Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh :

FARIDATUN NIKMAH

010112a032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN

2015
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

3. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
 Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.
 Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Tanda dan Gejalanya :
Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang
lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.

4. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI,
1998 : 336).
Tanda dan gejala :
Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

C. Pathway

Faktor predisposisi Faktor presipitasi Faktor perilaku


(biologis, psikologis, (lingkungan, interaksi
dengan orang lain)
sosiokultural)

Ketidakmampuan menghadapi
stressor

Gangguan Gangguan identitas Gangguan peran Gangguan pada Gangguan pada


gambaran diri diri diri ideal diri Harga diri

Gangguan Konsep Diri

Harga Diri Rendah

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan

1 Masalah utama : - Mengungkapkan ingin diakui - Merusak diri sendiri


Gangguan konsep jati dirinya - Merusak orang lain
diri : harga diri - Mengungkapkan tidak ada lagi - Menarik diri dari
rendah yang peduli
hubungan sosial
- Mengungkpakan tidak bisa apa- - Tampak mudah
apa tersinggung
- Mengungkapkan dirinya tidak - Tidak mau makan dan
berguna tidak tidur
- Mengkritik diri sendiri
2 MK : Penyebab - Mengungkapkan - Tampak
Keputusasaan ketidakmampuan dan meminta ketergantungan pada
bantuan orang lain orang lain

- Mengungkapkan malu dan - Tampak sedih dan tidak


tidak bisa bila diajak melakukan aktivitas
melakukan sesuatu yang seharusnya dapat
dilakukan

- Wajah tampak murung

3 MK : Akibat - Mengungkapkan tidak berdaya - Ekspresi wajah kosong


Isolasi sosial : dan tidak ingin hidup lagi - Tidak ada kontak mata
menarik diri - Mengungkapkan enggan ketika diajak bicara
berbicara dengan orang lain - Suara pelan dan tidak
- Klien malu bertemu dan jelas
berhadapan dengan orang lain

E. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core Problem

Keputusasaan

F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Keputusasaan

G. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Diagnosa I : Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya :
 Sapa klien.
 Beri salam/panggil nama klien.
 Tanyakan nama panggilan kesukaan klien.
 Sebutkan nama perawatan sambil berjabat tangan.
 Jelaskan maksud hubungan interaksi.
 Jelaskan kontrak yang akan dibuat.
 Beri rasa aman dan sikap empati.
 Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Klien dapat mengidentifi kasi kemampuan & aspek positif yang dimiliki.
Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
 Setiap bertemu klien hindar kan dari memberi penilaian negatif.
 Utamakan memberi pujian yang realistik.
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tindakan :
 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan.
 Diskusikan kemampuan yg dapat dilanjutkan.
4) Klien dapat merencana kan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilaku kan setiap hari
sesuai kemampuan.
 Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi dan kondisi klien.
 Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5) Klien dpt melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
Tindakan :
 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
 Beri pujian atas keberhasil an klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6) Klien dapat memanfaat kan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
 Beri pendkes pada keluarga tentang cara merawat klien dengan HDR.
 Bantu keluarga dalam memberi dukungan pada klien.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

2. Diagnosa II : Keputusasaan
a. Tujuan umum : Harga diri klien meningkat.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya :
 Sapa klien.
 Beri salam/panggil nama klien.
 Tanyakan nama panggilan kesukaan klien.
 Sebutkan nama perawatan sambil berjabat tangan.
 Jelaskan maksud hubungan interaksi.
 Jelaskan kontrak yang akan dibuat.
 Beri rasa aman dan sikap empati.
 Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien .
2) Klien dapat mengekspresi kan perasaannya.
Tindakan :
 Dengarkan keluhan yang dirasakan.
 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan, dan
keprihatinan.
 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
keputusasaan.
 Beri dorongan untuk mengekspresikan tentang mengapa harapan
mempunyai kegagalan.
3) Klien dapat meningkatkan harga diri.
Tindakan :
 Bantu untuk memahami bahwa klien dpt mengatasi keputusasaannya.
 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
4) Klien dapat menggunakan koping yang konstruktif.
Tindakan :
 Ajarkan untuk mengantisi pasi pengalaman-pengala man yang klien
senang lakukan setiap hari.
 Bantu untuk mengenali hal-hal yang klien senangi, dan mengesampingkan
tentang kegagalan.
 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yg mempunyai
suatu masalah yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.
5) Klien dapat menggunakan dukungan sosial.
Tindakan :
 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu (orang-orang
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang
dianut).
 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling, pemuka agama).

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Harga Diri Rendah ( HDR )

Harga Pasien Keluarga


Diri
Rendah SP I p SP I k
1. Mengidenfikasi kemampuan dan 1. Mendiskusikan masalah
aspek positif yang dimiliki pasien yang dirasakan keluarga
2. Membantu pasien menilai dalam merawat pasien
kemampuan pasien yang masih 2. Menjelaskan pengertian,
dapat digunakan tanda dan gejala harga diri
3. Membantu pasien memilih kegiatan rendah yang dialami pasien
yang akan dilatih sesuai dengan beserta proses terjadinya
kemampuan pasien 3. Menjelaskan cara-cara
4. Melatih pasien kegiatan yang dipilih merawat pasien harga diri
sesuai kemampuan rendah
5. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian. SP II k
1. Melatih keluarga
SP II p mempraktekkan cara
1. Memvalidasi masalah dan latihan merawat pasien dengan
sebelumnya. harga diri rendah
2. Melatih kegiatan kedua (atau 2. Melatih keluarga
selanjutnya) yang dipilih sesuai melakukan cara merawat
kemampuan langsung kepada pasien
3. Membimbing pasien memasukkan harga diri rendah
dalam jadwal kegiatan harian.
SP III k
1. Membantu keluarga
membuat jadual aktivitas di
rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi II, Jakarta : EGC, 2005
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Townsend, Mary C, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri,
Edisi 3, Jakarta : EGC, 1998
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai