Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PEREKONOMIAN GLOBAL
KELOMPOK 1

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah
”Manajemen Perbankan”

Disusun Oleh:
1. Jovanta Rizky H (20160101339)
2. Dwi Putro Raharjo (20160101160)
3. Indah Fuji Damayanti (20160101149)
4. Mulyani
5. Nurlidiawati (20160101380)
6. Giyannita Fadillah (20160101161)
7. Dewi Nurus Sa’adah

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


CITRA RAYA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat


rahmat, taufik serta hidayahnya kami masih diberi kesempatan dan kemampuan
untuk menyusun makalah dengan judul “Perekonomian Indonesia” guna
memenuhi tugas Semester empat.

Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih
kepada:

1. Ibu Elistia selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Perbankan


yang memberikan arahan dan masukan dalam makalah ini.
2. Serta semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah
ini yang tidak mingkin kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuran. Demi
tercapainya suatu kesempurnaan kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.
Demikaian hal yang dapat kami sampaikan, kami berharap makalah ini
dapat berguna bagi pembaca.

Tangerang, 8 Mei 2018

Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... iii

1.1 Kondisi dan Permasalahan Perbankan .............................................. 3


1.2 Data Tabel dan Gambar yang Relevan dengan Perbankan ............... 9

BAB II ANALISA PEMBAHASAN ................................................................ 14

2.1 Peranan Perbankan dalam Perekonomian Global ............................. 14

2.2 Aspek dan Indikator Perekonomian dalam Perekonomian Global .... 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 22

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 22

3.1 Saran .................................................................................................. 23

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kondisi dan Permasalahan Perbankan


Pada semester II 2017, stabilitas sistem keuangan menunjukkan
perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya
meskipun intermediasi perbankan masih tumbuh secara terbatas. Kondisi
yang stabil tersebut ditunjukkan oleh pergerakan Indeks Stabilitas Sistem
Keuangan (ISSK) yang terjaga di zona normal. Perkembangan positif dari
SSK tidak terlepas dari pengaruh menurunnya risiko sistem keuangan global
pada semester laporan. Hal ini sejalan dengan perekonomian dunia yang
membaik dan ketidakpastian di pasar keuangan yang menurun. Akselerasi
pemulihan ekonomi global telah meningkatkan optimisme pasar dan
menurunkan risiko terjadinya gangguan stabilitas pasar keuangan. Risiko
sistem keuangan global yang menurun juga didukung oleh arah kebijakan
moneter dari negara maju yang sesuai perkiraan pasar dan risiko geopolitik
yang relatif mereda. Perkembangan positif dari global tersebut pada
gilirannya memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia.
Sejalan dengan menurunnya risiko di sistem keuangan global, risiko
perekonomian domestik juga menurun pada semester II 2017. Perbaikan ini
didukung oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga sejalan dengan inflasi
yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Keseimbangan
eksternal perekonomian Indonesia cenderung membaik. Neraca pembayaran
tercatat surplus dengan defisit transaksi berjalan yang menurun. Di sisi lain,
nilai tukar rupiah cenderung stabil, meskipun sedikit tertekan di akhir tahun.
Di tengah membaiknya SSK, masih terdapat beberapa sumber kerentanan
yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuangan antara lain (i)
pergerakan pertumbuhan kredit perbankan yang cenderung prosiklikal dengan
pertumbuhan PDB sehingga siklus keuangan masih berada pada fase

3
kontraksi; (ii) cukup tingginya posisi ULN korporasi nonbank; dan (iii)
tingginya kepemilikan nonresiden di pasar keuangan domestik. Utang Luar
Negeri (ULN) Indonesia meningkat pada akhir semester II 2017 yang
disebabkan oleh tingginya kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan
infrakstruktur dan kegiatan produktif lainnya, baik yang berasal dari
pemerintah maupun swasta. Dari sisi risiko, rasio ULN terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia dipandang cukup terjaga. Hal ini diindikasikan dengan
debt to GDP ratio yang relatif stabil di kisaran 34 – 35%. Porsi ULN
korporasi nonbank di Indonesia tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 37% dari
total ULN. Secara keseluruhan, risiko yang berasal dari porsi ULN korporasi
nonbank yang cukup tinggi tersebut masih terjaga dengan didukung oleh
struktur ULN yang mayoritas berjangka panjang dan repayment capacity
yang membaik. Namun demikian, potensi risiko ULN korporasi nonbank
sebagai sumber kerentanan tetap harus diwaspadai mengingat pertumbuhan
ULN korporasi nonbank selama 2017 sebagian besar disebabkan oleh
peningkatan ULN jangka pendek. Sementara itu, porsi kepemilikan
nonresiden baik di pasar SBN maupun di pasar saham masih tergolong tinggi
pada semester II 2017. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan
investor asing terhadap potensi dan prospek perekonomian Indonesia ke
depan masih cukup tinggi. Terlepas dari sisi positifnya, potensi risiko
pembalikan arus modal dan volatilitas transaksi juga menjadi cukup besar,
apalagi di tengah kondisi sentimen negatif eskternal yang meningkat. Seiring
dengan membaiknya stabilitas sistem keuangan Indonesia, stabilitas di pasar
keuangan domestik pada semester II 2017 relatif terjaga. Di tengah sentiment
positif yang antara lain didukung oleh kenaikan credit rating Indonesia dan
stabilnya kondisi makroekonomi, pemanfaatan pembiayaan dari pasar modal
terutama melalui initial public offering (IPO) dan right issue di pasar saham
serta penerbitan obligasi dan sukuk korporasi cenderung menurun jika
dibandingkan dengan semester sebelumnya. Namun demikian, berbagai
indikator di pasar modal dan pasar uang secara umum menunjukkan
penurunan risiko jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.

4
Pemanfaatan pembiayaan nonperbankan cenderung menurun antara lain
dipengaruhi oleh refinancing yang dilakukan di semester sebelumnya,
persepsi risiko, dan pola seasonal. Seiring penurunan pemanfaatan
pembiayaan dari pasar modal, hal yang sama juga terjadi dengan penerbitan
Negotiable Certificate of Deposit (NCD) yang mengalami penurunan di
semester II 2017. Namun demikian, NCD masih menjadi alternatif instrumen
keuangan bagi perbankan sebagai sumber pendanaan jangka pendek dibawah
1 (satu) tahun. Sementara itu penerbitan instrument Metdium Term Notes
(MTN) justru mengalami peningkatan yang didominasi oleh emiten di sektor
manufaktur, property dan infrastruktur dalam rangka memenuhi kebutuhan
modal kerja (pengembangan usaha) dan refinancing yang antara lain
dipengaruhi persyaratan penerbitan instrumen yang lebih longgar dengan
tidak mewajibkan pemenuhan rating. Secara umum, risiko di Pasar Uang
Antar Bank (PUAB), pasar repo antar bank, dan pasar valas menunjukkan
penurunan dibandingkan dengan semester sebelumnya. PUAB rupiah dan
valas menunjukkan volatilitas suku bunga yang menurun dan volume
transaksi yang terjaga. Sementara itu, pada pasar repo antar bank, rata-rata
harian suku bunga menurun untuk semua tenor yang menunjukkan semakin
efisiennya pasar. Terkait pasar valas, volatilitas spot dan derivatif di semester
II 2017 tetap terjaga. Persepsi investor asing terhadap nilai tukar rupiah juga
membaik yang tercermin dari cenderung menurunnya spread dari
nondeliverable forward (NDF) terhadap forward domestik. Di pasar Surat
Berharga Negara (SBN), penurunan risikotercermin dari penurunan yield
yang terjadi di semua tenor dan terjaganya volatilitas suku bunga. Demikian
pula dipasar obligasi korporasi yang juga menunjukkan penurunan yield
dibanding dengan semester sebelumnya. Seiring dengan penurunan risiko di
pasar obligasi, pasar saham juga mengalami hal yang sama tercermin dari
menguatnya harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan turunnya
volatilitas di pasar saham. Hal ini diikuti dengan terus membaiknya kinerja
reksadana sejalan dengan penguatan harga underlying aset reksadana di pasar
saham dan SBN berupa pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang lebih

5
tinggi dan penurunan volatilitas NAB dibandingkan dengan semester
sebelumnya. Persepsi positif yang ditunjang dari naiknya credit rating
Indonesia dari sejumlah lembaga pemeringkat, mendorong minat investor
asing untuk berinvestasi di pasar obligasi sehingga kepemilikan obligasi oleh
investor asing meningkat di semester II 2017. Hal yang berbeda terjadi di
pasar saham dengan adanya outflow dari investor asing. Meskipun demikian,
IHSG menunjukkan penguatan yang mengindikasikan meningkatnya peranan
investor dalam negeri untuk mereda gejolak pasar saham. Pada semester II
2017, pasar keuangan syariah menunjukkan risiko yang relatif terjaga
meskipun dari segi volatilitas cenderung meningkat. Terjaganya risiko di
pasar keuangan syariah ditopang oleh faktor-faktor seperti kondisi PUAS
dengan penurunan tingkat imbalan Sertifikat Investasi Mudharabah
Antarbank (SIMA) overnight dan meningkatnya volume transaksi PUAS;
meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di SBSN; kinerja pasar
modal yang membaik tercermin dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
dan Jakarta Islamic Indeks (JII) dari segi volatilitas maupun kapitalisasi; serta
semakin meningkatnya kinerja reksadana syariah yang tercermin dari NAB,
peningkatan volume, dan terjaganya minat investor. Sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik di semester II 2017, sektor
rumah tangga juga menunjukkan pertumbuhan positif. Konsumsi rumah
tangga menunjukkan peningkatan, baik dilihat dari pertumbuhan nilai,
proporsi terhadap PDB, maupun pertumbuhan kreditnya. Di sisi lain, kredit
konsumsi rumah tangga meningkat dengan risiko yang terjaga, sebagaimana
tercermin dari penurunan angka NPL. Sementara itu, sektor rumah tangga
tetap menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi ke depan, dengan
membaiknya angka Indeks Keyakinan Konsumen. Secara umum, sektor
korporasi menunjukkan kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan
semester sebelumnya, khususnya pada industri non migas. Peningkatan
ekspor, investasi, volume perdagangan dan harga beberapa komoditas
mendorong terjadinya peningkatan kinerja sektor korporasi. Sejalan dengan
itu, kinerja korporasi publik nonkeuangan juga menunjukkan perbaikan

6
meskipun terbatas. Terdapat kenaikan profitabilitas dan produktivitas
sebagaimana ditunjukkan dengan kenaikan laba bersih, serta peningkatan
inventory turnover dan asset turnover. Namun demikian, korporasi publik
nonkeuangan juga mencatat adanya kenaikan utang dan nilai debt service
ratio (DSR). Sejalan dengan peningkatan utang korporasi publik non
keuangan, kredit perbankan kepada korporasi dan utang luar negeri sektor
swasta menunjukkan pula adanya peningkatan dengan risiko yang terjaga.
Kredit perbankan kepada korporasi meningkat didorong oleh banyaknya
proyek infrastruktur pemerintah serta perbaikan ekonomi domestik.
Sementara itu, risiko kredit perbankan masih terjaga, tercermin dari
membaiknya rasio NPL. Utang luar negeri sektor swasta juga meningkat
dengan risiko yang terjaga sebagaimana tercermin dari penurunan utang luar
negeri korporasi nonkeuangan yang direstrukturisasi. Nilai ULN restru
korporasi nonkeuangan menurun baik untuk tone positif maupun negatif.
ULN restru korporasi nonkeuangan tone positif didominasi oleh jenis
refinancing dengan adanya peningkatan ekspansi usaha, khususnya pada
korporasi berorientasi ekspor. Sementara itu, ULN restru korporasi
nonkeuangan tone negatif didominasi oleh jenis reconditioning dan
rescheduling. Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi,
intermediasi perbankan pada semester II 2017 mengalami perbaikan
walaupun masih terbatas. Hal tersebut ditandai oleh pertumbuhan kredit yang
membaik, meskipun pertumbuhan DPK masih mengalami perlambatan yang
menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan mengalami kenaikan.
Meningkatnya permintaan pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah turut
mendukung pertumbuhan kredit ditengah lemahnya permintaan kredit baru
dari korporasi. Perbaikan pertumbuhan kredit juga terkonfirmasi dengan
penurunan indeks lending standard, terutama pada aspek suku bunga kredit
yang lebih rendah, jangka waktu kredit yang lebih panjang, dan biaya
persetujuan kredit yang lebih murah. Untuk mendorong pertumbuhan kredit,
perbankan mulai melakukan penurunan suku bunga kredit. Penurunan suku
bunga kredit tersebut terjadi pada semua kelompok BUKU seiring dengan

7
penurunan suku bunga DPK yang mencerminkan efektivitas transmisi suku
bunga kebijakan Bank Indonesia. Penurunan suku bunga DPK lebih landau
dibanding suku bunga kredit yang membuat intermediation spread menjadi
berkurang. Namun demikian profitabilitas perbankan tetap terjaga karena
penurunan spread diimbangi oleh peningkatan efisiensi. Meskipun terdapat
gejolak nilai tukar, risiko nilai tukar di sektor perbankan secara umum relatif
terjaga. Hal ini tercermin dari Posisi Devisa Netto (PDN) perbankan yang
relatif masih rendah dan didukung oleh ketahanan permodalan. Risiko pasar
pada perbankan yang bersumber dari penurunan harga SBN juga relatif masih
terjaga. Hal tersebut sejalan dengan yield SBN yang menurun serta IDMA
index yang dalam tren peningkatan di sepanjang 2017. Risiko kredit
perbankan di semester II 2017 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan
konsolidasi kredit bermasalah oleh perbankan telah menunjukkan hasil.
Berdasarkan sektor ekonomi, penyumbang terbesar penurunan NPL gross
perbankan adalah sektor industri dan pertambangan, sejalan dengan
peningkatan kinerja kedua sektor tersebut. Sementara itu, tingkat kecukupan
permodalan perbankan juga masih terjaga, tercermin dari peningkatan Capital
Adequacy Ratio (CAR) sehingga berada pada level yang cukup tinggi di atas
ketentuan minimum. Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit
yang masih diimbangi dengan pertumbuhan modal karena terjaganya
profitabilitas perbankan.

8
1.2 Data Tabel dan Gambar yang Relevan dengan Perbankan

Tabel Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Negara/Kelompok Negara 2015 2016 2017

Dunia 3,4 3,2 3,7

Negara Maju 2,2 1,7 2,3

AS 2,9 1,5 2,3

Jepang 1,1 0,9 1,6*

EU 2,0 1,8 2,5*

Inggris 2,2 1,9 1,8*

Negara Berkembang 4,3 4,4 4,7

Negara Non-Eksportir Komoditas 5,0 4,7 4,9

Tiongkok 6,9 6,7 6,9

India 8,0 7,1 6,7

Negara Eksportir Komoditas 1,3 1,9 2,2

Sumber: IMF dan World Bank, diolah


Keterangan: *) berdasarkan rilis negara per Februari 2018

Pertumbuhan ekonomi AS pada 2017 meningkat menjadi 2,3% dari


sebelumnya 1,5%, ditopang oleh konsumsi yang tetap kuat dan investasi
yang membaik. Kinerja konsumsi tetap kuat, terutama untuk konsumsi
barang, didukung oleh perbaikan pasar tenaga kerja. Sementara itu,
investasi mencatat peningkatan pertumbuhan menjadi sekitar 4% dari
sekitar 2,5% pada tahun 2016. Perbaikan investasi berasal dari investasi
nonresidensial, terutama pada sektor tambang dan manufaktur. Perbaikan

9
kinerja investasi pada sektor tambang dipengaruhi dampak positif kenaikan
harga minyak sejak akhir tahun 2016 (Grafik 1.3). Sementara itu, investasi
pada sektor manufaktur membaik, didukung oleh perbaikan pada kondisi
industri manufaktur. Hal ini ditandai oleh purchasing manager index (PMI)
yang berada dalam fase ekspansi dan keluaran industri (industrial output)
yang berada pada level tinggi sejak awal tahun, Peningkatan investasi sektor
manufaktur terindikasi dari kapasitas utilisasi yang stabil di kisaran 75%,
meskipun keluaran industri terus meningkat. Selain itu, perbaikan ekonomi
AS juga didukung oleh depresiasi nilai tukar dolar AS yang berlangsung
hingga akhir triwulan II 2017 sehingga turut membantu mengurangi defisit
ekspor neto.

Pemulihan pertumbuhan ekonomi AS berpengaruh positif pada penurunan


tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran pada 2017 sebesar 4,1%, lebih
rendah dibandingkan dengan level sebelum krisis finansial global.

Grafik Tingkat Inflasi Negara Maju

Persen, yoy

10
Grafik 1.16. Grafik 1.16. Jumlah Uang Beredar India

Perkembangan Uang Beredar India

Perlambatan ekonomi India diperkirakan temporer seiring dengan


penyesuaian sementara pelaku ekonomi terhadap implementasi kebijakan
Pemerintah. Perkembangan terkini menunjukkan dampak negatif dari
kebijakan demonetisasi dan reformasi GST berangsur hilang pada semester
kedua 2017, sebagaimana terindikasi dari peningkatan kembali uang
beredar dan kenaikan pembelian kendaraan bermotor. Meskipun
melambat, secara umum ekonomi India masih tumbuh pada level yang
tinggi, didukung oleh konsumsi yang masih kuat dan ekspor yang
meningkat. Berbeda dengan konsumsi perkotaan yang terbatas akibat
ketidakpastian penerapan reformasi GST, konsumsi perdesaan tetap
tumbuh tinggi selama 2017. Konsumsi perdesaan didukung oleh
peningkatan kinerja sektor pertanian sebagai dampak dari membaiknya
curah hujan pada musim monsun. Ekspor juga meningkat sebagai dampak
positif dari kuatnya permintaan Asia dan Eropa serta tren pelemahan rupee
sehingga turut mendukung pertumbuhan ekonomi India. Sementara itu,

11
inflasi 2017 juga masih terkendali yakni mencapai 3,3% atau berada dalam
kisaran bawah target bank sentral yang ditetapkan 4±2%.

Gafik Perubahan Suku Bunga Kebijakan Moneter di Negara Berkembang

bps Persen

satu kebijakan utama pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan


ekonomi. Reformasi struktural ditempuh untuk memperbaiki kondisi
ketenagakerjaan terkait masalah penuaan populasi dan peningkatan upah
pekerja yang lambat. Penuaan populasi diatasi dengan kebijakan untuk
mendorong partisipasi wanita ke dalam pasar tenaga kerja, mengingat saat
ini jumlah pekerja pria jauh lebih besar dari wanita. Untuk mempercepat
kenaikan upah, kebijakan yang ditempuh antara lain dengan meningkatkan
fleksibilitas pasar tenaga kerja menghilangkan secara perlahan lifetime
targeted easing pada 2018 melalui penurunan rasio giro wajib minimum
(GWM) khusus bagi perbankan yang menyalurkan pendanaan kepada
perusahaan non-BUMN.

Untuk menjaga kestabilan nilai tukar, PBOC menerapkan faktor penyesuaian


dalam perhitungan nilai tukar acuannya, indeks CFETS RMB.1 Faktor

12
penyesuaian yang dikenal sebagai counter cyclical adjustment factor (CCAF)
merupakan komponen tambahan dalam perhitungan CFETS yang bertujuan
agar level CNY lebih merefleksikan kondisi fundamental. CCAF digunakan
bila pergerakan nilai tukar yuan terjadi secara berlebihan akibat sentimen.
Sejak introduksi CCAF pada bulan Mei 2017, CNY mengalami penguatan
terhadap USD. Penguatan tersebut tentunya juga didukung oleh pelemahan
USD, prospek perekonomian Tiongkok yang membaik, dan lebih
terkendalinya arus modal keluar.

Di India, stance kebijakan moneter masih berada dalam area netral


meskipun Reserve Bank of India (RBI) menurunkan suku bunga kebijakan
pada 2017. Penurunan suku bunga kebijakan sempat dilakukan pada
Agustus 2017 mempertimbangkan tekanan inflasi yang rendah dan
pertumbuhan ekonomi yang belum kuat. Selain itu, RBI juga melakukan
pelonggaran rasio likuiditas (statutory liquidity ratio) sebesar 50 bps ke
level 19,5%.2

Di sisi kebijakan fiskal, Pemerintah Tiongkok menempuh kebijakan fiskal


akomodatif seiring dengan ruang fiskal yang tersedia. Strategi fiskal
ditempuh dalam kerangka mendukung proses rebalancing ekonomi.
Stimulus fiskal lebih diarahkan pada sektor-sektor non-infrastruktur
sehingga berdampak pada investasi pemerintah yang melambat. Strategi ini
juga dilengkapi dengan pemotongan pajak guna memberikan stimulus pada
perekonomian. Di tengah kebijakan fiskal yang ekspansif, pemerintah
Tiongkok melakukan pengetatan pada pinjaman off-balance sheet sebagai
salah satu upaya deleveraging dari pemerintah lokal.

13
Pemerintah India meningkatkan stimulus fiskal yang berdampak pada
penundaan penurunan defisit fiskal. Pada Oktober 2017, Pemerintah India
mengumumkan paket stimulus fiskal dengan total nilai 9,1 triliun rupee
(setara 143,5 miliar dolar AS).

BAB II

ANALISA PEMBAHASAN

2.1 Peranan Perbankan dalam Perekonomian Global

Fungsi bank sangat krusial bagi perekonomian suatu negara. Oleh karena
itu, keberadaan aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat sangat
penting dijaga guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi
intermediasi serta untuk mencegah terjadinya bank runs and panics.
Kepercayaan masyarakat juga diperlukan karena bank tidak memiliki uang
tunai yang cukup untuk membayar kewajiban kepada seluruh nasabahnya
sekaligus.

Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh bangsa. Perbankan


di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, salah satunya
menjaga kestabilan moneter yang di sebabkan atas kebijakannya terhadap
simpanan masyarakat serta sebagai lalu lintas pembayaran. Bank sendiri
merupakan suatu badan usaha yang tujuannya menghasilkan keuntungan atau
laba.

Dalam hal ini maka berlaku prinsip going concern yang artinya kegiatan
usaha harus dilakukan terus-menerus tidak hanya sekali selesai lalu tidak
berkelanjutan (Umi, 2006). Dari tujuan utama perusahaan tersebut maka
pihak manajemen harus menghasilkan keuntungan yang optimal serta

14
pengendalian yang seksama terhadap kegiatan operasionalnya terutama yang
berkaitan dengan keuangan perusahaan.

Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai lembaga


intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. Bank memiliki peran
sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana. Bank
juga berfungsi memperlancar lalu lintas keuangan yang berperan
kepada mobilitas pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Bank dengan segenap
kelembagaan yang melekat memiliki peran penting dalam menopang
kegiatan ekonomi masyarakat.

a) Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan di bawah ini menujukkan betapa


pentingnya keberadaan bank dalam perekonomian modern , yaitu :
Penciptaan uang. Uang yang diciptakan bank adalah uang giral, yaitu alat
pembayaran lewat mekanisme pemindah bukuan (kliring). Kemampuan
bank umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya
dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi
atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi
kemampuan bank umum menciptakan uang giral.
b) Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran. Fungsi lain dari bank
yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme
pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan
bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme
pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer
uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan
tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman,
seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.
c) Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat. Dana yang paling banyak
dihimpun oleh bank adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan
terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank
umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-

15
lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun
akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya
melalui penyaluran kredit.
d) Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional. Bank juga sangat
dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi
internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal.
Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu
muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter
masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam
skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi
tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang
melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah,
cepat, dan murah.
e) Penyimpanan Barang-Barang Berharga. Penyimpanan barang-barang
berharga adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh
bank. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang
dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang
sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit
box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank
memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat
berharga.
f) Pemberian Jasa-Jasa Lainnya. Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya
oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat
membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang
melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank.
Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pihak yang menggunakannya.

2.2 Aspek dan Indikator Perekonomian dalam Perekonomian Global

 Aspek Perekonomian Dalam Perbankan

16
Aspek meliputi dimensi perbankan dalam kaitannya dengan peranan sektor
keuangan dalam menjaga stabilitas makroekonomi secara agregat. Sebagai
otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem
keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia
dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem
keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan
ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter
memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula
sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas
kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi
kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan
maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal.
Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi
stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan.
Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga
masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.

 Indikator Perbankan Nasional

Definisi Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) sebenarnya belum memiliki definisi baku


yang telah diterima secara internasional. Oleh karena itu, muncul beberapa
definisi mengenai SSK yang pada intinya mengatakan bahwa suatu sistem
keuangan memasuki tahap tidak stabil pada saat sistem tersebut telah
membahayakan dan menghambat kegiatan ekonomi. Di bawah ini dikutip
beberapa definisi SSK yang diambil dari berbagai sumber:

” Sistem keuangan yang stabil mampu mengalokasikan sumber dana dan


menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan
terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan.”

17
” Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan
terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan
fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara
baik.”

” Stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana mekanisme


ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko
berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi.”

Arti stabilitas sistem keuangan dapat dipahami dengan melakukan penelitian


terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan instabilitas di sektor
keuangan. Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai
macam penyebab dan gejolak. Hal ini umumnya merupakan kombinasi antara
kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku. Kegagalan
pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal (internasional) dan internal
(domestik). Risiko yang sering menyertai kegiatan dalam sistem keuangan
antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional.

Meningkatnya kecenderungan globalisasi sektor finansial yang didukung oleh


perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin
terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk
keuangan semakin dinamis dan beragam dengan kompleksitas yang semakin
tinggi. Berbagai perkembangan tersebut selain dapat mengakibatkan sumber-
sumber pemicu ketidakstabilan sistem keuangan meningkat dan semakin
beragam, juga dapat mengakibatkan semakin sulitnya mengatasi
ketidakstabilan tersebut.

Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih


bersifat forward looking (melihat kedepan). Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui potensi risiko yang akan timbul serta akan mempengaruhi
kondisi sistem keuangan mendatang. Atas dasar hasil identifikasi tersebut
selanjutnya dilakukan analisis sampai seberapa jauh risiko berpotensi

18
menjadi semakin membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga
mampu melumpuhkan perekonomian.

Pentingnya Stabilitas Sistem Keuangan

Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam


perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan
berfungsi mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus kepada
yang mengalami defisit. Apabila sistem keuangan tidak stabil dan tidak
berfungsi secara efisien, pengalokasian dana tidak akan berjalan dengan baik
sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Pengalaman
menunjukkan, sistem keuangan yang tidak stabil, terlebih lagi jika
mengakibatkan terjadinya krisis, memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk
upaya penyelamatannya.

Pelajaran berharga pernah dialami Indonesia ketika terjadi krisis keuangan


tahun 1998, dimana pada waktu itu biaya krisis sangat signifikan. Selain itu,
diperlukan waktu yang lama untuk membangkitkan kembali kepercayaan
publik terhadap sistem keuangan. Krisis tahun 1998 ini membuktikan bahwa
stabilitas sistem keuangan merupakan aspek yang sangat penting dalam
membentuk dan menjaga perekonomian yang berkelanjutan. Sistem
keuangan yang tidak stabil cenderung rentan terhadap berbagai gejolak
sehingga mengganggu perputaran roda perekonomian.

Secara umum dapat dikatakan bahwa ketidakstabilan sistem keuangan dapat


mengakibatkan timbulnya beberapa kondisi yang tidak menguntungkan
seperti :

o Transmisi kebijakan moneter tidak berfungsi secara normal sehingga


kebijakan moneter menjadi tidak efektif.
o Fungsi intermediasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya akibat
alokasi dana yang tidak tepat sehingga menghambat pertumbuhan
ekonomi.

19
o Ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan yang umumnya
akan diikuti dengan perilaku panik para investor untuk menarik
dananya sehingga mendorong terjadinya kesulitan likuiditas.
o Sangat tingginya biaya penyelamatan terhadap sistem keuangan
apabila terjadi krisis yang bersifat sistemik.

Kondisi perbankan dalam indikator besarnya tingkat tabungan yang dapat


dihimpun (simpanan tabungan [saving deposits) dan depoaito berjangka (time
deposits)] dari masyarakat mengalami fluktuasi dalam kurun waktu tahun
1995-2012. Pada tahun 1995, akumulasi dana yang dapat dihimpun bank dari
masyarakat sebesar Rp.130,9 triliun. Kemudian, pada tahun 2001meninggat
menjadi sebesar Rp.511,6 triliun dan pada tahun 2002 angkatnya turun
menjadi sebesar Rp.193,5 triliun. pada tahun 2012, jumlah dana yang dapat
dihimpun oleh bank meningkat menjadi sebesar Rp1.026,1 triliun.

Naik turunnya besarnya dana yang dapat dihimpun oleh bank dari masyarakat
ini menunjukkan adanya alternatif penyimpanan dana masyarakat ke
instrumen keuangan yang lainnya. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan
kepercayaan (trust) yang diberikan sektor perbankan kepada masyarakat.
selama bank tidak dapat memberikan kepercayaan dan sekaligus insentif
positif kepada pemilik dana, maka kemampuan bank dalam menggali sumber
dana dari masyarakat melalui instrumen tabungan juga akan mengalami
kegagalan.

Pada perkembangannya, sektor perbankan di Indonesia mengalami kinerja


yang meningkat dari waktu ke waktu. Adanya pertambahan jumlah penduduk
dan semakin meningkatnya pendapatan masyatakat membuat lembaga
keuangan bank semakin dibutuhkan. Dalam konteks ini, bank dapat
memainkan perannya dalam menjalankan fungsi intermediasi (intermediary
function). Melalui fungsi ini, perbankan nasional menjalankan kegiatannnya
sebagai penghimpun dana dan pengalokasi. Perkembangan dalam
penghimpunan dana dan pengalokasian dana tersebut juga diiringin dengan

20
semakin sehatnya kinerja keuangan bank. Berbagai indikator kesehatan bank
memberikan gambaran akan semakin kuatnya pengelolaan keuangan bank,
sehingga dapat menjamin keberlanjutan usaha bank dalam pelayanan jasa
keuangan kepada masyarakat. Perkembangan dari indikator kesehatan bank
di Indonesia menunjukkan adanya nilai pencapaian yang melebihi ambang
batas minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Kesehatan bank yang tercermin dalam indikator-indikator keuangan


perbankan, seperti Capital Adequaty Ratio, Return on Asset, Return on
Investment, Return on Equity, Loan to Depost Ratio, Net Interest Margin,
dan Net Interest Income menunjukkan seberapa baik kinerja keuangan bank
dalam kegiatan operasionalnya.

Dalam konstelasi bisnis yang semakin ketat persaiangannya, dituntut juga


harus memperhatikab aspek pelayanan kepada nasabahnya Pelayanan
tersebut tidak hanya terkait dengan pra-transaksi, tetapi juga dilakukan pasca-
transaksi yang dilakukan oleh nasabahnya. Hanya dengan cara tersebut bank
akan mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat dalam bertransaksi
dengan lembaga keuangan bank.

21
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Risiko pasar keuangan global 2017 menurun didukung oleh perekonomian
global yang membaik, arah kebijakan moneter dari negara maju yang sesuai
perkiraan pasar, dan risiko geopolitik yang relatif mereda. Akselerasi
pemulihan ekonomi global telah meningkatkan optimism pasar dan
menurunkan risiko terjadinya gangguan stabilitas pasar keuangan di jangka
pendek. Proses normalisasi kebijakan moneter negara maju tidak terlalu
berdampak pada pasar keuangan karena telah diantisipasi oleh pelaku pasar.
Volatilitas pasar keuangan yang tetap terkendali juga tidak terlepas dari
kecepatan normalisasi yang lebih gradual dibandingkan dengan ekspektasi
pasar. Selain itu, risiko geopolitik menurun dibandingkan dengan kondisi
tahun lalu seiring meredanya risiko ketidakpastian kebijakan pemerintah AS
dan berkurangnya kekhawatiran terhadap terpecahnya negara-negara
kawasan Eropa. Risiko geopolitik hanya sempat meningkatkan volatilitas
pasar keuangan secara temporer pada triwulan III 2017, dipicu isu keamanan
di semenanjung Korea dan Timur Tengah. Pasar keuangan global yang
terkendali berdampak positif pada terus berlanjutnya aliran modal ke negara
berkembang, meskipun pada saat bersamaan beberapa negara maju mulai
melakukan normalisasi kebijakan moneter. Peningkatan aliran modal ke

22
negara berkembang dimulai sejak awal 2017. Aliran modal ke negara
berkembang tersebut mulai mengalami perlambatan pada akhir triwulan III
2017 seiring dimulainya pengurangan neraca bank sentral (balance sheet
reduction) oleh bank sentral AS dan meningkatnya risiko geopolitik di
beberapa negara berkembang. Secara keseluruhan, aliran modal ke negara
berkembang pada 2017 masih meningkat dibandingkan dengan capaian 2016.
Kenaikan aliran modal ke negara berkembang ditopang seluruh komponen,
yakni investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya.

3.2 Saran
Perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu Negara.
Oleh karena itu peran perbankan dalam menjaga stabilitas moneter dan
stabilitas keuangan perlu ditingkatkan. Perbankan merupakan urat nadi
perekonomian di seluruh bangsa sehingga peranannya sangat penting dalam
perekonomian Global.

23

Anda mungkin juga menyukai