Anda di halaman 1dari 22

BAB I

SEJARAH PERKEMBANGAN BETON

1.1 Latar belakang

Peradaban manusia dari jaman dahulu sampai sckarang berkembang sangat


cepat danbanyak teknologi-teknologi yang sudah diketemukan oleh para ahli.
Semakin majunya peradaban manusia darijaman prasejarah sampai jaman
moderen saat ini ditunjang olehbanyaknya fasilitas dan infrastruktur yang
mempermudah kehidupan manusia.
Fasilitas daninfrastruktur tersebut berjalan searah dengan peradaban
manusia.Majunya suatu peradaban manusia pada suatu daerah dapat ditinjau
darikehidupannya terutama masalah fasilitas dan infrastruktur. Jika pada
peradaban tersebut terdapat banyak infrastruktur megah, maka bisa dikatakan
bangsa tersebut mempunyaiperadaban yang tinggi, sebagai contoh mesir dengan
piramidanya.
Sampai sekarang ditinjaunya kemajuan suatu negara atau bangsa bisa dilihat
dariinfrastruktur yang terdapat pada bangsa tersebut terutama
bangunannya.Bangunan seringdiartikan sebagai gedung ataupun rumah, namun
sebenamya bangunan tidak hanya rumahdan gedung tapi mencakup segala sesuatu
berupa infrastruktur, sarana prasarana dalamkebudayaan atau kehidupan manusia
dalam membangun peradabannya sepertihalnya jembatan dan konstruksinya serta
rancangannya jalan, sarana telekomunikasi.
Perkembangan bangunan ataupun infrastruktur di dunia tidak terlepas dari
ilmuteknik sipil dan arsitektur, karena dua disiplin ilmu terbscbut yang paling
dominan padaperkembangan bangunan.Pada awal kehidupan atau jaman
prasejarah, manusia hanya menggunakan apayang sudah disediakan oleh alam
tanpa mengolahnya.

1
Sebagai contoh adalah penggunanaangua sebagai tempat tinggal manusia
jaman prasejarah, namun seiring perkembangan jaman.manusia mulai
mempergunakan bahan-bahan yang tersedia. Mereka mempergunakan bahantidak
hanya langsung dipakai tetapi diolah terlebih dahulu untuk digunakan scbagai
bahaninfrastruktur scbagai contoh kayu dan batu alam.
Dalam perkembangannya sekarang manusia tidak hanya mempergunakan
bahan yang tersedia di alam tetapi juga membuat bahan bangunan tersebut yang
bahannya diambildari alam dengan bantuan mesin-mesin moderen untuk
menunjang perkembanganinfrastruktur yang lcbih kompleks dari pada
infrastruktur pada jaman dahulu.

I.2 SEJARAH PENEMUAN BETON


Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :
•Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;
•J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua
bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama memikul beban);
•F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap,
pipa dan kubah;
•Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang
sebagai penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban
akibat berat sendiri;
•Neuman melakukan analisis letak garis netral;
•Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
•E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.

2
BAB II
MATERIAL PEMBENTUK BETON

Untuk mendapatkan mutu beton yang direncanakan, maka pemilihan


materialnya tidaklah dilakukan dengan sembarangan, tapi harus melalui
beberapa kriteria yang telah disyaratkan.
Ada beberapa standar persyaratan yang dapat dipakai sebagai acuan.
Misalnya : SII (Standar Industri Indonesia) 0013-1981 tentang material bahan
bangunan, BS (British Standard) 812-1976 tentang pengujian material bahan
bangunan, ASTM (American Standard for Testing and Materials), IS (Indian
Standard) 269-1976 tentang material bahan bangunan, dan masih banyak lagi
standar yang lain.
Beton merupakan perpaduan antara semen, air, dan agregat, yang
telah memenuhi persyaratan tertentu. Semen adalah komponen termahal
dibandingkan dengan komponen-komponen pokok yang lain (pasir, kerikil,
air), sehingga diperlukan gradasi campuran agregat (halus dan kasar) yang
“rapat”, dengan luasan permukaan agregat yang minimum. Air merupakan
komponen pembentuk beton yang sering luput dari perhatian. Padahal air
juga mempunyai peranan yang penting dalam pengerjaan beton. Peningkatan
jumlah air akan meningkatkan nilai FAS (Faktor Air Semen) serta
kemudahan pengerjaan (workability), dan pemadatan, tetapi akan mengurangi
kuat tekan dan menimbulkan segregasi (pemisahan agregat kasar dari mortar
yang menghasilkan campuran beton yang tidak uniform) dan bleeding
(keluarnya air dari permukaan beton sesudah dicampur sebelum terjadi
pengikatan).
Pada campuran beton, pasta semen (air + semen) harus mengisi ruang
antar partikel agregat. Penggunaan partikel halus berlebih (pasir) akan
memiliki luas permukaan yang besar sehingga butuh pasta semen yang
banyak; di lain pihak, tanpa partikel halus, beton segar tidak akan mencapai
plastisitas yang baik. Jadi, FAS tidak dapat dipisahkan dengan gradasi
agregat. Kekurangan agregat halus menyebabkan campuran kasar, terjadi
segregasi dan sulit dikerjakan juga menyebabkan beton tidak ekonomis.
Bentuk agregat juga mempengaruhi workability. Semakin mendekati
bentuk speris, maka semakin mudah dikerjakan. Agregat mendekati bentuk
speris memiliki rasio luas/volume kecil sehingga membutuhkan sedikit pasta

3
semen untuk melapisi permukaan agregat. Bentuk pipih dan memanjang
membutuhkan pasta semen lebih banyak. Selain bentuk agregat normal, ada
juga penelitian tentang penggunaan batu apung sebagai pengganti agregat normal.
Penelitian ini berjudul “Studi Penggunaan Batu Apung Untuk Beton Ringan
Sebagai Komponen Struktural” oleh Handoko Sugiharto, Andryas Prastyo, dan
Ferdinandus Ary P. Penelitian ini dilakukan atas pertimbangan
bahwa apabila komponen struktural dari bangunan bisa menggunakan batu
apung sebagai agregat kasar, maka diharapkan berat keseluruhan bangunan
akan sangat berkurang, sehingga otomatis akan mereduksi ukuran pondasi
yang akan digunakan.

2.1. SEMEN PORTLAND

Semen Portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat


hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan.
Jika semen dicampur dengan air, dalam beberapa waktu akan dapat
menjadi keras. Campuran semen dengan air tersebut dinamakan pasta semen.
Jika pasta semen dicampur dengan pasir, maka dinamakan mortar.

BAHAN DASAR SEMEN PORTLAND


Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan semen portland adalah
sebagai berikut :
a. Batu kapur : sebagai unsur utama yang mengandung CaO.
b. Tanah liat : sebagai sumber kandungan SiO2, Al2O3 dan Fe2O3.
c. Bahan tambahan : yang mengandung senyawa kalsium sulfat (seperti
gipsum), berguna untuk mengkondisi panas hidrasi beton (peristiwa
bertemunya air dan semen sehingga membentuk suatu senyawa baru yang
berfungsi sebagai perekat. Bila perlu dapat diberi bahan tambahan lain
berupa :
1. Pasir kwarsa atau batu silika, bila bahan dasar kekurangan SiO2.
2. Pasir atau bijih besi, bila bahan dasar kekurangan Fe2O3.
2.1.1.2 SIFAT-SIFAT SEMEN PORTLAND
Semen Portland memiliki beberapa sifat yang diantaranya dijelaskan
sebagai berikut :
a. Kehalusan Butir

4
Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa
sehingga kurang lebih 80% dari butirannya dapat menembus ayakan 44
micron. Makin halus butiran semen, maka makin cepat pula
persenyawaannya. Makin halus butiran semen, maka luas permukaan
butir untuk suatu jumlah berat semen akan menjadi lebih besar. Makin
besar luas permukaan butir semen, makin banyak pula air yang
dibutuhkan bagi persenyawaannya.
b. Berat Jenis dan Berat Isi
Berat jenis dari bubuk semen pada umumnya berkisar antara 3.10
sampai 3.30. Biasanya rata-rata berat jenis ditentukan 3.15. Berat jenis
semen penting untuk diketahui, karena semen portlan yang tidak
sempurnya pembakarannya dan atau dicampur dengan bubuk batuan lain,
berat jenisnya akan terlihat lebih rendah dari angka tersebut.
Berat isi (berat satuan) semen sangat tergantung pada cara
pengisian semen kedalam takaran. Jika cara pengisiannya gembur (los),
maka berat isinya rendah, yaitu antara 1.1 kg/liter. Jika cara pengisiannya
dipadatkan, berat isinya dapat mencapai 1.5 kg/liter. Dalam praktek
biasanya dipakai berat isi rata-rata, yaitu antara 1.25 kg/liter.
c. Waktu Pengerasan Semen (Setting Time)
Pengertian umum dari Setting Time menurut Neville (1981) adalah
perubahan dari keadaan fluid (cair) ke keadaan rigid (kaku) dan selama
setting tersebut akan terbentuk suatu kekuatan.
Pada pelaksanaan, awal setting bisa ditandai dengan adanya gejala
kekakuan pada pasta semen.
Setting time ada 2 macam, yaitu :
1. Initial setting time (waktu pengikatan awal), yaitu waktu mulai
adonan terjadi sampai mulai terjadi kekakuan tertentu dimana adonan
sudah mulai tidak workable.
2. Final setting time (waktu pengikatan akhir), adalah waktu mulai
adonan terjadi sampai kekuatan penuh.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi setting time, yaitu :
1. Kandungan C3A
Makin besar kandungan C3A cenderung akan menghasilkan setting
time yang makin pendek.
2. Kandungan gipsum (CaSO4.2H2O)
Makin besar kandungan gipsum dalam semen akan menghasilkan
setting time yang makin panjang.
3. Kehalusan semen
Makin halus partikel semen, akan memperpendek setting time.

5
d. Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur
semen yang telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu
bentuk tertentu, maka bentuk itu tidak berubah
e. Kekuatan Semen
Kekuatan mekanis dari semen yang mengeras merupakan sifat
yang perlu diketahui didalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan
gambaran mengenai daya rekatnya sebagai bahan perekat (pengikat).
Pada umumnya pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan
menentukan kuat lentur, kuat tarik, atau kuat tekan (desak) dari campuran
semen dengan pasir.
f. Pengaruh Suhu
Proses pengerasan semen sangat dipengaruhi oleh suhu udara disekitarnya.
Pada suhu kurang dari 150C, pengerasan semen akan
berjalan sangat lambat. Semakin tinggi suhu udara disekitarnya, maka
semakin cepat pula semen mengeras.

JENIS SEMEN PORTLAND


Menurut SII.0013-1981, semen portland diklasifikasikan menjadi 5
(lima) jenis sebagai berikut :
a. Jenis I, yaitu semen portland yang digunakan untuk pekerjaan teknik sipil
pada umumnya dan tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusu
seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis semen portland yang lain.
b. Jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya mempunyai
ketahanan terhadap sulfat dan kalor hidrasinya lebih kecil dari jenis I
(kalor hidrasi sedang). Semen ini biasanya digunakan untuk pekerjaan
beton yang bervolume besar. Kandungan C3S kurang dari 50% dan
kandungan C3A kurang dari 8%.
c. Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya mempunyai
kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi. Biasanya
kandungan C3S-nya maksimum.
d. Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kalor hidrasi yang rendah, hampir sama dengan jenis II.
e. Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat, biasanya kadar C3A-nya rendah.

6
2.1.2 AGREGAT

Agregat adalah merupakan salah satu komponen yang bisa membuat


beton kompak. Agregat beton dikelompokkan menjadi 3 jenis disesuaikan
dengan keperluan pembetonan, yaitu :

a. Jenis agregat berat


Agregat ini dipakai untuk membuat beton dengan berat volume yang
tinggi. Jenis beton ini dipakai terutama untuk mencegah terjadinya radiasi
akibat bahan radioaktif, misalnya untuk pembuatan reaktor nuklir.
Biasanya berasal dari batu barit (BaSO4), bijih besi, butiran atau potongan
besi baja.
b. Jenis agregat normal
Agregat jenis ini biasa digunakan untuk pembuatan beton sehari-hari.
Biasanya berasal dari batuan yang berat volumenya antara 2.5 kg/m3 sampai 3
kg/m3.
c. Jenis agregat ringan
Agregat jenis ini digunakan untuk membuat beton dengan berat volume
rendah. Jenis agregat ringan yang biasa dipakai dalam industri beton
ringan adalah ALWA (Artificial Light Weight Aggregate).

SIFAT-SIFAT FISIK AGREGAT


a. Bentuk agregat
Bentuk agregat ini akan berpengaruh terhadap kekompakan beton.
Beberapa bentuk agregat adalah :
1. Bulat (bulat penuh atau bula telur).
2. Tidak beraturan (bentuk alamiah).
3. Bersudut (mempunyai bentuk-bentuk yang tajam dan permukaan yang
kasar).
4. Pipih (ketebalan agregat jauh lebih kecil dari dua dimensi lainnya).
5. Memanjang (panjang agregat jauh melebihi dua dimensi lainnya).
6. Pipih dan memanjang (butiran yang panjangnya jauh melebihi
lebarnya, dan lebar jauh melebihi tebalnya).
b. Kekuatan Agregat
Kekuatan dan elastisitas agregat tergantung dari jenis batuan yang
dipakai (susunan dan bentuk kristal dari mineralnya).

7
Kekuatan agregat bisa diperoleh dari pengujian langsung terhadap sejumlah benda
uji menurut standar BS 812-1976, ASTM C 131 – C 535 (memakai mesin aus Los
Angeles) atau SII 0087-75.
Pada dasarnya pengujian dilakukan dengan cara menggiling
agregat yang halus kemudian membandingkannya dengan kekerasan pasir
kwarsa. Indeks kekerasan dinyatakan dengan perbandingan bagian aus
yang menembus ayakan 0.3 mm. Kekuatan agregat akan berpengaruh
terhadap kekuatan beton yang dibentuknya.
c. Berat jenis dan berat isi agregat
Ada beberapa istilah mengenai berat yang dipakai pada agregat :
1. Berat Jenis Absolut, yaitu perbandingan antara berat suatu massa yang
masif terhadap berat air murni pada volume yang sama.
2. Berat Jenis nyata, yaitu berat yang dibandingkan adalah berat
keseluruhan agregat (termasuk volume pori yang tidak tembus air).
3. Berat jenis pada kondisi kering permukaan (Saturated Surface Dry),
yaitu berat yang dibandingkan adalah berat pada keadaan jenuh kering
permukaan (volume benda termasuk volume pori-pori yang tidak
tembus air).
4. Berat Jenis pada kondisi kering, yaitu berat yang dibandingkan dalam
kondisi kering (termasuk volume pori yang tembus ataupun tidak
tembus air).
d. Porositas agregat
Jumlah volume rongga dan pori yang terdapat dalam batuan
disebut porositas dan besarnya dinyatakan dalam persen terhadap volume
batuannya.
Porositas agregat akan berpengaruh langsung terhadap sifat-sifat
agregat, seperti : berat jenis, daya serap air, modulus elastisitas, ketahanan
aus, dan stabilitas beton yang tersusun.
Ada 2 (dua) macam porositas, yaitu :

1. Porositas tertutup (pori yang tidak bisa ditembus air)


2. Porositas terbuka (pori yang bisa ditembus oleh air karena adanya
kapiler).
e. Sifat kekal agregat
Yang dimaksud sifat kekal agregat adalah kemampuan agregat
untuk menahan terjadinya perubahan volume yang berlebihan akibat
adanya perubahan temperatur yang drastis (terutama di negara yang
mempunyai 4 musim).
Agregat disebut kekal apabila perubahan volume akibat perubahan

8
temperatur tersebut tidak menimbulkan kerusakan pada beton yang
terbentuk.
KEBERSIHAN AGREGAT
Agregat dalam beton akan memberikan kekuatan yang maksimum
apabila keadaannya bersih (tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan).
Bahan-bahan yang merugikan dalam beton adalah :
a. Zat organik
Zat organik pada agregat, umumnya berasal dari pelapukan
tumbuh-tumbuhan yang berbentuk humus dan / atau lumpur organik (AM
Neville, 1981).
b. Tanah liat, lumpur, debu
Tanah liat pada agregat bisa berupa gumpalan atau lapisan yang
menutupi permukaan butiran agregat. Lumpur dan debu merupakan
partikel yang berukuran 0.002 mm s/d 0.006 mm.
Tanah liat, lumpur dan debu akan menyerap air yang cukup
banyak didalam beton, jadi akan memperbanyak FAS yang dibutuhkan
dalam beton, hal ini akan memperbesar susut dalam beton.
c. Garam Chlorida dan sulfat
Garam Chlorida akan berbahaya terhadap beton ataupun
tulangannya (karena adanya unsur Cl). Garam sulfat (MgSO4) akan
berbahaya terhadap beton. Serangan MgSO4 terhadap beton akan
memberikan suatu senyawa baru yang bersifat expansive (LEA, FILTON,
1985).
d. Partikel-partikel yang tidak kekal
Partikel yang tidak kekal adalah partikel yang mudah berubah
bentuk (berubah komposisinya). Contoh partikel tersebut adalah pyrit
(besi sulfida).
SUSUNAN BUTIR AGREGAT (GRADASI AGREGAT)
Dalam beton teknologi, agregat dibagi dalam dua bagian susunan
butir :
a. Agregat Kasar, yaitu agregat yang butirannya lebih besar dari 4.75 mm
b. Agregat Halus, yaitu agregat yang butirannya lolos ayakan 4.75 mm
Pemeriksaan butiran agregat dengan menggunakan ayakan standar dinamakan
“analisa ayakan” atau “analisa saringan”. Dengan analisa ayakan didapat kurva
susunan butir dari agregat tersebut.
Gradasi agregat sangat besar perannya dalam membuat beton
bermutu, karena gradasi agregat berpengaruh terhadap beberapa sifat beton
antara lain :
a. Sifat-sifat pada beton segar

9
1. kelecakan (workability)
2. kohesif
3. jumlah FAS (faktor air semen)
4. finishing
5. segregasi dan bleeding
b. Sifat beton keras
Dari sifat-sifat beton segar tersebut kalau tidak tercapai secara baik akan
berpengaruh terhadap kekompakan beton (banyak keropos).

2.1.3 JENIS JENIS AGREGAT

1. AGREGAT KASAR
Agregat kasar identik dengan kerikil, batu pecah, dan sebagainya.
Untuk campuran beton digunakan kerikil yang berasal dari hasil produksi
pabrik stone crusher (pabrik pemecah batu alam).
Agregat kasar, dalam hal ini kerikil, juga mempunyai syarat-syarat
tertentu agar dapat digunakan dalam campuran beton.

a. Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton.


b. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat kering.
c. Agregat kasar berasal dari butiran-butiran yang keras dan tajam, dan tidak
berpori, serta berbentuk “cubical” (mendekati bentuk kubus).

2. AGREGAT HALUS Agregat halus sering disebut dengan istilah “pasir”.


Pasir berfungsi sebagai bahan pengisi yang berasal dari pasir alam.
Seperti halnya bahan baku yang lain, maka pasir juga harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu :

a. Kadar lumpur yang terkandung tidak boleh lebih dari 5 %


b. Butir pasir yang dipakai dalam campuran beton harus merupakan
butiran yang tajam dan keras serta harus bersifat kekal, artinya tidak
mudah pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh alam, seperti terik
matahari atau hujan
c. Penimbunan pasir harus dipisahkan dari material lainnya, karena pasir
yang digunakan harus dalam keadaan bersih
d. Tidak boleh mengandung banyak bahan organik
e. Secara visual harus bersih dan tidak bercampur kotoran

10
2.1.4 AIR

Air adalah salah satu unsur yang penting dalam campuran beton,
karena air berfungsi agar proses hidrasi didalam beton berlangsung.
Beberapa macam air yang terdapat di alam, yaitu :

a. Air hujan
Pada umumnya air hujan mengandung kotoran-kotoran dari udara,
CO2, dan juga SO2 sehingga ada kemungkinan bahwa air tersebut tidak
jernih dan kotor (Isrealsen OW, 1984).

b. Air dari mata air


Pada umumnya air dari mata air mengandung larutan garam antara
lain garam sulfat, besi, kalsium, dan natrium, dan kadang-kadang
mengandung asam karbonat.

c. Air laut Pada dasarnya air laut mengandung larutan garam (± 3.5%) dimana
prosentase maksimum adalah garam NaCl (75%) (Isrealsen OW,
1984).
BEBERAPA PERSYARATAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON
Telah menjadi kesepakatan bahwa air untuk adukan beton adalah “air yang
bersih”. Berikut ini beberapa persyaratan air menurut SKSNI, ACI, dan
British Standard.
a. Persyaratan air menurut SKSNI S-04-1989-F
1. bersih.
2. tidak mengandung lumpur, minyak, benda terapung lain yang bisa
dilihat secara visual.

11
3. tidak mengandung benda tersuspensi > 2 gram/liter
4. tidak mengandung garam yang mudah larut dan mudah merusak
beton (asam, zat organik) > 15 gram/liter.
5. kandungan Cl < 500 ppm
6. senyawa sulfat < 1000 ppm sebagai SO3.
7. bila dibandingkan dengan kekuatan tekan beton yang memakai air
suling, maka penurunan kekuatan beton yang memeakai air yang
diperiksa tidak lebih dari 10%.
8. semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia
dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
9. untuk beton pratekan kecuali persyaratan air diatas tidak boleh
mengandung Cl > 50 ppm
b. Persyaratan air menurut ACI 318-83
1. bersih.
2. tidak mengandung minyak, alkali, garam, bahan organik yang
berbahaya terhadap beton.
3. untuk beton pratekan, atau beton yang dekat dengan alumunium,
maka air tidak boleh mengandung Cl.
4. bukan air minum tidak boleh dipakai untuk campuran beton,
kecuali uji adukan standar seperti tersebut dalam ASTM C109.
kuat tekan umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 90% dibanding
kuat tekan kubus yang dibuat dengan air minum.
c. Persyaratan air menurut British Standard 3148-1959
1. bersih.
2. larutan padat tidak lebih dari 2000 ppm
3. alkali karbonat dan/atau bikarbonat tidak lebih dari 1000 ppm

12
BAB III
BETON SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

3.1 KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BETON

1.1.2 Kelebihan dan kekurangan Beton

Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan


konstruksi. Selain itu pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap
temperatur yang tinggi dan biaya pemeliharaan yang murah.

Sedang kekurangannya adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah tanpa
kerusakan. Pada struktur beton, jika ingin dilakukan penghancuran maka akan mahal
karena tidak dapat dipakai lagi. Beda dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat,
dibandingkan dengan kekuatannya dan daya pantul yang besar.

Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika
struktur itu langsung jika tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah gagal.
Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5% kuat tekannya. Maka dari
itu perkuatan sangat diperlukan dalam struktur beton. Perkuatan yang umum adalah
dengan menggunakan tulang baja yang jika dipadukan sering disebut dengan beton
bertulang

3.1.2 SIFAT DAN KARAKTERISTIK BETON


Sifat dan karakteristik beton:

13
Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi
serta tegangan hancur tarik yang rendah;
 Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul
momen lengkung atau tarikan;
• Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin – lama makin besar;
• Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi;
• Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah;
• Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang;
Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa dan
mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang tinggi;
Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus dipertahankan
untuk mendapatkan hasil yang direncanakan;
Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya;Untuk menjaga keretakan
yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka dipasang tulangan baja pada
daerah yang tertarik;Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam
menerima gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik;Dari segi
biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative rendah;Beton
hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai 50 tahun
serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman terhadap
bahaya kebakaran;Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi;
danKelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa susut
dan rangkak.

3.1.3 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BETON

Keuntungan beton antara lain adalah :

14
1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan
lokal, kecuali semen Portland. Hanya untuk daerah tertentu yang sulit
mendapatkan pasir atau kerikil mungkin harga beton agak mahal.
2. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan. Bila
dibuat dengan cara yang baik, kuat tekannya dapat sama dengan batuan alami.

3. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan. Cetakan dapat pula
dipakai ulang beberapa kali sehingga secara ekonomis menjadi murah.
4. Kuat tekannya yang tinggi mengakibatkan pasangan yang kokoh jika
dikombinasikan dengan baja tulangan (yang kuat tariknya tinggi), dapat
dikatakan mampu dibuat untuk struktur berat. Beton dan baja boleh dikatakan
mempunyai koefisien muai yang hampir sama. Saat ini beton banyak dipakai
untuk fondasi, dinding, jalan raya, landasan udara, gedung, penampung air,
pelabuahan, bendungan, jembatan, dan sebagainya.
5. Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak maupun
diisikan kedalam retkan beton dalam proses perbaikan.
6. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada
tempat-tempat yang posisinya sulit.
7. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran sehingga biaya perawatan
termasuk rendah.

Kerugian beton antara lain :

1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehinga mudah retak. Oleh karena
itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah,sehingga dilatasi (contraction joint) perlu diadakan pada beton yang
panjang dan lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
3. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu dibuat dilatasi (expantion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak
akibat perubahan suhu.
4. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5. Beton bersifat getas (tidak daktail), sehingga harus dihitung dan di detail
secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail1.

15
BAB IV
KEGUNAAN BETON PADA BANGUNAN SIPIL

4.1 JENIS JENIS BETON DALAM KONSTRUKSI

Ada bermacam-macam jenis beton antara lain :

1. Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah pada beton ini
digunakan ukuran agregat yang relative besar2.beton ini digunakan pada pembuatan
bendungan, pangkal jembatan,dan sebagainnya.ukuran agregat kasar dapat sampai 20
cm,namun proporsi agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih
dari 20 persen dari agregat seluruhnya.

2. Beton Ringan
Beton jenis ini sama dengan beton biasa perbedaannya hanya agregat kasarnya
diganti dengan agregat ringan. Selain itu dapat pula dengan beton biasa yang diberi
bahan tambah yang mampu membentuk gelembung udara waktu pengadukanbeton
berlangsung.beton semacam ini mempunyai banyk pori sehingga berat jenisnya lebih
rendah daripada beton biasa.

3. Beton non pasir


Beton jenis ini dibuat tanpa pasir , jadi hanya air,semen, dan kerikil saja.karena tanpa
pasir maka rongga rongga kerikil tidak terisi. Sehingga beton berongga dan berat
jenisnya lebih rendah daripada beton biasa. Selain itu Karena tanpa pasir maka tidak
dibutuhkan pasta2 untuk menyelimuti butir2 pasir sehingga kebtuhan semen relative
lebih sedikit.

4. Beton hampa
Seperti yang telah diketahui bahwa kira2 separuh air yag dicampurkan saja yang
bereaksi dengan semen,adapun separuh sisanya digunakan untuk mengencerkan
adukan.beton jenis ini diaduk dan dituang serta dipadatkan sebagaimana beton
biasa,namun setelah beton tercetak padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara
khusus. Seperti cara vakum. Dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang
digunakan untuk reaksi dengan semen,sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.

16
5. Beton bertulang
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya tekan,
batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk membantu
beton. Beto yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut beton
bertulang.

6. Beton prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batangnya baja
yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu . batang baja ini tetap
mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras.bagian balok beton ini
walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.

7. Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula dicetak di tempat
lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik.selain
itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas.sehingga sulit menyediakan
tempat percetakanperawatan betonnya.

8. Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara volume dan
permukaannya besar. Bila dimensinya lebih besar dari 60 sm. Pondasi besar,pilar,
bendungan. Harus diperhatikan perbedaan temeratur.

9. Fero semen
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan ortar semen suatu
tulangan yang berupa suatu anyaman kawat baja.

10. Beton serat


Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat
berupa batang2 5 sd 500mm,panjang 25-100mm.serat asbatos,tumbuh2an , serat
plastic, kawat baja.

11. Lain-Lain
Beton mutu tinggi,polimer beton,beton modifikasi blok,polimer impregnated
concrete,beton kinerja tinggi, dll.

17
4.1.2 SUSUT PENGERASAN BETON

Susut Pada Beton


Menurut Edward G. Nawi susut beton pada dasarnya dibedakan menjadi dua
jenis yaitu: susut plastis dan susut pengeringan. Susut plastis terjadi beberapa jam
setelah beton segar dicor ke dalam acuan. Permukaan yang diekspos seperti pelat
lantai akan lebih mudah dipengaruhi oleh udara kering karena adanya bidang kontak
yang luas. Dalam hal demikian terjadi penguapan yang lebih cepat melalui
permukaan beton dibandingkan dengan pergantian oleh air dari lapisan beton yang
lebih bawah. Sebaliknya susut pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk
akhirnya dan proses hidrasi pasta semen telah selesai. Susut pengeringan adalah
berkurangnya volume elemen beton jika terjadi kehilangan uap air karena penguapan.
Fenomena sebaliknya, yaitu pertambahan volume karena penyerapan air,
disebut swelling. Dengan perkataan lain, susut dan swelling menunjukkan adanya
perpindahan air ke luar dan ke dalam struktur gel pada beton akibat adanya perbedaan
kelembaban atau perbedaan kejenuhan di antara elemen-elemen yang berdekatan.
Fenomena ini tidak bergantung pada beban luar. Susut adalah proses yang tidak
reversibel. Jika beton yang sudah benar-benar susut kemudian dijenuhkan dengan air,
maka tidak akan tercapai volume asalnya. Gambar 2.2 menunjukkan pertambahan
regangan susut Єsh terhadap waktu. Laju perubahannya berkurang terhadap waktu
karena beton yang semakin berumur akan semakin tahan tegangan dan semakin
sedikit mengalami susut. Dengan demikian kurva ini asimtotis untuk t yang semakin
besar.

Menurut Phil M. Ferguson susut pada beton terjadi karena beton kehilangan
kelembabannya karena penguapan. Karena kelembaban tidak pernah meninggalkan
beton seluruhnya secara uniform, perbedaan-perbedaan kelembaban mengakibatkan
terjadinya tegangan-tegangan internal dan susut yang berbeda. Tegangan-tegangan
yang disebabkan oleh perbedaan susut dapat cukup besar dan ini merupakan salah
satu alasan perlunya kondisi-kondisi perawatan perkerasan yang basah. Makin besar
perbandingan luas permukaan terhadap penampang bagian konstruksi, susut yang
terjadi akan makin besar. Oleh sebab itu, susut pada bahan-bahan percobaan yang
besar jauh lebih kecil dari bahan-bahan percobaan yang kecil. Dalam beton tidak
bertulang yang benar-benar bebas terhadap konstraksi, susut yang uniform tidak akan
menyebabkan terjadinya tegangan; tetapi keadaan tanpa pengekangan dan susut
uniform benar-benar, keduanya hanya teoritis saja, bukan dalam kondisi-kondisi
sebenarnya. Bahkan dalam beton bertulang, susut yang uniform pun menyebabkan
timbulnya tegangan-tegangan, tekan dalam baja, tarik dalam beton. Dalam beton
biasa, besarnya susut akan bergantung kepada keterbukaan dan beton itu sendiri.
Keterbukaan terhadap angin sangat memperbesar kecepatan susut. Atmosfir yang
lembab akan mengurangi susut; kelembaban yang rendah akan menambah susut.

18
Susut biasanya dinyatakan dengan koefisien susut s, yang merupakan pemendekan
per satuan panjang. Koefisien ini sangat bervariasi, pada umumnya berkisar antara
0,0002 sampai 0,0006 dan kadang-kadang sebesar 0,0010. Suatu petunjuk mengenai
bagaimana susut bervariasi dengan kandungan air dan semen diperlihatkan pada
Gambar 2.3, di mana susut dinyatakan dalam persen. Gambar itu hanya dapat
memperlihatkan kecenderungan-kecenderungan saja karena besarnya susut berbeda-
beda tergantung kepada bahan-bahan dan kondisi-kondisi pengeringan. Dalam beton
ringan, susut awal jelas dapat dikurangi oleh air yang terdapat dalam pori-pori dari
agregat ringan. Susut adalah, secara luas, merupakan suatu gejala yang dapat dibalik.
Apabila beton direndam setelah menyusut, beton itu akan mengembang sehingga
hampir mencapai ukuran aslinya, seperti terlihat pada Gambar 2.4. (Terjadi
pemulihan ketika diletakkan kembali dalam air: Volume konstan dicapai kurang lebih
dalam 24 jam perendaman).Pemulihan ini sekarang diketahui bukan merupakan
pemulihan total. Susut adalah satu sebab yang umum dari lenturan-lenturan yang
bertambah sesuai dengan waktu. Hanya penulangan yang simetris yang dapat
mempertahankan lengkungan dan lenturan dari sudut.

Hubungan susut dengan kandungan air (Phill M.Ferguson;1986,39)


Kurva susut-waktu tipikal yang mulai dari bahan percobaan(75mm x 75mm x
1m) dengan perawatan basah, pada umur 28 hari. (Phill M.Ferguson ;1986,39)
Menurut GideonKusuma Jenis-jenis susut yang berkaitan dengan beton dapat
dibedakan dalam: 1) susut plastis; 2)susut pengeringan; 3) susut hidratasi; 4) susut
temperature.
. RUMUSAN DAN DISKUSI
Komposisi beton pada dasarnya dapat didefinisikan dengan faktor air-semen, jenis
semen dan agregat, juga kandungan semen dan agregat.. Dapat dikatakan bahwa
penentuan akhir tercapai atau tidaknya kekuatan beton yang telah direncanakan
sangat tergantung pada apakah setelah selesai tahapan pengecoran dan pemadatan,
beton yang dihasilkan dipelihara atau tidak.
a. Kerusakan beton akibat pengaruh temperatur
Menurut Gideon K,dkk,(Seri Beton 2), Bila pada suatu konstruksi yang dapat
bergerak bebas, terjadi perubahan bentuk (deformasi) bebas sebagai akibat dari
perbedaan temperatur, maka tegangan-tegangan tak muncul (lihat Gambar
3.1.a). Pada perubahan bentuk yang terhalang akan.timbul tegangan. struktur akan
memanjang pada temperatur yang menaik teratur Δl. Bila perpanjangan ini dihalangi
maka akan timbul tegangan normal. Gambar 3.1. Perpanjangan akibat kenaikan
temperature Bila bagian sisi atas struktur lebih panas daripada bagian sisi bawah
maka disamping timbul perpanjangan rata-rata Δll juga akan timbul pelengkungan
sebagai akibat perbedaan temperatur dengan temperatur rata-rata. Bagian sisi atas
akan mendapat tambahan perpanjangan Δl2, sedangkan bagian sisi bawah akan
memendek Δl2 (Gambar 3.1.b). Pada perubahan bentuk yang terhalang, selain
tegangan normal akan timbul juga tegangan lentur. Pada perubahan temperatur yang
tidak merata dan tidak linier (Gambar 3.1 c); maka pada penampang akan timbul;

19
tegangan normal (akibat penghalangan panjang), tegangan lentur (akibat dari
lengkungan) dan tegangan dalam sendiri (sebagai akibat perubahan temperatur yang
tidak linier). b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap susut pada beton Susut
pada beton merupakan salah satu akibat dari hilangnya kelembaban beton saat terjadi
proses pengerasan. Karena tegangan-tegangan susut dan temperatur sangat penting
dalam disain, perubahan volume yang berhubungan dengan perbedaan-perbedaan
panas tersebut menjadi hal yang penting. Berikut akan dibahas mengenai factor-faktor
yang berpengaruh terhadap susut pada beton, dimana secara garis besar dibagi
menjadi dua yaitu: susut plastis dan susut pengeringan.
 Susut Plastis
Penguapan merupakan kendala yang sering mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan
beton. Untuk daerah yang beriklim tropis, penguapan dapat mengganggu sifat
kemudahan pengerjaan campuran beton, karena campuran dengan segera kehilangan
keplastisannya sebelum proses pemadatan dapat dilakukan secara sempurna. Selain
itu, angin yang kencang juga dapat berakibat terhadap proses penguapan air dari
campuran. Penguapan menjadi permasalahan bila tingkat kecepatan penguapan
melebihi kecepatan bleeding. Bila hal ini terjadi maka akan terbentuk gaya kapiler
yang akan menekan dan memadatkan lapisan atas akibat bertambahnya kecepatan
pengendapan butiran semen pada lapisan ini. Apabila proses penguapan berkurang
setelah terjadinya penekanan kapiler, maka bagian atas yang tertekan akan tetap
mengendap akibat berat gravitasi. Hal ini mempunyai efek yang sama bila proses
finishing dilakukan terlalu cepat. Apabila penguapan berlangsung sangat cepat
melampaui ketahanan terhadap tekanan selanjutnya yang melebihi pengaruh gaya
kapiler, maka akan terjadi gaya tarikan hidrostatis, sehingga massa mulai menyusut
dalam arah lateral yang sama besarnya dengan penyusutan dalam arah vertikal.
Penyusutan yang terjadi sebelum beton mengeras disebut susut plastis. Retakan pada
permukaan terjadi karena penyusutan arah lateral pada lapisan atas ditahan oleh
lapisan yang di bawahnya. Retakan ini mempunyai pola menyerupai bentuk
hexagonal, dan hanya dapat dihilangkan dengan memberikan getaran kembali.
Besarnya tingkat penyusutan plastis tergantung pada banyak factor seperti Ukuran
agregat dan nilai slump,(lihat tabel 3.1 & gambar 3.2) Tabel 3.1 Nilai penyusutan
untuk berbagai kekentalan beton

20
Ukuran Agregat (inci) Slump (cm) Penyusutan per Unit
Panjang

¾ 5 0,00063
0,00071
10 0,00079
15
1½ 5 0,00044
10 0,00050
15 0,00056
2 5 0,00037
10 0,00041
15 0,00045
Sumber: Syafei Amri, Teknologi Beton A-Z,2005

Gambar 3.2 Pengaruh kandungan agregat dan faktor air-semen terhadap susut (
Edward G. Nawi;1998) Dari tabel 3.1 dan gambar 3.2 terlihat bahwa semakin besar
ukuran agregat, semakin kecil nilai penyusutan untuk nilai slump yang sama,
sedangkan besar penyusutan terhadap nilai slump adalah semakin besar nilai slump
maka penyusutan yang terjadi semakin besar.
Pencegahan Susut Plastis
Penyusutan plastis hanya dapat dihindarkan dengan mencegah penguapan yang
terlalu cepat pada permukaan beton, dengan cara melindungi beton dari panas
matahari atau angin secara langsung. Atau dengan cara mendinginkan dan menyiram
permukaan yang baru dicor. Semen ekspansif kadang-kadang digunakan untuk
mengurangi tegangan-tegangan susut. tersebut. Karena adanya bahan ekspansif di
dalam semen, beton ini mula-mula sedikit mengembang. Apabila pengembangan ini
sebagian ditahan oleh penulangan yang tertanam, tarikan bertambah dalam baja dan
tekanan dalam beton juga bertambah. Karena kemudian beton menyusut dan menjadi
dingin, ia menuju ke keadaan seimbang dengan perubahan yang sedikit dari
panjangnya semula.
 Susut Pengeringan
Susut pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk akhirnya dan proses hidrasi
pasta semen telah selesai. Susut pengeringan adalah berkurangnya volume elemen
beton jika terjadi kehilangan uap air karena penguapan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya susut pengeringan dapat dilihat dari grafik pada gambar 2.3
dan gambar 2.4 di bab II, antara lain sebagai berikut : (Edward G. Nawi,1998)
1. Agregat. Agregat berlaku sebagai penahan susut pasta semen. Jadi. beton dengan
kandungan agregat yang semakin tinggi akan semakin berkurang perubahan

21
volumenya akibat susut(lihat Gambar 3.2). Lagipula, derajat ketahanan beton
ditentukan oleh sifat agregatnya, yaitu dengan modulus elastisitas yang tinggi atau
dengan permukaan yang kasar akan lebih tahan terhadap proses susut.
2. Faktor air-semen. Semakin besar faktor air-semen, akan semakin besar pula efek
susut. Gambar 3.2 di atas memperlihatkan hubungan antara kandungan agregat
dengan faktor air-semen.
3. Ukuran elemen beton. Kelajuan dan besarnya susut akan berkurang apabila
volume elemen betonnya semakin besar. Akan tetapi, terjadinya susut akan
semakin lama untuk elemen yang lebih besar karena lebih banyak waktu yang
diperlukan untuk pengeringan sampai ke bagian dalam. Sebagai contoh, mungkin
diperlukan waktu sampai satu tahun untuk tercapainya pengeringan pada ke-
dalaman 10 in. dari permukaan luar, dan sepuluh tahun untuk mencapai
24 in.dari permukaan luar.
4. Kondisi lingkungan. Kelembaban relatif di sekeliling beton sangat mempengaruhi
besarnya susut; laju perubahan susut semakin kecil pada lingkungan dengan
kelembaban relatif yang tinggi. Temperatur di sekeliling juga merupakan faktor
yang menentukan, yaitu susut akan ertahan pada temperatur rendah

22

Anda mungkin juga menyukai