Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah kebutuhan
bibit yang semakin meningkat. Bibit dari suatu varietas unggul yang dihasilkan jumlahnya
sangat terbatas, sedangkan bibit tanaman yang dibutuhkan jumlahnya sangat banyak.
Penyediaan bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah satu teknologi
harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui
teknik kultur jaringan.

Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan
karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang jumlahnya sangat
sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan
melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama
dengan induknya (seragam) dan dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam
jumlah banyak dan bebas penyakit.

Kultur jaringan adalah metode perbanyakan vegetatif dengan menumbuhkan sel,


organ atau bagian tanaman dalam media buatan secara steril dengan lingkungan yang
terkendali.

Tanaman bisa melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel
untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kultur jaringan
2. Mengetahui peralatan yang dipakai dalam kultur jaringan
3. Mengetahui tahapan dalam kultur jaringan
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan kultur jaringan

1.3 Manfaat
1. Mengetahui ketertaitan antara teri totipotensi dengan kultur jaringan
2. Mengetahui apa saja tipe-tipe kultur jaringan
3. Mengetahui perbedaan perbanyakan alami dan kultur jaringan
4. Mengetahui kendala yang terjadi dalam kultur jaringa

1.4 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kultur jaringan?


2. Apa keterkaitan antara teori totipotensi dengan kultur jaringan?
3. Apa saja tipe-tipe kultur jaringan?
4. Apa perbedaan perbanyakan alami dengan kultur jaringan?
5. Apa saja peralatan yang dipakai dalam kultur jaringan?
6. Apa saja tahapan dalam kultur jaringan?
7. Apa saja kendala dan masalah yang dapat terjadi dalam kultur jaringan?
8. Apakah kelebihan dan kekurangan dari kultur jaringan?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Kultur jaringan adalah usaha memperoleh suatu individu baru dari satu sel atau
jaringan Kultur jaringan bila diartikan ke dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe Kultur,
dalam Bahasa Inggris disebut Tissue Culture, dalam Bahasa Belanda disebut weefsel kweek
atau weefsel cultuur. Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atauorgan yang serba
steril, dalam botolkultur yang sterildan dalam kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.

Kultur jaringan tanaman adalah proses menumbuhkan sebagian dari tanaman pada
medium buatan. Sebagian daari tanaman yang dikulturkan dapat berupa satu sel, embrio,
jaringan meristem, anter, atau setiap segmen tanaman lainnya. Kultur jaringan tanaman telah
menjadi alat berharga dalam bidang bermacam-macam penelitian dasar dalam tanaman dan
perbanyakan tanaman komersil. Kultur jaringan tanaman memerlukan media steril yang
dikontrol untuk meumuhkan jaringan tanaman. Media tersebut menyediakan kelembapan,
garam, mineral, hormon dan sumber karbon yang diperlukan agar kultur sel tetap hidup,
membelah, dan tumbuh. Media kultur harus steril dan menyediakan lingkungan (pH,
kelembapan, aerasi) yang cocok untuk sel. Bentuk media bisa cair ataupun dibuat padat
dengan menambahkan agar. Kultur dalam media cair, biasanya dalam bentuk kontinu
digonang agar mendapat aerasi. Komponen kandungan media selain dapat didefenisikan
seperti gula, garam, hormon buatan bisa juga mengandung komponen yang tidak dapat
didefenisikan seperti air kelapa. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan
kultur jaringan adalah 1) suhu, 2) cahay, 3) spesies yang digunakan, 4) varietas, 5) bagian
tanaman yang dikulturkan, 6) umur kultur jaringan, 7) lamanya jaringan dalam kultur.

Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue
culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya
untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.

Kultur jaringan termasuk jenis perkembangbiakan vegetatif yang prinsip dasarnya sama
dengan menyetek. Bagian tanaman yang akan dikultur (eksplan) dapat diambil dari akar,
pucuk, bunga, meristem, serbuk sari.

2.2 Kaitan Teori Totipotensi dengan Kultur Jaringan

Teori Dasar Kultur Jaringan:


Sel dari suatu organisme multiseluler dimanapun letaknya, sebenarnya sama dengan
sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut (omne cellula ex cellula).
Teori Totipotensi Sel
Teori sel oleh Schwann dan Schleiden (1898) yang menyatakan bahwa sel memiliki
sifat totipotensi, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan
informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Teori ini mempercayai
bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembangbiak karena seluruh bagian tanaman
terdiri atas jaringan-jaringan hidup.

Teori totipotensi yang menyatakan bahwa setiap sel tanaman dapat berkembang
menjadi individu baru, digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kultur jaringan. Dalam
kultur jaringan bagian tanaman yang terdiri atas sel-sel dan jaringan dibuat sedemikian
mungkin untuk ditanam di sebuah media yang steril dan lingkungan yang terkendali. Seperti
teori totipotensi tersebut, bagian tanaman yang ditanam di media tersebut ternyata dapat
bertumbuh dan berkembang menjadi individu baru bila kondisinya sesuai.

2.3 Tipe- Tipe Kultur Jaringan

Ada beberapa tipe dalam kultur jaringan berdasarkan sumber jaringan atau organ yang
digunakan , antara lain :

1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau
seedling. Kultur ini berfungsi untuk mempersingkat siklus pemuliaan, menggantikan
simbiosis (mikoriza) dan meniadakan kompetisi dengan mikroorganisme lain
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya
menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun,
bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dll.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan jaringan
(sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.

Kultur biji Kultur organ Kultur kalus


Kultur tunas Kultur embrio
4. Kultur tunas dan buku tunggal. Kultur ini menggunakan tunas sebagai sumber
kulturnya
5. Kultur embrio, merupakan kultur yang sumbernya menggunakan embrio. Kultur ini
bertujuan untuk mempersingkat pemuliaan tanaman, mengatasi aborsi embrio,
mengatasi inkompatibilitas dan sebagai sumber pembentukan kalus.
6. Kultur meristem, merupakan kultur yang sumber jaringannya berasal dari jaringan
meristem. Kultur ini bertujuan untuk mengeliminasi patogen (virus, cendawan dan
bakteri), perbanyakan vegetatif pada anggrek melalui protocorm-like bodies,
perbanyakan klon tanaman selain anggrek, penyimpanan tanaman bebas penyakit,
pengangkutan fitosintat dan koleksi plasma nutfah
7. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan media cair
dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel
atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa
kalus atau jaringan meristem.
8. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian
dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat
dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur
protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2
protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).
9. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni:
kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen),
ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.

2.4 Perbedaan Perbanyakan Alami dan Kultur Jaringan

No. Perbanyakan Alami Kultur Jaringan


1. Nutrisi diperoleh secara alami dari dalam tanaman
Media terbuat dari nutrisi
kimia
2. Tanaman dapat membuat makanannya sendiri Tanaman tidak membuat
(autotrof) makanannya sendiri
3. Sumber tanaman harus cukup umur Sumber tanaman sedikit
Fotosintesis dengan bantuan matahari Fotosintesis dengan
4.
cahaya lampu

5. Ada musim hujan dan kemarau yang tidak Tidak dipengaruhi musim
terkendali

2.5 Peralatan Kultur Jaringan

a. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), alat ini letaknya di ruang penabur, yaitu ruang
yang selalu harus dalam keadaan steril. alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan
penanaman.
selain LAFC, kita juga bisa menggunakan Entkas. Dimana, Entkas ini merupakan
bentuk lama dari alat penabur (LAFC), maka fungsinya pun sama seperti (LAFC)
b. Pengukur keasaman medium (pH-meter). Alat ini untuk mengukur keasaman
medium.

LAFC pH meter

c. Shaker (meja penggojok), merupakan alat penggojok yang putarannya dapat diatur
menurut kemauan kita. Penggojok ini dapat digunakan untuk keperluan
menumbuhkan kalus pada eksplan anggrek atau untuk membentuk protokormusatau
sering disebut plb (protocorm like bodies) dari kalus bermacam jaringan tanaman.
d. Otoklaf, merupakan alat sterilisasi untuk alat dan medium kultur jarinang tanaman.
Timbangan Analitik, jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalah
timbanagn yaang dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat
keil. Alat ini berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk kultur jaringan.

otoklaf
Shaker
e. Neraca analitik.sebagai alat untuk menimbang
f. Hot Plate dengan pengaduk bermagnet, yang berguna untukmemasak atau
memanaskan medium dalam pembuatan media padat.

Neraca Analitik Hot plate

g. Inkubator, berfungsi sebagai ruang kultur dengan pengaturan suhu yang sesuai degan
keinginan
h. Mikroskop fotomikrografi, sebagai alat untuk mengamati struktur mikroskopis seperti
anatomi jaringan tanaman, jaringan kalus yang tumbuh dari eksplan, ataupun dari
struktur dari sel dan mikrospora.
i. Mikroskop diseksi, untuk mengamati kalus atapun keadaan kalus agar lebih jelas.

Mikroskop Mikroskop diseksi


inkubator
fotomikgrogafi

Alat-alat yang dipakai dalam penanaman dalam kultur jaringan harus dalam keadaan
steril. Alat-alat logam dan gelas dapat disterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti: pinset
dan gunting dapat juga disterilkan dengan pembakaran atau dengan pemanasan dalam
bacticinerator khusus untuk scapel, gagangnya dapat disterilkan dengan pemanasan namun
pisaunya dapat menjadi tumpul bila dipanaskan dalam temperatur tinggi. Oleh karena itu,
sterilisasinya dianjurkan dengan cara pencelupan dalam alkohol atau larutan kaporit.

Alat-alat kultur jaringan yang perlu disterilisasi sebelum penanaman adalah : Pinset, Gunting,
Gagang scapel, Kertas saring, Petridish, Botol-botol kosong, Jarum, Pipet.
2.6 Metode Pelaksanaan Kultur Jaringan

Dilihat dari Macam Media Tanam Teknik kultur jaringan dapat dilaksanakan dengan dua
metode yaitu:

a. Metode Padat (Solid Method), Metode pada dilakukan dengan tujuan mendapatkan
kalus dan kemudian dengan medium diferensiasi yang berguna untuk menumbuhkan
akar dan tunas sehingga kalus dapat tumbuh menjadi planlet. Media padat adalah
media yang mengandung semua komponen kimia yang dibutuhkan oleh tanaman dan
kemudian dipadatkan dengan menambahkan zat pemadat. Zat pemadat tersebut dapat
berupa agar-agar batangan, agar-agar bubuk, atau agar-agar kemasan kaleng yang
yang memang khusus digunakan untuk media padat untuk kultur jaringan.
Media yang terlalu padat akan mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar sulit
untuk menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan
menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa tenggelamnya
eksplan yang ditanam. Eksplan yang tenggelam tidak akan dapat tumbuh menjadi
kalus, karena tempat area kalus yaitu pada irisan (jaringan yang luka) tertutup oleh
medium.
Metode padat dapat digunakan untuk metode kloning, untuk menumbuhkan protoplas
stelah diisolasikan, untuk menumbuhkan planlet dari protokormus stelah dipindahkan
dari suspensi sel, dan untuk menumbuhkan planlet dari prtoplas yang sudah difusikan
(digabungkan).
b. Metode Cair(Liquid Metho), Penggunaan metode cair ini kurang praktis dibandingkan
dengan metode padat, karena untuk menumbuhkan kalus langsung dari ekspaln sangat
sulit sehingga keberhasilannya sangat kecil dan hana tanaman-tanaman tertentu yang
dapat berhasil.
Oleh karena itu, penggunaan media cair lebih ditekankan untuk suspensi sel, yaitu
untuk menumbuhkan plb (prtocorm like bodies). Dari protokormus ini nantinya dapat
tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan kedalam media padat yang sesuai.
Pembuatan media cair jauh lebih cepat daripada media padat, karena kita tidak p erlu
memanaskannya untuk melarutkan agar-agar. Media cair juga tidak memerlukan zat
pemadat sehingga keadaannya tetap berupa larutan nutrein.

Eksplan yang telah ditanam, agar dapat tumbuh menjadi kalus dan kemudian menjadi
planlet, membutuhkan pemeliharaan yang rutin dan tepat. Artinya, eksplan atau kalus yang
sudah waktunya untuk dipindahkan ke dalam media tanam yang baru harus segera
dilaksanakan, tidak boleh sampai terlambat. Pemindahan yang terlambat dapat menyebabkan
pertumbuahn eksplan atau kalus dapat terhenti atau dapat mengalami brownig atau
terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.

2.7 Tahapan Kultur Jaringan

Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat pendukung kehidupan jaringan


yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media
adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung
kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan
untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat
dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar. Nutrisi
dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat
bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.
Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut
memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.

Tahapan tersebut, yaitu:

a. Pemilihan dan penyiapan tanaman induk sumber eksplan


Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca agar eksplan yang akan
dikulturkan sehat dan dapat tumbuh bebas dari sumber kontaminan pada waktu
dikulturkan nanti.
b. Inisiasi Kultur
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari
eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell,
1976). Ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan
menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan
(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976)
c. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pembebasan dari mikroorganisme.
Tujuan sterilisasi yaitu untuk menciptakan kondisi kultur yang steril.
Tahapan Sterilisasi:
1. Sterilisasi peralatan gelas dan stainless dalam suhu 121o di dalam autoklaf.
2. Sterilisasi bahan tanaman
Tanaman induk – sterilisasi bahan tanam/eksplan menggunakan detergen, alcohol,
kloroks 0,5 % dll – direndam dalam bahan sterilant – sterilisasi dalam laminar –
tanaman dipro-kondisi
d. Pembuatan media kultur
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media
yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan
autoclave.
Tahapan pembuatan media kultur:
o Persiapan bahan
o Formulasi
o Pengukuran pH (5,7-5,8)
o Pemberian agar-agar dan pemanasan media
o Penuangan dan penutupan media -> sterilisasi
Kandungan nutrisi dalam agar-agar :

1. Mineral :

Makro nutrient (N, P, K, Ca, Mg)

Mikro nutrient (Mn, Zn, Mo, Cu, Co)

2. karbohidrat (gula)
3. vitamin (B dan C)
4. Protein
5. Hormon

Komposisi media Murashige dan Skoog (MS)


Bahan Kimia Konsentrasi Kimia (mg/l)
1. NH4NO3 1650
2. KNO3 1900
3. CaCL2+2H20 440
4. MgSO4+7H20 370
5. KH2PO4 170
6. FeSO4+7H20 27
7. Na 37,3
8. MnSO4+4H20 22,3
9. ZnSO4.7H2O 8,6
10. H3BO3 6,2
11. KI 0,83
12. Na2MoO4+2H20 0,25
13. CuSO4+5H20 0,025
14. CoCl2+6H20 0.025
15. Myoinositol 100
16. Niasin 0,5
17. Piridoksin-HCL 0,5
18. Tiamin-HCL 0,1
19. Glisin 2
20. Sukrosa 30000

e. Penanaman eksplan
Melalui sub kultur atau transfer, tanaman ditanam pada media tanam di laminar air
flow menggunakan alat-alat yang steril.

Syarat eksplan yang baik:


 Berasal dari induk yang sehat dan subur
 Berasal dari induk yang diketahui jenisnya
 Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik
 Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya
 Tunas langsung diproses sesegera mungkin
Adapun tahapan-tahapan perkembangan yang terjadi setelah kultur dilakukan, yaitu

 Induksi Tunas
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar
eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber
kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.
 Multiplikasi tunas
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan
gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung yang telah ditanami eksplan diletakkan pada
rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
 Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Untuk pengakaran digunakan media MS + NAA. Pengamatan dilakukan setiap
hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Proses perakaran pada umumnya
berlangsung selama 1 bulan. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala
seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
 Inkubasi
Pada tahap inkubasi, eksplan ditempatkan di
ruang/lingkungan yang terkendali (untuk duji keberhasilannya).
Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kultur adalah antara 24–28oC. Untuk
mengkondisikan ruang inkubasi pada suhu yang diinginkan, maka di dalam ruangan
tersebut dipasang Air Conditioner (AC).
 Aklitimasi
Aklitimasi merupakan proses adaptasi/pemindahan tanaman dari lingkungan dalam ke
lingkungan luar (dari lingkungan yang terkendali ke lingkungan yang tidak
terkendali).
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan
hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan
hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan
barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Pada saat aklimatisasi ini umumnya 2 minggu dengan sungkup dan 4 minggu tanpa
sungkup. Dan pada saat itu planlet sudah mencapai tinggi 20 – 25 cm.
Selanjutnya bibit siap ditumbuhkan dalam polibag. Setelah itu tanaman perlu
ditumbuhkan di nursery sampai mencapai tinggi 50 – 60 cm kemudian dipindahkan ke
lapangan

2.8 Kendala dan Masalah Melakukan Kultur Jaringan


a. Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi
dalam kegiatan kultur jaringan. Munculnya gangguan ini
bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu
yang sangat wajar sebagai konsekuensi penggunaan yang
diperkaya.
Fenomena kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari
jenis kontaminasinya (bakteri, jamur, virus, dll).
Upaya mencegah terjadinya kontaminsi:
Biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur
jaringan,Yakinkan bahwa proses sterilisasi media secara baik dan benar.,
Lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda nyaman dan cari waktu
yang longgar.
b. Pencoklatan/browning
Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya
warna coklat atau hitam yang sering membuat
tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
eksplan. Peristiwa pencoklatan sesunggguhnya
merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang
sering terjadi.
Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi
eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan
c. Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur
yang ditandai dengan:
Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang
tidaknormal.
Tanaman yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil.
Pertrumbuhan batang cenderung ke arah penambahan
diameter
Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent.
Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade..
senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan alternatif pengelolaannya.
d. Lingkungan Mikro
Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini juga
sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi
pertumbuhan eksplan, suhu yang terlalu rendah aatau tinggi dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.
Kebutuhan antara satu tananaman dengan tanaman yang lain berbeda,
namunddemikian solusinya sulit dilakukan mengingat umumnya ruangan
inkubator suatu ruangan laboratorium kultur jaringan tidak bisa dibuat variasi
antara satu ruangan dengan bagian ruangan yang lainnya. Sehingga optimasi
pertumbuhan tidak bisa diharapkan sama antara kultur yang satu dengan kultur
yang lain.
2.9 Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan

Kelebihan:
o Sifat identik dengan induknya;
o Perbanyakan dalam waktu singkat;
o Tidak perlu areal pembibitan yang luas;
o Tidak dipengaruhi oleh musim;
o Tanaman bebas jamur dan bakteri.

Kekurangan :
o Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar;
o Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit;
o Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium
khusus), peralatan dan perlengkapan;
o Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur
jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan;
o Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kultur jaringan adalah usaha memperoleh suatu individu baru dari satu sel atau
jaringan Kultur jaringan bila diartikan ke dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe Kultur,
dalam Bahasa Inggris disebut Tissue Culture, dalam Bahasa Belanda disebut weefsel kweek
atau weefsel cultuur. Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atauorgan yang serba
steril, dalam botolkultur yang sterildan dalam kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap

Adapun alat-alat yang digunakan dalam melakukan kultur jaringan ini antara lain :
Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), Pengukur keasaman medium (pH-meter), Otoklaf,
Neraca analitik, Hot Plate, Inkubator, Mikroskop fotomikrografi, Mikroskop diseksi.

Tahapan- tahapan dalam melakukan kultur jaringan, yaitu:Pemilihan dan penyiapan tanaman
induk sumber eksplan, Inisiasi Kultur, Sterilisasi, Pembuatan media kultur, Penanaman
eksplan, Induksi Tunas, Multiplikasi tunas, Pengakaran, Inkubasi, Aklitimasi
Kelebihan:
o Sifat identik dengan induknya;
o Perbanyakan dalam waktu singkat;
o Tidak perlu areal pembibitan yang luas;
o Tidak dipengaruhi oleh musim;
o Tanaman bebas jamur dan bakteri.

Kekurangan :
o Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar;
o Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit;
o Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus),
peralatan dan perlengkapan;
o Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan
agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan;
o Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh

3.2 Saran

Dengan berbagai keuntungan dan kekurangan dalam budidaya tanaman dengan kultur
jaringan, alangkah baiknya kita dapat mengambil langkah yang bijak, apakah menggunakan
metode kultur ini atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnain.2014. Kultur Jaringan Tanaman.Jakarta: Bumi Aksara

Hartana, Alex.1992. Genetika Tumbuhan.Bogor: Institut pertanian Bogor

SITUS WEB

WordPress Google http://www.google.com/


Search engine

https://thafransisca.wordpress.com/

Blogspot
http://rsf-gudangilmu.blogspot.com/2009/11/kultur-jaringan-dan-teori-totipotensi.html
http://hamdan-motor.blogspot.com/2008/07/kultur-jaringan.html

Wikipedia
http://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan

Anda mungkin juga menyukai