Anda di halaman 1dari 4

PROPOSAL

PENGEMBANGAN PELAYANAN YANG BERKUALITAS MELALUI


PENINGKATAN SOFTSKIL PERAWAT DI RUMAH SAKIT
EMANUEL BANJARNEGARA

Disusun untuk memenuhi Tugas


Mata Kuliah
Manajemen Sumber Daya Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan

Oleh :
CLARA AGUSTINA
Nim : 22020117410024

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pengembangan sumber daya manusia di rumah sakit harus terus menerus dilakukan
melalui pengembangan pada aspek kompetensi. Kompetensi merupakan persyaratan utama
dan unsur penentu dalam upaya peningkatan kinerja organisasi. Kompetensi memungkinkan
seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, kompetensi mutlak dibutuhkan bagi setiap sumber daya
manusia yang ada di rumah sakit terutama perawat untuk mencapai kinerja rumah sakit yang
maksimal (Salimah, 2009; Wibowo, 2009; Setyowati, 2010).
Wibowo (2009) telah mengklasifikasikan kompetensi dalam 2 (dua) tipe yaitu softskill
dan hardskill. Softskill merupakan kemampuan mengelola proses pekerjaan, hubungan antar
manusia, dan membangun interaksi dengan orang lain misalnya kepemimpinan, komunikasi,
dan hubungan interpersonal. Sedangkan hardskill berkaitan dengan kemampuan fungsional
atau teknis pekerjaan. Mengutip pernyataan dari direktorat Pendidikan ITB (2005), bahwa
dari penelitian yang dilakukan oleh Harvard University di Amerika Serikat menyimpulkan
bahwa kesuksesan ditentukan oleh hardskill sebanyak 20% dan sisanya ditentukan oleh
softskill sebanyak 80%. Sehingga kekurangan seseorang terhadap hardskill dapat dengan
mudah ditutupi oleh softskill yang dimiliki oleh seseorang (Schulz, 2008).
Rumah Sakit Emanuel merupakan rumah sakit milik Yayasan Kristen Untuk Kesehatan
Umum, dimana yayasan ini memiliki budaya kerja Yakkum yang menjadi dasar dalam
pelayanan dan berjalannya organisasi. Budaya YAKKUM merupakan keadaan yang
disengaja diciptakan dalam korporasi untuk mewujudkan nilai-nilai korporasi yang luhur. Isi
Budaya korporasi adalah watak korporasi yang mengutamakan nilai-nilai yang harus diterima
dan disepakati oleh setiap anggota korporasi menjadi roh kehidupan korporasi. Sedangkan
nilai-nilai YAKKUM adalah penjabaran dari budaya Yakkum berupa perilaku korporasi dan
perilaku individual yang disepakati menjadi standar perilaku di Yakkum. Salah satu nilai-
nilai tersebut adalah budaya untuk mewujudkan pengembangan pelayanan yang berkualitas
dimana semua bentuk pelayanan yang dikembangkan di Yakkum harus bermutu dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum dan profesi, dan mampu menjamin
kepercayaan stakeholder.
Perawat sebagai garda terbesar dalam pelayanan di rumah sakit harus terus
meningkatkan pelayanan terutama dalam menerapkan nilai-nilai Yakkum guna mewujudkan
pelayanan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum maupun secara
profesi dengan cara meningkatkan kompetensi terutama kompetensi softskill sebagai salah
satu perwujudan profesionalisme perawat. Salah satu bentuk evaluasi kompetensi softskill
perawat adalah cara melihat output pelayanan keperawatan.
Hasil pengolahan angket keluhan pasien di rumah sakit Emanuel Periode september-
oktober 2018 menunjukkan bahwa 45% keluhan pasien mengarah pada permasalahan terkait
pelayanan di bidang medis dan keperawatan. Setelah melalui proses pengolahan kembali,
keluhan terkait pelayanan keperawatan mencapai 18 %. Selain itu, berdasarkan evaluasi
pelayanan tahun 2017 ditemukan beberapa komplain terhadap perawat baik ekstern maupun
intern terkait komunikasi, motivasi, empati dan caring . Keluhan tersebut terbagi menjadi dua
kelompok kompetensi yaitu softskil dan hard skill.
Berdasarkan jumlah keluhan pasien yang ditemukan, perlu dilakukan upaya lebih lanjut
untuk mengatasinya dengan meningkatkan kompetensi softskil perawat.

II. Tujuan

BAB II
PROGRAM KEGIATAN
Soft Skill merupakan keterampilan diluar keterampilan teknis dan akademis, dan lebih
mengutamakan keterampilan intra dan inter personal. Keterampilan intra personal mencakup
kesadaran diri (kepercayaan diri, penilaian diri, sifat dan preferensi, serta kesadaran emosi)
dan keterampilan diri (peningkatan diri, pengendalian diri, manajemen sumber daya, perilaku
pro aktif). Sedangkan keterampilan inter personal mencakup kesadaran sosial (kesadaran
politik, memanfaatkan keberagaman, berorientasi pelayanan) dan keterampilan sosial
(kepemimpinan, pengaruh positif, komunikasi, kooperatif, kerja sama tim dan sinergi). Soft
Skill mutlak harus dimiliki oleh manusia sebagai modal untuk mengarungi berbagai bidang
kehidupan seperti pekerjaan, rumah tangga, organisasi masyarakat dan lain-lain.

Percaya diri merupakan salah satu


softskill yang diharapkan sebagai perawat
ideal, sesuai hasil penelitian Ivan MA
(2008), bahwa salah satu criteria dari
perawat ideal yang diharapkan adalah
percaya diri. Hasil penelitian Sumbada
(2003), menunjukkan bahwa percaya diri
dapat meningkatkan prestasi kerja pada
perawat di RSUD Yogyakarta. Dalam
penelitian ini peneliti memberikan stimulus
kepada perawat untuk selalu berinteraksi
sehingga dapat mencapai satu keterampilan
dari softskill tersebut, melalui Komunikasi,
informasi dan edukasi yang dilakukan
secara terus menerus dan
berkesinambungan.
Tanggung jawab tersebut
membutuhkan suatu etos kerja dan
kedisiplinan pada diri perawat, sehingga
diperlukan suatu pemantauan kedisiplinan
dari pimpinan rumah sakit. Pimpinan
bertanggung jawab terhadap pengelolaan
ukuran kedisiplinan (peraturan, sanksi dan
penghargaan) yang diberlakukan secara
seragam, pantas, konsisten, dan tidak
diskriminatif untuk mencapai sasaransasaran
Gillies (1996).
Monitoring merupakan bentuk
perhatian individual yang ditunjukkan
melalui tindakan konsultasi, nasehat dan
tuntutan yang diberikan oleh senior kepada
yunior yang belum berpengalaman bila
dibandingkan dengan seniornya. Pengaruh
terhadap bawahan antara lain, merasa
diperhatikan dan diperlakukan manusiawi
dari atasannya, serta sebagai monitoring
adanya kesalahan sebagai akibai dari
ketidak telitian (Burn dalam Sumabi 2008).
Penerapan aspek role modeling
dalam setiap kegiatan keperawatan
merupakan salah satu upaya menciptakan
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai