Mansjoer, 2000).
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai
oleh hipertensi, edema, dan proteinuria (Dorland,2000). atau lebih ( Rustam
Muctar, 1998 ).
2.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan

3
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan.
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih
merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang
tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat
pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari
kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of
theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b. Peran faktor imunologis.
c. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
pada pre-eklampsi/eklampsia.
d. Peran faktor genetik /familial
e. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/
eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
f. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia
danbukan pada ipar mereka.
g. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
2.3 Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

4
 Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih;
atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, sebaiknya 6 jam.
 Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg
atau lebih per minggu.
 Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2
+ pada urin kateter atau midstream.
b. Preeklampsia Berat
 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
 Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
 Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
 Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium.
 Terdapat edema paru dan sianosis.
2.4 Tanda dan Gejala
Gejala klinis preeklamsi meliputi:
a. Hipertensi sistolik / diastolik > 140/90 mmHg
b. Proteinuria : Secara kuantitatif lebih 0,3 gr/l dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah, atau tangan.
d. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.

2.5 Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan bahan
tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus.
Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan
pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin.

5
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme
sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan
koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan
konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan
faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal
hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah
sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I
dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan
akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen
arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen
hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan
meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan
merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya
otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah.
Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya
pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan
terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat
menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan
sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan
menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi
pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas
miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa
keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh

6
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi
cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat
memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu,
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan
permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak
diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga
menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri
dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan
gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan
menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan
menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan
risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan
hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta
memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi
traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik.
Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual
dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas
dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam
jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya
asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan
cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi
aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan
informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan

7
2.6 WOC

2.7 Manifestasi Klinis


Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan :
pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan
akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala –
gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah
prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang
meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan tim Tes
Diagnostik.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

8
 Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
2) Urinalisis
 Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
 Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-
45 u/ml )
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N=
<31 u/l )
 Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4) Tes kimia darah
 Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
2.9 Pentalaksanaan
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1. Deteksi prenatal dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia
kehamilan 28 mingg, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan
36 minggu, setelah itu setiap minggu.

9
2. Penatalaksanaan di rumah sakit
 Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk
mencari temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat
 Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari
 Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak
setiap 2 hari
 Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali
antara tengah malam dan pagi hari
 Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan
enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh
keparahan hipertensi
 Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik
secara klinis maupun USG
 Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah
rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan
ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin
intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti
gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk
kasus-kasus yang lebih parah
3. Terapi obat antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan
atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit
hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi
perhatian.
4. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani
pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh
dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan
wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini
menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu” terhadap

10
kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin
tanpa mengurangi keselamatan ibu.
pemulihan.

11
2.10 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun
atau > 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi,
oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola
hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre
eklamsia atau eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya
b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM ( jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
• Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur,
diukur 2 kali dengan interval 6 jam
• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (
biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada
skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine

12
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya >
7 mg/100 ml
• Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
• Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan pada otak
• USG ; untuk mengetahui keadaan janin
• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan
darah )
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan
dengan perubahan pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi
uterus dan pembukaan jalan lahir
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang
tidak efektif terhadap proses persalinan

3. INTERVENSI
a. Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan
darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
- Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt

13
RR :16-20 x/mnt
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih
merupkan indikasi dari PIH
2) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran
darah otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi
dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM
untuk mencegah terjadinya kejang
4. Implementasi
1) Memantau tekanan darah tiap 4 jam
2) Mencatat tingkat kesadaran pasien
3) Mengkaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek
patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium
dan oliguria )
4) Memonitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau
adanya kontraksi uterus
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi
dan SM

14
5. Evaluasi
Masalah dikatakan teratasi apabila tidak terdapat sianosis, saturasi
oksigen dalam rentang normal

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu.
Tingginya kejadian pre-eklamsia di negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat
pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Oleh karena itu perlu
tindakan segera terhadap kasus Preeklamsia.

3.2 Saran
Selain menarik kesimpulan di atas, penulis juga memberikan saran
sebagai berikut :

1. Adanya makalah ini diharapkan pembaca agar mempelajari isi dari


makalah tersebut.

2. Agar lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai pre


eklamsia pada ibu hamil

3. Agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan mengingat


preeklamsi merupakan suatau gejala penyakit yang cukup mempengaruhi
kesehatan ibu hamil

16
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,Mailynn E. (2012) . Rencana Asuhan Keperwatan.. Penerbit Buku


kedokteran EGC. Jakarta

Muttaqin, Arif. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta

Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Penerbit salemba medika. Jakarta

Wilkinson, Judith M.(2012).Buku Saku Diagnosa keperwatan NANDA NIC


NOC.Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai