SKRIPSI
Diajukan Oleh:
NIM: 201550261
NIRM: 20153366340350255
JURUSAN AKUNTANSI
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT
JAKARTA
2019
Trisakti School of Management
Menyetujui
Pembimbing Skripsi
ii
Trisakti School of Management
TIM PENGUJI
Ketua : (…..…)
Anggota : (...…...)
Jakarta,………………...
iii
Trisakti School of Management
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
Bila terbukti saya melakukan hal tersebut, maka saya bersedia untuk mendapatkan
iv
2
2
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
1. Papa, Mama, Kakak, dan Keponakan tercinta yang tiada hentinya memberikan
kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan kepada penulis selama proses
2. Arya Pradipta, SE., Ak., M.E., CA., selaku Ketua Trisakti School of
Management.
Management.
4. Aan Marlinah, S.E., M.Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Trisakti School of
Management.
5. Friska Firnanti, S.E., Ak., M.M., M.Ak., CA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
v
6. Seluruh dosen dan karyawan Trisakti School of Management yang memberikan
Imelda, Rinah, Ivander, Nickky dan teman-teman lain yang telah berbagi
Lyvia, Angel, Elisabeth, Evinia, Hendrick, Nolan dan teman-teman lainnya yang
topik skripsi.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca. Penulis juga berharap
skripsi ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pihak yang menggunakan.
Penulis
vi
Trisakti School of Management
Sebagai sivitas Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : Desember 2018
Yang menyatakan
vii
FACTORS AFFECTING EARNINGS MANAGEMENT AT
NONFINANCIAL COMPANIES
IN INDONESIA
ABSTRACT
The objective of this study is to examine whether factors such as firm size,
leverage, corporate strategy, cash flow from operations, audit quality, board size,
managerial ownership, audit committee size, firm age, and return on asset affect
earnings management in companies in Indonesia or not.
The Population that used in this study is nonfinancial companies listed on
Indonesia Stock Exchange during 2015 until 2017. The amount of data used in this
study is 473 data and uses multiple regression for the model.
The result of this study shows that there are five independent variables that
affecting earnings management. The independent variables are firm size, leverage,
cash flow from operation, firm age, and return on asset. Meanwhile, for the other
five variables (corporate strategy, audit quality, board size, managerial ownership,
audit committee size, and firm age) has no effect on affecting earnings management.
viii
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA
PADA PERUSAHAAN NONKEUANGAN DI INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji tentang faktor-faktor seperti
ukuran perusahaan, leverage, strategi perusahaan, arus kas operasional, kualitas
audit, board size, kepemilikan manajerial, ukuran komte audit, umur perusahaan,
dan return on asset dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba pada
perusahaan di Indonesia atau tidak.
Populasi yang diambil didalam penelitian ini adalah perusahaan
nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2015
sampai dengan 2017. Jumlah data yang digunakan didalam penelitian ini adalah
473 data dan menggunakan model penelitian regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini terdapat lima variabel independen yang memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba. Kelima variabel tersebut adalah ukuran
perusahaan, leverage, arus kas operasional, umur perusahaan, dan return on asset.
Sementara, untuk kelima variabel lainnya yaitu strategi perusahaan, kualitas audit,
board size, kepemilikan manajerial, jumlah komite audit, dan umur perusahaan
tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………,,….v
ABSTRACT……………………………………………………………........viii
ABSTRAK…………………………………………………………………….ix
DAFTAR GAMBAR…………..…………………………………...…….....xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………...………………………..……xvii
x
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS10
2.1.4 Leverage....................................................................................... 18
xi
2.2.9 Umur Perusahaan dan Manajemen Laba ..................................... 32
xii
3.5.1 Statistik Deskriptif ....................................................................... 44
xiii
4.5 Uji Hipotesis ......................................................................................... 60
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Residual setelah Uji Outlier ............................... 56
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
mendapatkan dana tambahan untuk modal bersaing (Arifin dan Destriana 2016).
Bagi pihak eksternal, penggunaan laporan keuangan itu sendiri berfungsi untuk
membuat keputusan atas apa yang nantinya akan dilakukan. Apalagi, dengan
keuangan yang baik akan menghasilkan informasi yang benar. Laporan keuangan
itu sendiri dianalisis oleh pihak eksternal dan internal misalnya bagi pihak
tersebut menjadi patokan apakah kinerja dari perusahaan sudah baik apa belum.
Untuk mendapatkan citra yang bagus di pihak eksternal, khususnya para investor,
1
2
yang baik. Para investor maupun kreditor sendiri melihat baik tidaknya kinerja
Pertumbuhan laba yang naik tidak terlalu jauh dari satu tahun ke tahun lainnya dapat
dikatakan baik, karena laba yang tidak mengalami fluktuasi atau cenderung naik
konstan dianggap menjadi salah satu patokan yang mengindikasikan bahwa kinerja
Laporan laba rugi juga sering dijadikan sebagai patokan mengenai bagus
atau tidaknya suatu perusahaan. Mereka bisa melihat apakah perusahaan berhasil
menjadi salah satu tolak ukur bagi para investor, kreditor, maupun pihak pemangku
kepentingan lainnya untuk mengambil keputusan. Bagi investor itu sendiri, dengan
melihat laporan laba rugi dari perusahaan, seorang investor dapat membuat
beranggapan bahwa perusahaan yang mendapat laba akan dapat memberikan return
Adanya konflik kepentingan antara pihak agen dan principal serta adanya asimetri
membuat keputusan yang tidak layak. Keadaan dimana salah satu pihak di dalam
suatu transaksi bisnis memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain
serta memungkinkan terjadinya tindakan yang tidak terdeteksi oleh pihak lain
oportunis atas adanya konflik kepentingan dan asimetri informasi salah satunya
keuangan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Manajemen laba itu sendiri
penerapannya penuh dengan judgement dan juga estimation yang bersifat subjektif,
maksutnya antara satu manajer dengan manajer yang lain sebagai pembuat
dan Norio Sasaki, wakil direktur perusahaan mengundurkan diri. Hal ini terjadi
menaikan laba perusahaan mereka selama 6 tahun sebesar 151,8 miliar yen atau
sekitar Rp 16 triliun (Hutapea 2015). Tentu hal ini sangat di sayangkan mengingat
nama baik perusahaan Toshiba yang sudah lama berdiri. Perusahaan besar seperti
Toshiba telah memberikan contoh bahwa kegiatan manajemen laba bisa saja terjadi
di perusahaan-perusahaan lain.
Uwuigbe et al. (2015). Didalam penelitian Uwuigbe et al. (2015) diperoleh hasil
manajemen laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah (1)
obyek yang diteliti pada peneliti terdahulu adalah perusahaan di Nigeria, sedangkan
4
Bursa Efek Indonesia. (2) periode penelitian yang dilakukan oleh Uwuigbe et al.
(2015) adalah dari tahun 2006-2010, sedangkan pada penelitian kali ini peneliti
meneliti untuk periode 2015-2017. (3) pada penelitian yang dilakukan Uwuigbe et
al. (2015) digunakan variabel independen ukuran perusahaan, leverage, dan strategi
perusahaan, sedangkan pada penelitian kali ini, peneliti menambahkan variabel arus
kas operasional, kualitas audit, board size, kepemilikan manajerial, ukuran komite
hasil. Selain itu, kasus manajemen laba ini juga merupakan hal yang penting,
mengingat fungsinya sendiri adalah agar laporan yang dikeluarkan memang sesuai
dengan kenyataan yang terjadi sehingga tidak ada pihak yang dirugikan hanya
karena keputusan pihak manajerial yang egois dalam menentukan kebijakan. Selain
itu, laporan keuangan sendiri adalah sebagai salah satu alat untuk menentukan
apakah perusahaan layak mendapat investasi atau tidak, jika laporan keuangannya
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk memberikan bukti
investasi ataupun pihak yang akan memberikan kredit menjadi lebih bijak.
2. Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini bisa menambah wawasan baru mengenai pengetahuan
3. Bagi Regulator
Menjadi salah satu sumber wawasan bagi pembuat peraturan yang berkaitan
4. Bagi Perusahaan
manajemen laba yang ada agar tidak merugikan dan terus mengungkapkan yang
terjadi secara nyata sesuai dengan apa yang memang dialami di periode
tersebut.
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan juga sumber informasi untuk
mengenai manajemen laba yang terjadi di Indonesia, serta dapat menjadi salah
dalam penulisan. Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
8
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjabarkan mengenai latar belakang dan motivasi penelitian serta
seberapa pentingnya penelitian ini dilakukan. Bab ini juga menguraikan mengenai
ini.
Pada bab ini berisikan tentang kerangka teoritis yang didalamnya berisikan
konsep serta teori untuk menjabarkan permasalahan dan juga teori dasar setiap
sebelumya yang relevan dengan variabel yang diuji, baik berpengaruh positif,
negatif maupun tidak berpengaruh. Selain itu pada bab ini berisikan pula tentang
Bab ini merupakan bagian yang akan menjelaskan mengenai sifat penelitian
yang akan digunakan beserta jenis penelitian, selain itu juga berisikan obyek
penelitian disertai dengan kriteria yang digunakan. Selai itu pada bab ini juga berisi
penjelasan mengenai populasi, metoda sampling dan sampel yang di ambil. Selain
itu juga berisikan mengenai definisi operasional dan cara pengukuran untuk tiap
variabel dan juga uji data yang akan dilakukan seperti uji normalitas, uji F, uji t, uji
Bab ini sendiri terdiri atas gambaran umum dari sampel serta juga
anggota sampel tertentu yang sesuai dengan kriteria yang nantinya akan diteliti.
Lalu, terdiri juga atas statistik deskriptif mengenai variabel – variabel penelitian
(frekuensi, nilai minimum, nilai maksimum, rata – rata, dan deviasi standar) beserta
hasil uji normalitas, uji asumsi klasik dan uji hipotesis atas data berdasarkan metode
BAB V PENUTUP
atas hasil analisis data serta pembahasan pada bab yang telah dijabarkan
sebelumnya untuk menjawab masalah dan hipotesis awal penelitian. Lalu, pada bab
ini juga berisikan uraian mengenai keterbatasan yang dialami oleh peneliti untuk
berisikan masukan ataupun saran untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang
Keagenan itu sendiri adalah adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan
keagenan yang terjadi karena adanya kontrak yang melibatkan satu atau dua orang
(principal) dan satu atau dua agen (agent), dimana principal mempekerjakan agent
atas nama principal dan juga memberikan wewenang kepada agent untuk membuat
keputusan yang terbaik atas nama principal (Jensen dan Meckling 1976). Didalam
kreditur dan pemangku kepentingan lainnya, sedangkan pihak agent adalah orang
yang dipekerjakan untuk membuat keputusan seperti manajer (Godfrey et al. 2010).
Diawalnya, baik pihak principal maupun pihak agent berjalan bersama didalam
perusahaan, namun kedua pihak ini ternyata memiliki conflict of interest, dimana
principal dan agent memiliki tujuan masing-masing yang tentu intinya sama-sama
Terdapat tiga asumsi dasar kenapa masalah didalam hubungan agent dan
principal dapat terjadi. Yang pertama adalah asumsi mengenai diri manusia beserta
sifatnya yang pada dasarnya lebih mementingkan dirinya sendiri atau sering disebut
juga self interest. Self interest dikatakan bahwa keegoisan telah ada pada tiap diri
10
11
manusia dan memang dasarnya manusia lebih mementingkan dirinya sendiri dari
pada orang lain. Selain itu didalam asumsi yang pertama ini juga dinyatakan bahwa
manusia memiliki kemampuan untuk berpikir tentang masa depan yang batasan.
apakah yang akan terjadi kedepannya dimasa yang akan datang, oleh karena itu
mereka akan cenderung untuk melakukan semuanya secara lebih berlebihan karena
mereka khawatir akan masa depan. Selain itu didalam asumsi pertama juga
perbedaan tujuan antar anggota. Lalu didalam asumsi ini juga dijelaskan mengenai
kriteria efektivitas antara lain adalah efisiensi, jadi suatu pekerjaan dapat dikatakan
efektif jika aktifitas itu efisien serta adanya asimetri informasi. Pada asumsi yang
mengenai kondisi tertentu melainkan informasi dijadikan sebagai suatu barang yang
memiliki nilai dan dapat diperjual belikan untuk membuat keputusan yang lebih
potensial karena memiliki informasi yang tidak dimiliki orang lain (Eisenhardt
1989).
masalah dalam hubungan keagenan dapat muncul. Hal ini juga diperparah selain
karena adanya perbedaan tujuan, adanya anggapan dari pihak principal yang
beranggapan untuk mengawasi tindakan agent apa telah sesuai dengan kehendak
principal dibutuhkan biaya yang besar serta tingkat kesulitan yang tinggi
12
tindakan agent tersebut disebakan oleh karena adanya asimetri informasi. Asimetri
informasi itu sendiri merupakan suatu kondisi dimana pihak manajer dan investor
mendapatkan informasi yang berbeda antar satu sama lain. Dalam kondisi seperti
ini, manajer sebagai orang yang terjun langsung didalam perusahaan dan ikut dalam
kegiatan operasional pastilah memiliki informasi yang lebih banyak dan sesuai
yang lain (Yuliana dan Trisnawati 2015). Dengan tujuan untuk memaksimalkan
memberikan informasi yang menyesatkan bagi pihak investor, selain itu dengan
Asimetri informasi ini sendiri memiliki dua tipe, yaitu adverse selection dan
moral hazard. Adverse selection sendiri dapat terjadi karena adanya pihak–pihak
mengolah informasi yang lebih banyak dan baik tentang kondisi perusahaan serta
peluang-peluang apa saja yang mungkin dapat terjadi di masa depan dan tidak
Hal itu karena pihak manajer adalah orang yang benar-benar mengerti tentang
investor karena mereka tidak bisa membuat keputusan investasi yang tepat (Scott
2015).
13
Untuk moral hazard di dalam manajemen laba ini dapat terjadi ketika
manajer dapat membuat alasan untuk tidak bekerja secara penuh sesuai dengan
dapat diprediksi ketika kinerja perusahaan tidak baik, mereka dapat membuat
banyak alasan sehingga sulit untuk disalahkan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
hazard ini dengan beberapa cara. Salah satu yang dapat dilakukan antara lain yaitu
dasar perhitungan laba. Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan
(Scott 2015).
tersebut, terdapat juga biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak principal untuk
mengurangi agency problem, yaitu monitoring cost, bonding cost dan residual loss
(Jensen dan Meckling 1976). Monitoring cost adalah biaya yang dikeluarkan
audit external untuk mengaudit kinerja perusahaan. Bonding cost adalah biaya yang
dikeluarkan oleh agent untuk menjamin dirinya kepada principal bahwa agent akan
kompensasi jika agent melakukan tindakan yang dapat merugikan principal. Salah
14
adalah kerugian yang dirasakan principal karena tindakan agent yang berbeda dan
tidak selarasan antara apa yang diinginkan principal dan agent (Godfrey et al.
2010).
yang sebenarnya atau untuk mempengaruhi hasil atas kontrak dengan menggunakan
angka-angka yang ada pada laporan keuangan (Healy dan Wahlen 1999).
Manajemen laba juga dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut
pelaporan keuangan dan juga sudut contracting. Jika dilihat dari sudut pelaporan
keuangan, maka manajemen laba dilakukan untuk menghindari dari adanya laporan
kerugian yang dapat mengurangi nilai dari perusahaan, serta untuk memenuhi
keinginan dari pihak principal. Jika dilihat dari sudut pandang contracting,
peristiwa yang dapat memberikan dampak yang tidak dapat diantisipasi oleh pihak
melakukan tindakan manajemen laba ini sendiri yaitu, bonus scheme, debt
dan Initial Public Offering (Scott 2015). Pada bonus scheme, seorang manajer
15
jangka panjang yang sudah jatuh tempo dan perusahaan terancam tidak dapat
dapat melakukan negosiasi kepada pihak kreditur untuk meminta reshedule periode
dibidang penyedia jasa fasilitas sosial. Pada taxation motivation, seorang manajer
pemerintah dengan cara meminimalkan laba yang didapat oleh perusahaan. Pada
chief executive officer change, seorang manajer atau dalam konteks ini CEO
performa perusahaan baik, CEO dapat memaksimalkan laba perusahaan. CEO baru
yang memaksimalkan laba untuk menunjukan kesalahan CEO yang dulu, serta CEO
yang memaksimalkan laba perusahaan ketika CEO tersebut akan pensiun, sehingga
bonus yang didapatkan dapat lebih besar. Yang terakhir pada Initial Public
perusahaan agar pada laporan keuangan yang di berikan ke calon investor dapat
1. Taking a bath
mendatang dapat didapatkan laba yang lebih tinggi dari pada periode
sebelumnya.
2. Income minimization
menjadi lebih rendah dari apa yang terjadi. Cara ini mirip dengan cara taking
3. Income maximization
mengakui laba pada periode berjalan lebih besar dari pada yang sebenarnya.
bonus.
4. Income Smoothing
dilakukan agar manajer dapat menerima bonus yang stabil. Kegiatan ini
dilakukan untuk meminimalkan risiko tetapi terus konstan. Selain itu tujuan
dari dilakukannya perataan laba ini adalah untuk menarik investor, karena
Discretionary accruals adalah suatu komponen yang bersifat akrual atau komponen
beban yang bebas dan juga merupakan hasil kebijakan dari pihak manajemen yang
Dengan adanya manajemen laba, maka hasil atas laporan keuangan yang
sebenarnya sehingga tentu saja dapat merugikan banyak pihak luar. Oleh karena itu,
manajemen laba ini merupakan suatu tindakan yang berkepihakan kepada salah satu
pihak saja dan dalam praktiknya harus dilakukan pengawasan agar manajemen laba
Ukuran perusahaan merupakan cerminan dari besar atau kecilnya ukuran total
asset dari perusahaan. Ukuran perusahaan juga terbagi menjadi dua, yaitu
perusahaan yang besar dan juga kecil (Supriatna 2014). Semakin besar suatu
tersebut dan beranggapan perusahaan yang lebih besar akan lebih stabil dan
18
memiliki risiko yang lebih kecil, sehingga investor akan cenderung lebih suka
Ukuran perusahaan juga dapat dijadikan sebagai suatu proksi untuk melihat
terdapat di perusahaan yang lebih besar akan lebih banyak jika dibandingkan
dengan perusahaan yang lebih kecil (Siregar dan Utama 2008). Semakin besar
ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin besar juga modal yang dibutuhkan
perusahaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya dan apabila modal dari pihak
internal tidak dapat mencukupi kegiatan tersebut, maka pihak manajemen akan
eksternal atau dapat meminjam dari kreditur. (Marlisa dan Fuadati 2016).
2.1.4 Leverage
Leverage adalah suatu perbandingan antara total dari kewajiban dengan total
akitva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar leverage yang dimiliki, artinya
hutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat dikatakan lebih besar dari total
aktiva nya. Secara lebih rinci lagi, rasio ini juga menggambarkan seberapa besar
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dibiayai oleh hutangnya. Untuk melihat risiko
tersebut didalam suatu perusahaan, para calon investor dapat juga menggunakan
leverage ini. Semakin besar leverage yang dimiliki, semakin besar juga keraguan
dan ketidakpastian atas perusahaan untuk dapat menghasilkan laba di masa depan
(Agustia 2013). Semakin besar nilai leverage, semakin besar juga risiko yang akan
terjadi yang dapat menyebabkan permintaan atas return oleh para investor juga
19
harus semakin besar. Hal tersebut juga yang dapat memicu manajer untuk
adanya hutang yang besar yang dimiliki oleh perusahaan melebihi nilai dari
perusahaan ingin menciptakan citra dan nilai yang baik bagi kreditur maupun untuk
pemangku kepentingan lainnya. Untuk kreditur sendiri, hal ini digunakan untuk
Strategi perusahaan dapat kita lihat dan hitung dengan menggunakan dua
cara, yaitu dari strategi growth dan juga strategi liquidity (Shian dan Tam 2010).
Strategi growth sendiri terdiri atas sales dan growth potential. growth potential bisa
dihitung dengan menggunakan nilai pasar dari asset milik perusahaan dibagi
menggunakan rasio likuiditas, dimana rasio ini dapat dilakukan dengan melihat
perbandingan antara aset yang liquid. Hal ini dapat menggambarkan seberapa baik
Dengan melihat strategi apa yang dipilih oleh perusahaan, pasar dalam hal ini
masyarakat dan stakeholder akan cenderung untuk memberikan respon yang lebih
20
dan positif terhadap perusahaan dengan kinerja atau yang memiliki potensi
pertumbuhan yang tinggi dan masyarakat melihat bahwa pertumbuhan yang tinggi
perusahaan yang dipilih akan semakin tinggi laba yang akan dihasilkan
kedepannya. Jika dilihat dari komponen strategi perusahaan yang telah dijabarkan
dihubungkan dengan persepsi dari masyarakat maka strategi perusahan ini dapat
Arus kas operasional adalah aliran kas yang diperoleh atas kegiatan
operasional milik perusahaan yang dapat dijadikan sebagai indikator apakah arus
kas yang dihasilkan tersebut telah cukup digunakan dalam membiayai seluruh
perusahaan. Dengan melihat arus kas operasional, kita dapat melihat kemampuan
dari suatu perusahaan untuk dapat menghasilkan kas dari hasil operasionalnya
selama periode tertentu. Semakin tinggi jumlah arus kas yang berhasil diperoleh
maka motivasi manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba juga akan
semakin menurun, karena perusahaan sudah memiliki uang atau dana yang cukup
sehingga tidak diperlukan lagi manajemen laba (Christiani dan Nugrahanti 2014).
Semakin tinggi laba juga belum tentu dapat mengindikasi bahwa jumlah kas
yang dihasilkan jugalah tinggi. Laporan arus kas juga dapat digunakan untuk
21
menunjukan proyeksi kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Dari laporan
arus kas ini juga, dapat dilihat dari mana saja uang atau sumber dana tunai tersebut
didapatkan dan kemana juga uang tersebut dikeluarkan untuk beban yang dibayar
logis dan juga terstrukutur dengan hasil akhir berupa suatu pengambilan keputusan
atas hasil temuan yang didapat selama proses audit disebut dengan auditing
(Zarkasyi 2008). Audit sendiri merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh para
disusun telah sesuai dengan kaidah dan peraturan yang berlaku atau belum serta
telah sesuai dengan fakta-fakta yang ada dilapangan. Jika ternyata selama proses
tinggi, maka akan memberikan kemungkinan yang tinggi pula untuk dapat
pihak yang netral serta memiliki tugas untuk membuktikan apakah informasi yang
telah diberikan oleh manajemen atau bukti yang telah ditemukan selama proses
audit sudah sesuai dengan kondisi lapangan atau belum. Auditor memiliki tujuan
22
untuk dapat mengumpulkan bukti yang cukup dan juga tepat untuk memastikan
bahwa asersi laporan keuangan telah wajar dan bebas dari salah saji yang material
Hasil audit yang berasal dari auditor yang bekerja di KAP Big Four
dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil audit
dari auditor yang berasal dari KAP non-Big Four. Hal ini karena nama dari KAP
Big Four telah lebih terkenal sehingga banyak orang yang akan menganggap bahwa
laporan yang diaudit oleh KAP Big Four lebih berkredibilitas. Karena itu, KAP Big
Four lebih dianggap efektif untuk mendeteksi dan juga mencegah kemungkinan
Indonesia sendiri membagi dua bagian dari board, yaitu dewan direksi dan dewan
komisaris. Dewan direksi dan komisaris memiliki peran yang berbeda didalam
2006). Dewan komisaris memiliki tugasnya sendiri yaitu mereka harus memastikan
apakah perusahaan telah beroperasi sesuai dengan menjalankan ketentuan dan juga
peraturan yang telah ditetapkan secara penuh apa belum. Peraturan tersebut berasal
dari regulator yaitu pemerintah dan juga pihak-pihak terkait dalam bentuk undang-
undang maupun regulasi lainnya. Semakin besar jumlah dari dewan komisaris
berhasil dalam mencapai tujuan perusahaan dan dengan semakin banyak dan efektif
Veronica 2013).
perusahaan memiliki jabatan yang lebih tinggi daripada dewan direksi. Dewan ini
juga dipilih dengan cara ditunjuk dalam rapat umum pemegang saham. Walaupun
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan dewan direksi, dewan
dewan direksi bertugas dalam menjalankan perusahaan yang ada (Nugroho dan Eko
2011).
Selama ini manajer hanyalah orang yang bekerja untuk perusahaan dan
menerima imbalan berupa gaji. Mereka tidak memiliki sense of belonging dengan
tempat mereka bekerja yaitu perusahaan karena perusahaan tersebut memang tidak
dimiliki oleh manajer-manajer. Hal ini tentunya dapat meningkatkan risiko, karena
dengan adanya kondisi seperti itu, manajer tentu dapat bertindak sesuka hati tanpa
sendiri saja. Hal inilah yang sering menjadi cikal bakal dari teori keagenan (Jensen
dan Meckling 1976). Untuk mengurangi risiko tersebut, terdapat cara yang dapat
sebagai bentuk kepemilikan atas suatu entitas. Hal ini tentu akan membuat manajer
merasa terlibat dan berperan sebagai pemilik perusahaan serta dapat melakukan
Hal ini dikarenakan manajer mendapatkan porsi kepemilikan dalam hal ini yaitu
saham. Dengan menerima saham, maka mau tidak mau manajer akan ikut bertindak
merugikan dan hanya mementingkan salah satu pihak dalam hal ini manajemen laba
13 juga telah didefinisikan bahwa komite audit adalah pihak-pihak yang dibentuk
oleh dewan komisaris dan bertugas untuk membantu fungsi dan juga peran dari
dewan komisaris itu sendiri serta memiliki tanggung jawab kepada dewan
komisaris. Jumlah komite audit ini sendiri juga sudah diatur didalam Peraturan
dari komite audit adalah sekurang-kurangnya terdiri atas tiga orang dimana salah
satu dari tiga orang tersebut yaitu direksi independen akan menjadi ketua komite
dan sisahnya berasal dari pihak eksternal. Selain itu juga terdapat syarat khusus
25
bahwa salah satu diantara ketiga orang yang menjadi komite audit tersebut haruslah
orang yang memiliki kemampuan didalam bidang akuntansi maupun juga bidang
keuangan. Hal ini menjadi syarat agar para pihak komite audit ini dapat berfungsi
dengan baik untuk mengawasi proses pelaporan keuangan agar lebih dapat
Komite audit yang telah dibentuk ini sendiri juga berfungsi untuk dapat
Jumlah dari komite audit ini sendiri juga haruslah efektif untuk dapat berfungsi
dengan baik. Jumlahnya tidaklah boleh terlalu besar ataupun terlalu kecil. Jika
jumlahnya berlebihan maka fungsi dan juga kompetensi dari tiap anggota tidak akan
terlalu menonjol, sedangkan jika terlalu sedikit maka akan bisa saja akan
baik jumlah dan juga keefektifan dari komite audit tersebut, maka akan semakin
bisa menekan kemungkinan terjadinya tindak kecurangan yang dilakukan oleh para
manejer. Komite audit ini juga diharapkan untuk bisa mengawasi tindakan manajer
lamanya suatu perusahaan tersebut telah berdiri dan beroperasi (Savitri 2014).
Umur dari suatu perusahaan juga dapat menjadi salah satu tolak ukur atau indikator
bagi para calon investor apakah perusahaan tersebut layak untuk mendapatkan
modal dari mereka atau tidak (Firsta dan Murniati 2017). Bagi perusahaan yang
sudah lama beroperasi dan juga berdiri dianggap oleh para investor pastilah
memiliki laba yang akan jauh lebih tinggi dari pada laba yang diperoleh oleh
perusahaan yang masih baru karena nama dan juga brand yang masih asing dan
belum terkenal. Umur perusahaan yang sudah lama juga akan mudah untuk
memperoleh kepercayaan dari para investor karena mereka lebih percaya (Zen dan
Herman 2007).
Dengan melihat dari seberapa lama umur perusahaan tersebut, kita bisa
laba atau tidak. Jika perusahaan itu merupakan perusahaan baru, maka
tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka harus menarik perhatian dari para calon
dengan perusahaan berumur baru, perusahaan yang telah lama berdiri akan
karena perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih cenderung untuk
mempertahankan nama baik dari perusahaan, sehingga perusahaan yang sudah lama
Profitabilitas adalah suatu rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja
sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba dari seluruh aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan telah optimal atau belum dapat dilihat dari rasio return on assets. Rasio
profitabilitas yang ingin dituju dipantau dari kemampuan mereka dalam membuat
profitabilitas yang diukur dengan return on assets ini, mereka cenderung mencari
perusahaan dengan nilai return on assets yang tinggi karena semakin tinggi nilainya
menandakan perusahaan tersebut akan semakin baik dalam operasional nya. Oleh
akan lebih memiliki kemungkinan besar untuk melakukan manajemen laba jika
perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini juga didukung
oleh penelitian dari Prastiti dan Meiranto (2013), Charfeddine et al. (2013),
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini juga
didukung oleh penelitian dari Swastika (2013), Gonzalez dan Meca (2014),
Makaombohe et al. (2014), Nariastiti dan Ratnadi (2014), dan Handayani dan
Rahcadi (2009).
perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini didukung oleh
penelitian dari Bassiouny (2016), Arifin dan Destriana (2016), dan Nurdiniah dan
Herlina (2015).
didukung oleh hasil yang telah dilakukan oleh Swai dan Mbogela (2016),
Berbeda dengan hal diatas, penelitian yang dilakukan oleh Zamri et al.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian Wardani dan Masodah (2011), Agustia
(2013), Yuliana dan Trisnawati (2015), Pradhana dan Rudiawarni (2013) dan
Alzoubi (2016).
didukung oleh penelitian Amertha et al. (2014), Christiani dan Nugrahanti (2014),
29
Jao dan Pagalung (2011), Ramadan (2015), Nurdiniah dan Herlina (2015), Salihi
menyatakan bahwa strategi perusahaan dalam hal ini growth potential memiliki
pengaruh positif terhadap manajemen laba. Pendapat ini didukung oleh penelitian
dari Alzoubi (2016), Matsumoto (2002), Ngamchom (2015), Hessayri dan Saihi
mengatakan bahwa strategi perusahaan dalam konteks ini growth potential tidak
bahwa arus kas operasional berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini
manajemen laba. Hal ini didukung oleh penelitian dari Yuliana dan Trisnawati
(2015), Pradhana dan Rudiawarni (2013), Swai dan Mbogela (2016), dan Yasar
(2013).
30
bahwa arus kas operasional tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Pernyataan ini di dukung oleh penelitian dari Amijaya dan Prastiwi (2013) dan
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini di dukung oleh penelitian
Sudjatna dan Muid (2015), Bakht et al. (2014) dan Susanto (2013).
audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini didukung oleh
audit tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini didukung
oleh penelitian Fitria dan Kurnia (2015), dan Yuliana dan Trisnawati (2015).
board size berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Penelitian ini didukung
oleh penelitian Gulzar dan Wang (2011), dan Nasution dan Setiawan (2007).
Penelitian ini didukung oleh penelitian Aygun et al. (2014), Alves (2013), dan
Alzoubi (2016).
Penelitian ini didukung oleh penelitian Asitalia dan Trisnawati (2017), dan Susanto
(2013).
manajemen laba. Penelitian ini didukung oleh Obigbemi et al. (2017), Aygun et
al. (2014), Oktovianti dan Agustia (2012) dan Putri dan Sofyan (2013).
manajemen laba. Penelitian ini didukung oleh penelitian Mahariana dan Ramantha
Penelitian ini didukung oleh penelitian Agustia (2013), dan Susanto (2013).
laba. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lidiawati dan Asyik (2016),
laba. Penelitian ini didukung oleh penelitian Qallap (2014), Mishra dan Malhotra
bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jatiningrum et al. (2015), Kosasih
dan Widayati (2013), Prastiti dan Meiranto (2013), Guna dan Herawaty (2010), dan
laba. Pendapat ini didukung oleh penelitian Arifin dan Destriana (2016), Yuliana
dan Trisnawati (2015), Guna dan Herawaty (2010), Amertha (2013), dan Alexander
manajemen laba. Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Cahyadi (2015),
laba. Pendapat ini didukung oleh penelitian Supriatna (2014), Febriyanti dan Hanna
Ukuran Perusahaan
Leverage
Strategi Perusahaan
Kualitas Audit
Manajemen Laba
Board Size
Kepemilikan Manajerial
Umur Perusahaan
Return on asset
Gambar 2.1
Model Penelitian
35
METODE PENELITIAN
apakah suatu variabel dapat mempengaruhi variabel lain (Sekaran dan Bougie
2016). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat pengaruh
kas opersional, kualitas audit, board size, kepemilikan manajerial, ukuran komite
audit, umur perusahaan, dan return on asset terhadap variabel dependen manajemen
laba.
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,
mendapatkan data yang sesuai dengan ekspektasi dari peneliti (Sekaran dan Bougie
2016). Kriteria yang ditetapkan oleh peneliti terhadap perusahaan yang dijadikan
36
37
menggunakan satuan mata uang Rupiah secara konsisten selama tahun 2014-
2017.
2015-2017.
untuk mengurangi keabstrakan variabel yang sulit untuk diukur dan mengubahnya
kedalam suatu bentuk yang lebih bisa diukur (Sekaran dan Bougie 2016). Penelitian
peneliti dan variabel ini adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen
dalam menilainya. (Sekaran dan Bougie 2016). Dalam penelitian ini variabel
memperindah isi laporan keuangan yang biasa dilakukan dengan menaikan ataupun
38
antara pihak manajemen (agent) dan juga pihak pemilik perusahaan (principal)
yang didukung oleh adanya asimetri informasi (Christiani dan Nugrahanti 2014).
modified Jones. Hal ini karena perkiraan lingkup manajemen laba lebih baik
yang ada, discretionary paling baik digunakan untuk mendeteksi secara akurat.
penjualan tunai (Uwuigbe et al. 2015). Skala yang digunakan untuk pengukuran
variabel manajemen laba adalah dengan menggunakan skala rasio yang tidak hanya
Keterangan :
operasional
t
39
dependen baik secara positif maupun negatif. Ketika variabel independen nilainya
naik atau turun akan memengaruhi nilai dari variabel dependen (Sekaran dan
Bougie 2016). Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah
audit, board size, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, umur perusahaan,
(Supriatna 2014). Ukuran perusahaan itu sendiri dapat dinilai dari total aset, nilai
pasar atas saham perusahaan tersebut, jumlah penjualan, rata-rata penjualan, dan
lain-lain (Yuliana dan Trisnawati 2015). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
logaritma dari nilai total aset. Skala yang digunakan adalah skala rasio dan
3.3.2.2 Leverage
perbandingan antara total hutang dengan total aset (Lidiawati dan Asyik 2016).
Semakin besar leverage, semakin tinggi hutang yang dimiliki perusahaan (Yuliana
semakin tinggi (Agustia 2013). Skala yang digunakan dalam mengukur leverage
adalah skala rasio. Menurut Uwuigbe et al. (2015), leverage diberi simbol LEV dan
Total Hutang
LEV =
Total Aset
dua, yaitu growth strategy dan liquidity strategy. Didalam penelitian ini, peneliti
menggunakan growth strategy berupa firm growth. Firm growth sendiri dapat
Growth dan merupakan skala rasio. Penghitungan ini diadaptasi dari penelitian
Assett – Assett-1
GROWTH =
Assett-1
41
mempengaruhi laba maupun rugi dalam perusahaan, dimana kas nya berasal dari
segala jenis kegiatan kecuali kegiatan investasi dan pendanaan (Ramli dan Arfan
2011). Didalam penelitian ini, Arus kas operasional diberi simbol CFO. Arus kas
Kualitas dari hasil audit yang menggunakan KAP big four tentu
informasi laporan keuangan (Varici 2013). Didalam penelitian ini, kualitas audit di
dimana perusahaan akan bernilai 1 jika perusahaan diaudit oleh KAP big four
(Deloitte, PwC, EY, dan KPMG) dan bernilai 0 jika di audit oleh KAP non-big four.
jawab untuk mengawasi apakah perusahaan telah menjalankan usaha sesuai dengan
peraturan pemerintah atau belum (Effendi 2016). Board size yang terdapat di
42
disimpulkan bahwa board yang dimaksud adalah dewan komisaris. Board size dapat
dihitung dengan menggunakan skala rasio dan disimbolkan dengan Board. Cara
pengukuran yang digunakan merupakan hasil dari penelitian yang pernah dilakukan
internal dalam hal ini manajemen baik dari dewan direksi sampai direksi dan diluar
(Warfield et al. 1995). Kepemilikan saham oleh pihak internal ini dapat menjadi
salah satu kontrol untuk mengurangi kemungkinan manajemen laba (Agrawal dan
Komite audit adalah suatu badan yang netral dan juga independen serta
tidak memiliki kepentingan kepada manajemen yang dimana badan ini menguasai
ilmu akuntansi dan juga ilmu pengawasan internal perusahaan (Zarkasyi 2008).
Variabel ukuran komite audit pada penelitian ini menggunakan skala rasio dan
43
ada dengan sampai sekarang (Savitri 2014). Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala rasio. Variabel ini menggunakan simbol AGE. Menurut Alzoubi
Return on Assets adalah suatu indikator cara pengukuran kinerja dari pihak
manajemen untuk mengelola setiap sumber dan kekayaan yang dimiliki perusahaan
dan Sularto 2007). Variabel return on assets dalam penelitian ini disimbolkan
dengan ROA dan menggunakan skala rasio yang diadaptasi dari penelitian Alzoubi
Net Income
ROA =
Beginning Total asset
44
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
data dari sumber yang telah tersedia. Data yang diambil adalah data laporan
Indonesia selama tahun 2014 sampai dengan 2017. Sumber data yang diambil
rata- rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
data yang diuji serta dapat memahami ciri-ciri yang unik dan khusus dari kelompok
data yang diteliti (Ghozali 2016). Statistik deskriptif yang ditampilkan dalam
penelitian ini adalah nilai maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi, dan
median.
penelitian, variabel pengganggu atau residual berdistribusi secara normal atau tidak.
Cara untuk mendeteksi apakah data residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
45
nilai Asymp. Sig (2-tailed) ≥ 0,05. Sebaliknya, jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) <
0,05 maka data residual tidak berdistribusi normal dan mengindikasi bahwa
terdapat data yang bersifat extreme dan harus dilakukan uji outlier untuk membuat
Outlier adalah kasus dimana data yang dimiliki dan diteliti memiliki
karakteristik unik dan nilainya terlihat sangat berbeda jauh dari data-data yang lain,
bernilai ekstrim baik untuk variabel tunggal ataupun kombinasi (Ghozali 2016).
Outlier dapat muncul karena beberapa hal, seperti adanya kesalahan pada saat
penginputan data, kegagal dalam mendeteksi adanya missing value, data outlier
tersebut bukan berasal dari data populasi sampel yang digunakan peneliti, serta data
outlier berasal dari populasi sampel tetapi memiliki nilai yang ekstrim dan nilainya
univariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang akan
dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data
kedalam skor standardized atau biasa yang disebut z-score. Jika setelah dikonversi
z-score suatu data bernilai diatas 3 atau dibawah -3 maka data tersebut bersifat
outlier dan akan dikeluarkan dari sampel penelitian (Anderson et al. 2014).
46
Uji multikolinearitas adalah salah satu alat uji yang digunakan untuk
mengetahui apakah data yang digunakan di dalam penelitian terjadi korelasi atau
tidak antar variabel independen dengan variabel independen lainnya di dalam suatu
model regresi (Ghozali 2016). Model yang baik adalah model yang tidak
boleh saling memiliki hubungan karena mereka adalah variabel yang tidak boleh
suatu data dapat dikatakan mengandung multikolinearitas atau tidak. Jika nilai
toleransi < 0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) > 10 maka terjadi
multikolinearitas. Jika nilai toleransi > 0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF)
dari residual pengamat dengan pengamatan lain pada model regresi. Jika terdapat
uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan mengabsolutkan nilai residual dari hasil
regresi dan di uji dengan variabel independennya. Jika nilai signifikansi variabel
model regresi sehingga data baik digunakan. Namun bila nilai signifikansi variabel
independen < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Biasanya
terdapat hubungan antara error dengan kesalahan penganggu pada periode t dengan
error atau kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Model dapat
dikatakan baik jika model tidak mengandung autokorelasi. Menurut Ghozali (2016)
uji autokorelasi dapat di uji dengan menggunakan Lagrane Multiplier (LM) test
terutama pengujian ini digunakan untuk sampel dengan besar di atas 100. Uji LM
autogresive model. Jika LAG_RES ≥ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa didalam
model tidak terdapat autokorelasi. Sedangkan jika LAG_RES < 0,05 maka dapat
leverage, strategi perusahaan, arus kas opersional, kualitas audit, board size,
kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, umur perusahaan, dan return on asset
48
95%.
Keterangan :
LEV = Leverage
AQ = Audit quality
MO = Kepemilikan manajerial
β0 = Konstanta
ε = Error term
49
hasil dari uji R maka akan semakin bagus untuk penelitian. Hasil dari uji koefisien
korelasi ini hanya berkisar di antara angka 0 sampai 1, yang berarti 0 menunjukkan
sangat kuat. Jika hasil koefisien korelasi (R) adalah 0,01-0,199 tingkat
variansi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh varaibel independen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nilai nol (0) sampai dengan (1). Jika nilai
dari koefisien determinasi semakin mendekati nilai nol, maka variabel independen
tersebut memiliki peran yang semakin kecil untuk menjelaskan variabel dependen.
yang muncul biasa berupa desimal dan untuk dilihat persentase pengaruhnya bisa
dikali seratus. Sisah dari angka tersebut menunjukan, bahwa terdapat variabel
independen lain yang tidak ada dalam model dan dapat menjelaskan variabel
50
dependen. Jika muncul nilai negatif pada Adjusted R2 maka dianggap 0 (Ghozali
2016).
3.5.4.3 Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat dan menentukan apakah model regresi yang
dipakai layak untuk digunakan dalam penelitian atau tidak (Anderson et al. 2014).
Cara melakukan uji F ini dapat melihat hasil output dari aplikasi SPSS di tabel
dengan nilai alpha (α). Apabila tingkat signifikansi < 0,05, maka model regresi
layak digunakan, sebaliknya apabila tingkat signifikansi ≥ 0,05, maka model regresi
variabel independen terhadap variabel dependen, dapat dilihat dari nilai signifikansi
terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka variabel independen
selama 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017. Jumlah
perusahaan yang lolos dari kriteria-kriteria yang telah ditentukan adalah sebanyak
159 perusahaan dan total data yang digunakan untuk penelitian adalah dari periode
2015 sampai dengan 2017 atau sejumlah 477 data. Berikut ini adalah tabel dari
Tabel 4.1
Prosedur Pemilihan Sampel
Total Total
No. Keterangan
Perusahaan Data
1 Perusahaan nonkeuangan yang secara konsisten
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 410 1230
2014 sampai dengan 2017
2 Perusahaan nonkeuangan yang secara konsisten
mengeluarkan laporan keuangannya per 31
(6) (18)
Desember yang telah diaudit dalam periode 2014
sampai dengan 2017
3 Perusahaan nonkeuangan yangmempublikasikan
laporan keuangan menggunakan satuan mata
(79) (237)
uang Rupiah secara konsiten selam atahun 2014
sampai dengan 2017
4 Perusahan nonkeuangan yang memiliki
kepemilikan manajerial selama tahun 2015
(166) (498)
sampai 2017
51
52
selama periode 2014 sampai dengan 2016. Setelahnya, terdapat 6 perusahaan yang
tidak memiliki tahun fiskal yang berakhir di 31 Desember selama periode 2014
sampai dengan 2017. Perusahaan yang tidak menggunakan satuan mata uang
melewati keempat kriteria yang telah ditentukan, didapati hasil dari sampel akhir
yang dapat digunakan didalam penelitian ini adalah sebanyak 159 perusahaan
dengan tiga tahun periode penelitian, sehingga diperoleh data sebanyak 477 data
sebelum dilakukan uji outlier. Pada uji outlier, terdapat 5 data yang bersifat outlier.
Setelah membuang data yang outlier tersebut, sampel data yang dapat digunakan
dari sekelompok data ataupun variabel dependen dan independen yang digunakan
didalam penelitian yang berisikan nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan
minimum. Berikut ini adalah tabel dari hasil uji statistik deskriptif:
53
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Standard
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
DAC 472 -0,536653 0,684690 0,00001593 0,100465492
FSZE 472 10,669883 14,470772 12,43470948 0,749517664
LEV 472 0,033530 2,660631 0,48873399 0,266313535
GROWTH 472 -0,437443 1,968287 0,09476409 0,218698690
CFO 472 -0,450734 0,659852 0,05735606 0,103678610
AQ 472 0 1 0,33 0,472
BOARD 472 2 25 4,36 2,172
MO 472 0,000000 3,802687 0,07313087 0,218113518
AC 472 2 6 3,07 0,514
AGE 472 0,000000 3,583519 2,50726079 0,780853683
ROA 472 -0,495096 0,737603 0,03830587 0,105859872
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan hasil dari uji statistik deskriptif yang
0,218698690.
nilai tertinggi (maximum) sebesar 1, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,33 dan
2, nilai tertinggi (maximum) sebesar 25, nilai rata-rata (mean) sebesar 4,36
10. Variabel return on asset (ROA) memiliki nilai terendah (minimum) sebesar
Tabel 4.3
Frekuensi Ukuran KAP
Keterangan Frekuensi Persentase
KAP Non Big Four 315 66.7%
KAP Big Four 157 33.3%
Total 472 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
Berdasarkan Tabel 4.3 mengenai frekuensi ukuran KAP menghasilkan
angka dari 472 data terdapat 315 data (66,7%) dengan ukuran KAP Non Big Four
Uji normalitas residual dilakukan untuk menguji apakah data yang peneliti
sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji statistik tabel non parametrik
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Residual
Unstandardized Residual
N 477
Asymp. Sig (2-tailed) 0,006
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 477 data sebelum
didapatkan adalah sebesar 0,006 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga
normalitas residual, maka perlu dilakukan uji lebih lanjut, yaitu uji outlier. Pada
penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebanyak 477 data, dimana data
didalam penelitian ini termasuk dalam sampel penelitian ukuran besar, sehingga
diambil patokan angka yang dimana data dengan nilai z-score di atas 3 dan juga di
bawah -3 dianggap sebagai data yang sifatnya outlier dan akan dihapus. Terdapat
lima data yang dihapus setelah dilakukannya uji outlier, sehingga banyaknya data
yang digunakan setelah dilakukannya uji outlier adalah 472 data. Berikut ini
merupakan hasil dari pengujian normalitas residual setelah dilakukannya uji outlier:
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Residual setelah Uji Outlier
Unstandardized Residual
N 472
Asymp. Sig (2-tailed) 0,053
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
Setelah dilakukannya uji normalitas residual dengan data setelah
dilakukan uji outlier, nilai asymp. Sig (2-tailed) menunjukan angka sebesar 0,053,
yang berarti nilai dari asymp. Sig (2-tailed) lebih besar sama dengan 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa data setelah uji outlier berdistribusi normal. Banyaknya
data setelah dilakukan uji outlier akan digunakan seterusnya dalam melakukan
adalah suatu masalah yang dihadapi ketika terdapat korelasi atau hubungan antar
dapat melihat nilai variance inflation factor (VIF) dan juga nilai tolerance, dimana
jika nilai tolerance lebih besar dari pada 0,1 dan nilai VIF dibawah 10, maka data
tersebut tidak terjadi multikolinearitas. Uji multikolinearitas ini dilakukan pada tiap
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Kesimpulan
FSZE 0,515 1,940 Tidak terjadi multikolinearitas
LEV 0,831 1,204 Tidak terjadi multikolinearitas
GROWTH 0,637 1,570 Tidak terjadi multikolinearitas
CFO 0,580 1,725 Tidak terjadi multikolinearitas
AQ 0,660 1,515 Tidak terjadi multikolinearitas
BOARD 0,711 1,406 Tidak terjadi multikolinearitas
MO 0,940 1,063 Tidak terjadi multikolinearitas
AC 0,849 1,178 Tidak terjadi multikolinearitas
AGE 0,973 1,027 Tidak terjadi multikolinearitas
ROA 0,443 2,260 Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
bahwa kesepuluh variabel independen ternyata memiliki nilai tolerance diatas 0,1
dan juga nilai VIF dibawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa didalam model
mengetahui apakah telah terjadi ketidaksamaan varians dari nilai residual yang
diamati oleh pengamatan satu dengan pengamatan lain. Untuk melakukan uji
heteroskedastisitas, dapat menggunakan alat uji yang bernama uji Glejser. Jika nilai
sig lebih besar sama dengan 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas, sedangkan jika nilai sig lebih kecil dari 0,05 maka terjadi
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
tabel 4.7, terbukti bahwa variabel leverage, board size, kepemilikan manajerial,
ukuran komite audit, dan umur perusahaan memiliki sig yang lebih besar dari 0,05
lain, yaitu ukuran perusahaan, strategi perusahaan, arus kas operasional, kualitas
59
audit dan return on asset memiliki sig lebih kecil dari pada 0,05, maka dapat
terjadi heteroskedastisitas.
Uji autokorelasi adalah uji yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah didalam model regresi terdapat hubungan antara kesalahan penganggu pada
didalam suatu model regresi, dapat menggunakan uji Bruesch Godfrey. Berikut ini
adalah hasil dari uji autokorelasi yang diperlihatkan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Variabel Sig Kesimpulan
RES3 0,325 Tidak terjadi autokorelasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, variabel dependen RES SESUDAH OUTLIER
nilai sig senilai 0,325, dimana jika nilai sig lebih besar sama dengan 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi sehingga data baik untuk
digunakan. Karena nilai sig dari RES3 lebih besar dari 0,05, maka dapat
dengan melakukan uji ini, dapat diketahui kuat atau lemahnya hubungan antara
diketahui apakah hubungan antara variabel dependen dan independen ini positif
atau negatif.
Tabel 4.9
Hasil Analisis Koefisien Korelasi
Model R
1 0,964
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
Tabel diatas menunjukan nilai R sebesar 0,964. Hal ini artinya secara
audit, umur perusahaan dan return on asset) adalah sangat kuat dan positif.
model yang diteliti dapat menjelaskan variabel dependen. Semakin besar nilai dari
adjusted R2, maka akan semakin baik pula model untuk menjelaskan variabel
dependen yang diteliti. berikut ini adalah hasil dari pengujian koefisien determinasi:
Tabel 4.10
61
adalah sebesar 0,928 atau 92,8%. Dengan nilai tersebut artinya secara statistik
variasi variabel dependen (manajemen laba) yang dapat dijelaskan oleh variabel
audit, umur perusahaan dan return on asset) adalah sebesar 92,8%, sedangkan
sisanya sebesar 7,2% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukkan
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang diteliti fit (layak
digunakan) atau tidak. Untuk mengetahui apakah model tersebut fit atau tidak,
dapat dilihat dari nilai sig nya. Jika nilai sig lebih besar sama dengan 0,05 maka
dapat disimpulkan data tidak fit, dan jika nilai sig lebih kecil dari 0,05 maka data
tersebut fit dan layak digunakan. Berdasarkan hasil tabel, didapati bahwa nilai sig
adalah sebesar 0,000 yang berarti nilai sig lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
Tabel 4.11
62
Hasil Uji F
Model Sig
Regression 0,000
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, variabel dependen DAC
hasil pengujian ini dapat digunakan untuk membentuk model regresi. Model yang
EM = 0,127 -0,009 FSZE – 0,017 LEV – 0,007 GROWTH – 0,932 CFO + 0,002
+ 𝜀.
Nilai konstanta dan koefisien untuk tiap variabel independen diperoleh dari
atau tidak. Jika nilai sig lebih besar sama dengan 0,05 maka dapat disimpulkan H0
Tidak dapat ditolak, yang artinya tidak terdapat pengaruh. Sedangkan jika nilai sig
lebih kecil dari pada 0,05 maka Ha yang tidak dapat ditolak, yang artinya terdapat
Tabel 4.12
63
Hasil Uji t
perusahaan memiliki nilai sig sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05
sehingga Ha1 diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
melakukan manajemen laba. Hal ini karena semakin besar suatu perusahaan, maka
nama baik dan reputasi perusahaan tersebut akan semakin dikenal oleh masyarakat.
laba agar perusahaan tersebut tetap mendapat citra yang baik dimata masyarakat.
memiliki nilai sig sebesar 0,001. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga Ha2
64
bahwa nilainya sebesar -0,017 yang artinya leverage memiliki pengaruh negatif
semakin besar. Semakin tinggi hutangnya, maka leverage akan semakin tinggi.
Investor tidak akan berani untuk berinvestasi diperusahaan yang memiliki tingkat
leverage yang tinggi. Oleh karena itu, semakin kecil tingkat leverage dapat
disebabkan oleh adanya manajemen laba yang tinggi guna mengurangi hutang dan
perusahaan memiliki nilai sig sebesar 0,339. Nilai tersebut lebih besar sama dengan
0,05 sehingga Ha3 tidak dapat diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji t menunjukan bahwa variabel arus kas
operasional memiliki nilai sig sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05
sehingga Ha4 diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
coefficients, menunjukan bahwa nilainya sebesar -0,932 yang artinya arus kas
manajemen untuk melakukan manajemen laba. Investor yang melihat arus kas
perusahaan tersebut. Dengan arus kas operasional yang makin kecil akan
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji t menunjukan bahwa variabel kualitas audit
memiliki nilai sig sebesar 0,528. Nilai tersebut lebih besar sama dengan 0,05
sehingga Ha5 tidak dapat diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji t menunjukan bahwa variabel board size
memiliki nilai sig sebesar 0,515. Nilai tersebut lebih besar sama dengan 0,05
sehingga Ha6 tidak dapat diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
manajerial memiliki nilai sig sebesar 0,785. Nilai tersebut lebih besar sama dengan
0,05 sehingga Ha7 tidak dapat diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
komite audit memiliki nilai sig sebesar 0,305. Nilai tersebut lebih besar sama
66
dengan 0,05 sehingga Ha8 tidak dapat diterima. Maka dapat diambil kesimpulan
perusahaan memiliki nilai sig sebesar 0,045. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05
sehingga Ha9 diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
menunjukan bahwa nilainya sebesar 0,003 yang artinya terdapat pengaruh positif
manajemen laba memanfaatkan usia dan juga kepercayaan yang telah diberikan
masyarakat kepada perusahaan. Dengan umur yang lebih lama, maka tindakan
manajemen laba akan semakin besar. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya
pengawasan oleh pihak terkait karena asumsi mereka yang berpikir semakin lama
suatu perusahaan, maka akan semakin baik kinerja dari perusahaan tersebut dan
semakin terpercaya.
asset memiliki nilai sig sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga
Ha10 diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh secara
menunjukan bahwa nilainya sebesar 0,898 yang artinya terdapat pengaruh positif
manajemen laba yang tinggi pula. Profitabilitas menjadi salah satu patokan didalam
mengukur income yang didapatkan dari asset yang dimiliki perusahaan. Semakin
tinggi tingkat profitabilitas maka citra perusahaan dimata masyarakat dan investor
akan semakin baik. Tingkat profitabilitas yang terlalu tinggi akan menyulitkan
perusahaan untuk mendapatkan hasil yang sama ditahun depan. Untuk menjaga
rasio ini, income yang berlebih tersebut oleh pihak manajemen akan di alokasikan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
perusahaan, leverage, strategi perusahaan, arus kas opersional, kualitas audit, board
size, kepemilikan manajerial, ukuran komite audit, umur perusahaan dan return on
di Bursa Efek Indonesia periode 2015 sampai 2017 adalah sebagai berikut:
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jao dan
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bassiouny
(2016) dan Susanto (2013) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahan tidak
dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustia (2013) serta Alzoubi (2016)
Namun, hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Almomani
(2016) serta Amertha et al. (2014) yang menunjukkan bahwa leverage tidak
68
69
dan Ali (2006) serta Wibiksono dan Rudiawarni (2015) yang menunjukkan
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasar (2013) serta Swai
dan Mbogela (2016). Namun hasil tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Almomani (2016) serta Gerayli et al. (2011) yang
manajemen laba.
5. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bassiouny (2016) serta Fitria
dan Kurnia (2015) yang menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yunianto (2013) serta Swastika (2013) yang
6. Board size tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Putri (2014) serta
Asitalia dan Trisnawati (2017) yang menunjukkan bahwa board size tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jao dan Pagalung (2011) dan
manajemen laba.
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2013),
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Charfeddine et al. (2013) serta Aygun
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jatiningrum et al.
(2015) serta Guna dan Herawaty (2010) yang menunjukkan bahwa ukuran
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Yang
(2006) serta Qallap (2014) yang menunjukkan bahwa ukuran komite audit
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Debnanth (2017) serta Bakht et al.
manajemen laba. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Bassiouny
(2016) serta Savitri (2014) yang menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak
10. Return on asset berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alexander dan Hengky (2017)
serta Yuliana dan Trisnawati (2015) yang menunjukkan bahwa return on asset
5.1 Keterbatasan
penelitian yang dilakukan peneliti masih tetap tidak sempurna karena masih
1. Periode penelitian yang tergolong singkat yaitu dari 2015 sampai 2017 tidaklah
cukup untuk mengukur tindak praktik manajemen laba. Hal ini terjadi karena
antar pengamat satu dengan yang lainnya didalam model regresi penelitian
yang tejadi pada variabel ukuran perusahaan, strategi perusahaan, arus kas
5.2 Rekomendasi
Abbadi, Sinan S., Qutaiba F. Hijazi, dan Ayat S. Al-Rahahleh. 2016. Corporate
Governance Quality and Earnings Management: Evidence from Jordan.
Australasian Accounting, Business and Finance Journal, Vol. 10, No. 2: 54-
75.
Abed, Suzan, Ali Al-Attar, dan Mishiel Suwaidan. 2012. Corporate Governance
and Earnings Management: Jordanian Evidence. International Business
Research, Vol. 5, No. 1, Januari 2012.
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 15, No. 1: 27-42.
Alves, Sandra. 2013. The Impact of Audit Committee Existence and External
Audit on Earnings Management. Journal of Financial Reporting and
Accounting, Vol. 11, No. 2: 143 – 165.
Amijaya, Muhammad Dody dan Andri Prastiwi. 2013. Pengaruh Kualitas Audit
terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, Vol 2, No.
3: 1-13.
Anggana, Gea Rafdan dan Andri Prastiwi. 2013. Analisis Pengaruh Corporate
Governance terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan
Manufaktur di Indonesia). Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No. 3:
1-12.
Arifin, Lavenia dan Nicken Destriana. 2016. Pengaruh Firm Size, Corporate
Governance, dan Karakteristik Perusahaan terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 18, No. 1: 84-93.
Asitalia, Fioren dan Ita Trisnawati. 2017. Pengaruh Good Corporate Governance
dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol
19 No 1a-2: 109-119.
Bala, Hussaini dan Gugong Benjamin Kumai. 2015. Boards Characteristics and
Earnings Management of Listed Food and Beverages Firms in Nigeria.
European Journal of Accounting, Auditing, and Finance Research, Vol. 3,
No. 8: 25-41.
Bhuiyan, Md. Borhan Uddin, Jamal Roudaki, Murray Clark. 2013. Corporate
Governance Compliance Discretionary Accruals: New Zealand Evidence.
Australasian Accounting, Business and Finance Journal, Vol. 7, No. 2: 101-
124.
Christiani, Ingrid dan Yeterina Widi Nugrahanti. 2014. Pengaruh Kualitas Audit
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 16, No.
1: 52-62.
DeAngelo, Linda Elizabeth. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of
Accounting and Economics, Vol. 3, No. 3:183-199.
Debnath, Pranesh. 2017. Assaying the Impact of Firm’s Growth and Performance
on Earnings Management: An Empirical Observation of Indian Economy.
International Journal of Research in Business Studies and Management,
Vol. 4, No. 2: 30-40.
Dimarcia, Ni Luh Floriani Ria dan Komang Ayu Krisnadewi. 2016. Pengaruh
Diversifikasi Operasi, Leverage dan Kepemilikan Manajerial pada
Manajemen Laba. E‐Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 15, No. 3:
2324‐2351.
Effendi, Muh. Arief. 2016. The Power of Good Corporate Governance Teori dan
Implementasi Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Febriyanti, Agnes dan Hanna. 2014. Pengaruh Defferred Tax Expense Dalam
Mendeteksi Earnings Management Dengan Menggunakan Pendekatan
Dicretionary Revenue. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1: 1-11.
Firsta dan Murniati. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan
Struktur Kepemilikan Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014. Jurnal Ekonomi & Bisnis Dharma
Andalas, Vol. 19, No. 1.
Gerayli, M. Safari, Abolfazi Momeni Yanesari, dan Ali Reza Ma’atoofi. 2011.
Impact of Audit Quality on Earnings Management: Evidence from Iran.
International Research Journal of Finance and Economics, No. 66.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes.
2010. Accounting Theory, 7th edition. United States of America: John Wiley
& Sons.
Gunawan, I Ketut, Nyoman Ari Surya Darmawan, dan I Gusti Ayu Purnamawati.
2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha,
Vol. 3, No. 1.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, dan Rolph E. Anderson. 2010.
Multivariate Data Analysis: A Global Perspective, 7th Edition. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Handayani, RR. Sri, dan Agustono Dwi Rachadi. 2009. Pengaruh Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.
11, No. 1: 33-56.
Hanum, Zulia. 2009. Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE),
dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada Perusahaan
Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, Vol. 8, No. 2:1-9.
Huang, Shaio Yan, Yu Hsuan Chung, An An Chiu dan Yu Cheng Chen. 2015.
Growth Opportunity and Risk: Empirical Investigation on Earnings
Management Decision. Investment Management and Financial Innovations,
Vol 12, No. 1: 299-309.
Hutapea, Febriamy. 21 Juli 2015. Skandal " Mark Up" Laba Perusahaan, CEO
Toshiba Mundur, Beritasatu.
(http://www.beritasatu.com/dunia/292689-skandal-mark-up-laba-
perusahaan-ceo-toshiba-mundur.html, diakses 21 Februari 2018 pukul
23.34).
Iraya, Cyrus, Mirie Mwangi, dan Gilbert W. Muchoki. 2015. The Effect of
Corporate Governance Practices on Earning Management of Companies
Listed at The Nairobi Securities Exchange. European Scientific Journal,
Vol. 11, No. 1:169-178.
