Anda di halaman 1dari 23

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

PENILAIAN STATUS GIZI

Oleh :

Emanuel Dappa ( 1707010299 )

Maria Wendelina Dian Salombre ( 1707010231 )

Ursula Flavia Da Costa ( 1707010124 )

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
A. Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa (2002) Penilaian status gizi merupakan cara yang dilakukan
untuk mengetahui status gizi seseorang. Cara penilaian status gizi dapat ditentukan
dengan cara penilaian langsung, meliputi: antropometri, biokimia, klinis dan biofisik atau
secara tidak langsung, meliputi: survei konsumsi, statistik vital dan faktor ekologi.

B. Metode Penilaian Status Gizi


Istilah yang Berhubungan dengan Status Gizi
Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990), mengungkapkan bahwa ada beberapa istilah
yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah tersebut akan diuraikan dibawah ini :
1. Gizi (Nutrition)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
2. Keadaan Gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat
gizi dalam seluler tubuh.
3. Status Gizi (Nutrition Status)
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan
dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gondok endemik merupakan
keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
4. Malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi)
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut
satu atau lebih zat gizi.
Ada 4 bentuk malnutrisi :
 Under Nutrition : Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk
periode tertentu
 Specific Defisiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin
A, Yodium, Fe, dan lain-lain.
 Over Nutrition : Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
 Imbalance : Karena disproposi zat gizi, mislnya kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL (Low Density Lipiprotein), HDL (High density Lipoprotein),
dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).

5. Kurang Energi Protein (KEP)


KEP adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit
tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks brat
badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi
(energi dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada balita. Pada
umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah.

1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
- Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:
a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d. Biaya relatif murah
e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
f. Secara alamiah diakui kebenaranya.

- Keunggulan Antropometri gizi:


a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat
d. Tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk karena
sudah ada ambang batas yang jelas
g. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu
generasi ke generasi berikutnya
h. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi

- Kelemahan Antropometri :
a. Tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat
serta tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe
b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri.

- Indeks Antropometri
Tabel 1. Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antropometri
Status Gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi Baik > 80% > 85% > 90% > 80% > 85%
Gizi Kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi Buruk  60%  70%  80%  70%  75%
Sumber: Penilaian Status Gizi. I Nyoman Supriasa, dkk. Jakarta: EGC (2002 : 56)

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.


Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa
indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:

1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(Current Nutrirional Status).

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur.

3. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)


Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks
BB/U maupun BB/TB.
5. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa
diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti adanya edema,
asites dan hepatomegali. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

IMT = Berat Badan (kg)


Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang


membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang
normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8.
Tabel Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekuran < 17,0
gan berat
badan
tingkat
berat
Kekuran 17,1-
gan berat 18,5
badan
tingkat
ringan
Normal 18,6-
25,0
Gemuk Kelebiha 25,1-
n berat 27,0
badan
tingkat
ringan
Kelebiha >27,0
n berat
badan
tingkat
berat
Sumber : I Nyoman Supariasa dkk. Jakarta: EGG (2002 : halaman 61)

6. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas,
lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut,
dan pertengahan tungkai bawah.

7. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul


Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan
metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
- Penggunaan Indeks Antropometri Gizi
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total
berat badan termasuk air, lemak, tulang dan otot.Indeks tinggi badan menurut
umur adalah pertumbuhan linier dan LLA adalah pengukuran terhadap otot,
lemak, dan tulang pada area yang diukur.
Diantara bermacam-macam indeks antropometri, BB/U merupakan
indikator yang paling umum digunakan sejak tahun 1972 dan dianjurkan juga
menggunakan indeks TB/U dan BB/TB untuk membedakan apakah kekurangan
gizi terjadi kronis atau akut. Keadaan gizi kronis atau akut mengandung arti
terjadi keadaan gizi yang dihubungkan dengan masa lalu dan waktu sekarang.
Pada keadaan kurang gizi kronis, BB/U dan TB/U rendah, tetapi BB/TB normal.
Kondisi ini sering disebut dengan stunting.
Pada tahun 1978, WHO lebih menganjurkan penggunaan BB/TB, karena
menghilangkan factor umur yang menurut pengalaman sulit didapat secara benar,
khususnya di daerah terpencil dimana terdapat masalah tentang pencatatan
kelahiran anak. Indeks BB/TB juga menggambarkan keadaan kurang gizi akut
waktu sekarang. Walaupun tidak dapat menggambarkan keadaan giziwaktu
lampau. Misalnya dulu pernah menderita kurang gizi kronis, tetapi sekarang
sudah baik..

1. Persen terhadap Median


Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi,
median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan
100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median
untuk mendapatkan ambang batas.

2. Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median
adalah persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari
jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. NCHS
merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan kurang, serta
persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.

3. Standar Deviasi Unit (SDU)


Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan
cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
 1 SD unit (1 Z skor) kurang lebih sama dengan 11% dari median BB/U
 1 SD unit (1 Z skor) kira-kira 10% dari median BB/TB
 1 SD unit (1 Z skor) kira-kira 5% dari median TB/U

Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan hasil


pengukuran pertumbuhan atau Growth Monitorng. WHO memberikan
gambaran perhitungan SD unit terhadap baku NHCS.
Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan
negative 2 SD unit (Z-skor) dari median, yang termasuk hampir 98% dari
orang-orang yang diukur yang berasal dari referens populasi. Dibawah median
-2 SD unit dinyatakan sebagai kurang gizi yang equivalen dengan:
 78% dari median untuk BB/U (± 3 persentil)
 80% median untuk BB/TB
 90% median untuk TB/U

Rumus perhitungan Z-skor adalah:


Z-skor =
Table 4. Klasifikasi Status Gizi berdasrkan BB/TB (Z-skor)
Status Gizi BB/TB (Z-skor)
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus < -2 SD
Normal -2 SD sampai +2 SD
Gemuk > +2 SD
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yng terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical
survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja,dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.

4. Biofisik
Penentuan sttus gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
meliht kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasitertentu seperti kejadian buta senja
epidemik, cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Penilaian secara biofisik dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu uji radiologi, tes
fungsi fisik, dan sitology.
a. Pemeriksaan Radiologi
Metode ini umumnya jarang dilakukan di lapangan. Metode ini dilakukan dengan
melihat tanda-tanda fisik dan keadaan-keadaantertentu seperti riketsia,
osteomalasia, fluorosis dan beri-beri. Penggunaan metoda ini adalah pada survey
yang sifatnya retrospektif dari pengukuran kurang gizi seperti riketsia dan KEP
dini.

b. Tes Fungsi Fisik


Tujuan utama dari tes biofisik adalah untuk mengukur perubahan fungsi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Beberapa tes digunakan adalah
ketajaman penglihatan, adaptasi mata pada suasana gelap, penampilan fisik,
koordinasi otot dan lainnya. Metode inipraktis digunakan di lapangan.
Diantara tes tersebut yang paling sering digunakan adalah tes adaptasi pada ruang
gelap. Tes ini untuk mengukur kelainan buta senja yang diakibatkan oleh
kekurangan vitamin A. metode ini mempunyai beberapa kelemahan sebagai
berikut ;
- Tidak spesifik untuk mengukur kekurangan vitamin A, karena ada faktor lain
yang ikut mempengaruhinya
- Sulit dilakukan
- Tidak objektif

Metode ini akan lebih berguna apabila dilakukan di daerah epidemis kekurangan
vitamin A (buta senja).

c. Tes Sitologi (Cytological Test)


Tes ini digunakan untuk menilai keadaan KEP berat. Seperti yang disarankan oleh
Sguires (1965), pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat noda pada epitel dari
mukosa oral. Hasil dari penelitian pada binatang dan anak KEP menunjukan
bahwa presentase perubahan sel meningkat pada tingkatan KEP dini.
2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu :
1. Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survey ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
- Tujuan survei konsumsi makanan

 Tujuan umum :

Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui


kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi
pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.

 Tujuan khusus :

Secara lebih khusus, survei konsumsi digunakan untuk berbagai macam tujuan
antara lain:

1. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok


masyarakat..
2. Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu.
3. Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan.
4. Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi.
5. Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang
berisiko tinggi mengalami kekurangan gizi.
6. Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan,
kesehatan dan gizi masyarakat.
- Metode pengukuran konsumsi makanan berdasarkan jenis data yang diperoleh :

Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan meng-
hasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan kuantatif.

 Metode kualitatif

Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, fre-
kuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang
kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.

Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain:

1. Metode frekuensi makanan (food frequency)


2. Metode dietary history
3. Metode telepon
4. Metode pendaftaran makanan (food list)

 Metode kuantitatif

Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang


dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar
komposisi bahan makanan (dkbm) atau daftar lain yang diperlukan seperti daftar
ukuran rumah tangga (urt), daftar konversi mentah-masak (dkmm) dan daftar
penyerapan minyak.

Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain:

1. Metode recall 24 jamperkiraan makanan (estimated food records)


2. Penimbangan makanan (food weighing)
3. Metode food account
4. Metode inventaris (inventory method)
5. Pencatatan (household food records)
 Metode kualitatif dan kuantitatif

Beberapa metode pengukuran bahkan dapat menghasilkan data yang bersifat


kualitatif maupun kuantitatif. Metode tersebut antara lain:

1. Metode recall 24 jam


2. Metode riwayat makan (dietary history)

2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi.
Penggunannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
Beberapa statistik vital yang berhubungan dengan keadaan kesehatan dan gizi
antara lain adalah angka kesakitan, angka kematian, pelayanan kesehatan, dan
penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi.

- Angka Kematian Berdasarkan Umur


Angka kematian berdasaarkan umur adalah jumlah kematian pada kelompok
umur tertentu terhadap jumlah rata-rata penduduk pada kelompok umur tersebut.
Biasanya disajikan sebagai per 1000 penduduk. Manfaat data ini adalah untuk
mengetahui tingkat dan pola kematian menurut golongan umur dan penyebabnya.
Beberapa keadaan kurang gizi mempunyai insidens yang tinggi pada umur tertentu,
sehingga tingginya angka kematian pada umur tersebut dapat dihubungkan dengan
kemungkinan tingginya angka keadaan kurang gizi. Angka kematian anak balita perlu
dianalisis pada setiap distribusi umur. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pada
umur yang sama terdapat kejadian tertinggi dari penyakit tertentu. Apabila data setiap
umur tidak tersedia, maka analisis dapat dilakukan pada tiga periode, yaitu umur 2
sampai 5 bulan, 1 sampai 4 tahun, dan umur 2 tahun.
- Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Penyebab Tertentu
Angka penyebab penyakit dan kematian pada umur 1-4 tahun merupakan
informasi yang penting untuk menggambarkan keadaan gizi di suatu masyarakat.
Perlu disadari bahwa angka tersebut terkadang kurang menggambarkan masalah gizi
yang sebenarnya. Besarnya proposi kematian balita dapat disebabkan oleh penyakit
diare, parasit, pneumonia, atau penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti campak dan
bantuk rejan.
Demikian pula halnya pada pencatatan penyebab penyakit. Keadaan kekurangan
gizi yang menyertai penyakit lainnya tidak terekam sebagai penyakit penyerta.
Seharusnya kalau suatu penyakit dianggap sebagai penyebab kematian akibat
kwashiorkor dan marasmus, maka kedua penyakit tersebut harus dicatat dalam
pelaporan dan bukan hanya salah satu saja.

- Statistik Layanan Kesehatan


Berbagai statistik layanan kesehatan dapat dilihat dari tempat layanan kesehatan
tersebut berada. Tempat layanan kesehatan yang dapat dijangkau antara lain adalah
Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit. Statistik layanan kesehatan di tingkat desa
dapat dilihat dari Bidan Desa. Di bawah ini akan diuraikan data layanan kesehatan di
Puskesmas dan Rumah Sakit.

- Infeksi yang Relevan Dengan Gizi


Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal
balik, yaitu hubungan sebab-akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi dan keadaan gizi yang yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi. Penyakit
yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberkulosis, campak,
dan batuk rejan (whoopingn cough).
Kelemahan Statistik Vital untuk Menggambarkan Keadaan Gizi :
Berbagai kelemahan statistik vital dalam menggambarkan keadaan gizi secara tidak langsung
banyak. Oleh karena itu, kadang-kadang gambaran yang diberikan tidak memperlihatkan
keadaan yang sebenarnya. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain :
a. Data tidak akurat
b. Tidak akuratnya data disebabkan oleh karena kesulitan dalam mengumpulkan data,
khususnyadi negara-negara yang sedang berkembang. Kesulitan mendapatkan data yang
sahih muncul karena beberapa data cenderung ditutup-tutupi atau disembunyikan oleh
pemerintah karena alasan politik. Ketidakakuratan data juga disebabkan oleh tenaga
pengumpul data yang tidak mengerti tentang bagaimana mengumpulkan data handal dan
sahih.
c. Kemampuan untuk melakukan interpretasi secara tepat, terutama pada saat terdapat faktor-
faktor lain yang mempengaruhi keadaan gizi seperti tingginya kejadian penyakit infeksi, dan
faktor sosial ekonomi lainnya. Berdasarkan hal tersebut, perlu juga dipikirkan untuk
melakukan interpretasi berdasarkan kawasan, musim, jenis kelamin, kelompok umur, dan
lain-lain.

3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai
hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi
(Secara rasional, program yang bersifat preventif sebaiknya diarahkan pada semua
faktor yang terlibat dalam kesehatan masyarakat disuatu daerah tertentu.
Menurut jellife (1966), faktor ekologi yang berhubungan dengan penyebab
malnutrisi dibagi dalam enam kelompok, yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan,
pengaruh budaya, sosial ekonomi, produksi pangan, serta kesehatan dan pendidikan.
 Keadaan infeksi
Scrimshow et.al, (1959) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat
antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan
interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi
akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi.
Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan, yaitu:

1. Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi


dan kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit.
2. Peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penaykit diare, mual/muntah
dan pendarahan yang terus menerus.
3. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebuthan akibat sakit (human
host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh.

 Konsumsi makanan
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk
mengatur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan
malnutrisi. Konsumsi makanan secara rinci terlihat pada bab 4 terdahulu.
 Pengaruh budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap
terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan.
Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahyul,
tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah.
Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama
penyakit infeksi saluran pencernaan. Disamping itu jarak kelahiran anak yang
terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat
gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi
oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani
masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.
 Faktor sosial ekonomi
1. Data sosial
- Keadaan penduduk disuatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi, seks dan
geografis.
- Keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran)
- Pendidikan:
- Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumalah
kamar, pemilikan dan lain-lain)
- Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan bakar, alat masak, pembuangan
sampah)
- Penyimpanan makanan (ukuran, isi, penutup serangga)
- Air (sumber, jarak dari rumah)
- Kakus (tipe jika ada, keadaanya)

2. Data ekonomi
Data ekonomi meliputi:
- Pekerjaan (pekerjaan umum, misalnya pekerjaan pertanian dan pekerjaan
tambahan, misalnya pekerjaan musiman)
- Pendapatan keluarga (gaji, industri rumah tangga, pertanian pangan/non
pangan, utang)
- Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit,
kendaraan, radio, TV dan lain-lain.
- Pengeluaran/anggaran (pengeluaran untuk makan, pakaian, menyewa,
minyak/bahan bakar, listrik, pendidikan, transportasi, rekreasi,
hadiah/persembahan)
- Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musiman.
 Produksi pangan
Data yang relevan untuk produksi pangan adalah :

1. Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli, barter, dll).


2. Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan
serangga dan penyuluhan pertanian).
3. Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga, kecocokan tanah, tanah yang
digunakan, jumlah tenaga kerja).
4. Peternakan dan periklanan (jumlah ternak seperti kambing, bebek, dll) dan
alat penangkap ikan, dll.
5. Keuangan (modal yang tersedia dan fasilitas untuk kredit).

 Pelayanan kesehatan dan pendidikan


Walaupun pelayanan kesehatan dan pendidikan tidak merupakanfaktor
ekologi, tetapi informasi ini sangat berguna untuk meningkatkan pelayanan.
Beberapa data penting tentang pelayanan kesehatan/pendidikan adalah:

1. Rumah sakit dan pusat kesehatan (puskesmas), jumlah rumah sakit, jumlah
tempat tidur, pasien, staf dan lain-lain.
2. Fasilitas dan pendidikan, yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan
gizi/kurikulum dll). Remaja yang meliputi organisasi karang taruna dan
organisasi lainya. Orang dewasa, yang meliputi buta huruf. Media masa
seperti radio, televisi dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi sangat kompleks. Hal ini tergantung pada tipe dan jumlah staf, waktu
yang tersedia dan tujuan survei. Yang penting adalah data yang dikumpulkan dapat
menggambarkan situasi sekarang dan berguna untuk pengembangan program. Meskipun
demikian untuk mendapatkan gambaran prevalensi malnutrisi secara langsung, dapat dilakukan
dengan metode klinis dan antropometri.
C. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Memilih Metode Penilaian Status Gizi
Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status gizi
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dengan menyadari kelebihan dan
kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis suatu penyakit perlu
digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan gambaran
yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, seperti
tujuan ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan antropometri. Apabila
ingin melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya menggunakan metode
biokimia.

2. Unit Sampel yang Akan Diukur


Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan
metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individual,
rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang akan diukur
adalah kelompok atau masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan maka sebaiknya
menggunakan metode antropometri, karena metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa
dipertanggungjawabkan.

3. Jenis Informasi yang Dibutuhkan


Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis informasi
yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain : asupan makanan, berat dan tinggi badan,
tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang
asupan makanan, maka metode yang digunakan adalah survey konsumsi. Dilain pihak
apabila ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yang digunakan adalah
biokimia. Membutuhkan informasi seperti berat badan dan tinggi badan, sebaiknya
menggunakan antropometri. Begitu pula jika membutuhkan informasi tentang situasi
sosial ekonomi sebaiknya menggunakan faktor ekologi.
4. Tingkat Reliabilitas dan Akurasi yang Dibutuhkan
Masing-masing metode penilaian status gizi memiliki tingkat reliabilitas dan
akurasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam menilai tingkatan
pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini membutuhkan
tenaga medis dan paramedis yang sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang
cukup dalam bidang ini. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai
reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan
sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia sangat
dianjurkan.

5. Tersedianya Fasilitas dan Peralatan


Dalam penilaian status gizi ada berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang
dibutuhkan. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat sulit
diperoleh. Pada umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status
gizi secara antropometri relatif lebih mudah didapat dibanding dengan peralatan
penentuan status gizi dengan biokimia.

6. Tenaga
Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi
penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam
pengumpulan data status gizi antara lain : ahli gizi, dokter, ahli kimia, dan tenaga lain.
Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan tenaga ahli kimia atau analis
kimia, karena menyangkut berbagai jenis bahan dan reaksi kimia yng harus dikuasai.
Berbeda dengan penilaian status gizi secara antropometri, tidak memerlukan tenaga ahli,
tetapi tenaga tersebut cukup dilatih bebrapa hari saja sudah dapat menjalankan tugasnya.
Kader gizi diposyandu adalah tenaga gizi yang tidak ahli, tetapi dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, walaupun disana sini masih ada kekurangannya. Tugas utama
kader gizi adalah melakukan pengukuran antropometri, seperti tinggi badan dan berat
badan serta umur anak. Setelah mendapatkan data mereka dapat memasukkan pada KMS
dan langsung dapat menginterpretasikan data tersebut.
Penilaian status gizi secara klinis membutuhkan tenaga medis (dokter). Tenaga
kesehatan lain selain dokter, tidak dapat diandalkan, mengingat tanda-tanda klinis tidak
spesifik untuk keadaan tertentu.

7. Waktu
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempengaruhi metode
yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan.
Apabila kita ingin menilai status gizi di suatu masyarakat dan waktu yang tersedia relatif
singkat, sebaiknya dengan menggunakan metode antropometri. Sangat mustahil kita
menggunakan metode biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apabila tidak
ditunjang dengan tenaga, biaya, peralatan yang memadai.

8. Dana
Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang digunakan untuk menilai
status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan
metode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
penilaian status gizi.

Jadi, pemilihan metode penelitian status gizi harus selalu mempertimbangkan


faktor tersebut diatas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling
mengait. Oleh karena itu, untuk menentukan metode penilaian status gizi, harus
memperhatikan secara keseluruhan dan mencermati kelebihan dan kekurangan tiap-tiap
metode itu.
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa, I Dewi Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai