BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI
iii
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ........................................................ 17
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas .............. 19
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti ..................................................... 20
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Patah tulang cedera traumatis yang paling umum (Petteri V, 2009).
Penyebab tingginya patah tulang disebabkan kecelakaan lalu lintas, olah raga,
perkelahian, serangan binatang dan lain-lain (Joko Triyono, 2015). Kecelakan lalu
lintas menyumbang patah tulang paling tinggi. Provinsi Jawa Tengah, kasus
kecelakaan lalu lintas menyumbang 20.829 dan mengalami fraktur tulang 1.770
orang (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2007). Catatan medik Rumah Sakit
Roemani Semarang, jumlah penderita fraktur selama 1 tahun, yaitu dari bulan Mei
2011 sampai April 2012 sebanyak 32 pasien patah tulang. Patah tulang yang
sering terjadi pada bagian tulang femur atau paha. Karena momen lentur
maksimum pada titik-titik tengah atau titik kritis tulang femur (Gudarzi M, et al,
2013). Perangkat fiksasi internal plate dan sekrup banyak diterapkan pada
pemulihan tulang femur retak atau patah (Boonthum Wongchai, 2012). Fungsi
utama fiksasi internal untuk mempertahankan pengurangan fraktur selama
penyembuhan tulang (Gaston M.S, Simpson A.H.R.W, 2007).
Salah satu cara untuk mengganti jaringan tulang yang telah rusak adalah
dengan teknik jaringan dimana sel tulang diambil dari pasien dan kemudian
ditanamkan pada tulang tiruan. Tulang tiruan tersebut merangsang pertumbuhan
sel dan membentuk jaringan yang kemudian diimplankan kembali ke dalam tubuh
pasien. Pada masa tertentu, tulang tiruan tersebut harus dapat diserap tubuh dan
tidak dapat terdegradasi, kemudian sel-sel terebut akan membentuk jaringan
(Ohgushi dan Caplan, 1999). Perancah biometik untuk implan tulang harus
dirancang dengan komposisi struktural dan kimia yang mirip dengan jaringan
tulang asli. (Amini, A.R, 2012). Di bawah perspektif ini, keramik perancah atau
polimer komposit memberikan sifat mekanik yang tinggi dan aktivitas biologis
yang baik dibandingkan dengan bahan keramik atau polimer saja (Vallet. M,
2008).
Biokeramik memiliki sifat yang tidak beracun dan paling banyak
digunakan untuk mengganti fungsi jaringan atau organ pada tubuh manusia.
Hidroksiapatit (HAp) adalah bagian turunan dari kalsium fosfat yang paling
banyak digunakan dalam pelapisan atau cements pada tulang karena memiliki
sifat biocompatible yang sangat baik (Al-sanabani, et al. 2013).
HAp yang cocok untuk rekontruksi tulang adalah HAp berpori. Pori yang
terbentuk berfungsi sebagai media pembentukan jaringan sel tulang yang tumbuh.
Untuk dapat digunakan sebagai tulang buatan, keramik harus mempunyai pori
dengan struktur terbuka (open pore). Pori terbuka tersebut berguna untuk
pertumbuhan sel tulang dan transportasi zat-zat makanan yang diperlukan tubuh.
Porositi dan interkonektifiti antar pori juga sangat penting untuk pembentukan
jaringan tulang (Millenko and Bruce, 2004).
2
dengan porositi sebesar 55-70%. Dalam proses pembentukan tulang baru, ukuran
dan porositi menjadi faktor yang krusial untuk mendifusikan bahan makanan,
melekatnya sel, perpindahan, perkembangbiakan sel tulang (Abdurrahim dan
Sopyan, 2008)
Ada kebutuhan yang berkembang untuk yang dapat memadai pengganti
jaringan tulang di bidang rekonstruksi jaringan tulang dan operasi plastik.
Hidroksiapatit (HA) keramik perancah telah dipelajari secara luas dan banyak
digunakan karena biokompatibilitas dan bioaktivitas yang sangat baik. Parameter
yang dirancang misalnya pori ukuran, bentuk dan interkonektivitas bisa
memengaruhi pembentukan jaringan tulang karena mereka bisa memengaruhi
migrasi dan proliferasi osteoblas dan sel mesenchymal, serta vaskularisasi. Dalam
teknik sacrificial templete, yang bahan template sangat berpengaruh pada
pembentukan struktur berpori. Hanya ada sejumlah porogen dalam membuat HA
perancah, seperti polimetilmetakrilat (PMMA) microsphere, NaCl partikel / gula
dan partikel asam stearat, Tetapi kebanyakan dari mereka memiliki kelemahan
umum yang biasanya menyebabkan interkonektivitas yang buruk antara pori-pori,
distribusi non-seragam ukuran pori.
Material pengganti atau memperbaiki tulang harus memiliki kemampuan
untuk menciptakan ikatan dengan host tulang hidup. Oleh karena itu para peneliti
telah mencoba untuk menyesuaikan sifat-sifatnya seperti bioaktivitas, kekuatan
mekanik, kelarutan dan sinterability dengan mengendalikan komposisi, morfologi
dan ukuran partikel. Metode klasik untuk sintesis bubuk HA meliputi
pengendapan langsung, teknik hidrotermal, hidrolisis kalsium fosfat, serta reaksi
solid-state dan metode mechano-chemical (Agrawal et al, 2011).