Jamaludin, Nur Dalila, Zuraidah Mohd Sanusi dan Amrizah Kamaluddin. 2015.
Board Structure and Earnings Management in Malaysian Government
Linked Companies. Procedia Economics and Finance 28: 235 – 242.
Jensen, Michael C. 1993. The modern industrial revolution, exit, and the failure of
internal control systems. The Journal of Finance, Vol. 48, No. 3, July 1993,
831 – 880.
Kouki, Mondher, Abderrazek Elkhald, Hanen Atri, and Slim Souid. 2011. Does
Corporate Governance Constrain Earnings Management? Evidence from
U.S. Firms. European Journal of Economics, Finance and Administrative
Sciences, No. 35: 58-71.
Lee, Chi-Wen Jevons, Laura Yue Li, dan Heng Yue. 2006. Performance, growth
and earnings management. Review of Accounting Studies, Vol. 11, No.2:
305–334.
Lidiawati, Novi dan Nur Fadjrih Asyik. 2016. Pengaruh Kualitas Audit, Komite
Audit, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 5, No. 5: 1-19.
Lin, Jerry W., June F. Li, dan Joon S. Yang. 2006. The Effect of Audit Committee
Performance on Earnings Quality. Manajerial Accounting Journal, Vol. 21,
No.9: 921-933.
Lipton, Martin, Jay W. Lorsch. 1992. A modest proposal for improved corporate
governance. The Business Lawyer, Vol. 48, No. 1, November 1992, 59 –77.
Marlisa, Otty, dan Siti Rokhmi Fuadati. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Manajemen Laba Perusahaan Properti dan Real Estate.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 5, No. 7
Mishra, Mamta dan Dr. Amarjeet Kaur Malhotra. 2016. Audit Committe
Characteristics and Earnings Management: Evidence from India.
International Journal of Accounting and Financial Reporting, Vol.6, No.2: .
247-270.
Nurdianah, Dade dan Linda Herlina. 2015. Analysis of Factors Affecting the
Motivation of Earnings Management in Manufacturing Listed in Indonesia
Stock Exchange. Research Journal of Finance and Accounting, Vol. 6, No.
3: 100-107.
Oktovianti, Tirza dan Dian Agustia. 2012. Influence of the Internal Corporate
Governance and Leverage Ratio to the Earnings Management. Journal of
Basic and Applied Scientific Research, Vol. 2, No. 7.
Putri, Intania Destiani dan Syuhada Sofyan. 2013. Analisis Pengaruh Struktur dan
Mekanisme Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Management, Vol. 2,
No. 2:1-16.
Ramli, M.R. dan Arfan, M.. 2011. Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, Arus Kas
Bebas, dan Pembayaran Dividen Kas Sebelumnya Terhadap Dividen Kas
yang diterima oleh Pemegang Saham. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, Vol.
4, No. 2, 126-138.
Salihi, Awaisu Adamu dan Rabi’u Saminu Jibril. 2015. The Effect of Board the
Size and Audit Committee the Size on Earning Management in Nigerian
Consumer Industry Companies. International Journal of Innovation
Research & Development, Vol. 4, No. 3: 84-91.
Sari, A.A Intan Puspita., dan I.G.A.M. Asri Dwija Putri. 2014. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance pada Manajemen Laba. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 8.1 : 94-104.
Savitri, Enni. 2014. Analisi Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup Terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1:72-89.
Shian, S.G. and V.H. Tam, 2010. The relationship between corporate strategy,
capital structure and firm performance: An empirical study of the listed
companies in Vietnam. International Research Journal of Finance and
Economics, No.50: 62-73.
Siregar, Sylvia Veronica N. P., dan Siddharta Utama. 2008. Type of earnings
management and the effect of ownership structure, firm size, and corporate-
governance practices: Evidence from Indonesia. The International Journal
of Accounting, No. 43: 1-27.
Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas
Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil), Auditorium Kampus
Gunadarma, 21-22 Agustus, 53-61.
Supriatna, Harrie. 2014. Pengaruh Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a: 23-42.
Susanto, Yulius K. 2013. The Effect of Corporate Governance Mechanism on
Earnings Management Practice. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 2:
157-167.
Swastika, Dwi Lusi Tyasing. 2013. Corporate Governance, Firm Size, and
Earning Management: Evidence in Indonesia Stock Exchange. IOSR
Journal of Business and Management (IOSR-JBM), Vol. 10, No. 4: 77-82.
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi X: 1-26.
Wardani, Dini Tri dan Masodah. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi, Struktur
Kepemilikan Manajerial, dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba
dalam Industri Perbankan di Indonesia. Proceeding PESAT (Psikologi,
Ekonomi, Sastra, Arsitektur, dan Sipil), Vol. 4: 128-134.
Wiryadi, Arri dan Nurzi Sebrina. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas
Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba. WRA Journal,
Vol.1 No.2: 155-179.
Wiyadi, Rina Trisnawati, Noer Sasongko, Ichwani Fauzi. 2015. The Effect of
Information Asymmetry, Firm Size, Leverage, Profitability and Employee
Stock Ownership on Earnings Management with Accrual Model.
International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 8, No. 2: 21-30.
Yasar, Alpaslan. 2013. Big Four Auditors Audit Quality and Earnings
Management: Evidence from Turkish Stock Market. International Journal
of Business and Social Science, Vol 4, No. 17: 153-163.
Yuliana, Agustin dan Ita Trisnawati. 2015. Pengaruh Auditor dan Rasio Keuangan
terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17, No.1: 33–
45.
Zamri, Norhayati, Rahayu Abdul Rahman, Noor Saatila Mohd Isa. 2013. The
Impact of Leverage on Real Earnings Management. Procedia Economics
and Finance, Vol. 7: 86–95.
Statistics
GRO B. FIRM
DAC FSZE LEV WTH CFO AQ SIZE MO AC AGE ROA
N Valid 472 472 472 472 472 472 472 472 472 472 472
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean - 12,4347 ,48873 ,09476 ,05735 ,33 4,36 ,07313 3,07 2,5072 ,03830
,00001 0948 399 409 606 087 6079 587
593
Median ,00078 12,3962 ,47833 ,05493 ,04617 ,00 4,00 ,00953 3,00 2,7725 ,03015
656 3215 809 988 134 500 8872 874
Std. ,10046 ,749517 ,26631 ,21869 ,10367 ,472 2,17 ,21811 ,514 ,78085 ,10585
Deviation 5492 664 3535 8690 8610 2 3518 3683 9872
Minimum - 10,6698 ,03353 - - 0 2 ,00000 2 ,00000 -
,53665 83 0 ,43744 ,45073 0 0 ,49509
3 3 4 6
Maximum ,68469 14,4707 2,6606 1,9682 ,65985 1 25 3,8026 6 3,5835 ,73760
0 72 31 87 2 87 19 3
AQ
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid NON BIG 315 66,7 66,7 66,7
4
BIG 4 157 33,3 33,3 100,0
Total 472 100,0 100,0
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 FSZE ,515 1,940
LEV ,831 1,204
GROWTH ,637 1,570
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,089 ,017 5,384 ,000
FSZE -,006 ,001 -,258 -4,147 ,000
LEV ,002 ,003 ,031 ,623 ,534
GROWTH ,012 ,004 ,148 2,632 ,009
CFO ,025 ,010 ,149 2,534 ,012
AQ ,007 ,002 ,197 3,576 ,000
B. SIZE 1,703E-5 ,000 ,002 ,041 ,967
MO ,003 ,004 ,042 ,904 ,367
AC ,000 ,002 -,013 -,274 ,784
AGE ,000 ,001 ,020 ,451 ,652
ROA -,035 ,011 -,215 -3,199 ,001
a. Dependent Variable: ARES
Hasil Uji Autokorelasi
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,000 ,027 -,007 ,994
FSZE 4,193E-5 ,002 ,001 ,018 ,986
LEV ,000 ,005 ,004 ,076 ,940
GROWTH -,001 ,007 -,004 -,071 ,944
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,964a ,929 ,928 ,026972529
a. Predictors: (Constant), ROA, MO, FIRM AGE, AC, AQ,
LEV, B. SIZE, GROWTH, CFO, FSZE
Hasil Uji F
ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 4,419 10 ,442 607,349 ,000a
Residual ,335 461 ,001
Total 4,754 471
a. Predictors: (Constant), ROA, MO, FIRM AGE, AC, AQ, LEV, B. SIZE,
GROWTH, CFO, FSZE
b. Dependent Variable: DAC
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,127 ,027 4,719 ,000
FSZE -,009 ,002 -,071 -4,108 ,000
LEV -,017 ,005 -,045 -3,323 ,001
GROWT -,007 ,007 -,015 -,957 ,339
H
CFO -,932 ,016 -,962 -59,217 ,000
AQ ,002 ,003 ,010 ,631 ,528
B. SIZE ,000 ,001 ,010 ,651 ,515
MO -,002 ,006 -,003 -,273 ,785
AC ,003 ,003 ,014 1,027 ,305
FIRM ,003 ,002 ,025 2,012 ,045
AGE
ROA ,898 ,018 ,947 50,907 ,000
a. Dependent Variable: DAC