Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PERBANKAN

KASUS MERGER BANK LIPPO DAN BANK NIAGA

Disusun oleh

Agnes Dea Monica / 201550261


Kelas Perbankan Senin 7:30

Trisakti School of Management


2018
PENDAHULUAN

A. Sejarah kedua Bank


Bank Niaga
Bank Niaga didirikan pada 26 September 1955, dan saat sebelum terjadi merger merupakan
bank ke-7 terbesar di Indonesia berdasarkan aset serta ke-2 terbesar di segmen Kredit
Kepemilikan Rumah dengan pangsa pasar sekitar 9-10%. Bumiputra-Commerce Holdings
Berhad (BCHB) memegang kepemilikan mayoritas sejak 25 November 2002, kemudian
dialihkan kepada CIMB Group, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh BCHB, pada
16 Agustus 2007. Sebagai salah satu bank paling inovatif di Indonesia, Bank Niaga
memperkenalkan layanan ATM pada tahun 1987 dan menerapkan sistem perbankan on-line
pada tahun 1991. Dengan lebih dari 6.000 karyawan, Bank Niaga menawarkan rangkaian
lengkap produk dan jasa perbankan, baik konvensional maupun Syariah melalui 256 kantor
cabang di 48 kota di Indonesia. Bank Niaga memiliki reputasi yang sangat baik di bidang
pelayanan nasabah dan tata kelola perusahaan, serta telah melahirkan banyak bankir handal di
Indonesia. Melalui jaringan kantor cabang dan ATM yang luas serta keberagaman jalur
distribusi perbankan elektronik, Bank Niaga menghadirkan layanan perbankan yang dikemas
sesuai selera nasabahnya.

Diantara berbagai penghargaan pernah diterima diantaranya peringkat pertama untuk


Performance Management and Training and Development pada ajang HR Excellence Award
2007, dinobatkan sebagai Bank Terbaik oleh Majalah Investor, serta predikat ‘The Most
Consistent Bank in Service Excellence’ oleh Marketing Research Indonesia pada tahun 2006.
Selama lima tahun berturut-turut antara 2003-2007, Bank Niaga memperoleh penghargaan
Laporan Tahunan Terbaik untuk kategori perusahaan swasta publik sektor keuangan dalam
Annual Report Award.

Bank Lippo
Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, Lie Mo Tie
membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada1981.
Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3
miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia,
bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975
dengan meninggalkan Bank Panin. Di BCA, Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen
saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar Riady
bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika
itu aset bank tersebut sudah di atas Rp5 triliun. Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia
bersemangat. Pada 1987, setelah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik
lebih dari 1.500 persen menjadi Rp257,73 miliar. Hal ini membuat kagum kalangan perbankan
nasional.Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing. Dua tahun kemudian, pada
1989, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan semenjak saat itu lahirlah
Lippobank.
PEMBAHASAN

1. Keadaan sebelum merger


Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata rasio profitabilitas sebelum
merger Bank Lippo dan Bank Niaga :
Rasio Profitabilitas
Keterangan
ROE ROI GPM NPM OPM
Bank Lippo 17,53% 1,63% 26,89% 10,75% 17,46%
Bank Niaga 22,87% 1,23% 28,94% 16,98% 17,83%

2. Keadaan setelah merger


Bergabungnya LippoBank ke dalam Bank CIMB Niaga merupakan sebuah lompatan
besar di sektor perbankan Asia Tenggara. Bank CIMB Niaga kini menawarkan
nasabahnya layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan
menggabungkan kekuatan di bidang perbankan ritel, UKM dan korporat dan juga
layanan transaksi pembayaran. Penggabungan ini menjadikan Bank CIMB Niaga
menjadi bank terbesar ke-5 dari sisi aset, pendanaan, kredit dan luasnya jaringan
cabang. Dengan komitmennya pada integritas, ketekunan untuk menempatkan
perhatian utama kepada nasabah dan semangat untuk terus unggul, Bank CIMB Niaga
akan terus memanfaatkan seluruh daya yang dimilikinya untuk menciptakan sinergi
dari penggabungan ini. Keseluruhannya merupakan nilai-nilai inti Bank CIMB Niaga
dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bagi masa depan yang sangat
menjanjikan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata rasio profitabilitas sesudah merger
Bank Lippo dan Bank Niaga :
Rasio Profitabilitas
Keterangan
ROE ROI GPM NPM OPM
Bank CIMB
16,58% 1,71% 41,7% 36,27% 27,53%
Niaga

 Nilai ROE Bank CIMB Niaga yang menurun sesudah merger ini menunjukkan
bahwa kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan laba dari aktivanya
mengalami penurunan.
 Sesudah merger nilai ROI Bank CIMB Niaga meningkat menjadi 1,71%.
Artinya terjadi peningkatan tingkat pegembalian keuntungan atas investasi
perusahaan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sudjaja dan
Barlian (2002) Semakin tinggi nilai ROI menunjukkan keadaan suatu
perusahaan yang semakin baik.
 Setelah merger mengalami peningkatan laba kotor yang di terima Bank jika
dilihat pada tabel rata-rata GPM sebelum dan sesudah merger. Ini sejalan
dengan teori Reksoprayitno (1991) dimana GPM yang meningkat menunjukkan
bahwa semakin besar laba kotor yang diterima perusahaan terhadap penjualan
bersihnya. Ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menutup biaya
administrasi, biaya penyusutan juga beban bunga atas hutang dan pajak. Ini
berarti kinerja perusahaan dinilai baik dan ini dapat meningkatkan daya tarik
investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga
pendapatan yang diperoleh perusahaan akan meningkat.
 Terjadi peningkatan sesudah merger dimana rata-rata sebelum merger pada
Bank Lippo sebesar 10,75% dan pada Bank Niaga sebesar 16,98 mengalami
peningkatan setelah merger pada Bank CIMB Niaga dengan nilai rata-rata rasio
NPM sebesar 36,27%. Artinya kemampuan perusahan dalam meningkatkan
laba bersih setelah merger semakin baik. Hal ini sejalan dengan teori Weston
dan Copeland (1998), semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien
perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan
kegiatan operasinya. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan
semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
 Rata-rata rasio OPM tiga tahun sebelum merger dan satu tahun sesudah merger
mengalami peningkatan. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ross
(2009) mengatakan bahwa sebuah perusahaan dapat mencapai efesiensi
operasional yang lebih besar dengan beberapa cara berbeda melalui merger.
Walaupun perusahaan gabungan akan jauh lebih besar karena adanya merger,
biaya operasional dan biaya modal per pelanggan akan jauh lebih rendah. Jadi
dapat disimpulkan setelah merger laba operasi yang dihasilkan setiap rupiah
penjualan akan meningkat.

3. Dampak Merger Terhadap Profitabilitas

Dampak merger begitu besar terhadap profitabilitas. Sesuai dengan manfaat merger
yaitu motivasi atau alasan utama bank melakukan merger adalah menciptakan sinergei.
Sinergi merupakan nilai keseluruhan bank setelah merger lebih besar daripada penjumlahan
nilai masing-masing perusahaan sebelum merger. Dimana dilihat dari perbandingan tabel
sebelum dan sesudah merger terhadap profitibilitas, nilai rasio ROI, GPM, NPM, OPM
meningkat setelah merger, walaupun ada penurunan pada rasio ROE tetapi nilai rasio ROE
tetap bisa dikatakan berada pada posisi ideal karena di atas standar nilai ROE yang di
tetapkan Bank BI. Sesudah Bank merger rasio return on investment (ROI) meningkat,
bahwa manajemen bank dalam mengelola investasi sudah efektif dan hal ini berarrti jumlah
aktiva yang tesedia didalam Bank semakin tinggi, semakin tinggi rasio ini, semakin baik
pula keadaan Bank. Rasio gross profi margin (GPM) meningkat pula artinya margin yang
diperoleh bank sudah tinggi. Meningkatnya net profit margin (NPM),tinggi nya laba bersih
yang diterima Bank setelah merger. Bank mendapatkan laba lebih baik dibanding sebelum
merger, artinya merger memberikan pengaruh tinggi terhadap peningkatan laba Bank.

Artinya keputusan Bank Niaga untuk Merger dengan Bank Lippo merupakan keputusan
yang baik. Dimana dampak merger terhadap profitabilitas menunjukkan kemajuan setelah
merger selama tiga tahun setelah merger.
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian,
maka ada beberapa kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bank CIMB Niaga merupakan hasil dari merger Bank Niaga dan Bank Lippo. Bank
Niaga dan Bank Lippo melakukan Merger dengan alasan untuk memperkuat pondasi
bisnis, untuk mendapatkan kesempatan beroperasi dalam skala usaha yang hemat guna
meningkatkan pangsa pasar, menghilangkan tidak efisien dan melakukan pengendalian
finansial yang lebih baik.

2. Sebelum melakukan merger, Bank Lippo dan Bank Niaga mempunyai ROE sebesar
17,53% dan 22,87%. Akan tetapi ketika setelah melakukan merger nilai ROE yang
dimiliki oleh bank CIMB niaga mengalami penurunan, dimana rata-rata nilai ROE
Bank CIMB Niaga sebesar 16,58%

3. Bank CIMB Niaga setelah melakukan merger memiliki nilai ROI, GPM, NPM, OPM
yang meningkat apabila dibandingkan ketika sebelum mereka melakukan merger. Hal
ini menyebabkan Bank CIMB Niaga mengalami peningkatan profitabilitas lebih baik
dari segi laba bersih, laba operasi, dan laba kotor yang di raih Bank.

Anda mungkin juga menyukai