PEREKONOMIAN GLOBAL
KELOMPOK 1
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah
”Manajemen Perbankan”
Disusun Oleh:
1. Jovanta Rizky H (20160101339)
2. Dwi Putro Raharjo (20160101160)
3. Indah Fuji Damayanti (20160101149)
4. Mulyani
5. Nurlidiawati (20160101380)
6. Giyannita Fadillah (20160101161)
7. Dewi Nurus Sa’adah
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih
kepada:
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuran. Demi
tercapainya suatu kesempurnaan kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.
Demikaian hal yang dapat kami sampaikan, kami berharap makalah ini
dapat berguna bagi pembaca.
Penulis,
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
kontraksi; (ii) cukup tingginya posisi ULN korporasi nonbank; dan (iii)
tingginya kepemilikan nonresiden di pasar keuangan domestik. Utang Luar
Negeri (ULN) Indonesia meningkat pada akhir semester II 2017 yang
disebabkan oleh tingginya kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan
infrakstruktur dan kegiatan produktif lainnya, baik yang berasal dari
pemerintah maupun swasta. Dari sisi risiko, rasio ULN terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia dipandang cukup terjaga. Hal ini diindikasikan dengan
debt to GDP ratio yang relatif stabil di kisaran 34 – 35%. Porsi ULN
korporasi nonbank di Indonesia tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 37% dari
total ULN. Secara keseluruhan, risiko yang berasal dari porsi ULN korporasi
nonbank yang cukup tinggi tersebut masih terjaga dengan didukung oleh
struktur ULN yang mayoritas berjangka panjang dan repayment capacity
yang membaik. Namun demikian, potensi risiko ULN korporasi nonbank
sebagai sumber kerentanan tetap harus diwaspadai mengingat pertumbuhan
ULN korporasi nonbank selama 2017 sebagian besar disebabkan oleh
peningkatan ULN jangka pendek. Sementara itu, porsi kepemilikan
nonresiden baik di pasar SBN maupun di pasar saham masih tergolong tinggi
pada semester II 2017. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan
investor asing terhadap potensi dan prospek perekonomian Indonesia ke
depan masih cukup tinggi. Terlepas dari sisi positifnya, potensi risiko
pembalikan arus modal dan volatilitas transaksi juga menjadi cukup besar,
apalagi di tengah kondisi sentimen negatif eskternal yang meningkat. Seiring
dengan membaiknya stabilitas sistem keuangan Indonesia, stabilitas di pasar
keuangan domestik pada semester II 2017 relatif terjaga. Di tengah sentiment
positif yang antara lain didukung oleh kenaikan credit rating Indonesia dan
stabilnya kondisi makroekonomi, pemanfaatan pembiayaan dari pasar modal
terutama melalui initial public offering (IPO) dan right issue di pasar saham
serta penerbitan obligasi dan sukuk korporasi cenderung menurun jika
dibandingkan dengan semester sebelumnya. Namun demikian, berbagai
indikator di pasar modal dan pasar uang secara umum menunjukkan
penurunan risiko jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.
4
Pemanfaatan pembiayaan nonperbankan cenderung menurun antara lain
dipengaruhi oleh refinancing yang dilakukan di semester sebelumnya,
persepsi risiko, dan pola seasonal. Seiring penurunan pemanfaatan
pembiayaan dari pasar modal, hal yang sama juga terjadi dengan penerbitan
Negotiable Certificate of Deposit (NCD) yang mengalami penurunan di
semester II 2017. Namun demikian, NCD masih menjadi alternatif instrumen
keuangan bagi perbankan sebagai sumber pendanaan jangka pendek dibawah
1 (satu) tahun. Sementara itu penerbitan instrument Metdium Term Notes
(MTN) justru mengalami peningkatan yang didominasi oleh emiten di sektor
manufaktur, property dan infrastruktur dalam rangka memenuhi kebutuhan
modal kerja (pengembangan usaha) dan refinancing yang antara lain
dipengaruhi persyaratan penerbitan instrumen yang lebih longgar dengan
tidak mewajibkan pemenuhan rating. Secara umum, risiko di Pasar Uang
Antar Bank (PUAB), pasar repo antar bank, dan pasar valas menunjukkan
penurunan dibandingkan dengan semester sebelumnya. PUAB rupiah dan
valas menunjukkan volatilitas suku bunga yang menurun dan volume
transaksi yang terjaga. Sementara itu, pada pasar repo antar bank, rata-rata
harian suku bunga menurun untuk semua tenor yang menunjukkan semakin
efisiennya pasar. Terkait pasar valas, volatilitas spot dan derivatif di semester
II 2017 tetap terjaga. Persepsi investor asing terhadap nilai tukar rupiah juga
membaik yang tercermin dari cenderung menurunnya spread dari
nondeliverable forward (NDF) terhadap forward domestik. Di pasar Surat
Berharga Negara (SBN), penurunan risikotercermin dari penurunan yield
yang terjadi di semua tenor dan terjaganya volatilitas suku bunga. Demikian
pula dipasar obligasi korporasi yang juga menunjukkan penurunan yield
dibanding dengan semester sebelumnya. Seiring dengan penurunan risiko di
pasar obligasi, pasar saham juga mengalami hal yang sama tercermin dari
menguatnya harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan turunnya
volatilitas di pasar saham. Hal ini diikuti dengan terus membaiknya kinerja
reksadana sejalan dengan penguatan harga underlying aset reksadana di pasar
saham dan SBN berupa pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang lebih
5
tinggi dan penurunan volatilitas NAB dibandingkan dengan semester
sebelumnya. Persepsi positif yang ditunjang dari naiknya credit rating
Indonesia dari sejumlah lembaga pemeringkat, mendorong minat investor
asing untuk berinvestasi di pasar obligasi sehingga kepemilikan obligasi oleh
investor asing meningkat di semester II 2017. Hal yang berbeda terjadi di
pasar saham dengan adanya outflow dari investor asing. Meskipun demikian,
IHSG menunjukkan penguatan yang mengindikasikan meningkatnya peranan
investor dalam negeri untuk mereda gejolak pasar saham. Pada semester II
2017, pasar keuangan syariah menunjukkan risiko yang relatif terjaga
meskipun dari segi volatilitas cenderung meningkat. Terjaganya risiko di
pasar keuangan syariah ditopang oleh faktor-faktor seperti kondisi PUAS
dengan penurunan tingkat imbalan Sertifikat Investasi Mudharabah
Antarbank (SIMA) overnight dan meningkatnya volume transaksi PUAS;
meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di SBSN; kinerja pasar
modal yang membaik tercermin dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
dan Jakarta Islamic Indeks (JII) dari segi volatilitas maupun kapitalisasi; serta
semakin meningkatnya kinerja reksadana syariah yang tercermin dari NAB,
peningkatan volume, dan terjaganya minat investor. Sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik di semester II 2017, sektor
rumah tangga juga menunjukkan pertumbuhan positif. Konsumsi rumah
tangga menunjukkan peningkatan, baik dilihat dari pertumbuhan nilai,
proporsi terhadap PDB, maupun pertumbuhan kreditnya. Di sisi lain, kredit
konsumsi rumah tangga meningkat dengan risiko yang terjaga, sebagaimana
tercermin dari penurunan angka NPL. Sementara itu, sektor rumah tangga
tetap menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi ke depan, dengan
membaiknya angka Indeks Keyakinan Konsumen. Secara umum, sektor
korporasi menunjukkan kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan
semester sebelumnya, khususnya pada industri non migas. Peningkatan
ekspor, investasi, volume perdagangan dan harga beberapa komoditas
mendorong terjadinya peningkatan kinerja sektor korporasi. Sejalan dengan
itu, kinerja korporasi publik nonkeuangan juga menunjukkan perbaikan
6
meskipun terbatas. Terdapat kenaikan profitabilitas dan produktivitas
sebagaimana ditunjukkan dengan kenaikan laba bersih, serta peningkatan
inventory turnover dan asset turnover. Namun demikian, korporasi publik
nonkeuangan juga mencatat adanya kenaikan utang dan nilai debt service
ratio (DSR). Sejalan dengan peningkatan utang korporasi publik non
keuangan, kredit perbankan kepada korporasi dan utang luar negeri sektor
swasta menunjukkan pula adanya peningkatan dengan risiko yang terjaga.
Kredit perbankan kepada korporasi meningkat didorong oleh banyaknya
proyek infrastruktur pemerintah serta perbaikan ekonomi domestik.
Sementara itu, risiko kredit perbankan masih terjaga, tercermin dari
membaiknya rasio NPL. Utang luar negeri sektor swasta juga meningkat
dengan risiko yang terjaga sebagaimana tercermin dari penurunan utang luar
negeri korporasi nonkeuangan yang direstrukturisasi. Nilai ULN restru
korporasi nonkeuangan menurun baik untuk tone positif maupun negatif.
ULN restru korporasi nonkeuangan tone positif didominasi oleh jenis
refinancing dengan adanya peningkatan ekspansi usaha, khususnya pada
korporasi berorientasi ekspor. Sementara itu, ULN restru korporasi
nonkeuangan tone negatif didominasi oleh jenis reconditioning dan
rescheduling. Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi,
intermediasi perbankan pada semester II 2017 mengalami perbaikan
walaupun masih terbatas. Hal tersebut ditandai oleh pertumbuhan kredit yang
membaik, meskipun pertumbuhan DPK masih mengalami perlambatan yang
menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan mengalami kenaikan.
Meningkatnya permintaan pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah turut
mendukung pertumbuhan kredit ditengah lemahnya permintaan kredit baru
dari korporasi. Perbaikan pertumbuhan kredit juga terkonfirmasi dengan
penurunan indeks lending standard, terutama pada aspek suku bunga kredit
yang lebih rendah, jangka waktu kredit yang lebih panjang, dan biaya
persetujuan kredit yang lebih murah. Untuk mendorong pertumbuhan kredit,
perbankan mulai melakukan penurunan suku bunga kredit. Penurunan suku
bunga kredit tersebut terjadi pada semua kelompok BUKU seiring dengan
7
penurunan suku bunga DPK yang mencerminkan efektivitas transmisi suku
bunga kebijakan Bank Indonesia. Penurunan suku bunga DPK lebih landau
dibanding suku bunga kredit yang membuat intermediation spread menjadi
berkurang. Namun demikian profitabilitas perbankan tetap terjaga karena
penurunan spread diimbangi oleh peningkatan efisiensi. Meskipun terdapat
gejolak nilai tukar, risiko nilai tukar di sektor perbankan secara umum relatif
terjaga. Hal ini tercermin dari Posisi Devisa Netto (PDN) perbankan yang
relatif masih rendah dan didukung oleh ketahanan permodalan. Risiko pasar
pada perbankan yang bersumber dari penurunan harga SBN juga relatif masih
terjaga. Hal tersebut sejalan dengan yield SBN yang menurun serta IDMA
index yang dalam tren peningkatan di sepanjang 2017. Risiko kredit
perbankan di semester II 2017 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan
konsolidasi kredit bermasalah oleh perbankan telah menunjukkan hasil.
Berdasarkan sektor ekonomi, penyumbang terbesar penurunan NPL gross
perbankan adalah sektor industri dan pertambangan, sejalan dengan
peningkatan kinerja kedua sektor tersebut. Sementara itu, tingkat kecukupan
permodalan perbankan juga masih terjaga, tercermin dari peningkatan Capital
Adequacy Ratio (CAR) sehingga berada pada level yang cukup tinggi di atas
ketentuan minimum. Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit
yang masih diimbangi dengan pertumbuhan modal karena terjaganya
profitabilitas perbankan.
8
1.2 Data Tabel dan Gambar yang Relevan dengan Perbankan
9
kinerja investasi pada sektor tambang dipengaruhi dampak positif kenaikan
harga minyak sejak akhir tahun 2016 (Grafik 1.3). Sementara itu, investasi
pada sektor manufaktur membaik, didukung oleh perbaikan pada kondisi
industri manufaktur. Hal ini ditandai oleh purchasing manager index (PMI)
yang berada dalam fase ekspansi dan keluaran industri (industrial output)
yang berada pada level tinggi sejak awal tahun, Peningkatan investasi sektor
manufaktur terindikasi dari kapasitas utilisasi yang stabil di kisaran 75%,
meskipun keluaran industri terus meningkat. Selain itu, perbaikan ekonomi
AS juga didukung oleh depresiasi nilai tukar dolar AS yang berlangsung
hingga akhir triwulan II 2017 sehingga turut membantu mengurangi defisit
ekspor neto.
Persen, yoy
10
Grafik 1.16. Grafik 1.16. Jumlah Uang Beredar India
11
inflasi 2017 juga masih terkendali yakni mencapai 3,3% atau berada dalam
kisaran bawah target bank sentral yang ditetapkan 4±2%.
bps Persen
12
penyesuaian yang dikenal sebagai counter cyclical adjustment factor (CCAF)
merupakan komponen tambahan dalam perhitungan CFETS yang bertujuan
agar level CNY lebih merefleksikan kondisi fundamental. CCAF digunakan
bila pergerakan nilai tukar yuan terjadi secara berlebihan akibat sentimen.
Sejak introduksi CCAF pada bulan Mei 2017, CNY mengalami penguatan
terhadap USD. Penguatan tersebut tentunya juga didukung oleh pelemahan
USD, prospek perekonomian Tiongkok yang membaik, dan lebih
terkendalinya arus modal keluar.
13
Pemerintah India meningkatkan stimulus fiskal yang berdampak pada
penundaan penurunan defisit fiskal. Pada Oktober 2017, Pemerintah India
mengumumkan paket stimulus fiskal dengan total nilai 9,1 triliun rupee
(setara 143,5 miliar dolar AS).
BAB II
ANALISA PEMBAHASAN
Fungsi bank sangat krusial bagi perekonomian suatu negara. Oleh karena
itu, keberadaan aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat sangat
penting dijaga guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi
intermediasi serta untuk mencegah terjadinya bank runs and panics.
Kepercayaan masyarakat juga diperlukan karena bank tidak memiliki uang
tunai yang cukup untuk membayar kewajiban kepada seluruh nasabahnya
sekaligus.
Dalam hal ini maka berlaku prinsip going concern yang artinya kegiatan
usaha harus dilakukan terus-menerus tidak hanya sekali selesai lalu tidak
berkelanjutan (Umi, 2006). Dari tujuan utama perusahaan tersebut maka
pihak manajemen harus menghasilkan keuntungan yang optimal serta
14
pengendalian yang seksama terhadap kegiatan operasionalnya terutama yang
berkaitan dengan keuangan perusahaan.
15
lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun
akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya
melalui penyaluran kredit.
d) Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional. Bank juga sangat
dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi
internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal.
Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu
muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter
masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam
skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi
tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang
melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah,
cepat, dan murah.
e) Penyimpanan Barang-Barang Berharga. Penyimpanan barang-barang
berharga adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh
bank. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang
dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang
sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit
box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank
memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat
berharga.
f) Pemberian Jasa-Jasa Lainnya. Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya
oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat
membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang
melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank.
Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pihak yang menggunakannya.
16
Aspek meliputi dimensi perbankan dalam kaitannya dengan peranan sektor
keuangan dalam menjaga stabilitas makroekonomi secara agregat. Sebagai
otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem
keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia
dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem
keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan
ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter
memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula
sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas
kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi
kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan
maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal.
Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi
stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan.
Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga
masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
17
” Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan
terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan
fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara
baik.”
18
menjadi semakin membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga
mampu melumpuhkan perekonomian.
19
o Ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan yang umumnya
akan diikuti dengan perilaku panik para investor untuk menarik
dananya sehingga mendorong terjadinya kesulitan likuiditas.
o Sangat tingginya biaya penyelamatan terhadap sistem keuangan
apabila terjadi krisis yang bersifat sistemik.
Naik turunnya besarnya dana yang dapat dihimpun oleh bank dari masyarakat
ini menunjukkan adanya alternatif penyimpanan dana masyarakat ke
instrumen keuangan yang lainnya. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan
kepercayaan (trust) yang diberikan sektor perbankan kepada masyarakat.
selama bank tidak dapat memberikan kepercayaan dan sekaligus insentif
positif kepada pemilik dana, maka kemampuan bank dalam menggali sumber
dana dari masyarakat melalui instrumen tabungan juga akan mengalami
kegagalan.
20
semakin sehatnya kinerja keuangan bank. Berbagai indikator kesehatan bank
memberikan gambaran akan semakin kuatnya pengelolaan keuangan bank,
sehingga dapat menjamin keberlanjutan usaha bank dalam pelayanan jasa
keuangan kepada masyarakat. Perkembangan dari indikator kesehatan bank
di Indonesia menunjukkan adanya nilai pencapaian yang melebihi ambang
batas minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
21
BAB III
3.1 Kesimpulan
Risiko pasar keuangan global 2017 menurun didukung oleh perekonomian
global yang membaik, arah kebijakan moneter dari negara maju yang sesuai
perkiraan pasar, dan risiko geopolitik yang relatif mereda. Akselerasi
pemulihan ekonomi global telah meningkatkan optimism pasar dan
menurunkan risiko terjadinya gangguan stabilitas pasar keuangan di jangka
pendek. Proses normalisasi kebijakan moneter negara maju tidak terlalu
berdampak pada pasar keuangan karena telah diantisipasi oleh pelaku pasar.
Volatilitas pasar keuangan yang tetap terkendali juga tidak terlepas dari
kecepatan normalisasi yang lebih gradual dibandingkan dengan ekspektasi
pasar. Selain itu, risiko geopolitik menurun dibandingkan dengan kondisi
tahun lalu seiring meredanya risiko ketidakpastian kebijakan pemerintah AS
dan berkurangnya kekhawatiran terhadap terpecahnya negara-negara
kawasan Eropa. Risiko geopolitik hanya sempat meningkatkan volatilitas
pasar keuangan secara temporer pada triwulan III 2017, dipicu isu keamanan
di semenanjung Korea dan Timur Tengah. Pasar keuangan global yang
terkendali berdampak positif pada terus berlanjutnya aliran modal ke negara
berkembang, meskipun pada saat bersamaan beberapa negara maju mulai
melakukan normalisasi kebijakan moneter. Peningkatan aliran modal ke
22
negara berkembang dimulai sejak awal 2017. Aliran modal ke negara
berkembang tersebut mulai mengalami perlambatan pada akhir triwulan III
2017 seiring dimulainya pengurangan neraca bank sentral (balance sheet
reduction) oleh bank sentral AS dan meningkatnya risiko geopolitik di
beberapa negara berkembang. Secara keseluruhan, aliran modal ke negara
berkembang pada 2017 masih meningkat dibandingkan dengan capaian 2016.
Kenaikan aliran modal ke negara berkembang ditopang seluruh komponen,
yakni investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya.
3.2 Saran
Perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu Negara.
Oleh karena itu peran perbankan dalam menjaga stabilitas moneter dan
stabilitas keuangan perlu ditingkatkan. Perbankan merupakan urat nadi
perekonomian di seluruh bangsa sehingga peranannya sangat penting dalam
perekonomian Global.
23