Hidroksiapatit dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 adalah bahan
biokeramik yang terbentuk dari ikatan kimia yang kuat dan termasuk kedalam
komponen penyusun tulang organisme hidup (in vivo) (Jayaswal et al, 2010). HA
memiliki sifat biokompatibilitas, osteokonduktivitas, dan afinitas kimia
danbiologi yang sangat baik dengan jaringan tulang (Zhang et al, 2012)
Biokeramik memiliki sifat yang tidak beracun dan paling banyak digunakan untuk
mengganti fungsi jaringan atau organ pada tubuh manusia.
2.3 Hidroksiapatit Berpori
HAp yang cocok untuk rekontruksi tulang adalah HAp berpori. Pori yang
terbentuk berfungsi sebagai media pembentukan jaringan sel tulang yang tumbuh.
HAp berpori umumnya dibuat melalui pembentukan komposi HAp dengan
polimer atau bahan organik, yang biasa disebut porogen, kemudian diteruskan
dengan kalsinasi sehingga bahan organiknya hilang. Struktur pori dan ukuran pori
memiliki peranan utama dalam sifat fisiokimia dan biologi dari scaffold .
Untuk dapat digunakan sebagai tulang buatan, keramik harus mempunyai
pori dengan struktur terbuka (open pore). Pori terbuka tersebut berguna untuk
pertumbuhan sel tulang dan transportasi zat-zat makanan yang diperlukan tubuh.
Porositi dan interkonektifiti antar pori juga sangat penting untuk pembentukan
5
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim T., & Sopyan, I. 2008. Recent progress on the development of porous
bioactive calcium phosphate for biomedical applications. Recent Patents on
Biomedical Engineering. vol.1 :213-229.
Amini.A.R, Laurencin.C.T., Nukavarapu.S.P., 2012. Bone tissue engineering:
recent advances and challenges, vol. 40 (5) : 363–408.
Agrawal K., Singh G., Puri D., Prakash S.2011. Synthesis Characterization of
Hydroxyapatite Powder by Sol-Gel Method for Biomedical Application.
Journal of Minerals and Materials Characterization and
Engineering.vol.10(8): 727-734.
Al-Sanabani, J. S., Madfa, A. A., and AlSanabani, F. A., 2013. Application of
Calcium Phosphate Materials in Dentistry. Hindawi Publishing Corporation
International Journal of Biomaterials :13-12.
Boonthum Wongchai., 2012. The Effect of the Configuration of the Screw
Fixation on the Interfragmentary Strain. American Journal of Applied
Sciences. vol. 9 (6) :842-845.
Drury, J. L. dan Mooney, D. J., 2003. Hydrogels for tissue engineering: scaffold
design variables and applications. Biomaterials. vol.24 : 4337–4351.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Sistem kesehatan nasional,
diperoleh tanggal 22 Desember 2013. Dari repository usu.ac.id
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah., 2007. Jumlah penderita patah tulang di
Jawa Tengah dalam bentuk angka. Buku laporan tahunan Dinkes Jateng.
Gaston M.S., Simpson A.H.R.W., 2007. Inhibition of fracture healing. The
Journal of Bone and Joint Surgery. British vol. 89-B, pp. 1553-1560.
Gudarzi Mohammad, Hashem Zamanian, Bahador Marzban, Shahram
Amoozegar., 2013. Investigation of the Stress Distribution in a Bone Due to
Screws Pretensions of the Bone Plate, Dep. of Biomedical Eng., Amirkabir
University of Tech.
Juwita, R., 2012. Sintesis Hidroksiapatit Berpori Berbasis Kalsium dari Cangkang
Telur dan Porogen Lilin Sarang Lebah. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Jayaswal, G. P., Dange, S. P., ang Khalikar, A. N., 2010. Bioceramic in Dental
Implants: A Review. Journal of Indian Prosthodontic Society. Vol. 10:8-12.
Joko Triyono, 2015, Terinspirasi Kelainan Tulang, Suara Merdeka Cetak,
www.berita.suaramerdeka.com, diakses pada tanggal Kamis , 28 Oktober
2017.
10
Milenko M., Bruce, O.F., Ming S.T., 2004. Preparation and Comprehensive
Characterization of a Calsium Hydroxyapatite References Material. of
Research of the National Institute of Standards and technology, vol. 109 :
553-568.
Ohgushi, H., & Caplan, A.I., 1999. Stem Cell Technology and Bioceramics: From
Cell to Gene Engineering. Journal of Biomedical Materials Research B.
Vol. 48, 913-927.
Park, Kinam, et al., 1999. Biodegradable Hydrogels for Drug Delivery.
Pennsylvania: Technomic Publishing Company. Inc.Subhaini,
Petteri Vaananen., 2009. Testing of Biodegradable Bone Fixation Implants,
Doctoral di ssertati on. Department of Physics Uni versi ty of Kuopio,
Publicati Ons C. Natural And Environmental Sciences 262.
M. Vallet-Regí, D. Arcos, 2008. Biomimetic nanoceramics in clinical use: from
materials to applications, RSC Nanoscience & Nanotechnology, Royal
Society of Chemistry : Cambridge.
Sopyan, I., dan J. Kaur. 2009. Preparation dan characterization of porous
hydroxyapatite through polymeric sponge method. Ceramic International.
vol 35: 3161-3168.
Sopyan, I., A. Fadli., dan M. Mel. 2012. Porous alumina hydroxyapatite
composites through protein foaming-consolidation method. Journal of the
Mechanical Behavior of Biomedical Materials. Vol 8: 86-98.
Studart, A.R., U.T. Gonzenbach., E. Tervoort., dan L.J. Gauckler. 2006.
Processing Routes to Macroporous Ceramics: A Review. Journal of the
American Ceramic Society 89 (6): 1771-1789.
Yang, Y., Kang., Sen, M., & Park, S. 2011. Bioceramics in tissue engineering. In
J.A. Burdick and R.L. Mauck (Eds.), Biomaterials for tissue engineering
applications. Wienhem, Germany: 179-207.
Zhang, Y., D. Kong., Y. Yokogawa., X. Feng., Y. Tao., dan T. Qiu. 2012.
Fabrication of Porous Hydroxyapatite Ceramic Scaffolds with High
Flexural Strength Through the Double Slip-Casting Method Using Fine
Powders. Journal of the American Ceramic Society 95 (1): 147–1.
11
12
13
14
C. Pengalaman Penelitian
No JudulPenelitian Tahun
1. Ahmad Fadli.Preparation of porous alumina-calcium 2012
phosphate for bone implant applications using protein
foaming-consolidation method.
2. Ahmad Fadli. Development of porous alumina- 2011
hydroxyapatite for biomedical applications using protein
foaming-consolidation method. EDW A, IIUM.
3. Ahmad Fadli. Development of porous alumina for 2008
biomedical application using protein foaming-
consolidation method. EDW A, IIUM.
15
D. Publikasi Ilmiah
No KaryaIlmiah
1. Ahmad Fadliand IisSopyan. Porous alumina through protein foaming-
consolidation method: effect of stirring time and drying temperature on
the physical properties, presented at International Conference of
Functionalized and Sensing Materials (FuSem-2009), Bangkok
(Thailand), 7-9 December 2009.
2. IisSopyan, Ahmad Fadli. Porous alumina via protein foaming-
consolidation method. presented at European Materials Research Society
(E-MRS 2008) Faal Meeting, Warsaw (Poland), 15-19 September 2008.
3. Ahmad Fadli and Iis Sopyan. Preparation of porous alumina for
biomedical application through protein foaming-consolidation method,
presented at 2nd International Conference on Functional Material and
Devices (ICFMD), Kuala Lumpur (Malaysia), 16-19 June 2008.
4. Ahmad Fadli and Iis Sopyan. Preparation of porous alumina for
biomedical application through protein foaming-consolidation method,
Material Research Inovations, 2009.
5. Ahmad Fadli, Iis Sopyan and S. Ramesh. Porous alumina from protein
foaming-consolidation method containing hydrothermal derived
hydroxyapatite powder, presented at International Conference of
Applied Mechanic, Materials and Manufacturing (ICA3M), Shenzen
(China), 18-20 November 2011.
6. Ahmad Fadli, IisSopyan, Maizirwan Mel dan Zuraida Ahmad. Porous
alumina through protein foaming-consolidation method:effect of
dispersant concentration on the physical properties, Asia-Pacific
Journal of Chemical Engineering. 2011.
7. Ahmad Fadli, Iis Sopyan. Porous ceramic with controllable properties
prepared by protein foaming-consolidation method, Journal of Porous
Materials. 2011.
8. Ahmad Fadli, Iis Sopyan, and Maizirwan Mel. Effect of hydroxyapatite
and tricalcium phosphate addition on protein foaming-consolidation
porous alumina, Journal of Porous Materials. 2011.
9. Ahmad Fadli, Iis Sopyan, and Maizirwan Mel. Porous alumina-
hydroxyapatitecomposites from protein foaming-consolidation method,
Journal of the Mechanical Behavior of Biomedical Materials.
10. Ahmad Fadli, Iis Sopyan, and Maizirwan Mel. Floating porous alumina
from protein foaming-consolidation technique for cell culture
application, Ceramics International.
16
17
3. Perjalanan
Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah Biaya
Pemakaian (Rp) (Rp)
Pengiriman Uji sampel 1 50.000 50.000
Sampel
UNDIP
Perjalanan ke Uji Sampel 2 (pp) 500.000 1000.000
Padang
SUB TOTAL (Rp) 1.050.000
4. Lain – lain
Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah
Pemakaian (Rp) Biaya (Rp)
Publikasi Publikasi 1 1.500.000 1.500.000
Jurnal
Print, fotocopy, Pembuatan 1 300.000 300.000
jilid, dan proposal,
scanning laporan
kemajuan dan
laporan akhir
SUB TOTAL (Rp) 1.800.000
19