Anda di halaman 1dari 17

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK

PENENTUAN JALUR EVAKUASI BENCANA BANJIR


LUAPAN SUNGAI BENGAWAN SOLO DI KOTA
SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi

Oleh:
SRI HARSINI
NIM: E 100 090 024

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
PUBLIKASI ILMIAH

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI BENCANA BANJIR LUAPAN
SUNGAI BENGAWAN SOLO DI KOTA SURAKARTA

Sri Harsini
E 100090024
Telah dipertahankan di depan Team Penguji pada
Hari, Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014
Dan Telah dinyatakan memenuhi syarat

Team Penguji Tanda Tangan

Penguji : Drs. Munawar Cholil, M.Si ( …………………..)


:

Pembimbing I : Drs. Yuli Priyana, M.Si ( …………………..)

Pembimbing II: Jumadi,S.Si, M.Sc ( …………………..)

Surakarta, 14 Juni 2014


Dekan

Drs. Priyono, M. Si
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENENTUAN JALUR
EVAKUASI BENCANA BANJIR LUAPAN SUNGAI BENGAWAN SOLO DI KOTA
SURAKARTA
Aplication of Geography Information System for determining evacuation route of flood
disaster overflowing Bengawan Solo River in Surakarta City

Oleh:
Sri Harsini*, Yuli Priyana, Jumadi
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A.Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57162, Telp (0271) 717417
Psw 151-153, Fax: (0271) 715448
*sri.harsini91@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to map the flood evacuation route in Surakarta with Geographic Information
Systems. The data collection was done by interpretation Quickbird image Surakarta in 2010, secondary data
digitizing, and field checks. Analysis of the data by the method of Least Cost Path to produce an effective
evacuation routes and qualitative descriptive analysis is used to explain the resulting evacuation route. Location
of the research was done in Surakarta which where the region be passed Bengawan Solo River and the region
of affected simulation modeling flood of Bengawan Solo River, which was conducted in March 2014. Least cost
path analysis resulting two evacuation routes in the Sewu Village and two evacuation routes in the Jebres
Village. In the Sewu Village can go to the evacuation place Jami ' Mosque and Sawunggaling Mosque, being
in the Jebres Village can go to the evacuation place of Al- Fath Mosque.
Keywords : Evacuation route , Least Cost Path

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melakukan pemetaan jalur evakuasi bencana banjir di Kota Surakarta
dengan Sistem Informasi Geografis. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan interpretasi Citra
Quickbird Kota Surakarta tahun 2010, digitasi data sekunder, dan cek lapangan. Analisa data dengan
metode Leas Cost Path untuk menghasilkan jalur evakuasi yang efektif dan analisa deskriptif kualitatif
digunakan untuk menjelaskan jalur evakuasi yang dihasilkan. Lokasi penelitian dilakukan di Kota
Surakarta yang wilayahnya terlewati Sungai Bengawan Solo dan terkena pemodelan simulasi banjir luapan
Sungai Bengawan Solo, yang dilakukan pada bulan Maret 2014. Hasil analisis least cost path memperoleh
dua jalur evakuasi di Kelurahan Sewu dan dua jalur evakuasi di Kelurahan Jebres. Di Kelurahan sewu
dapat menuju tempat evakuasi Masjid Jami’ dan Masjid Sawunggaling, sedang di Kelurahan Jebres dapat
menuju tempat evakuasi Masjid Al- Fath.
Kata Kunci: Jalur Evakuasi, Least Cost Path

PENDAHULUAN diperoleh sungai purba Bengawan Solo yang


sudah menjadi lembah berkelok-kelok secara
Kota Surakarta terletak diantara 3 alamiah berpotensi rawan banjir (Anna, dkk,
gunung api yaitu sebelah Timur Gunung 2012).
Lawu dan sebelah Barat Gunung Merapi dan Berdasarkan sejarah peristiwa Kota
Merbabu, dan dibagian timur dilalui oleh Surakarta sering mengalami bencana banjir
Sungai Bengawan Solo (Suharjo, 2006 dalam rutin tiap tahunnya yang menimbulkan
Anna, dkk 2012) mengakibatkan Wilayah kerugian besar. Dari masa yang lalu telah
Kota Surakarta berada pada cekungan di tercatat berkali-kali banjir yang pernah
tambah berdasarkan hasil interpretasi citra terjadi di Kota Surakarta. Sejarah mencatat
Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 1
banjir besar yang cukup berarti pada masa Mitigasi bencana adalah segala upaya
yang lalu sampai sekarang, yaitu yang terjadi yang dilakukan untuk mengurangi dampak
pada bulan Maret 1966, Maret 1968, Maret dari bencana baik yang dilakukan sebelum
1973, Februari 1974, Maret 1975, Januari terjadinya bencana, termasuk upaya
1982, Desember 2007, Pebruari 2009 kesiapsiagaan, dan tindakan jangka panjang
(Prasetyo, 2009). untuk mengurangi risiko bencana (Coburn
Berdasarkan data dari Balai Besar et.al, 1994 dalam Triwidiyanto, 2013).
Wilayah Sungai Kota Surakarta wilayah yang Kesiapsiagaan (preparedness) adalah
paling banyak tergenang selama tahun 2009 aktivitas-aktivitas dan langkah-langkah yang
adalah Kampung Sewu kecamatan Jebres diambil sebelumnya untuk memastikan
yaitu 1215 KK tergenang banjir. Sementara respons yang efektif terhadap dampak
selama tahun 2012 yang paling banyak bahaya, termasuk dengan mengeluarkan
tergenangi adalah Pucangsawit Kecamatan peringatan dini yang tepat dan efektif dan
Jebres yaitu 1019 rumah tergenang banjir. dengan memindahkan penduduk dan harta
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk benda untuk sementara dari lokasi yang
meminimalisir jumlah korban jiwa pada saat terancam dalam hal ini bisa
terjadi banjir adalah dengan perencanaan diimplementasikan dengan adanya tim siaga,
jalur evakuasi yang efektif. Berdasarkan standar operasional tetap yang berkaitan
informasi dari SAR UNS jalur evakuasi dengan pengurangan risiko bencana dan
bencana banjir yang ada di Kota Surakarta rencana aksi komunitas yang berkaitan
masih berupa rute deskriptif untuk itu perlu dengan kegiatan-kegiatan pengurangan risiko
adanya pemetaan jalur evakuasi bencana bencana (ISDR, 2004 dalam Triwidiyanto
banjir yang efektif, setidaknya penduduk 2013).
yang menjadi korban banjir akan terbantu Konsep evakuasi secara sederhana
dalam menemukan rute jalan untuk menuju adalah memindahkan penduduk dari daerah
ke tempat yang aman paling dekat dan cepat. berbahaya ke daerah yang aman
Banjir dibagi menjadi dua yaitu: pertama, (Southworth, 1991, Zelinksy dan Konsinsky,
peristiwa tergenangnya daratan (yang 1991 dalam Mei, 2013).
biasanya kering) karena volume air yang Jalur evakuasi bencana merupakan
meningkat, dan kedua yakni peristiwa informasi fundamental yang dibutuhkan di
meluapnya air dipermukaan yang terjadi daerah rawan bencana. Skenario evakuasi
akibat limpasan air dari sungai karena debit perlu didukung kesiapan pemerintah dan
banjir tidak mampu dialirkan oleh alur masyarakat di daerah rawan banjir
sungai atau debit banjir lebih besar daripada sebagaimana tercatat dalam UU No. 24
kapasitas pengaliran sungai yang ada Tentang penanggulangan bencana.
(Kodoatie dan Sugiyanto, 2001). Perencanaan jalur evakuasi termasuk ke
Banjir adalah meluapnya aliran sungai dalam tahap kesiapsiagaan sebelum
akibat air melebihi kapasitas tampungan terjadinya bencana banjir. Jalur evakuasi
sungai sehingga meluap dan menggenangi perlu direncanakan agar pada saat terjadinya
dataran atau daerah yang lebih rendah banjir evakuasi korban akan lebih efektif
disekitarnya (Yulaelawati dan Syihab, 2008 untuk meminimalisir jumlah korban.
dalam Triwidiyanto, 2013). Beberapa prinsip untuk menentukan
Mitigasi bencana adalah serangkaian jalur evakuasi bencana banjir (Slamet dan
upaya untuk mengurangi resiko bencana, Susanto,2007 dalam Santoso, 2013 dengan
baik melalui pembangunan fisik maupun modifikasi): 1) Jalur evakuasi dirancang
penyadaran dan peninggkatan kemampuan menjauhi aliran sungai. 2) Jalur evakuasi
menghadapi ancaman bencana (pasal 1 ayat disarankan tidak melintasi sungai/jembatan.
6 PP No. 21 Tahun 2008 tentang 3) Di daerah berpenduduk padat, dirancang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). jalur evakuasi berupa sistem blok yang
dibatasi oleh aliran sungai, dimana
Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 2
pergerakan masa setiap blok tidak tercampur biaya permukaan (cost surface). Dalam analisis
dengan blok lainnya untuk menghindari least cost path ini secara garis besar memiliki
kemacetan. 4) Dalam setiap jalur evakuasi dua aspek atau langkah yang harus ditempuh
diperlukan rambu-rambu evakuasi untuk secara berurutan (Wiharja dan Purwanto,
pengungsi menuju tempat aman. 2012).
Penggunaan teknologi SIG dalam bidang Permasalahan dalam penelitian ini adalah
kebencanaan paling umum adalah untuk Bagaimana Sistem Informasi Geografis
memetakan kawasan-kawasan rawan atau untuk membuat alternatif jalur evakuasi.
berisiko bencana, peta jalur evakuasi, peta Maka tujuan penelitian ini adalah:
rencana kontigensi. Aplikasi SIG untuk 1. Aanalisis jaringan jalan untuk alternatif
pembuatan jalur evakuasi yang berfungsi jalur evakuasi bencana banjir luapan
untuk mencari rute optimum adalah Least Sungai Bengawan Solo di Kota
Cost Path. Analisis Least Cost Path Surakarta.
merupakan analisa tiap sel raster dimana 2. Analisis titik potensial evakuasi bencana
segmen berpindah dari sel ke sel dengan nilai banjir luapan Sungai Bengawan Solo di
akumulasi terkecil (AL Samari, 2009). Kota Surakarta.
Sedangkan menurut (ESRI, 2008 dalam 3. Membuat model jalur evakuasi banjir
Ardana, 2013), penentuan jaringan dengan yang paling efektif dengan sistem
melihat atribut medan terdiri atas beberapa informasi geografis.
tahap diantaranya cost surface, cost distance, cost
backlink/cost direction, dan cost path. Menurut METODE PENELITIAN
(chang, 2000 dalam Ardana, 2013), analisis
leas cost path dapat digunakan untuk aplikasi Daerah penelitian
analisis dengan tipe pergerakan seperti Penelitian ini dilakukan di Kota
perancangan perjalanan, aktifitas militer, Surakarta yang wilayahnya dilalui Sungai
konstruksi jalan, sistem irigasi, jalur pipa, Bengawan Solo dan Terkena dampak
serta aplikasi lain. pemodelan simulasi banjir luapan Sungai
Dalam least cost path ini rute dibuat diatas Bengawan Solo.
background data raster yang sudah merupakan
Gambar 1 Wilayah Penelitian

Sumber: Administrasi Kota Surakarta dan Priyana, dkk, 2014


Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 3
Alat dan Bahan identifikasi jaringan jalan dan persebaran
Peralatan yang digunakan adalah GPS permukiman.
(Global Position System) tipe Garmin
Oregon 550 untuk chek lapangan titik awal Diagram Alir Penelitian
evakuasi dan tempat evakuasi. Citra Diagram alir penelitian dapat dilihat pada
Quickbird Kota Surakarta tahun 2010 untuk gambar di bawah ini:
Gambar 2 Diagram Alir Penelitian
Data Jaringan Survey lapangan
Data Citra
Jalan Jateng DIY dan data Sekunder
Sekunder Quickbird dari BIG

Model Simulasi Lebar


Digitasi Interpretasi Lokasi  Kondisi Jalan
Luapan Banjir jalan
Jembatan  Arah Jalan
Panjang
jalan  Bahan permukaan
jalan
Kawasan
Banjir

Pemilihan
Persebaran Skoring
Tempat Evakuasi
Pemukiman yang
sesuai kriteria
akan di evakuasi
Rasterisasi
feature to raster
Titik Titik
akhir awal
Weightedsum

Least Cost Path

Keterangan: Peta Jalur Evakuasi


: Hasil
: Proses
: Overlay
: Hasil

Sumber: Penulis

Analisa Data Tabel 1 Skoring Klasifikasi Pemodelan


Analisa data dengan metode Leas Cost Path Simulasi Banjir Luapan
untuk menghasilkan jalur evakuasi yang Kelas Skor
Zona bahaya 10.000
efektif dan analisa deskriptif kualitatif Diluar zona bahaya 20
digunakan untuk menjelaskan jalur evakuasi Sumber:Yuli Priyana, dkk (2014) dan
yang dihasilkan. pertimbangan penuli
Parameter yang digunakan dalam b) Panjang Jalan
penelitian ini adalah (pemodelan simulasi Tabel 2 Skoring Klasifikasi Panjang Jalan
banjir luapan sungai bengawan solo, panjang Kelas (meter) Skor
<100 20
jalan, lebar jalan, kondisi jalan, bahan >=100 - <200 30
permukaan jalan, lokasi jembatan, dan arah >=200 - <300 40
jalan). Berikut adalah pedoman skoring yang >=300 - <400 50
>=400 60
digunakan: Bukan jalan 10000
a) Pemodelan Simulasi Banjir Luapan Sumber: Arif (2002, dalam Ardana, 2013) dengan
modifikasi penulis

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 4


c) Lebar jalan union ini hanya bisa dilakukan pada tipe
Tabel 3 Skoring Klasifikasi Lebar Jalan polygon, maka data parameter jaringan jalan
Kelas Skor harus berbentuk polygon. Data jaringan jalan,
<2meter 100 termasuk parameter panjang jalan dapat di
>2 meter - < 5 meter 50 ekstrak melalui metode calculate geometry.
>= 5 meter – <7 meter 40 Data jaringan jalan yang berupa panjang
>=7 meter - <12 meter 30 jalan, lebar jalan, kondisi jalan, bahan
>=12 meter 20 permukaan jalan, lokasi jembatan, dan arah
Bukan jalan 10000 jalan kemudian dilakukan pengolahan
Sumber: Ardana, 2013 dengan modifikasi penulis dengan metode union dengan hasil digitasi
d) Kondisi jalan parameter pemodelan simulasi banjir luapan.
Tabel 4 Skoring Klasifikasi Kondisi Jalan Hasil union data-data parameter berikut
Kelas Skore dengan skor-skornya kemudian dilakukan
Baik 20
Sedang 30 penjumlahan total skor dari tiap parameter
Buruk 40 tersebut.
Bukan jalan 10.000 Karena semua data parameter masih
Sumber: Ardana, 2013 dengan modifikasi penulis berbentuk feature maka untuk dapat
e) Bahan permukaan jalan menjalankan metode least cost path, semua
Tabel 5 Skoring Klasifikasi Bahan data parameter diubah menjadi raster dengan
Permukaan Jalan menggunakan feature to raster.
Kelas Skore
Aspal 20 Setelah semua data menjadi raster dan
Konblok 30 diberi skor, maka langkah selanjutnya adalah
Semen 40
Batu 60
menggunakan metode Weighted Sum. Metode
Tanah 80 ini menjumlahkan skor–skor yang telah
Bukan jalan 10000 ditentukan di tiap data parameter yang telah
Sumber: Ardana, 2013 dengan modifikasi penulis
di ubah menjadi raster kemudian akan
f) Lokasi jembatan dihasilkan cost surface dimana cakupan daerah
Tabel 6 Skoring Klasifikasi Lokasi cost surface tersebut merupakan hasil
Jembatan perpotongan dari data-data parameter.
Kelas Skor
Tidak ada jembatan 20 Penelitian ini memberikan bobot yang
Ada jembatan 30 berbeda di tiap parameter, tergantung dari
Bukan jalan 10000
Sumber: Ardana, 2013 dengan modifikasi penulis pengaruh parameter tersebut terhadap kedua
g) Arah jalan faktor jalur evakuasi, yakni keselamatan, dan
Tabel 7 Skoring Klasifikasi Arah Jalan kecepatan.
Kelas Skor Tabel 8 Bobot Parameter Jalur Evakuasi
Dua arah 20 Parameter Bobot %
searah 30
Pemodelan simulasi banjir 30
Bukan jalan 10000
Sumber: Ardana, 2013 dengan modifikasi penulis Panjang jalan 25
Lebar jalan 15
Tiap data jaringan jalan (kondisi jalan, Kondisi jalan 10
arah jalan, lokasi jembatan, jenis permukaan Jenis permukaan jalan 9
jalan, termasuk panjang jalan), semua diberi Lokasi jembatan 7
kelas “bukan jalan” dimaksudkan agar Arah jalan 4
komputer tidak memilih jalur evakuasi di Total 100
daerah yang tidak memiliki jalan dikarenakan Sumber: Ardana, 2013 dengan modifikasi penulis
pada prinsipnya, jalur evakuasi harus
melewati jalan untuk menjauhi zona
berbahaya. Berdasarkan hal tersebut,
dilakukan analisis union antara tiap 6 data
jaringan jalan. Hal tersebut agar dapat
memunculkan kelas “bukan jalan”, analisis
Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 5
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah segmen jalan per kelas kondisi
jalan secara rinci diperlihatkan tabel
Analisis Kondisi Jaringan Jalan dibawah ini.
1. Panjang Jalan Tabel 11 Jumlah Segmen Jalan Per
Jumlah segmen jalan per kelas panjang Kelas Kondisi Jalan
jalan secara rinci diperlihatkan dalam tabel Kelas jalan Jumlah Segmen
dibawah ini. Baik 4
Tabel 9 Jumlah Segmen Jalan Per Sedang 267
Buruk 12
Kelas Panjang Jalan Total Segmen 283
Kelas Panjang Jalan Jumlah Segmen
(meter) Jalan
Sumber: Analisa Penulis
<100 210 Tabel diatas memperlihatkan bahwa
>=100 - <200 62 kondisi jalan di daerah penelitian
>=200 - <300 8 dominan dalam kondisi sedang yaitu
>=300 - <400 1
>=400 2 sejumlah 267 segmen jalan dari 283
Total Segmen 283 segmen dalam kondisi sedang. Hal ini
Sumber: Analisa Penuli menunjukkan bahwa jalan di daerah
Tabel diatas memperlihatkan bahwa penelitian dalam kondisi tidak terlalu
panjang jalan (<=100 meter) merupakan baik,namun masih dapat digunakan
kelas panjang jalan yang paling banyak sebagai jalur evakuasi.
jumlah segmennya diantara kelas yang lain 4. Bahan Permukaan Jalan
sehingga kemungkinan untuk melewati Jumlah segmen jalan per kelas bahan
jalan dengan kelas panjang jalan tersebut permukaan jalan secara rinci
sangat besar. diperlihatkan tabel dibawah ini.
2. Lebar Jalan Table 12 Jumlah Segmen Jalan Per
Jumlah segmen jalan per kelas lebar Kelas Bahan Permukaan Jalan
jalan secara rinci diperlihatkan tabel Kelas Jumlah Segmen
dibawah ini. Aspal 212
Tabel 10 Jumlah Segmen Jalan per Konblok 12
Semen 59
Kelas Lebar Jalan
Batu -
Kelas Lebar Jalan Jumlah
Tanah -
Segmen
Total Segmen 283
<2meter 17
Sumber: Analisa Penulis
>=2 meter - < 5 meter 232
Persebaran jalan dengan bahan
>= 5 meter – <7 meter 7
permukaan aspal cukup merata dengan
>=7 meter - <12 meter 27
jumlah segmen 212 dari total 283 segmen
>=12 meter -
jalan di daerah penelitian. Hal ini
Total segmen 283
Sumber: Analisa Penulis
menunjukkan bahwa jalan di daerah
Tabel diatas menunjukkan bahwa kelas penelitian memiliki bahan permukaan
lebar jalan (>=2 meter-<5 meter) jalan yang sesuai untuk dijadikan sebagai
merupakan kelas jalan per segmen jalur evakuasi.
terbanyak dibanding kelas jalan yang lain. 5. Lokasi Jembatan
Hal ini dibuktikan dengan persebaran Jumlah segmen jalan per kelas lokasi
kelas jalan tersebut yang merata. Dengan jembatan secara rinci diperlihatkan tabel
demikian kemungkinan jalur evakuasi dibawah ini.
akan melewati jalan dengan lebar jalan Tabel 13 Jumlah Segmen Jalan Per
tersebut sangat besar. Kelas Lokasi Jembatan
Kelas Jumlah Segmen
3. Kondisi Jalan
Tidak ada jembatan 279
Ada jembatan 4
Sumber: Analisa Penulis

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 6


Meskipun seharusnya jalur evakuasi dalam penentuan tempat evakuasi harus
tidak boleh melewati jembatan ataupun dipilih lokasi yang aman dari banjir. Lokasi
sungai, namun pada kenyataannya pada yang aman dari banjir di Kota Surakarta
penelitian ini terdapat jalan yang menjadi adalah wilayah yang di luar kawasan banjir.
jalur evakuasi terpaksa melewati jembatan Data kawasan banjir Kota Surakarta
karena tidak ada jalan lain di daerah diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kota
tersebut. Surakarta.
6. Arah Jalan Tempat evakuasi dalam penelitian ini
Jumlah segmen jalan per kelas arah adalah fasilitas publik yang dianggap
jalan secara rinci diperlihatkan tabel memenuhi kriteria dari segi aksesbilitas,
dibawah ini. ketersediaan jumlah MCK, kapasitas daya
Tabel 14 Jumlah Segmen Jalan Per tampungnya, dan kedekatan dengan sumber
Kelas Arah Jalan pengungsi. Untuk mengetahui seberapa
Kelas Jumlah Segmen dekat lokasi potensial evakuasi dengan
Dua arah 283 sumber pengungsi dan untuk mengetahui
searah - apakah lokasi potensial evakuasi berada di
Sumber: Analisa Penulis
luar kawasan banjir berikut disajikan pula
Di daerah penelitian seluruhnya
persebaran lokasi fasiltas publik dengan
memiliki arah jalan dua arah. Berdasarkan
permukiman yang tergenang akibat banjir
hipotesis bahwa jalur evakuasi sebaiknya
luapan Sungai Bengawan Solo serta distribusi
melewati jalan dengan dua arah, maka
kawasan banjir yang bersumber dari DPU
dalam penelitian ini proses evakuasi dapat
Kota Surakarta pada gambar 3 Peta
berjalan lancar Karena seluruh segmen
Persebaran Fasiltas Publik Kelurahan Sewu
jalan dua arah.
di Luar Kawasan Banjir Surakarta dan
gambar 4 Peta Persebaran Fasilitas Publik
Analisis Tempat Potensial Evakuasi
Kelurahan Jebres di Luar Kawasan Banjir
Evakuasi pada dasarnya adalah
Surakarta.
memindahkan penduduk dari daerah
berbahaya ke daerah yang aman. Untuk itu
Gambar 3 Peta Persebaran Fasilitas Publik Kelurahan Sewu di Luar Kawasan Banjir Surakarta

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 7


Gambar 4 Peta Persebaran Fasilitas Publik Kelurahan Jebres di Luar Kawasan Banjir Surakarta

Setelah mengidentifikasi gedung-gedung penampungan dari gedung tersebut. Berikut


yang dapat dijadikan sebagai tempat adalah data karakteristik fasilitas publik di
evakuasi di daerah penelitian, maka penting daerah penelitian.
untuk memperkirakan kapasitas
Tabel 15 Karakteristik Fasilitas Publik Daerah Penelitian
No. Nama Gedung Lokasi Jumlah Luas Jumlah Aksesbilitas
MCK Gedung Lantai
1 Masjid Beton Sewu 2 225 m2 1 Bagus
2 Masjid Sawunggaling Sewu 2 200 m2 2 Bagus
3 Masjid Jami’ Sewu 5 500 m2 1 Bagus
4 Pasar Tanggul Sewu - 2600 m2 1 Bagus
5 Lapangan Sewu - 7700 m2 1 Bagus
6 Masjid Sowijiyan Sewu 2 160 m2 2 Bagus
7 Kantor Aisyiyah Sewu 1 140 m2 1 Bagus
8 Masjid Ar-Rahman Jebres 1 110 m2 1 Kurang
9 Masjid Al-Fath Jebres 2 150 m2 2 Bagus
10 Masjid Al-Fajar Jebres 2 120 m2 2 Bagus
11 Masjid Jannah Jebres - 150 m2 1 Kurang
12 Gereja Jebres - 110 m2 1 Kurang
Sumber: Survei Lapangan
Berdasarkan tabel dan gambar di atas dengan luas gedung 150 m2 dan memiliki 2
dapat dilihat fasiltas publik di daerah lantai. Tempat evakuasi tersebut dipilih
penelitian yang paling mendekati kriteria karena dianggap telah memenuhi kriteria
tempat evakuasi adalah Masjid Jami’ di tempat evakuasi dari segi aksesbilitas cukup
Kelurahan Sewu memiliki 5 MCK dengan bagus dekat dengan jalan, daya tampungnya,
luas gedung sekitar 500 m2 dan memiliki jumlah ketersediaan MCK, dan kedekatan
satu lantai. Masjid Sawunggaling di dengan sumber pengungsi dan berada di
Kelurahan Sewu, memiliki 2 MCK dengan luar kawasan banjir. Tempat evakuasi
luas gedung 200 m2 dan memiliki 2 lantai. tersebut memiliki aksesbilitas yang cukup
Tempat evakuasi di Kelurahan Jebres bagus, terdapat banyak jalan, berada di areal
adalah Masjid Al-Fath memiliki 2 MCK permukiman. Dekatnya dengan

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 8


permukiman dianggap baik karena dapat Sungai Bengawan Solo meluap. Wilayah
membantu proses perawatan para yang berpotensi tergenang ini tidak akan
pengungsi. Jarak antara tempat evakuasi dijadikan sebagai jalur evakuasi. Untuk itu
dengan titik awal pengungsi tidak terlalu setelah dilakukan analisis union jalan yang
jauh dan lokasinya diluar kawasan banjir terkena pemodelan simulasi banjir luapan
Kota Surakarta. Fasilitas umum sejenis Sungai Bengawan Solo diberi skor besar
sekolahan tidak dipilih menjadi tempat agar menjadi prioritas Least Cost Path Untuk
evakuasi karena dianggap akan menganggu tidak memilih jalan tersebut menjadi jalur
aktivitas belajar-mengajar jika diluar hari evakuasi.
libur sekolah. Dalam pembuatan model simulasi
genangan banjir ini mengunakan data
Pemodelan Simulasi Banjir Luapan ketinggian tempat (DEM), dilakukan
Sungai Bengawan Solo dengan cara melakukan interpolasi data
Karakteristik banjir di Kota Surakarta tersebut kemudian di rubah ke dalam
berdasarkan jenisnya termasuk banjir sungai bentuk raster map, sehingga didapat nilai
yang disebabkan oleh curah hujan yang pixel dari data ketinggiuan tersebut. Nilai
terjadi dalam suatu Daerah Aliran Sungai pixel tersebut menyatakan nilai ketinggian
(DAS) secara luas dan berlangsung lama tempat wilayah tersebut.
akibatnya sungai tidak mampu menampung Pemodelan luapan banjir ini
aliran air sehingga meluap dan menggenangi diskenariokan pada ketinggian air (1 meter,
daerah disekitarnya. 1,5 meter, dan 2 meter). Adapun bahan
Sedangkan berdasarkan penyebabnya pertimbangan skenario tersebut adalah
wilayah disekitar aliran Sungai Bengawan bahwa kejadian banjir maksimal pada
Solo termasuk banjir kiriman dimana, banjir ketinggian 2 meter.
kiriman terjadi akibat di daerah lain terjadi Tabel 14 Luas dampak Banjir dari Model
hujan yang airnya mengalir menuju Sungai Simulasi
Bengawan Solo, kemudian Sungai No Skenario Luas Prosentas
Bengawan Solo volume airnya naik hingga Genangan Dampak e (%)
meluap, sementara wilayah yang elevasinya (m) (m2)
1 1 77.693 14.3
rendah dengan kualitas draenase yang buruk
2 1.5 170.462 31.3
termasuk banjir lokal, karena banjir lokal 3 2 296.601 54.4
terjadi akibat hujan yang jatuh di daerah itu Jumlah 544.756 100.0
sendiri yang disebabkan air hujan tidak Sumber: Hasil Laporan Priyana, dkk, (2014)
tertampung oleh saluran drainase karena Dalam penelitian ini hanya
melebihi kapasitas sistem drainase yang ada. menggunakan pemodelan simulasi banjir
Daerah penelitian mempunyai pola luapan Sungai Bengawan Solo dengan
aliran sungai dendritik, yakni aliran air skenario 1,5 meter karena dianggap paling
mengalir ke segala arah dan pada akhirnya sesuai dengan kenyataan di lapangan.
aliran tersebut masuk ke induk sungai, yakni Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa
Sungai Bengawan Solo. Hal ini tentu akan pada skenario 1,5 meter dampak yang
berdampak pada debit yang ada di sungai ditimbulkan adalah seluas 170.462 m2. Peta
induk, yakni semakin besar curah hujan Pemodelan Simulasi Banjir Luapan Sungai
yang masuk ke suatu aliran sungai, maka Bengawan Solo di Kota Surakarta inilah
debit di sungai induk juga akan semakin yang kemudian dilakukan analisis union
besar, sehingga menyebabkan luapan banjir. dengan jaringan jalan dan diberi skor
Maka untuk mengetahui dampak luapan tertentu selanjutnya diubah menjadi raster
dari Sungai Bengawan Solo perlu adanya agar dapat di analisis dengan metode least
pemodelan simulasi banjir luapan Sungai cost path. Wilayah yang terkena pemodelan
Bengawan Solo sebagai dasar penentuan simulasi banjir luapan diberi skor besar agar
luas wilayah yang berpotensi tergenang saat menjadi prioritas untuk tidak dipilih sebagai

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 9


jalur evakuasi. Peta pemodelan simulasi rinci dapat dilihat pada gambar di bawah
banjir luapan Sungai Bengawan Solo secara ini:

Gambar 5 Peta Pemodelan Simulasi Banjir Luapan Sungai Bengawan Solo

Analisis Persebaran Permukiman lebih aman dari bencana. Titik awal dipilih
Persebaran permukiman menunjukkan lokasi yang mudah dijangkau penduduk,
bagaimana populasi terdistribusi dalam suatu dimana penduduk dapat berkumpul di titik
wilayah yang didiami. Persebaran tersebut dan penduduk dapat dengan mudah
permukiman digunakan untuk melewati jalur evakuasi yang sudah
mengindikasikan besarnya jumlah yang harus ditentukan meskipun tim evakuasi tidak
dievakuasi di setiap wilayah. Dalam datang ke lokasi bencana.
penelitian ini mengambil studi kasus di Peta persebaran permukiman diperoleh
wilayah yang terlewati Sungai Bengawan Solo dari digitasi Citra Quickbird Kota Surakarta
dan terkena pemodelan simulasi luapan tahun 2010. Tidak semua wilayah Kota
banjir Sungai Bengawan Solo. Dengan Surakarta dilakukan digitasi penggunaan
mempertimbangkan persebaran permukiman lahan hanya wilayah yang terkena pemodelan
dapat digunakan untuk memilih titik awal simulasi banjir luapan Sungai Bengawan
dalam jalur evakuasi. Dipilihnya persebaran Solo. Digitasi Penggunaan Lahan ini
permukiman sebagai titik awal dikarenakan diperlukan untuk mengetahui berapa luas
permukiman adalah suatu tempat daerah permukiman yang tergenangi
menetapnya penduduk dalam suatu area. pemodelan simulasi banjir luapan Sungai
Saat bahaya terjadi, akan terjadi Bengawan Solo. Berikut adalah tabel
kepanikan dan penduduk akan keluar dari penggunaan lahan di daerah penelitian:
daerah permukiman menuju suatu area yang

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 10


Tabel 5 Penggunaan Lahan Tergenang Model Simulasi Luapan Sungai Bengawan Solo
No Penggunaan Lahan Tergenang Luas (m2) Prosentase (%)
1 Bangunan Gedung 883.387658 0.518231
2 Daerah Berair 8250.879163 4.840304
3 Lahan Kosong Vegetasi Jarang 38379.54129 22.51501
4 Lahan Kosong Vegetasi Lebat 55462.38483 32.53651
5 Permukiman 67485.79983 39.58994
Total 170461.9928 100
Sumber: Priyana, dkk, 2014
Berdasarka tabel diatas menempati setiap 1 km2 permukaan bumi
memperlihatkan pemodelan simulasi banjir atau jumlah semua penduduk dalam suatu
luapan Sungai Bengawan Solo wilayah atau negara dibagi dengan seluruh
menggenangi wilayah permukiman seluas luas wilayahnya. Kepadatan penduduk ini
67.485,8 m2 setara dengan 39,6 % dari dihitung dengan rumus (4.1): jumlah
total penggunaan lahan yang tergenang. penduduk (jiwa) / luas wilayah (km2).
Kepadatan penduduk adalah Dengan mengetahui kepadatan penduduk
perbandingan antara jumlah penduduk dan suatu wilayah dapat diprediksi dalam
luas daerah yang didiami. Kepadatan satuan luas tertentu didiami berapa jumlah
penduduk aritmatik adalah suatu angka penduduknya. Berikut adalah kepadatan
yang menunjukkan rata-rata penduduk penduduk di daerah penelitian:

Tabel 16 Kepadatan Penduduk Di Daerah Penelitian


Desa Jumla Luas Kepadat Luas Luas Prosentase Kepadatan Jumlah
h (km2) an Permuki Penggunaa Luas Penduduk Penduduk
Pendu (jiwa/k man n Lahan tergenang Tergenang Tergenang
duk m2) Tergenan Tergenang (%) (jiwa/km2) (Jiwa)
(jiwa) g (km2) (Km2)
(1) (2) (3) (4)=(2/3) (5) (6) (6)=(5/3*100) (7)=(6/100*4) (8)=(7*5)
Sewu 7.545 0,49 15.397 0.06 0,082703 16,8782557 2.598,906919 214,93858
Jebres 32.108 3,17 10.128 0.007 0,087759 2,76840817 280,3843798 24.606124
Jumlah 39.653 3,66 25.525 0.067 0.170462 19.6466638 2.879,291298 239.5447
Sumber: Priyana, dkk, 2014 dan analisa penulis
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat sempadan sungai. Sedang untuk wilayah
wilayah yang paling luas tergenangi adalah Kelurahan Jebres hanya sedikit wilayah
Kampung Sewu yaitu 0,083 Km2 atau setara permukiman yang tergenangi banjir luapan
16,88 % dari keseluruhan luas Kampung Sungai Bengawan Solo yaitu seluas 0.007
Sewu dengan luas permukiman yang Km2 dari total wilayah yang tergenangi yaitu
tergenang yaitu 0.06 Km2. Wilayah Kampung 0,088 Km2 atau setara 2,8 % dari seluruh
Sewu yang tergenang memiliki kepadatan wilayah Desa Jebres. Kepadatan Kelurahan
penduduk 2.598,9 Jiwa/Km2 atau kira-kira Jebres yang tergenang adalah 280,4
terdapat 214 penduduk yang menjadi korban Jiwa/Km2 atau kira-kira terdapat 24
bencana banjir luapan Sungai Bengawan penduduk yang menjadi korban banjir
Solo. Namun kenyataan di lapangan banyak apabila Sungai Bengawan Solo meluap
rumah di depan tanggul Bengawan Solo hingga 1,5 meter seperti dalam pemodelan
sudah mulai ditinggalkan penghuninya simulasi banjir luapan Sungai Bengawan
karena mengikuti program relokasi dari Solo.
pemerintah Kota Surakarta dalam rangka Peta penggunaan lahan dan persebaran
mengurangi jumlah korban jiwa dan pemukiman di daerah penelitian dapat di
mengembalikan fungsi lahan sebagai lihat pada gambar di bawah ini:

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 11


Gambar 5 Peta Penggunaan Lahan dan Persebaran Permukiman

Jalur Evakuasi Banjir di Kota Surakarta menghasilkan 2 jalur evakuasi yang terletak
Jalur evakuasi dibuat di tiap desa di Kelurahan Sewu dan 2 jalur di Kelurahan
sepanjang Sungai Bengawan Solo yang Jebres. Berikut adalah jalur evakuasi yang
terkenan genangan simulasi banjir luapan dihasilkan dengan metode least cost path di
yaitu Kelurahan Sewu dan Kelurahan Kelurahan Sewu:
Jebres. Hasil analisis Least Cost Path
Gambar 6 Peta Jalur Evakuasi Bencana Banjir di Kelurahan Sewu

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 12


Least cost path memilih jalur dari titik 482985 mT dan 9162908 mU dapat menuju
awal pertama di simpang tiga Jalan Beton titik evakuasi Masjid Sawunggaling. Least
tepatnya pada koordinat 482859 mT dan cost path memlih jalur evakuasi dari titik awal
mU 9162651 dapat melewati Jalan Gotong- di tanggul Bengawan Solo menuju Jalan
royong menuju titik evakuasi di Masjid Beton kemudian melewati Jalan R.E
Jami’. Least Cost Path memilih melewati Martadinata menuju Masjid Sawunggaling.
jalan tersebut karena memiliki lebar jalan 7 Least cost path memilih jalur tersebut karena
m, dengan panjang jalan 564 m jadi lebih jalannya memiliki lebar jalan 3 m hingga 6
pendek, kondisi jalan yang baik, bahan m dengan panjang jalan 304,6 m jadi lebih
permukaan jalan aspal, tidak melewati pendek, permukaan jalan aspal, memiliki
jembatan, dan jalannya dua arah, sehingga dua arah, dan tidak melewati jembatan
diasumsikan jalur yang dipilih memiliki sehingga dianggap jalur tersebut memiliki
waktu tempuh yang lebih cepat dan efektif. waktu tempuh yang lebih cepat dan efektif.
Kedua dari titik awal di tanggul sungai
Bengawan Solo tepatnya pada koordinat

Gambar 7 Peta Jalur Evakuasi Bencana Banjir di Kelurahan Jebres

Berdasarkan gambar di atas terlihat jalur hingga 4 m dengan panjang jalannya 534 m,
evakuasi dari titik awal pertama di simpang permukaan jalan aspal, dua arah, dan tidak
tiga Kentingan dapat melewati Jalan melewati jembatan, sehingga dianggap
Kentingan lurus melewati depan Rumah memiliki waktu tempuh evakuasi yang lebih
Sakit Jiwa Surakarta, kemudian hingga di cepat dan efektif.
depan Kantor Pusat Psikoterapi Kota Kedua adalah alternatif jalur evakuasi
Surakarta ke arah Utara lurus hingga di dari titik awal di sebuah simpang empat
Masjid Al-Fath. Least cost path memilih jalur jalan di tengah permukiman padat
tersebut karena memiliki lebar jalan 2,5 m penduduk tepatnya pada koordinat 485137

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 13


mT dan 9164571 mU dapat melewati jalan 2. Titik evakuasi yang mendekati kriteria
ke arah Barat hingga mentok, kemudian dan berada di luar kawasan banjir
lurus kearah utara hingga melewati berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan
jembatan, melewati depan Asrama Umum Kota Surakarta yaitu Masjid Jami’
Mahasiswa UNS, kemudian menuju tempat dan Masjid Sawunggaling di Kelurahan
evakuasi masjid Al-Fath dengan jalur yang Sewu, sedang di Kelurahan Jebres adalah
dipilih least cost path. Jalur yang dipilih Masjid Al-Fath.
melewati lebar jalan 2.5 m, panjang jalan 3. Jalur evakuasi yang dihasilkan dengan
997 m, permukaan jalannya aspal dan metode least cost path adalah 2 jalur di
konblok dalam kondisi baik hingga sedang, Kelurahan Sewu dan 2 jalur di
dan dua arah meskipun terpaksa harus Kelurahan Jebres.
melewati jembatan karena tidak ada jalan
tanpa jembatan di area tersebut. Saran
1. Dalam melakukan skoring tiap parameter
PENUTUP yang digunakan dalam penentuan jalur
evakuasi sebaiknya menggunkan
Kesimpulan referensi yang relevan.
1. Jaringan jalan di daerah penelitian dapat 2. Untuk menentukan pemodelan simulasi
dikatakan sesuai untuk dijadikan jalur banjir luapan sebaiknya menggunakan
evakuasi. analisa hidrologi.

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 14


DAFTARA PUSTAKA

Al Samari, Bader Adulaziz, et al. Tanpa Tahun. Optimum Route OF pipeline using ArcGIS:
Saudi Aramco, Dhahran. http://www.saudigis.org/cms.acpx?cid=37. Diakses pada
26 Oktober 13:17
Anna, Noor Alif, dkk. 2012. Model Pengelolaan Air Permukaan Untuk Pencegahan Daerah Banjir Di
Surakarta Dan Sukoharjo Jawa Tengah. Laporan Penelitian Hibah Bersaing ke tiga.
Surakarta: Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ardana, Doma Madhan. 2013. Penentuan Jalur Evakuasi Dan Dampak Banjir Lahar Dingin
Gunung Merapi Magelang, Jawa Tengah. Skripsi Program Sarjana. Yogyakarta:
Fakultas Geografi, Universitas Gajah Mada.
Kodoatie, Robert J dan Sugiyanto. 2001. Banjir: Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliaanya
(Perspektif Lingkungan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mei, Wulan Estuningtyas, dkk. 2013. Lessons learned from the 2010 evacuations at Merapi volcano.
Journal of Volcanology and Geothermal Research, VOLGEO-05104;No of Pages
18.
PP No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Perum Jasa Tirta. 2009. Kejadian Banjir Kota Surakarta.
Prasetyo, Agustinus Budi. 2009. Pemetaan Lokasi Rawan Dan Risiko Bencana Banjir Di Kota
Surakarta Tahun 2007. Skripsi Program Sarjana. Surakarta: Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Priyana, Yuli, dkk. 2014. Model Simulasi Luapan Banjir Sungai Bengawan Solo Untuk
Optimalisasi Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Banjir. Laporan Penelitian Unggulan
Program Studi (PUPS). Surakarta: Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Triwidiyanto, Afrizal. 2013. Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Akibat Luapan Kali
Kemuning di Kabupaten Sampang. Tugas Akhir Program Sarjana. Surabaya: Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November.
Wiharja, Delasdriana dan Taufik Hery Purwanto. 2012. Analisis Perbandingan Jalur Pipa Transmisi
PDAM Eksisting dengan Metode Leas Cost Path di Kabupaten Sleman. Jurnal Penelitian
Fakultas Geografi UGM, Volume 1, Nomor 3, Tahun 2012.

Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 | Sri Harsini/E100090024 15

Anda mungkin juga menyukai