1
Sebagai contoh adalah penggunanaangua sebagai tempat tinggal manusia
jaman prasejarah, namun seiring perkembangan jaman.manusia mulai
mempergunakan bahan-bahan yang tersedia. Mereka mempergunakan bahantidak
hanya langsung dipakai tetapi diolah terlebih dahulu untuk digunakan scbagai
bahaninfrastruktur scbagai contoh kayu dan batu alam.
Dalam perkembangannya sekarang manusia tidak hanya mempergunakan
bahan yang tersedia di alam tetapi juga membuat bahan bangunan tersebut yang
bahannya diambildari alam dengan bantuan mesin-mesin moderen untuk
menunjang perkembanganinfrastruktur yang lcbih kompleks dari pada
infrastruktur pada jaman dahulu.
2
BAB II
MATERIAL PEMBENTUK BETON
3
semen untuk melapisi permukaan agregat. Bentuk pipih dan memanjang
membutuhkan pasta semen lebih banyak. Selain bentuk agregat normal, ada
juga penelitian tentang penggunaan batu apung sebagai pengganti agregat normal.
Penelitian ini berjudul “Studi Penggunaan Batu Apung Untuk Beton Ringan
Sebagai Komponen Struktural” oleh Handoko Sugiharto, Andryas Prastyo, dan
Ferdinandus Ary P. Penelitian ini dilakukan atas pertimbangan
bahwa apabila komponen struktural dari bangunan bisa menggunakan batu
apung sebagai agregat kasar, maka diharapkan berat keseluruhan bangunan
akan sangat berkurang, sehingga otomatis akan mereduksi ukuran pondasi
yang akan digunakan.
4
Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa
sehingga kurang lebih 80% dari butirannya dapat menembus ayakan 44
micron. Makin halus butiran semen, maka makin cepat pula
persenyawaannya. Makin halus butiran semen, maka luas permukaan
butir untuk suatu jumlah berat semen akan menjadi lebih besar. Makin
besar luas permukaan butir semen, makin banyak pula air yang
dibutuhkan bagi persenyawaannya.
b. Berat Jenis dan Berat Isi
Berat jenis dari bubuk semen pada umumnya berkisar antara 3.10
sampai 3.30. Biasanya rata-rata berat jenis ditentukan 3.15. Berat jenis
semen penting untuk diketahui, karena semen portlan yang tidak
sempurnya pembakarannya dan atau dicampur dengan bubuk batuan lain,
berat jenisnya akan terlihat lebih rendah dari angka tersebut.
Berat isi (berat satuan) semen sangat tergantung pada cara
pengisian semen kedalam takaran. Jika cara pengisiannya gembur (los),
maka berat isinya rendah, yaitu antara 1.1 kg/liter. Jika cara pengisiannya
dipadatkan, berat isinya dapat mencapai 1.5 kg/liter. Dalam praktek
biasanya dipakai berat isi rata-rata, yaitu antara 1.25 kg/liter.
c. Waktu Pengerasan Semen (Setting Time)
Pengertian umum dari Setting Time menurut Neville (1981) adalah
perubahan dari keadaan fluid (cair) ke keadaan rigid (kaku) dan selama
setting tersebut akan terbentuk suatu kekuatan.
Pada pelaksanaan, awal setting bisa ditandai dengan adanya gejala
kekakuan pada pasta semen.
Setting time ada 2 macam, yaitu :
1. Initial setting time (waktu pengikatan awal), yaitu waktu mulai
adonan terjadi sampai mulai terjadi kekakuan tertentu dimana adonan
sudah mulai tidak workable.
2. Final setting time (waktu pengikatan akhir), adalah waktu mulai
adonan terjadi sampai kekuatan penuh.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi setting time, yaitu :
1. Kandungan C3A
Makin besar kandungan C3A cenderung akan menghasilkan setting
time yang makin pendek.
2. Kandungan gipsum (CaSO4.2H2O)
Makin besar kandungan gipsum dalam semen akan menghasilkan
setting time yang makin panjang.
3. Kehalusan semen
Makin halus partikel semen, akan memperpendek setting time.
5
d. Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur
semen yang telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu
bentuk tertentu, maka bentuk itu tidak berubah
e. Kekuatan Semen
Kekuatan mekanis dari semen yang mengeras merupakan sifat
yang perlu diketahui didalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan
gambaran mengenai daya rekatnya sebagai bahan perekat (pengikat).
Pada umumnya pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan
menentukan kuat lentur, kuat tarik, atau kuat tekan (desak) dari campuran
semen dengan pasir.
f. Pengaruh Suhu
Proses pengerasan semen sangat dipengaruhi oleh suhu udara disekitarnya.
Pada suhu kurang dari 150C, pengerasan semen akan
berjalan sangat lambat. Semakin tinggi suhu udara disekitarnya, maka
semakin cepat pula semen mengeras.
6
2.1.2 AGREGAT
7
Kekuatan agregat bisa diperoleh dari pengujian langsung terhadap sejumlah benda
uji menurut standar BS 812-1976, ASTM C 131 – C 535 (memakai mesin aus Los
Angeles) atau SII 0087-75.
Pada dasarnya pengujian dilakukan dengan cara menggiling
agregat yang halus kemudian membandingkannya dengan kekerasan pasir
kwarsa. Indeks kekerasan dinyatakan dengan perbandingan bagian aus
yang menembus ayakan 0.3 mm. Kekuatan agregat akan berpengaruh
terhadap kekuatan beton yang dibentuknya.
c. Berat jenis dan berat isi agregat
Ada beberapa istilah mengenai berat yang dipakai pada agregat :
1. Berat Jenis Absolut, yaitu perbandingan antara berat suatu massa yang
masif terhadap berat air murni pada volume yang sama.
2. Berat Jenis nyata, yaitu berat yang dibandingkan adalah berat
keseluruhan agregat (termasuk volume pori yang tidak tembus air).
3. Berat jenis pada kondisi kering permukaan (Saturated Surface Dry),
yaitu berat yang dibandingkan adalah berat pada keadaan jenuh kering
permukaan (volume benda termasuk volume pori-pori yang tidak
tembus air).
4. Berat Jenis pada kondisi kering, yaitu berat yang dibandingkan dalam
kondisi kering (termasuk volume pori yang tembus ataupun tidak
tembus air).
d. Porositas agregat
Jumlah volume rongga dan pori yang terdapat dalam batuan
disebut porositas dan besarnya dinyatakan dalam persen terhadap volume
batuannya.
Porositas agregat akan berpengaruh langsung terhadap sifat-sifat
agregat, seperti : berat jenis, daya serap air, modulus elastisitas, ketahanan
aus, dan stabilitas beton yang tersusun.
Ada 2 (dua) macam porositas, yaitu :
8
temperatur tersebut tidak menimbulkan kerusakan pada beton yang
terbentuk.
KEBERSIHAN AGREGAT
Agregat dalam beton akan memberikan kekuatan yang maksimum
apabila keadaannya bersih (tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan).
Bahan-bahan yang merugikan dalam beton adalah :
a. Zat organik
Zat organik pada agregat, umumnya berasal dari pelapukan
tumbuh-tumbuhan yang berbentuk humus dan / atau lumpur organik (AM
Neville, 1981).
b. Tanah liat, lumpur, debu
Tanah liat pada agregat bisa berupa gumpalan atau lapisan yang
menutupi permukaan butiran agregat. Lumpur dan debu merupakan
partikel yang berukuran 0.002 mm s/d 0.006 mm.
Tanah liat, lumpur dan debu akan menyerap air yang cukup
banyak didalam beton, jadi akan memperbanyak FAS yang dibutuhkan
dalam beton, hal ini akan memperbesar susut dalam beton.
c. Garam Chlorida dan sulfat
Garam Chlorida akan berbahaya terhadap beton ataupun
tulangannya (karena adanya unsur Cl). Garam sulfat (MgSO4) akan
berbahaya terhadap beton. Serangan MgSO4 terhadap beton akan
memberikan suatu senyawa baru yang bersifat expansive (LEA, FILTON,
1985).
d. Partikel-partikel yang tidak kekal
Partikel yang tidak kekal adalah partikel yang mudah berubah
bentuk (berubah komposisinya). Contoh partikel tersebut adalah pyrit
(besi sulfida).
SUSUNAN BUTIR AGREGAT (GRADASI AGREGAT)
Dalam beton teknologi, agregat dibagi dalam dua bagian susunan
butir :
a. Agregat Kasar, yaitu agregat yang butirannya lebih besar dari 4.75 mm
b. Agregat Halus, yaitu agregat yang butirannya lolos ayakan 4.75 mm
Pemeriksaan butiran agregat dengan menggunakan ayakan standar dinamakan
“analisa ayakan” atau “analisa saringan”. Dengan analisa ayakan didapat kurva
susunan butir dari agregat tersebut.
Gradasi agregat sangat besar perannya dalam membuat beton
bermutu, karena gradasi agregat berpengaruh terhadap beberapa sifat beton
antara lain :
a. Sifat-sifat pada beton segar
9
1. kelecakan (workability)
2. kohesif
3. jumlah FAS (faktor air semen)
4. finishing
5. segregasi dan bleeding
b. Sifat beton keras
Dari sifat-sifat beton segar tersebut kalau tidak tercapai secara baik akan
berpengaruh terhadap kekompakan beton (banyak keropos).
1. AGREGAT KASAR
Agregat kasar identik dengan kerikil, batu pecah, dan sebagainya.
Untuk campuran beton digunakan kerikil yang berasal dari hasil produksi
pabrik stone crusher (pabrik pemecah batu alam).
Agregat kasar, dalam hal ini kerikil, juga mempunyai syarat-syarat
tertentu agar dapat digunakan dalam campuran beton.
10
2.1.4 AIR
Air adalah salah satu unsur yang penting dalam campuran beton,
karena air berfungsi agar proses hidrasi didalam beton berlangsung.
Beberapa macam air yang terdapat di alam, yaitu :
a. Air hujan
Pada umumnya air hujan mengandung kotoran-kotoran dari udara,
CO2, dan juga SO2 sehingga ada kemungkinan bahwa air tersebut tidak
jernih dan kotor (Isrealsen OW, 1984).
c. Air laut Pada dasarnya air laut mengandung larutan garam (± 3.5%) dimana
prosentase maksimum adalah garam NaCl (75%) (Isrealsen OW,
1984).
BEBERAPA PERSYARATAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON
Telah menjadi kesepakatan bahwa air untuk adukan beton adalah “air yang
bersih”. Berikut ini beberapa persyaratan air menurut SKSNI, ACI, dan
British Standard.
a. Persyaratan air menurut SKSNI S-04-1989-F
1. bersih.
2. tidak mengandung lumpur, minyak, benda terapung lain yang bisa
dilihat secara visual.
11
3. tidak mengandung benda tersuspensi > 2 gram/liter
4. tidak mengandung garam yang mudah larut dan mudah merusak
beton (asam, zat organik) > 15 gram/liter.
5. kandungan Cl < 500 ppm
6. senyawa sulfat < 1000 ppm sebagai SO3.
7. bila dibandingkan dengan kekuatan tekan beton yang memakai air
suling, maka penurunan kekuatan beton yang memeakai air yang
diperiksa tidak lebih dari 10%.
8. semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia
dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
9. untuk beton pratekan kecuali persyaratan air diatas tidak boleh
mengandung Cl > 50 ppm
b. Persyaratan air menurut ACI 318-83
1. bersih.
2. tidak mengandung minyak, alkali, garam, bahan organik yang
berbahaya terhadap beton.
3. untuk beton pratekan, atau beton yang dekat dengan alumunium,
maka air tidak boleh mengandung Cl.
4. bukan air minum tidak boleh dipakai untuk campuran beton,
kecuali uji adukan standar seperti tersebut dalam ASTM C109.
kuat tekan umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 90% dibanding
kuat tekan kubus yang dibuat dengan air minum.
c. Persyaratan air menurut British Standard 3148-1959
1. bersih.
2. larutan padat tidak lebih dari 2000 ppm
3. alkali karbonat dan/atau bikarbonat tidak lebih dari 1000 ppm
12
BAB III
BETON SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
Sedang kekurangannya adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah tanpa
kerusakan. Pada struktur beton, jika ingin dilakukan penghancuran maka akan mahal
karena tidak dapat dipakai lagi. Beda dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat,
dibandingkan dengan kekuatannya dan daya pantul yang besar.
Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika
struktur itu langsung jika tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah gagal.
Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5% kuat tekannya. Maka dari
itu perkuatan sangat diperlukan dalam struktur beton. Perkuatan yang umum adalah
dengan menggunakan tulang baja yang jika dipadukan sering disebut dengan beton
bertulang
13
Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi
serta tegangan hancur tarik yang rendah;
Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul
momen lengkung atau tarikan;
• Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin – lama makin besar;
• Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi;
• Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah;
• Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang;
Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa dan
mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang tinggi;
Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus dipertahankan
untuk mendapatkan hasil yang direncanakan;
Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya;Untuk menjaga keretakan
yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka dipasang tulangan baja pada
daerah yang tertarik;Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam
menerima gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik;Dari segi
biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative rendah;Beton
hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai 50 tahun
serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman terhadap
bahaya kebakaran;Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi;
danKelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa susut
dan rangkak.
14
1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan
lokal, kecuali semen Portland. Hanya untuk daerah tertentu yang sulit
mendapatkan pasir atau kerikil mungkin harga beton agak mahal.
2. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan. Bila
dibuat dengan cara yang baik, kuat tekannya dapat sama dengan batuan alami.
3. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan. Cetakan dapat pula
dipakai ulang beberapa kali sehingga secara ekonomis menjadi murah.
4. Kuat tekannya yang tinggi mengakibatkan pasangan yang kokoh jika
dikombinasikan dengan baja tulangan (yang kuat tariknya tinggi), dapat
dikatakan mampu dibuat untuk struktur berat. Beton dan baja boleh dikatakan
mempunyai koefisien muai yang hampir sama. Saat ini beton banyak dipakai
untuk fondasi, dinding, jalan raya, landasan udara, gedung, penampung air,
pelabuahan, bendungan, jembatan, dan sebagainya.
5. Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak maupun
diisikan kedalam retkan beton dalam proses perbaikan.
6. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada
tempat-tempat yang posisinya sulit.
7. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran sehingga biaya perawatan
termasuk rendah.
1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehinga mudah retak. Oleh karena
itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah,sehingga dilatasi (contraction joint) perlu diadakan pada beton yang
panjang dan lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
3. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu dibuat dilatasi (expantion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak
akibat perubahan suhu.
4. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5. Beton bersifat getas (tidak daktail), sehingga harus dihitung dan di detail
secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail1.
15
BAB IV
KEGUNAAN BETON PADA BANGUNAN SIPIL
1. Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah pada beton ini
digunakan ukuran agregat yang relative besar2.beton ini digunakan pada pembuatan
bendungan, pangkal jembatan,dan sebagainnya.ukuran agregat kasar dapat sampai 20
cm,namun proporsi agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih
dari 20 persen dari agregat seluruhnya.
2. Beton Ringan
Beton jenis ini sama dengan beton biasa perbedaannya hanya agregat kasarnya
diganti dengan agregat ringan. Selain itu dapat pula dengan beton biasa yang diberi
bahan tambah yang mampu membentuk gelembung udara waktu pengadukanbeton
berlangsung.beton semacam ini mempunyai banyk pori sehingga berat jenisnya lebih
rendah daripada beton biasa.
4. Beton hampa
Seperti yang telah diketahui bahwa kira2 separuh air yag dicampurkan saja yang
bereaksi dengan semen,adapun separuh sisanya digunakan untuk mengencerkan
adukan.beton jenis ini diaduk dan dituang serta dipadatkan sebagaimana beton
biasa,namun setelah beton tercetak padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara
khusus. Seperti cara vakum. Dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang
digunakan untuk reaksi dengan semen,sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
16
5. Beton bertulang
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya tekan,
batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk membantu
beton. Beto yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut beton
bertulang.
6. Beton prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batangnya baja
yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu . batang baja ini tetap
mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras.bagian balok beton ini
walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.
7. Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula dicetak di tempat
lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik.selain
itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas.sehingga sulit menyediakan
tempat percetakanperawatan betonnya.
8. Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara volume dan
permukaannya besar. Bila dimensinya lebih besar dari 60 sm. Pondasi besar,pilar,
bendungan. Harus diperhatikan perbedaan temeratur.
9. Fero semen
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan ortar semen suatu
tulangan yang berupa suatu anyaman kawat baja.
11. Lain-Lain
Beton mutu tinggi,polimer beton,beton modifikasi blok,polimer impregnated
concrete,beton kinerja tinggi, dll.
17
4.1.2 SUSUT PENGERASAN BETON
Menurut Phil M. Ferguson susut pada beton terjadi karena beton kehilangan
kelembabannya karena penguapan. Karena kelembaban tidak pernah meninggalkan
beton seluruhnya secara uniform, perbedaan-perbedaan kelembaban mengakibatkan
terjadinya tegangan-tegangan internal dan susut yang berbeda. Tegangan-tegangan
yang disebabkan oleh perbedaan susut dapat cukup besar dan ini merupakan salah
satu alasan perlunya kondisi-kondisi perawatan perkerasan yang basah. Makin besar
perbandingan luas permukaan terhadap penampang bagian konstruksi, susut yang
terjadi akan makin besar. Oleh sebab itu, susut pada bahan-bahan percobaan yang
besar jauh lebih kecil dari bahan-bahan percobaan yang kecil. Dalam beton tidak
bertulang yang benar-benar bebas terhadap konstraksi, susut yang uniform tidak akan
menyebabkan terjadinya tegangan; tetapi keadaan tanpa pengekangan dan susut
uniform benar-benar, keduanya hanya teoritis saja, bukan dalam kondisi-kondisi
sebenarnya. Bahkan dalam beton bertulang, susut yang uniform pun menyebabkan
timbulnya tegangan-tegangan, tekan dalam baja, tarik dalam beton. Dalam beton
biasa, besarnya susut akan bergantung kepada keterbukaan dan beton itu sendiri.
Keterbukaan terhadap angin sangat memperbesar kecepatan susut. Atmosfir yang
lembab akan mengurangi susut; kelembaban yang rendah akan menambah susut.
18
Susut biasanya dinyatakan dengan koefisien susut s, yang merupakan pemendekan
per satuan panjang. Koefisien ini sangat bervariasi, pada umumnya berkisar antara
0,0002 sampai 0,0006 dan kadang-kadang sebesar 0,0010. Suatu petunjuk mengenai
bagaimana susut bervariasi dengan kandungan air dan semen diperlihatkan pada
Gambar 2.3, di mana susut dinyatakan dalam persen. Gambar itu hanya dapat
memperlihatkan kecenderungan-kecenderungan saja karena besarnya susut berbeda-
beda tergantung kepada bahan-bahan dan kondisi-kondisi pengeringan. Dalam beton
ringan, susut awal jelas dapat dikurangi oleh air yang terdapat dalam pori-pori dari
agregat ringan. Susut adalah, secara luas, merupakan suatu gejala yang dapat dibalik.
Apabila beton direndam setelah menyusut, beton itu akan mengembang sehingga
hampir mencapai ukuran aslinya, seperti terlihat pada Gambar 2.4. (Terjadi
pemulihan ketika diletakkan kembali dalam air: Volume konstan dicapai kurang lebih
dalam 24 jam perendaman).Pemulihan ini sekarang diketahui bukan merupakan
pemulihan total. Susut adalah satu sebab yang umum dari lenturan-lenturan yang
bertambah sesuai dengan waktu. Hanya penulangan yang simetris yang dapat
mempertahankan lengkungan dan lenturan dari sudut.
19
tegangan normal (akibat penghalangan panjang), tegangan lentur (akibat dari
lengkungan) dan tegangan dalam sendiri (sebagai akibat perubahan temperatur yang
tidak linier). b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap susut pada beton Susut
pada beton merupakan salah satu akibat dari hilangnya kelembaban beton saat terjadi
proses pengerasan. Karena tegangan-tegangan susut dan temperatur sangat penting
dalam disain, perubahan volume yang berhubungan dengan perbedaan-perbedaan
panas tersebut menjadi hal yang penting. Berikut akan dibahas mengenai factor-faktor
yang berpengaruh terhadap susut pada beton, dimana secara garis besar dibagi
menjadi dua yaitu: susut plastis dan susut pengeringan.
Susut Plastis
Penguapan merupakan kendala yang sering mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan
beton. Untuk daerah yang beriklim tropis, penguapan dapat mengganggu sifat
kemudahan pengerjaan campuran beton, karena campuran dengan segera kehilangan
keplastisannya sebelum proses pemadatan dapat dilakukan secara sempurna. Selain
itu, angin yang kencang juga dapat berakibat terhadap proses penguapan air dari
campuran. Penguapan menjadi permasalahan bila tingkat kecepatan penguapan
melebihi kecepatan bleeding. Bila hal ini terjadi maka akan terbentuk gaya kapiler
yang akan menekan dan memadatkan lapisan atas akibat bertambahnya kecepatan
pengendapan butiran semen pada lapisan ini. Apabila proses penguapan berkurang
setelah terjadinya penekanan kapiler, maka bagian atas yang tertekan akan tetap
mengendap akibat berat gravitasi. Hal ini mempunyai efek yang sama bila proses
finishing dilakukan terlalu cepat. Apabila penguapan berlangsung sangat cepat
melampaui ketahanan terhadap tekanan selanjutnya yang melebihi pengaruh gaya
kapiler, maka akan terjadi gaya tarikan hidrostatis, sehingga massa mulai menyusut
dalam arah lateral yang sama besarnya dengan penyusutan dalam arah vertikal.
Penyusutan yang terjadi sebelum beton mengeras disebut susut plastis. Retakan pada
permukaan terjadi karena penyusutan arah lateral pada lapisan atas ditahan oleh
lapisan yang di bawahnya. Retakan ini mempunyai pola menyerupai bentuk
hexagonal, dan hanya dapat dihilangkan dengan memberikan getaran kembali.
Besarnya tingkat penyusutan plastis tergantung pada banyak factor seperti Ukuran
agregat dan nilai slump,(lihat tabel 3.1 & gambar 3.2) Tabel 3.1 Nilai penyusutan
untuk berbagai kekentalan beton
20
Ukuran Agregat (inci) Slump (cm) Penyusutan per Unit
Panjang
¾ 5 0,00063
0,00071
10 0,00079
15
1½ 5 0,00044
10 0,00050
15 0,00056
2 5 0,00037
10 0,00041
15 0,00045
Sumber: Syafei Amri, Teknologi Beton A-Z,2005
Gambar 3.2 Pengaruh kandungan agregat dan faktor air-semen terhadap susut (
Edward G. Nawi;1998) Dari tabel 3.1 dan gambar 3.2 terlihat bahwa semakin besar
ukuran agregat, semakin kecil nilai penyusutan untuk nilai slump yang sama,
sedangkan besar penyusutan terhadap nilai slump adalah semakin besar nilai slump
maka penyusutan yang terjadi semakin besar.
Pencegahan Susut Plastis
Penyusutan plastis hanya dapat dihindarkan dengan mencegah penguapan yang
terlalu cepat pada permukaan beton, dengan cara melindungi beton dari panas
matahari atau angin secara langsung. Atau dengan cara mendinginkan dan menyiram
permukaan yang baru dicor. Semen ekspansif kadang-kadang digunakan untuk
mengurangi tegangan-tegangan susut. tersebut. Karena adanya bahan ekspansif di
dalam semen, beton ini mula-mula sedikit mengembang. Apabila pengembangan ini
sebagian ditahan oleh penulangan yang tertanam, tarikan bertambah dalam baja dan
tekanan dalam beton juga bertambah. Karena kemudian beton menyusut dan menjadi
dingin, ia menuju ke keadaan seimbang dengan perubahan yang sedikit dari
panjangnya semula.
Susut Pengeringan
Susut pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk akhirnya dan proses hidrasi
pasta semen telah selesai. Susut pengeringan adalah berkurangnya volume elemen
beton jika terjadi kehilangan uap air karena penguapan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya susut pengeringan dapat dilihat dari grafik pada gambar 2.3
dan gambar 2.4 di bab II, antara lain sebagai berikut : (Edward G. Nawi,1998)
1. Agregat. Agregat berlaku sebagai penahan susut pasta semen. Jadi. beton dengan
kandungan agregat yang semakin tinggi akan semakin berkurang perubahan
21
volumenya akibat susut(lihat Gambar 3.2). Lagipula, derajat ketahanan beton
ditentukan oleh sifat agregatnya, yaitu dengan modulus elastisitas yang tinggi atau
dengan permukaan yang kasar akan lebih tahan terhadap proses susut.
2. Faktor air-semen. Semakin besar faktor air-semen, akan semakin besar pula efek
susut. Gambar 3.2 di atas memperlihatkan hubungan antara kandungan agregat
dengan faktor air-semen.
3. Ukuran elemen beton. Kelajuan dan besarnya susut akan berkurang apabila
volume elemen betonnya semakin besar. Akan tetapi, terjadinya susut akan
semakin lama untuk elemen yang lebih besar karena lebih banyak waktu yang
diperlukan untuk pengeringan sampai ke bagian dalam. Sebagai contoh, mungkin
diperlukan waktu sampai satu tahun untuk tercapainya pengeringan pada ke-
dalaman 10 in. dari permukaan luar, dan sepuluh tahun untuk mencapai
24 in.dari permukaan luar.
4. Kondisi lingkungan. Kelembaban relatif di sekeliling beton sangat mempengaruhi
besarnya susut; laju perubahan susut semakin kecil pada lingkungan dengan
kelembaban relatif yang tinggi. Temperatur di sekeliling juga merupakan faktor
yang menentukan, yaitu susut akan ertahan pada temperatur rendah
22